28
b. Dapat diserahkan berikut kegunaannya khusus untuk barang sewaan
c. Manfaat benda adalah tidak haram. d. Benda bersifat kekal sampai waktu akad selesai.
2.3.4.2 Menyewakan Barang Sewaan
Penyewa Musta‟jir diperbolehkan menyewakan kembali barang yang disewanya kepada orang lain, dengan syarat penggunaan barang itu sesuai
dengan yang dijanjikan ketika akad. Contohnya adalah menyewa mobil untuk bisnis travel, kemudian mobil
tersebut disewakan kembali dan timbul musta‟jir kedua, maka mobil itu pun harus digunakan untuk bisnis travel pula. Keuntungan yang didapat tidak
dibatasi, bisa lebih kecil atau lebih besar. Bila ada kerusakan pada barang yang disewa maka menjadi tanggung
jawab pemilik barang dengan syarat bukan disebabkan oleh kelalaian dari penyewa.
2.3.4.3 Aplikasinya di Bank Syari’ah
Beberapa aplikasi ijarah dalam perbankan syariah adalah sebagai berikut :
a. Bank Muamalat membiayai jasa tenaga kerja bangunan untuk
pembangunan rumah pada tahun 1999.
b. Bank memberikan fasilitas penyewaan barang-barang berat untuk
keperluan konstruksi.
Sumber : Academia.edu
Universitas Sumatera Utara
29
2.3.4.4 Ijarah Muntahiyah bit Tamlik
Sifat pemindahan kepemilikan membuat Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik berbeda dengan ijarah biasa. Ijarah ini memiliki banyak bentuk, tergantung
kesepakatan antara kedua belah pihak. Misalnya, al-ijarah dan janji menjual; nilai sewa yang mereka tentukan dalam al ijarah; harga barang dalam
transaksi jual; dan kapan kepemilikan dipindahkan.
Sumber : Academia.edu
2.3.4.5 Aplikasinya di Bank Syariah
Ijarah Muntahiyah bit Tamlik IMBTdalam prakteknya dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1. IMBT melalui hibah pemindahan hak milik sah tanpa imbalan. Hak milik sah lalu secara otomatis berpindah tanpa perlu melakukan akad baru dan tanpa
pembayaran tambahan selain dari jumlah yang dibayaroleh lesse di dalam penyelesaian cicilan.
2. IMBT melalui perpindahan hak milik sah penjualan pada akhir sewa melalui suatu imbalan simbolis. Jika jangka waktu ijarah sudah habis maka akad
ijarah akan batal dan dibuat suatu janji untuk melakukan akad penjualan . Bisa dilaksanakan apabila penyewa menginginkan hal tersebut dan membayar imbalan
simbolis. 3. IMBT melalui perpindahan hak secara sah penjualan pada akhir sewa
sejumlah yang ditentukan di dalam persewaan. Kesepakatan ini juga merupakan suatu akad yang mencakup akad ijarah dan suatu janji untuk melakukan suatu
akad penjualan. Akad ini menyangkut jumlah aset yang dijual yang harus dibeli oleh penyewa setelah habis jangka waktu ijarah.
Universitas Sumatera Utara
30
4. IMBT melalui perpindahan hak secara sah penjualan sebelum akhir jangka waktu persewaan, dengan harga yang equivalen dengan cicilan yang tersisa
apabila ada keinginan untuk membeli. 5. IMBT melalui perpindahan bertahap hak milik sah penjualan aset yang
disewakan. Tetapi perlu akad penjualan untuk setiap bagian yang dijual kepada penyewa.
Sumber : Academia.edu
2.3.4 Al-muzaraah
Pengertian AI-muzaraah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan
kepada penggarap untuk ditanami produk pertanian dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. Dalam dunia perbankan kasus ini diaplikasikan
untuk pembiayaan bidang
plantation
atas dasar bagi hasil panen.
Sumber : Academia.edu
2.3.5 Al-musaqah
Pengertian AI-musaqah merupakan bagian dari al-muzaarah yaitu penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan
dengan menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap diperoleh dari persentase hasil panen pertanian. Jadi tetap dalam konteks
adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap.
Sumber : Academia.edu
2.3.6 Baial Murabahah
Pengertian Baial-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual
Universitas Sumatera Utara
31
harus terlebih dulu memberitahukan harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang diinginkannya.
Sumber : Academia.edu
2.3.7 Baias-salam
Baias-salam artinya pembelian barang yang diserahkan kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut adalah
harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan hukum awal pembayaran harus dalam bentuk uang.
Sumber : Academia.edu
2.3.8 BaiAl istishna
Bai Al istishna merupakan bentuk khusus dari akad Baiassalam, oleh karena itu ketentuan dalam Bai` Al istishna mengikuti ketentuan dan aturan
Baias-salam. Pengertian Bai Al istishna adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen pembuat barang. Kedua belah pihak harus saling
menyetujui atau sepakat lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga dapat dilakukan tawar-menawar dan sistem pembayaran
dapat dilakukan di muka atau secara angsuran per bulan atau di belakang.
Sumber : Academia.edu
2.3.9 Al-Wakalah Amanat
Wakalah atau wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian atau pemberian mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus
dilakukan sesuai dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandat.
Sumber : Academia.edu
2.3.10 Al-Kafalah Garansi
Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat
Universitas Sumatera Utara
32
pula diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lain. Dalam dunia perbankan dapat dilakukan dalam hal pembiayaan
dengan jaminan seseorang.
Sumber : Academia.edu
2.3.11 Al-Hawalah
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain
pemindahan beban utang dari satu pihak kepada lain pihak. Dalam dunia keuangan atau perbankan dikenal dengan kegiatan anjak piutang atau
factoring.
Sumber : Academia.edu
2.3.12 Ar-Rahn
Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini
dilakukan seperti jaminan utang atau gadai.
Sumber : Academia.edu
2.4 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Perbedaan yang mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional, antara lain :
1. Perbedaan Falsafah
Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan bank syariah terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga
dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank kovensional justru kebalikannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat mendalam terhadap produk-produk
yang dikembangkan oleh bank syariah, dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang
Universitas Sumatera Utara
33
dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian sebenarnya semua jenis transaksi perniagaan melalu bank syariah diperbolehkan asalkan tidak
mengandung unsur bunga riba. Riba secara sederhana berarti sistem bunga berbunga atau compound interest dalam semua prosesnya bisa mengakibatkan
membengkaknya kewajiban salah satu pihak seperti efek bola salju pada cerita di awal artikel ini. Sangat menguntungkan saya tapi berakibat fatal untuk banknya.
Riba, sangat berpotensi untuk mengakibatkan keuntungan besar disuatu pihak namun kerugian besar dipihak lain, atau malah ke dua-duanya.
2. Konsep Pengelolaan dana nasabah
Dalam sistem bank syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara titipan dan investasi jelas berbeda dengan deposito pada
bank konvensional dimana deposito merupakan upaya mem-bungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja si nasabah membutuhkan, maka bank
syariah harus dapat memenuhinya, akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid. Likuiditas yang tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat suatu
investasi yang membutuhkan pengendapan dana. Karena pengendapan dananya tidak lama alias cuma titipan maka bank boleh saja tidak memberikan imbal hasil.
Sedangkan jika dana nasabah tersebut diinvestasikan, maka karena konsep investasi adalah usaha yang menanggung risiko, artinya setiap kesempatan untuk
memperoleh keuntungan dari usaha yang dilaksanakan, didalamnya terdapat pula risiko untuk menerima kerugian, maka antara nasabah dan banknya sama-sama
saling berbagi baik keuntungan maupun risiko.
Universitas Sumatera Utara
34
3. Perbedaan Fungsi Bank Sebagai Intermediary
Sesuai dengan fungsi bank sebagai intermediary yaitu lembaga keuangan penyalur dana nasabah penyimpan kepada nasabah peminjam, dana nasabah yang
terkumpul dengan cara titipan atau investasi tadi kemudian, dimanfaatkan atau disalurkan ke dalam traksaksi perniagaan yang diperbolehkan pada sistem syariah.
Hasil keuntungan dari pemanfaatan dana nasabah yang disalurkan ke dalam berbagai usaha itulah yang akan dibagikan kepada nasabah. Hasil usaha semakin
tingi maka semakin besar pula keuntungan yang dibagikan bank kepada dan nasabahnya. Namun jika keuntungannya kecil otomatis semakin kecil pula
keuntungan yang dibagikan bank kepada nasabahnya. Jadi konsep bagi hasil hanya bisa berjalan jika dana nasabah di bank di investasikan terlebih dahulu
kedalam usaha, barulah keuntungan usahanya dibagikan. Berbeda dengan simpanan nasabah di bank konvensional, tidak peduli apakah simpanan tersebut di
salurkan ke dalam usaha atau tidak, bank tetap wajib membayar bunganya. Dengan demikian sistem bagi hasil membuat besar kecilnya keuntungan yang
diterima nasabah mengikuti besar kecilnya keuntungan bank syariah. Semakin besar keuntungan bank syariah semakin besar pula keuntungan nasabahnya.
Berbeda dengan bank konvensional, keuntungan banknya tidak dibagikan kepada nasabahnya. Tidak peduli berapapun jumlah keuntungan bank konvesional,
nasabah hanya dibayar sejumlah prosentase dari dana yang disimpannya saja.
Universitas Sumatera Utara
35
4. Kewajiban Mengelola Zakat
Bank syariah diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu dalam arti wajib membayar
zakat, menghimpun,
mengadministrasikannya dan
mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi dan peran yang melekat pada bank syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial zakat. Infak, sedekah
5. Struktur Organisasi
Di dalam struktur organisasi suatu bank syariah diharuskan adanya Dewan Pengawas Syariah DPS. DPS bertugas mengawasi segala aktifitas bank agar
selalu sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. DPS ini dibawahi oleh Dewan Syariah Nasional DSN. Berdasarkan laporan dari DPS pada masing-masing
lembaga keuangan syariah, DSN dapat memberikan teguran jika lembaga yang bersangkutan menyimpang. DSN juga dapat mengajukan rekomendasi kepada
lembaga yang memiliki otoritas seperti Bank Indonesia dan Departemen Keuangan untuk memberikan sangsi.
6. Bagaimana Nasabah Mendapat Keuntungan
Jika bank konvensional membayar bunga kepada nasabahnya, maka bank syariah membayar bagi hasil keuntungan sesuai dengan kesepakatan. Kesepakatan
bagi hasil ini ditetapkan dengan suatu angka ratio bagi hasil atau nisbah. Nisbah antara bank dengan nasabahnya ditentukan di awal, misalnya ditentukan porsi
masing-masing pihak 60:40, yang berarti atas hasil usaha yang diperolah akan didisitribusikan sebesar 60 bagi nasabah dan 40 bagi bank. Angka nisbah ini
dengan mudah Anda dapatkan informasinya dengan bertanya ke customer service
Universitas Sumatera Utara
36
atau dat ang langsung dan melihat papan display “ Perhitugan dan Distribusi Bagi
Hasil” yang ada di cabang bank syariah. Kusuma Asda Sandra.
Sumber : Academia.edu
Secara garis besar terdapat beberapa perbedaan paradigma diantara
Bank Syariah dan Bank Konvensional
Penulis Jelaskan dalam table dibawah ini:
Tabel 2.1 Perbandingan Paradigma Bank Syariah dan Bank Konvensional
FAKTOR BANK KONVENSIONAL
BANK SYARIAH
Hubungan bank dengan nasabah Investor dengan investor
Kreiditur dan debitur Sistem pendapatanusaha
Bunga, Fee Bagi hasil, Marjin, Fee
Organisasi Tidak terdapat struktur pengawasan
syariah Terdapat struktur pengawasan syariah
yaitu Badan Pengawas Syariah Penyaluran Pembiayaan
Liberal untuk tujuan keuntungan Adanya batasan-batasan, memperhatikan
unsur moral dan lingkungan. Tingkat risiko umum dalam usaha
Risiko menengah-tinggi
karena adanya transaksi spekulasi
Risiko menengah-rendah
karena malarang transaksi spekulasi
Penanggung resikoinvestasi Satu sisi hanya pada bank
Dua sisi yaitu bank dan nasabah deposan maupun debitur.
Sumber : Gunawan 1999:2
Selain perbedaan paradigma, terdapat pula perbedaan dasar kegiatan usaha bank konvensional dan bank syariah :
Universitas Sumatera Utara
37
Tabel 2.2 Perbedaan Dasar Kegiatan Usaha Perbankan Syariah dan Konvensional
Dasar Kegiatan usaha Bank
Konvensional Bank Syariah Keterangan
Kredit bunga √
Penyaluran kredit
atau peneneman dana lainnya.
Pembiayaan bagi hasil √
Prinsip mudharabah dan
musyarakah Jual Beli
√ Prinsip bai salam
Sewa-beli √
Prinsip ijarah Simpanan dana bunga
√ Deposito, tabungan, atau giro
Investasi dana bagi hasil √
Investasi tidak
terbatas, deposito, tabungan , giro.
Investasi terbataskhusus √
Prinsip mudharabah muqayadah
„1‟
Jasa perbankan √
√ Prinsip ujrah bank
syariah, fee base incomebank konvensional
1. akad mudharabah yang dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.Disebut juga restricted mudharabah. Antonio,2001:97
2.5 Definisi dan Faktor yang mempengaruhi Permintaan