Analisis Permintaan Masyarakat Terhadap Produk Perbankan Syariah ( Studi Kasus: Bank Muamalat Kecamatan Medan Marelan)

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PERMINTAAN MASYARAKAT TERHADAP PRODUK PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS : BANK MUAMALAT

KECAMATAN MEDAN MARELAN)

OLEH Cory Br. S. Pandia

11050101127

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi saya

yang berjudul “Analisis Permintaan Masyarakat Terhadap Produk Perbankan Syariah ( Studi Kasus: Bank Muamalat Kecamatan Medan Marelan)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan program studi sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Isi dan data pada karya tulis yang saya kutip atau saya peroleh dari publikasi resmi, sumber tertentu dan hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila ditemukan pernyataan ini tidak benar di kemudian hari, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan,Agustus 2015

Cory Br.S.Pandia NIM. 110501127


(3)

ABSTRAK

ANALASIS PERMINTAAN MASYARAKAT TERHADAP PRODUK PERBANKAN SYARIAH ( BANK MUAMALAT KECAMATAN MEDAN

MARELAN)

Perbankan syariah sebagai bagian dari struktur perbankan di Indonesia, memiliki peran yang sama dengan perbankan umum konvensional lainnya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan. Oleh karenanya sangat dibutuhkan kinerja yang lebih baik lagi oleh perbankan syariah dalam mendukung terciptanya kondisi industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi resiko. Dengan masih rendahnya pemahaman masyarakat akan masalah perbankan syariah harus terus berkembang dan memperbaiki kinerjanya. Dengan pesatnya pertumbuhan yang ditandai semakin banyaknya bank konvensional yang akhirnya mendirikan unit-unit syariah, ini membuktikan bahwa bank syariah memang mempunyai kompetensi yang tinggi. Perbankan syariah akan semakin tinggi lagi pertumbuhannya apabila masyarakat mempunyai permintaan dan antusias yang tinggi dikarenakan faktor peningkatan pemahaman dan pengetahuan tentang bank syariah.

Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada 94 nasabah Bank Muamalat dengan menggunakan skala likert pada 5 kategori skala.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara permintaan dengan produk musyarakah di bank Muamalat Kecamatan medan Marelan. Hubungan ditunjukkan dengan nilai kolerasi sebesar 0.689 yang termasuk dalam kategori kuat (0.50 – 0.69), terdapat hubungan yang signifikan antara permintaan dengan produk musyarakah di bank Muamalat Kecamatan medan Marelan. Hubungan ditunjukkan dengan nilai kolerasi sebesar 0.888 yang termasuk dalam sangat kuat (0.70 – 0.89), dan terdapat hubungan yang signifikan antara permintaan dengan produk musyarakah di bank Muamalat Kecamatan medan Marelan. Hubungan ditunjukkan dengan nilai kolerasi sebesar 0.730 yang termasuk dalam kategori sangat kuat (0.70 – 0.89).


(4)

ABSTRACT

PUBLIC DEMAND ANALYSIS OF ISLAMIC BANKING PRODUCT (CASE STUDY : BANK MUAMALAT DISTRICT MEDAN MARELAN )

Islamic banking as part of the structure of banking in Indonesia, has the same role with other conventional commercial banks in meeting the needs of the community

and encourage sustainable economic development. Therefore urgently needed a better performance by the Islamic banking in the banking industry supports the creation of a strong state and has a high competitiveness and resilient in the face

of risk. With still a lack of understanding of the problems of Islamic banking community must continue to evolve and improve its performance. With the rapid growth that characterized the increasing number of conventional banks are finally

establish sharia units, this proves that Islamic banks do have high competence. Islamic banking growth will be higher again if the community has a high demand

and enthusiasm due to factors increase the understanding and knowledge of Islamic banks.

This research was conducted by distributing questionnaires to 94 customers of Bank Muamalat by using Likert scale on a 5 category scale.

The results showed a significant relationship between demand and Musharaka products in the District Muamalat bank Marelan field. The relationship indicated by the correlation value for 0689 which is included in the strong category (0.50 - 0.69), there is a significant relationship between demand and Musharaka products in the District Muamalat bank Marelan field. The relationship indicated by the correlation value for 0888 which is included in the very strong (0.70 - 0.89), and there is a significant relationship between demand and Musharaka products in the District Muamalat bank Marelan field. The relationship indicated by the correlation value of 0.730 which is included in the category of very strong (0.70 - 0.89).


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skipsi ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi sarjana (S1) yaitu program studi Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini adalah skripsi penulis yang berjudul “Analisis Permintaan Masyarakat Terhadap Produk Perbankan Syariah ( Studi Kasus: Bank Muamalat Kecamatan Medan Marelan).”

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dengan dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua, saudara serta keluarga penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof.Dr.Azhar Maksum, SE,M.Ec,Ac,Ak.,selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec., selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.si., selaku Sekretaris Departemen

Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(6)

5. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D., selaku Ketua Program Studi S1 dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.si., selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 6. Ibu Ilyda Sudrajat, S.Si, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang selalu

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D dan Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh staff administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam mengurus segala keperluan administrasi.

9. Teman-teman stambuk 2011 Ekonomi Pembangunan atas motivasi dan dukungan yang telah diberikan.

Penulis menyadari masih ada kekurangan pada skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk mengembangkan dan menyempurnakan penelitian ini. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2015

Cory Br.S.Pandia (110501127)


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ... i

ABSTRAC ... ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBARAN ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Bank Syariah ... 9

2.2 Prinsip dan Fungsi Bank Syariah ... 11

2.3 Produk Bank Syariah ... 14

2.3.1 Al – Musyarakah ... 14

2.3.1.1 Rukun dan syarat pembiayaan ... 14

2.3.1.2 Jenis Musyarakah ... 17

2.3.1.3 Mekanisme pembiayaan ... 18

2.3.2 Al – Mudharabah ... 19

2.3.2.1 Aplikasi Mudharabah ... 20

2.3.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mudharabah .. 23

2.3.2.3 Mekanisme perhitungan Mudharabah dalam bank syari‟ah ... 25

2.3.3 Al – Ijarah ... 26

2.3.4.1 Rukun dan Syarat Ijarah ... 27

2.3.4.2 Menyewakan Barang Sewaan ... 28

2.3.4.3 Aplikasinya di Bank Syari‟ah ... 28

2.3.4.4 Ijarah Muntahiyah bit Tamlik ... 29

2.3.4.5 Aplikasinya di Bank Syariah ... 29

2.3.4 Al- Muzara‟ah ... 30

2.3.5 Al- Musaqah ... 30

2.3.6 Ba‟ial Murabahah ... 30

2.3.7 Bai'as-salam ... 31

2.3.8 Al-Wakalah (Amanat) ... 31

2.3.9 Al-Kafalah (Garansi)... 31

2.3.10 Al-Hawalah ... 32

2.3.11 Ar-Rahn ... 32

2.4 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ... 32

2.5 Definisi dan Faktor yang Mempengaruhi Permintaan ... 37


(8)

2.7 Fungsi dan Kurva Permintaan ... 40

2.8 Definisi dan Faktor yang Mempengaruhi Penawaran ... 41

2.9 Hukum dan Teori Penawaran ... 43

2.10 Fungsi dan Kurva Penawaran ... 44

2.11 Penelitian Terdahulu ... 45

2.12 Hipotesis ... 47

2.13 Kerangka Konseptual ... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 49

3.2 Lokasi Penelitian ... 49

3.3 Batasan Operasional ... 49

3.4 Definisi Operasional ... 49

3.5 Skala Pengumpulan Variabel ... 51

3.6 Populasi dan Sampel ... 52

3.7 Jenis dan Sumber Data ... 53

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 53

3.9 Uji Validitas dan Realibilitas ... 54

3.10 Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Bank Muamalat ... 59

4.2 Uji Validitas dan Realibilitas ... 61

4.2.1 Uji Validitas ... 61

4.2.2 Uji Realibilitas ... 62

4.3 Analisis Deskritif Permintaan Masyarakat Terhadap Produk Perbankan Syariah (Studi Kasus: Bank Muamalat Kecamatan Medan Marelan ... 64

4.3.1 Deskritif Responden ... 64

4.3.2 Pengolahan Data ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 85

5.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(9)

DAFTAR TABEL

2.1 Perbandingan Paradigma Bank Syariah dan Bank

Konvensional ... 36

2.2 Perbedaan Dasar Kegiatan Usaha Perbankan Syariah Dan Perbankan Konvensional ... 37

3.1 Skor Dengan Skala Likert ... 52

3.2 Teknik Analisis Data Yang DiGunakan ... 56

4.1 Uji Validitas ... 61

4.2 Uji Realibilitas ... 63

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 66

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Mengetahui Produk ... 66

4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 67

4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Tertinggi ... 68

4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menabung ... 69

4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ... 70

4.10 Hubungan Permintaan Masyarakat Terhadap Produk Musyarakah ... 81

4.11 Hubungan Permintaan Masyarakat Terhadap Produk Mudharabah ... 82

4.12 Hubungan Permintaan Masyarakat Terhadap Produk Ijarah ... 83


(10)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Kurva Permintaan... ... 41

2.2 Kurva Penawaran ... 45

2.3 Kerangka Konseptual ... 47

4.1 Produk Yang Dipilih Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71

4.2 Produk Yang Dipilih Berdasarkan Umur ... 72

4.3 Produk Yang Dipilih Berdasarkan Pendidikan ... 73

4.4 Produk Yang Dipilih Berdasarkan Pekerjaan ... 74

4.5 Produk Yang Dipilih Berdasarkan Lamanya Menabung ... 76

4.6 Produk yang Dipilih Berdasarkan Mengetahui Produk ... 78


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuisioner Penelitian ... ... 91

2 Data Responden ... ... 93

3 Tabulasi Koresponden ... ... 104

4 Hasil Uji Validitas Dan Uji Realibilitas ... ... 107

5 Hasil Crosstabulation ... ... 110

6 Hasil Frekuensi Pada Pertanyaan ... ... 121


(12)

ABSTRAK

ANALASIS PERMINTAAN MASYARAKAT TERHADAP PRODUK PERBANKAN SYARIAH ( BANK MUAMALAT KECAMATAN MEDAN

MARELAN)

Perbankan syariah sebagai bagian dari struktur perbankan di Indonesia, memiliki peran yang sama dengan perbankan umum konvensional lainnya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan. Oleh karenanya sangat dibutuhkan kinerja yang lebih baik lagi oleh perbankan syariah dalam mendukung terciptanya kondisi industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi resiko. Dengan masih rendahnya pemahaman masyarakat akan masalah perbankan syariah harus terus berkembang dan memperbaiki kinerjanya. Dengan pesatnya pertumbuhan yang ditandai semakin banyaknya bank konvensional yang akhirnya mendirikan unit-unit syariah, ini membuktikan bahwa bank syariah memang mempunyai kompetensi yang tinggi. Perbankan syariah akan semakin tinggi lagi pertumbuhannya apabila masyarakat mempunyai permintaan dan antusias yang tinggi dikarenakan faktor peningkatan pemahaman dan pengetahuan tentang bank syariah.

Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada 94 nasabah Bank Muamalat dengan menggunakan skala likert pada 5 kategori skala.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara permintaan dengan produk musyarakah di bank Muamalat Kecamatan medan Marelan. Hubungan ditunjukkan dengan nilai kolerasi sebesar 0.689 yang termasuk dalam kategori kuat (0.50 – 0.69), terdapat hubungan yang signifikan antara permintaan dengan produk musyarakah di bank Muamalat Kecamatan medan Marelan. Hubungan ditunjukkan dengan nilai kolerasi sebesar 0.888 yang termasuk dalam sangat kuat (0.70 – 0.89), dan terdapat hubungan yang signifikan antara permintaan dengan produk musyarakah di bank Muamalat Kecamatan medan Marelan. Hubungan ditunjukkan dengan nilai kolerasi sebesar 0.730 yang termasuk dalam kategori sangat kuat (0.70 – 0.89).


(13)

ABSTRACT

PUBLIC DEMAND ANALYSIS OF ISLAMIC BANKING PRODUCT (CASE STUDY : BANK MUAMALAT DISTRICT MEDAN MARELAN )

Islamic banking as part of the structure of banking in Indonesia, has the same role with other conventional commercial banks in meeting the needs of the community

and encourage sustainable economic development. Therefore urgently needed a better performance by the Islamic banking in the banking industry supports the creation of a strong state and has a high competitiveness and resilient in the face

of risk. With still a lack of understanding of the problems of Islamic banking community must continue to evolve and improve its performance. With the rapid growth that characterized the increasing number of conventional banks are finally

establish sharia units, this proves that Islamic banks do have high competence. Islamic banking growth will be higher again if the community has a high demand

and enthusiasm due to factors increase the understanding and knowledge of Islamic banks.

This research was conducted by distributing questionnaires to 94 customers of Bank Muamalat by using Likert scale on a 5 category scale.

The results showed a significant relationship between demand and Musharaka products in the District Muamalat bank Marelan field. The relationship indicated by the correlation value for 0689 which is included in the strong category (0.50 - 0.69), there is a significant relationship between demand and Musharaka products in the District Muamalat bank Marelan field. The relationship indicated by the correlation value for 0888 which is included in the very strong (0.70 - 0.89), and there is a significant relationship between demand and Musharaka products in the District Muamalat bank Marelan field. The relationship indicated by the correlation value of 0.730 which is included in the category of very strong (0.70 - 0.89).


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Laju pertumbuhan perbankan syariah di tingkat global tak diragukan lagi. Aset lembaga keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar Dollar AS, tumbuh rata-rata lebih dari 15 persen per tahun. Di Indonesia, volume usaha perbankan syariah selama lima tahun terakhir rata-rata tumbuh 60 persen per tahun. Tahun 2005, perbankan syariah Indonesia membukukan laba Rp 238,6 miliar, meningkat 47 persen dari tahun sebelumnya. Meski begitu, Indonesia yang memiliki potensi pasar sangat luas untuk perbankan syariah, masih tertinggal jauh di belakang Malaysia.

Tahun lalu, perbankan syariah Malaysia mencetak profit lebih dari satu miliar ringgit (272 juta dollar AS). Akhir Maret 2006, aset perbankan syariah di negeri jiran ini hampir mencapai 12 persen dari total aset perbankan nasional. Sedangkan di Indonesia, aset perbankan syariah periode Maret 2006 baru tercatat 1,40 persen dari total aset perbankan.

Kehadiran perbankan syariah di Indonesia semakin menambah variasi bagi perkembangan di dalam sistem perbankan di Indonesia. Munculnya lembaga keuangan syariah di Indonesia dimulai dengan dikeluarkannya peraturan atau perundang-undangan oleh Bank Indonesia pada UU No. 7 tahun 1992 tentang diperbolehkannya bank syariah beroperasi di Indonesia yang menerapkan sistem bagi hasil. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui oleh Bank Indonesia dengan


(15)

dikeluarkannya UU No. 10 tahun 1998, yang semakin memperkuat landasan hukum bagi keberadaan lembaga keuangan syariah di Indonesia.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin dirasakan oleh masyarakat Indonesia dengan bertambahnya jumlah unit-unit lembaga keuangan syariah di Indonesia, baik itu yang beroperasi secara single-system (syariah), maupun secara dual-system (konvensional-syariah). Hingga saat ini, lembaga keuangan syariah yang beroperasi di Indonesia mencakup: Bank Umum Syariah (BUS) berjumlah 10 unit, Unit Usaha Syariah (UUS) berjumlah 23 unit, dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebanyak 149 unit. (sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2010).

Perbankan syariah mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan perbankan konvensional, yakni pengelolaan usaha yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam. Kehadirannya telah menjadi alternatif yang semakin dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia akan jasa perbankan/keuangan yang sesuai syariah, mengingat bahwa masyarakat Indonesia adalah mayoritas beragama Islam. Kondisi tersebut memberikan dampak positif bagi perkembangan perbankan syariah di Indonesia.

Selanjutnya Bank Indonesia melalui Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang merupakan kerangka dasar sistem perbankan di Indonesia, menempuh kebijakan dual-banking system atau sistem perbankan ganda yang dimana memperbolehkan lembaga keuangan beroperasi dengan sistem ganda, yakni konvensional dan syariah. Dan pada tahun 2002 Bank Indonesia juga telah


(16)

menerbitkan “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia”,

sebagai pedoman pengembangan perbankan syariah di Indonesia.

Perbankan syariah sebagai bagian dari struktur perbankan di Indonesia, memiliki peran yang sama dengan perbankan umum konvensional lainnya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan. Oleh karenanya sangat dibutuhkan kinerja yang lebih baik lagi oleh perbankan syariah dalam mendukung terciptanya kondisi industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi resiko.

Bank Syariah dengan sistem bagi hasilnya sebagai alternatif pengganti dari penerapan sistem bunga ternyata dinilai telah berhasil menghindarkan dampak negatif dari penerapan bunga, seperti: (a) pembebanan pada nasabah berlebih-lebihan dengan beban bunga berbunga (compound interest) bagi nasabah yang tidak mampu membayar pada saat jatuh temponya, (b) timbulnya pemerasan (eksploitasi) yang kuat terhadap yang lemah, (c) terjadinya konsentrasi kekuatan ekonomi ditangan kelompok elit, para Bankir dan pemilik modal, (d) kurangnya peluang bagi kekuatan ekonomi lemah/bawah untuk mengembangkan potensi usahanya. (Sumber : bi.go.id)

Pemahaman mengenai keunikan produk/jasa bank syaraiah secara umum masih rendah. Saat ini sebagian besar dari masyarakat hanya melihat bahwa nilai tambah bank syariah adalah lebih halal dan selamat, lebih menjanjikan untuk kebaikan akhirat, dan juga lebih berorientasi pada menolong antar sesama dibandingkan dengan bank konvensional. Hal tersebut memang benar, namun


(17)

bank syariah memiliki keuntungan duniawi karena produk-produknya tidak kalah bersaing dengan bank-bank konvensional dan juga bagi hasil yang ditawarkan tidak kalah menguntungkan dibandingkan dengan bunga.

Dengan masih rendahnya pemahaman masyarakat akan masalah perbankan syariah harus terus berkembang dan memperbaiki kinerjanya. Dengan pesatnya pertumbuhan yang ditandai semakin banyaknya bank konvensional yang akhirnya mendirikan unit-unit syariah, ini membuktikan bahwa bank syariah memang mempunyai kompetensi yang tinggi. Perbankan syariah akan semakin tinggi lagi pertumbuhannya apabila masyarakat mempunyai permintaan dan antusias yang tinggi dikarenakan faktor peningkatan pemahaman dan pengetahuan tentang bank syariah.

Pemahaman yang rendah terhadap perbankan syariah salah satunya diakibatkan masih kurangnya iklan yang dilakukan bank syariah. Dengan demikian hal tersebut mempengaruhi persepsi dan sikap masyarakat terhadap bank syariah. Maka tugas penting yang harus dilakukan oleh pengelola bank syariah adalah meningkatkan promosi berupa iklan bank syariah melalui media massa yang efektif, sehingga pengetahuan masyarakat mengenai bank syariah tidak hanya terbatas pada bank yang menggunakan sistem bagi hasil.

Tidak sedikit masyarakat yang belum mengetahui dengan jelas mengenai jenis produk, manfaat dan prinsip kerja bank syariah sehingga mereka merasa bingung ketika akan menggunakannya atau tidak menggunakan fasilitas yang ada pada produk karena tidak mengetahuinya. Terlebih lagi istilah-istilah produk dan layanan perbankan syariah menggunakan Bahasa arab. Dalam produk


(18)

penghimpun dana atau tabungan terdapat sistem bagi hasil yang dikenal dengan istilah mudharabah dan musyarakah, sistem titipan atau deposito dikenal dengan istilah wadiah. Dalam penyaluran dana terdapat sistem jual beli atau dikenal dengan nama murabahah, ada pula sistem sewa beli yang dinamakan ijarah wa iqtina serta ada sistem pinjaman yang disebut dengan qardh.

Perkembangan produk bank syariah juga semakin baik seperti yang penulis kutip dari Republika. Semakin besarnya minat masyarakat pada produk bank syariah dan munculnya BUS baru menyebabkan Aset bank syariah secara keseluruhan selama 2011 mencatatkan pertumbuhan 49% dengan total asset Rp149 triliun. Aset tersebut masih sekitar empat persen dibandingkan total aset perbankan nasional. (Sumber : MozaikIslam.com)

Bank Indonesia sebelumnya menargetkan pertumbuhan moderat aset bank syariah pada 2012 mencapai 44 persen. Realisasi pertumbuhan aset bank syariah, menurut pengamat ekonomi syariah Euis Amalia, bisa melebihi target tersebut. Ia menambahkan, pangsa pasar bank syariah dipastikan bakal menembus lima persen pada 2012. Pendorong pertumbuhan aset berasal dari semakin bervariasinya produk Bank Syariah saat ini. Produk bank syariah yang inovatif tersebut terbukti mendapat perhatian dari masyarakat. Salah satu produk bank syariah yang mendapat momentum pertumbuhan adalah gadai emas. Berdasarkan catatan BI, nilai pembiayaan gadai emas di bank syariah telah menembus Rp 6,1 triliun.

Inovasi produk tersebut dinilai Euis menjadi faktor pendorong utama bagi pertumbuhan aset bank syariah. Keunggulan lainnya, kata dia, bank syariah


(19)

semakin meningkatkan pembiayaan ke sektor mikro. Semakin tingginya komitmen bank syariah untuk menggarap sektor riil, dinilai Euis, akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Tahun ini, Euis memprediksi akan ada hingga tiga bank umum syariah (BUS) baru. Sejumlah bank, menurutnya, ukan memisahkan unit usaha syariahnya untuk dijadikan BUS. Dari cacatan BI, kemungkinan ada dua BUS baru pada 2012 ini yang berasal dari UUS BII dan Bank BTPN. Selain semakin banyak UUS, Euis mengatakan, akan ada satu bank syariah yang akan menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Dukungan dari sisi regulasi juga semakin membaik. Dihapuskannya pajak berganda pada produk pembiayaan syariah dinilai akan semakin mendorong bank syariah menaikkan portofolio pembiayaan.

Untuk menjaga pertumbuh, bank syariah dinilai harus meningkatkan kualitas dan layanan dengan pangsa pasar yang relatif kecil, bank syariah harus mampu berkompetisi dengan bank konvensional. (Sumber : Banksyariah.net)

Bank Muamalat Indonesia yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai pelopor berdirinya perbankan syariah di Indonesia dengan tujuan mengakomodir berbagai aspirasi dan pendapat di masyarakat terutama masyarakat Islam yang banyak berpendapat bahwa bunga bank itu haram karena termasuk riba dan juga untuk mengambil prinsip kehati-hatian.. Seharusnya bisa lebih baik lagi dalam mensosialisasikan produk produk syariah agar bisa dimengerti dan digunakan oleh seluruh segmen/lapisan masyarakat. Sehingga, penggunaan produk produk perbankan syariah didalam masyarakat dapat meningkat seiring gencarnya promosi dan sosialisai produk yang kemudian akan menjadi acuan bagi


(20)

lembaga keuangan syariah yang lain untuk mengatur strategi pemasaran produk-produk syariah yang ada didalam instansi mereka. Atas latar belakang tersebut, maka penulis menyusun skripsi ini yang berjudul “ANALISIS PERMINTAAN MASYARAKAT TERHADAP PRODUK PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS : BANK MUAMALAT KECAMATAN MEDAN MARELAN).” 1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Hubungan antara Musyarakah terhadap permintaan masyarakat ?

2. Bagaimana Hubungan antara Mudharabah terhadap permintaan masyarakat ?

3. Bagaimana Hubungan antara Ijarah terhadap permintaan masyarakat ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui Hubungan antara Musyarakah terhadap permintaan masyarakat.

2. Mengetahui Hubungan antara Mudharabah terhadap permintaan masyarakat.

3. Mengetahui Hubungan antara Ijarah terhadap permintaan masyarakat.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi Penulis, sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis terhadap permintaan produk produk perbankan syariah.


(21)

2. Bagi Sektor Perbankan, sebagai bahan masukkan dan koreksi bagaimana untuk meningkatkan sosialisasi dan penjualan produk produk syariah yang banyak belum dikenal masyarakat secara umum dan luas berdasarkan faktor faktor yang diteliti oleh penulis.

3. Bagi masyarakat Umum dan mahasiswa/i, sebagai tambahan informasi dan tambahan literatur bagi masyarakat dan mahasiswa/i untuk melakukan penelitian selanjutnya.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Bank Syariah

Bank Syariah mulai tahun 1992 . Bank Syariah pertama di Indonesia adalah BMI (Bank Muamalat Indonesia) yang mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992. Bank syariah ada karena adanya keinginan umat muslim untuk kaffah yaitu menjalankan aktivitas perbankan sesuai dengan syariah yang diyakini, terutama masalah larangan riba, serta hal-hal yang berkaitan dengan norma ekonomi dalam Islam seperti larangan maisyir (judi dan spekulatif), gharar (unsur ketidak jelasan), jahala dan keharusan memperhatikan kehalalan cara dan objek investasi

Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam.

Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai seluruh hubungan transaksinya adalah efesiensi, keadilan, dan kebersamaan. Efisiensi mengacu pada prinsip saling membantu secara sinergis untuk memperoleh keuntungan sebesar mungkin.

Keadilan mengacu pada hubungan yang tidak dicurangi, ikhlas, dengan persetujuan yang matang atas proporsi masukan dan keluarannya. Kebersamaan mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasihat untuk saling meningkatkanproduktivitas.

Kegiatan bank syariah dalam hal penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank konvensional. Penentuan harga bagi bank syariah didasarkan pada


(23)

kesepakatan antara bank dengan nasabah penyimpan dana sesuai dengan jenis simpanan dan jangka waktunya, yang akan menentukan besar kecilnya porsi bagi hasil yang akan diterima penyimpan. Berikut ini prinsip-prinsip yang berlaku pada bank syariah,:.

1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).

2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah). 3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah). 4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah). 5. Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank

Oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Dalam rangka menjalankan kegiatannya, bank syariah harus berlandaskan pada Alquran dan hadis. Bank syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank syariah, bunga bank adalah riba. Dalam perkembangannya kehadiran bank syariah ternyata tidak hanya dilakukan oleh masyarakat muslim, akan tetapi juga masyarakat nonmuslim. Saat ini bank syariah sudah tersebar di berbagai negara-negara muslim dan nonmuslim, baik di Benua Amerika, Australia, dan Eropa. Bahkan banyak perusahaan dunia yang telah membuka cabang berdasarkan prinsip syariah. Contoh Bank Syariah di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri. Berkembangnya Bank-bank Syariah di negara-negara Islam (Mesir: Mit Ghamar Bank, Islamic Development Bank, Faisal Islamic Bank, Kuwait Finance House, Dubai Islamic Bank dll) berpengaruh ke Indonesia. Diskusi ataupun Lokakarya


(24)

diselenggarakan sampai akhirnya Tim Perbankan MUI menanda tangani Akte Pendirian PT Bank Muamalat Indonesia pada tanggal 1 November 1991.

Perkembangan Bank syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya UU no 10 tahun 1998.Dalam UU tsb diatur dengan rinci landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh Bank syariah. UU tsb memberi arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah/ unit usaha syariah (UUS) atau mengkonversi menjadi bank syariah. (Sumber : Mozaikislam.com)

2.2 Prinsip dan Fungsi Bank Syariah

Pada dasarnya prinsip bank syariah menghendaki semua dana yang diperoleh dalam sistem perbankan syariah dikelola dengan integritas tinggi dan sangat hati-hati. Berikut prinsip prinsip dalam Bank Syariah .

1. Shiddiq, memastikan bahwa pengelolaan bank syariah dilakukan dengan moralitas yang menjunjung tinggi nilai kejujuran. Dengan nilai ini pengelolaan diperkenankan (halal) serta menjauhi cara-cara yang meragukan (subhat) terlebih lagi yang bersifat dilarang (haram).

