δ
s
=
∑
∆
− HL
N
oh u
1 1
2.26
atau δ
s
=
∑ ∑
−
2
1 1
e u
N N
2.27
dengan : ΣN
u
adalah jumlah gaya aksial tekan terfaktor akibat beban gravitasi untuk seluruh kolom pada satu tingkat yang ditinjau.
N
e2
adalah sama dengan N
e1
namun dengan menggunakan k untuk komponen struktur bergoyang, k
≥ 1,0 Δ
oh
adalah simpangan antar lantai pada tingkat yang sedang ditinjau. ΣH adalah jumlah gaya horizontal yang menghasilkan Δ
oh
pada tingkat yang di tinjau.
L adalah tinggi tingkat.
2.5.5 Sambungan Baut
Sambungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah struktur baja. Sambungan berfungsi untuk menyalurkan gaya-gaya dalam antar komponen-
komponen yang disambung, sesuai dengan perilaku struktur yang direncanakan. Keandalan sebuah struktur baja untuk untuk bekerja dengan mekanisme yang
direncanakan sangat tergantung oleh keandalan sambungan. Berdasarkan perilaku struktur yang direncanakan, sambungan dapat dibagi
menjadi : 1.
Sambungan kaku adalah sambungan yang memiliki kekakuan cukup untuk mempertahankan sudut-sudut diantara komponen-komponen struktur yang
disambung. Hal ini disebabkan sambungan mampu memikul momen yang
Universitas Sumatera Utara
bekerja, sehingga deformasi titik kumpul tidak terpengaruh terhadap distribusi gaya dalam maupun terhadap deformasi keseluruhan struktur.
2. Sambungan semi kaku adalah sambungan yang tidak memiliki kekakuan
yang disambung. Akan tetapi memiliki kapasitas yang cukup untuk memberikan kekangan yang dapat diukur terhadap besarnya perubahan
sudut-sudut tersebut. 3.
Sambungan sederhana adalah sambungan yang tidak memiliki kekakuan yang cukup untuk mempertahankan sudut-sudut diantara komponen struktur
yang disambung. Ujung komponen struktur yang disambung dianggap tidak menahan kekangan sehingga dianggap bebas momen.
Suatu sistem sambungan terdiri dari : a.
Komponen struktur yang disambung, dapat berupa balok, kolom, batang tarik atau batang tekan.
b. Alat penyambung, dapat berupa pengencang, baut biasa, baut mutu tinggi,
dan paku keling atau sambungan las seperti las tumpul, las sudut dan las pengisi.
c. Elemen penyambung berupa pelat buhul atau pelat penyambung.
Filosofi dasar perencanaan dasar sambungan harus direncanakan lebih kuat dari pada komponen struktur yang disambung dan deformasi yang terjadi pada
sambungan masih berada dalam batas kemampuan deformasi sambungan. Dengan demikian keandalan struktur akan ditentukan oleh kekuatan elemen-elemennya.
Universitas Sumatera Utara
2.5.6 Tata letak baut
tata letak baut sangat mempengaruhi kinerja sambungan. pengaturan ini dilakukan untuk mencegah kegagalan pada pelat dan untuk memudahkan
pemasangan. akan tetapi, disarankan agar jarak antar baut tidak terlalu besar untuk mencegah pemborosan bahan yang akan disambung serta mengurangi variasi
tegangan diantara baut dan mencegah korosi. a.
jarak minimum Jarak antar baut ditentukan lebih besar dari 3 kali diameter baut yang
digunakan dan jarak baut paling pinggir ke tepi pelat penyambung harus lebih besar dari 1,5 kali diameter baut.
b. jarak maksimum
Jarak antar baut ditentukan tidak boleh lebih besar dari 12 kali tebal pelat penyambung dan tidak boleh lebih besar dari 150 mm.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PEMODELAN STRUKTUR
3 .1 Material
Pada tugas akhir ini, material baja yang digunakan untuk pemodelan struktur portal moment resisting frames MRF dan concentrically braced frames
CBF tipe X dan tipe V terbalik adalah material baja dengan properties sebagai berikut :
• Jenis baja : BJ 37
• Tegangan putus fu : 370 Mpa • Tegangan leleh fy : 240 Mpa
• Modulus elastisitas E : 200.000 Mpa
3.2 Pemodelan struktur
Pemodelan struktur ini direncanakan untuk bangunan perkantoran. Pada bagian pemodelan struktur moment resisting frames MRF dengan elemen
struktur balok dan kolom, sedangkan pada bagian pemodelan struktur concentrically braced frames tipe X dan tipe V terbalik dengan elemen stuktur
balok, bresing, dan kolom. Pada masing – masing model tersebut kemudian akan dikerjakan kombinasi pembebanan. Model strukturnya adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara