Patogenesis Pterigium Pterigium 1. Definisi Pterigium

masih belum diketahui apakah mata kering menyebabkan pterigium ataupun sebaliknya. 4. Pekerjaan, salah satu pekerjaan yang memiliki risiko terjadinya pterigium adalah orang-orang yang berkerja di luar ruangan seperti petani, nelayan ataupun pelaut. Awalnya diduga pterigium timbul akibat paparan sinar matahari beserta dengan paparan terhadap debu pasir dan angin Detorakis and Spandidos, 2009.

2.3.5. Patogenesis Pterigium

Sampai saat ini, patogenesis dari pterigium belum mendapatkan suatu kejelasan yang pasti. Berbagai teori telah diajukan terhadap penyakit ini seperti pengaruh inflamasi, degenerasi jaringan ikat, instabilitas genetik, angiogenesis, radikal bebas, penyembuhan luka yang tidak sempurna, gangguan metabolisme lemak, infiltrasi sel mast, dan disfungsi stem sel Tradjustino, 2009. Terdapat banyak teori yang mencoba mengemukakan tahap patogenesis dari penyakit ini, dan teori-teori tersebut mencakup : 1. Paparan terhadap sinar UV Paparan terhadap sinar UV terutama UV-B menyebabkan terjadinya perubahan sel di dekat limbus dan juga terjadi peningkatan produksi dari interleukin yang signifikan yaitu, IL-I, IL-6, IL- 8 dan TNFα. Selain itu, terdapat peningkatan proliferasi dari jaringan akibat peningkatan pembentukan enzim metalloproteinase MMP dalam kadar yang lebih tinggi daripada tissue inhibitors Feng, et al. 2010. Beberapa teori menyatakan bahwa radiasi sinar UV menyebabkan mutasi dari supresor gen tumor TP53 sehingga terjadi proliferasi abnormal pada epitel limbus Aminlari, et al. 2010. Dushku et al, 2001 juga menyatakan bahwa sinar UV menyebabkan mutasi pada gen tumor suppressor TP53 yang sensitif terhadap sinar UV di sel basal limbus dan gen elastin di epitel limbus. Dikarenakan adanya mutasi pada gen tersebut, maka otomatis akan tejadi gangguan pada kematian sel. Gangguan apoptosis ini menyebabkan terjadinya Universitas Sumatera Utara mutasi gen-gen yang lain sehingga terbentuk pterigium dan sel tumor limbus yang melapisi pinguikula dari fibroblast dan menghasilkan berbagai matrix metalloproteinase MMP. Mutasi pada gen TP53 juga menghasilkan TGF-B sehingga disebutkan bahwa pterigium merupakan tumor penghasil TGF-B dimana sekresi berlebihan dari TGF-B bahkan menimbulkan berbagai perubahan jaringan dan ekspresi dari MMP. Awalnya sel pterigium menghasilkan MMp-2, MMp-9, MT1-MMp, dan MT2-MMP yang akan menyebabkan kerusakan ikatan hemidesmosom dan terjadi penyebaran pterigium ke segala arah yang akibat produksi TGF-B, jaringan di sekitar pterigium memiliki lapisan sel yang lebih tipis Dushku, et al, 2001. Pada saat sel pterigium mencapai kornea, maka MMP akan menghancurkan membran bowman serta TGF-B yang akan menyebabkan peningkatan monosit dan kapiler dalam epitel. Kemudian, terdapat sel fibroblast yang terletak di ujung epitel limbus untuk menghasilkan MMP-1 dan MMP-3 yang membantu dalam penghancuran membran bowman. Fibrobalst ini akan diaktifasi oleh TGF-B dan sitokin-sitokin untuk bermigrasi ke membran basal kornea dan membentuk pulau-pulau fibroblast. Tradjustino pada tahun 2009 juga menambahkan bahwa radiasi sinar UV tidak hanya berperan secara langsung tetapi juga secara tidak langsung melalui pembentukan radikal bebas ROS. ROS merusak protein, lipid, dan DNA sel melalui proses stress oksidatif. ROS juga dapat menginduksi pembentukan cyclooxygenase2 COX-2. Baik ROS maupun COX-2 memiliki peranan penting didalam pembentukan pterigium dan kanker kulit lainnya. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.4. Patogenesis Pterigium Akibat Sinar UV Sumber: Dushku, et al 2001 in Arch Opthalmol volume 119 2. Teori Growth Factor dan Sitokin proinflamasi Pterigium memiliki komponen vaskular yang dapat menginvasi ke jaringan mata. Komponen vaskular ini timbul melalui proses angiogenesis yang dirangsang oleh VEGF Vascular Endothelial Growth factor. Inflamasi kronis pada pterigium merangsang keluarnya berbagai growth factor dan sitokin seperti, FGF, PDGF, TGF- β, dan TNF- α serta VEGF yang akan mengakibatkan proliferasi sel, remodeling matriks ektra sel dan angiogenesis. Selain meningkatnya growth factor ditemukan menurunnya faktor penghambat pertumbuhan seperti TSP-I Aspiotis, et al. 2006. Universitas Sumatera Utara 3. Teori stem cell Faktor lingkungan angin, debu menyebabkan kerusakan sel basal limbus dan merangsang keluarnya sitokin proinflamasi. Sitokin ini akan memproduksi matriks metaloproteinase untuk merusak matriks ektrasel, sehingga pterigium dapat mencapai kornea. Sitokin ini juga dapat merangsang sumsum tulang untuk mengeluarkan stem sel, dimana stem sel ini juga akan memproduksi sitokin sambil juga menyembuhkan kornea. Sitokin dan berbagai growth faktor akan mempengaruhi stem sel di limbus sehingga terjadi perubahan sel fibroblast endotel dan epitel yang akhirnya akan menimbulkan pterigium Ye, et al. 2004. Beberapa penelitian juga memberikan hasil yang serupa dimana radiasi sinar UV akan menyebabkan mikro trauma yang menyebabkan timbulnya lesi inflamasi. Gen p53 diduga memegang peranan utama dalam patogenesis pterigium, sedangkan faktor lain seperti “debu, angin, panas, dan kekeringan” merupakan faktor yang sekunder. Keseluruhan faktor ini akan menyebabkan kerusakan lapisan lemak pada lapisan air mata yang akan menyebabkan meningkatnya penguapan dan kekeringan konjugtiva dellen. Dellen akan merangsang timbulnya respon sikatriks disertai dengan proliferasi dari jaringan konjungtiva yang mengalami inflamasi Tradjutrisno, 2009. Proliferasi sel, inflamasi, modifikasi jaringan konjungtiva, dan angiogenesis dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor pertumbuhan seperti FGF, PDGF, TGF, dan TNF- α. Peranan angiogenesis juga dijumpai pada patogenesis pterigium dimana dijumpai adanya peningkatan ketebalan pembuluh darah mikro dan dijumpai kadar VEGF Vascular Endothelial Growth Factor yang meningkat pada pterigium dibandingkan dengan konjugtiva normal Tradjutrisno, 2009. Universitas Sumatera Utara

2.3.6. Gejala Klinis Pterigium