2. Tabligh, secara berkesinambungan melakukan sosialisasi dan mengedukasi masyarakat mengenai prinsip-prinsip, produk dan jasa perbankan syariah. Dalam melakukan sosialisasi sebaiknya tidak hanya mengedepankan pemenuhan prinsip syariah semata, tetapi juga harus mampu mengedukasi masyarakat mengenai manfaat bagi pengguna jasa perbankan syariah.


(25)

mengelola dana yang diperoleh dari pemilik dana (shahibul maal) sehingga timbul rasa saling percaya antara pemilik dana dan pihak pengelola dana investasi (mudharib).

4. Fathanah, memastikan bahwa pegelolaan bank dilakukan secara professional

dan kompetitif sehingga menghasilkan keuntungan maksimum dalam tingkat resiko yang ditetapkan oleh bank. Termasuk di dalamnya adalah pelayanan yang penuh dengan kecermatn dan kesantunan (ri‟ayah) serta penuh rasa tanggung

jawab (mas‟uliyah). (Sumber : MozaikIslam.com)

Dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, pasal 4 dijelaskan fungsi bank syariah sebagai berikut:

 Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.

 Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.

 Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari dana wakaf uang dan menyalurkanya kepada pengelola wakaf (nadzir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).

 Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


(26)

Lebih rinci Wiroso (2009;82-87) membagi fungsi bank syariah ke dalam empat fungsi utama yaitu:

1. Fungsi manajer investasi. Bank syariah merupakan manajer investasi dari pemilik dana (shahibul maal) dari dana yang dihimpun dengan prinsip mudharabah, karena besar-kecilnya imbalan (bagi hasil) yang diterima oleh pemilik dana , sangat tergantung pada hasil usaha yang diperoleh (dihasilkan) oleh bank syariah dalam mengelola dana.

2. Fungsi Investor. Dalam penyaluran dana, baik dalam prinsip bagi-hasil atau prinsip jual-beli, bank syariah berfungsi sebagai investor (sebagai pemilik dana). Oleh karena itu sebagai pemilik dana maka dalam menanamkan dana dilakukan dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dan tidak melanggar syariah, ditanamkan pada sektor0sektor produktif dan memiliki resiko yang minim.

3. Fungsi Jasa Perbankan. Dalam operasionalnya, bank syariah juga memiliki fungsi jasa perbankan berupa layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji dan lainya yang tidak melanggar prinsip syariah.

4. Fungsi Sosial. Dalam konsep perbankan syariah mewajibkan bank syariah memberikan layanan sosial melalui dana qard, zakat, dan dana sumbangan lainya yang sesuai dengan prinsip syariah. Konsep perbankan syariah juga mengharuskan bank-bank syariah untuk memainkan dan memberikan kontribusi bagi perlindungan dan pengembangan lingkungan. Fungsi ini juga merupakan yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional, dalam bank syariah fungsi sosial tidak dapat dipisahkan dari fungsi-fungsi lainya dan


(27)

merupakan identitas khas bank syariah. Bahkan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS) yang dikeluarkan IAI, bahwa salah satu unsur laporan keuangan bank syaria adalah komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan syariah , berupa Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, dan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan. (Sumber : Academia.edu)

2.3 Produk Bank Syariah 2.3.1 Al-musyarakah

Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

AI-musyarakah dalam praktik perbankan diaplikasikan dalam hal pembiayaan proyek. Dalam hal ini nasabah yang dibiayai dengan bank sama-sama menyediakan dana untuk melaksanakan proyek tersebut. Keuntungan dari proyek dibagi sesuai dengan kesepakatan untuk bank setelah terlebih dulu mengembalikan dana yang dipakai nasabah. Al-musyarakah dapat pula dilakukan untuk kegiatan investasi seperti pada lembaga keuangan modal ventura. (Sumber : Academia.edu)

2.3.1.1 Rukun dan syarat pembiayaan

Dibawah ini adalah beberapa rukun dan syarat dalam pembiayaan musyarakah yang dimuat dalam fatwa DSN no. 8 tentang musyarakah.


(28)

1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad).

b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.

2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.

b. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra melaksanakan kerja sebagai wakil.

c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis normal.

d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktifitas musyarakah dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja.

e. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk kepentingannya sendiri.


(29)

3. Obyek akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian) a. Modal

 Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang

nilainya sama. Modal dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti barang-barang, properti, dan sebagainya. Jika modal berbentuk aset, harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra.

 Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan,

menyumbangkan atau menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan.

 Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada

jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan.

b. Kerja

 Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar

pelaksanaan musyarakah; akan tetapi, kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya.

 Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama

pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam kontrak.


(30)

c. Keuntungan

 Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk

menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau penghentian musyarakah.

 Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas

dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang mitra.

 Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan

melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase itu diberikan kepadanya.

 Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam

akad. d. Kerugian

Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional menurut saham masing-masing dalam modal.

4. Biaya Operasional dan Persengketaan

a. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama.

b. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya

dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari‟ah setelah tidak tercapai

kesepakatan melalui musyawarah. 2.3.1.2 Jenis Musyarakah


(31)

1. Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad. Maksud dari musyarakah permanen adalah syirkah uqud yang terbagi menjadi empat jenis, yaitu:

a. Inan, yaitu Usaha bersama (kongsi) dimana modal dan keahlian yang diberikan tidak sama

b. Mufawadhah, yaitu Usaha bersama dimana modal dan keahlian yang diberikan sama jumlah dan kualitasnya

c. Abdan, yaitu Usaha bersama dimana modal yang diberikan adalah keahlian/ tenaga

d. Wujuh, yaitu Usaha bersama dimana modal yang diberikan adalah nama baik

2. Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisha) adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana entitas akan dialihkan secara bertahap kepada mitra sehingga bagian dana entitas akan menurun dan pada akhir masa akad mitra akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut.

(Sumber : Academia.edu)

2.3.1.3 Mekanisme pembiayaan

Pada sisi pembiayaan, akad musyarakah dapat diterapkan pada beberapa hal, diantaranya adalah:

1. Musyarakah permanen a. Pembiayaan proyek b. Modal ventura


(32)

2. Musyarakah Mutanaqisah

a. Pembiayaan real estate. (Sumber : Academia.edu)

2.3.2 AI-mudharabah

Pengertian AI-mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka si pengelolalah yang bertanggung jawab.

a. mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak pertama dan pihak lain yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha dan daerah bisnis.

b. mudharabah muqayyadah merupakan kebalikan dari mudharabah muthlaqah di mana pihak lain dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha dan daerah bisnis.

Dalam dunia perbankan Al-mudharabah biasanya diaplikasikan pada produk pembiayaan atau pendanaan seperti, pembiayaan modal kerja. Dana untuk kegiatan mudharabah diambil dari simpanan tabungan berjangka seperti tabungan haji atau tabungan kurban. Dana juga dapat dilakukan dari deposito biasa dan deposito spesial yang dititipkan nasabah untuk usaha tertentu. (Sumber : Academia.edu)


(33)

2.3.2.1 Aplikasi Mudharabah

Mudharabah dalam perbankan syari‟ah biasanya diterapkan pada

produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Sedangkan pada sisi penghimpunan dana mudharabah diterapkan pada

a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, yaitu seperti tabungan haji, dan tabungan kurban, dan sebagainya;

b. Diposito biasa dan special, diposito special (special investment), dimana dana yang dititipkan nasabah, khusus untuk bisnis tertentu, misalnya saja dalam murabahah ataupun ijarah saja.

Sedangkan pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk :

a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa; b. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber

dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.

Mudharabah juga dapat dilakukan dengan memisahkan atau mencampurkan dana mudharabah. Seperti dalam penjelasan dibawah ini, yaitu :

a. Dana harta-harta lainnya, Pemisahan total antara dana mudharabah termasuk harta mudharib.

Teknik ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan dari teknik ini ialah bahwa pendapatan dan biaya dapat dipisahkan dari masing-masing


(34)

dana dan dapat dihitung dengan tepat. Selain itu, keuntungan atau kerugian dapat dihitung dan dialokasikan dengan benar. Sedangkan kekurangan teknik ini terutama menyangkut masalah moral hazard dan preferensi invertasi seorang mudharib.

b. Dana mudharabah dicampur dan disatukan dengan sumber-sumber dana lainnya.

System ini menghilangkan munculnya masalah etika dan moral hazard seperti di atas, namun dalanm system ini pendapatan dan biaya mudharabah tercampur dengan pendapatan dan biaya lainnya.

Mudharabah dalam bank syari‟ah terdapat manfaat dan risikonya,

manfaat mudharabah tersebut terbagi menjadi lima, yaitu :

1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah semakin meningkat.

2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak pernah mengalami negative spread.

3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.

4. Bank akan lebih selktif dan hati-hati dalam mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

5. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah atau musyarakah ini berbeda dengan prinsip bungan tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan


(35)

dari nasabah satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

Sedangkan resiko dari mudharabah, yaitu :

1. streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak;

2. Lalai dan kesalahan yang disengaja;

3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah jika nasabah tidak jujur.

Selain manfaat dan resiko yang ada pada bank syari‟ah, terdapat

pula permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pembiayaan mudharabah. Berdasarkan teori perbankan kontemporer, prinsip mudharabah dijadikan sebagai alternatif penerapan sistem bagi hasil. Meskipun demikian, dalam praktiknya ternyata signifikansi bagi hasil dalam memainkan operasional investasi dana bank peranannya sangat lemah. Menurut beberapa pengamatan perbankan syari‟ah, hal ini terjadi karena beberapa alasan, diantaranya :

a. Standar moral

Terdapat anggapan bahwa standar moral ynag berkembang di kebanyakan komunitas muslim tidak memberi kebebasan penggunaaan bagi hasil sebagai mekanisme investasi.

b. Ketidakefektifan modal pembiayaan bagi hasil

Pembiayaan bagi hasil (mudharabah) tidak menyediakan berbagai macam kebutuhan pembiayaan dari ekonomi kontemporer.


(36)

Keterkaitan bank dengan pembiayaan sistem bagi hasil untuk membantu perkembangan usaha lebih banyak melibatkan pengusaha secara

langsung daripada sistem lainnya pada bank konvensional. Bank syari‟ah

memerlukan informasi yang lebih rinci tentang aktivitas bisnis yang dibiayai dan besar kemungkinan pihak bank turut mempengaruhi setiap pengambilan keputusan bisnis mitranya.

d. Dari segi biaya

Pemberian pembiayaan berdasrkan sistem bagi hasil memerlukan kewaspadaan yang lebih tinggi dari pihak bank.

e. Segi teknis

Problem teknis menyangkut penggunaan sistem bagi haasil berkaitan dengan pihak bank, nasabah, perhitungan keuntungan.bank membutuhkan pengetahuan yang luas mengenai perilaku aktivitas ekonomi yang berguna untuk memprediksi keuntungan. Dari sisi nasabah, kebutahurufan masih menyelimuti dunia muslim.

f. Kurang menariknya sistem bagi hasil dalm aktivitas bisnis

Dalam dunia bisnis dan industri, biaya yang dikeluarkan dari dana-dana yang diperoleh berdasarkan sistem bagi hasil tidak diketahui secara pasti.

(Sumber : Academia.edu)

2.3.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mudharabah


(37)

1. Faktor Langsung

Diantara faktor-faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio).

a. Investment rate merupakan presentase actual dana yang diinvestasikan dari total dana, jika bank menentukan investment rate sebesar 80 %, hal ini berarti 20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas. b. Jumlah dana yang trsedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana

dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode dibawah ini:

1) Rata-rata saldo minimum bulanan 2) Rata-rata total saldo harian.

Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan akan menghasilkan jumlah dana actual yang digunakan. c. Nisbah (profit sharing ratio)

1) Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang hasur ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian;

2) Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat berdeda;

3) Nisbah juga dapat berdeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalkan saja deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan;

4) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dengan account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.


(38)

2. Faktor Tidak Langsung

Faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi bagi hasil, yaitu: a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah

1) bank dan nasabah melakukan share dalam dalam pendapatan dan biaya, pendapatan yang akan dibagi hasilkan merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya;

2) jika semua biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut revenue sharing. b. Kebijakan akunting (prinsip dan metode akuntansi)

bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya. (Sumber : Academia.edu)

2.3.2.3 Mekanisme perhitungan Mudharabah dalam bank syari’ah Dalam mudharabah istilahprofit and loss sharingtidak tepat digunakan karena yang dibagi hanya keuntungannya saja (profit), tidak termasuk kerugiannya (loss). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Dalam mudharabah yang dibagihasilkan adalah pendapatan. Pendapatan terkecil adalah nol. Maka dimaksudkan kerugian dalam mudharabah adalah ketidak mampuan nasabah dalam membayar cicilan pokok senilai pembiayaan yang telah


(39)

diterimanya, atau jumlah seluruh cicilan lebih kecil dari pembiayaan yang telah diterimanya. Bila terjadi demikian, kerugian ditanggung oleh bank syariah, kecuali akibat:

1.nasabah melanggar syarat yang telah disepakati. 2.nasabah lalai dalam menjalankan modalnya.

Perhitungan pada bank syari‟ah, besar kecilnya pendapatan yang diperoleh deposan bergantung pada:

1) Pendapatan bank

2)Nisbah bagi hasil antara nasabah dengan bank 3)Nominal deposito nasabah

4) Rata-rata deposito untuk jangka waktu yang sama pada bank. (Sumber : Academia.edu)

2.3.3Al-Ijarah (Leasing)

Pengertian Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan operating lease maupun financial lease.

Pembagian Jenis Ijarah berdasarkan obyeknya terdiri dari :

a. Ijarah dengan obyeknya berupa manfaat dari barang. Seperti sewa mobil, sewa rumah, dll.

b. Ijarah dengan obyeknya berupa manfaat dari tenaga seseorang.Seperti perawat, guru, dll.


(40)

Dalam pengoperasiannya, ijarah dapat dalam bentuk Operating Lease dan Financial Lease.

1. Operating Lease : Pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan. 2. Financial Lease : Perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yng diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa disebut juga (Al-Ijarah Al Muntahia Bit-Tamlik). Pada umumnya bank lebih banyak menggunakan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik karena lebih sederhana pembukuannya dan tidak mengurus pemeliharaan asset baik ketika saat disewa atau pun setelah akad berakhir. 2.3.4.1 Rukun dan Syarat Ijarah

Adapun beberapa rukun dalam menjalankan ijarah pada perbankan syariah adalah sebagai berikut

1. Mua‟jir (pengupah/menyewakan) dan Musta‟jir (upahan/penyewa) ,

yaitu orang yang melakukan akad sewa-menyewa atau upah mengupah. Syaratnya baligh, berakal, cakap mengendalikan harta dan saling meridhoi.

2. Shighat ijab kabul.

3. Ujrah (ongkos sewa) disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak.

4. Barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam upah mengupah mempunyai syarat sbb:


(41)

b. Dapat diserahkan berikut kegunaannya (khusus untuk barang sewaan)

c. Manfaat benda adalah tidak haram. d. Benda bersifat kekal sampai waktu akad selesai.

2.3.4.2 Menyewakan Barang Sewaan

Penyewa (Musta‟jir) diperbolehkan menyewakan kembali barang yang

disewanya kepada orang lain, dengan syarat penggunaan barang itu sesuai dengan yang dijanjikan ketika akad.

Contohnya adalah menyewa mobil untuk bisnis travel, kemudian mobil

tersebut disewakan kembali dan timbul musta‟jir kedua, maka mobil itu pun

harus digunakan untuk bisnis travel pula. Keuntungan yang didapat tidak dibatasi, bisa lebih kecil atau lebih besar.

Bila ada kerusakan pada barang yang disewa maka menjadi tanggung jawab pemilik barang dengan syarat bukan disebabkan oleh kelalaian dari penyewa.

2.3.4.3 Aplikasinya di Bank Syari’ah

Beberapa aplikasi ijarah dalam perbankan syariah adalah sebagai berikut : a. Bank Muamalat membiayai jasa tenaga kerja bangunan untuk pembangunan rumah pada tahun 1999.

b. Bank memberikan fasilitas penyewaan barang-barang berat untuk keperluan konstruksi. (Sumber : Academia.edu)


(42)

2.3.4.4 Ijarah Muntahiyah bit Tamlik

Sifat pemindahan kepemilikan membuat Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik berbeda dengan ijarah biasa. Ijarah ini memiliki banyak bentuk, tergantung kesepakatan antara kedua belah pihak. Misalnya, al-ijarah dan janji menjual; nilai sewa yang mereka tentukan dalam al ijarah; harga barang dalam transaksi jual; dan kapan kepemilikan dipindahkan. (Sumber : Academia.edu)

2.3.4.5 Aplikasinya di Bank Syariah

Ijarah Muntahiyah bit Tamlik (IMBT)dalam prakteknya dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

1. IMBT melalui hibah (pemindahan hak milik sah tanpa imbalan). Hak milik sah lalu secara otomatis berpindah tanpa perlu melakukan akad baru dan tanpa pembayaran tambahan selain dari jumlah yang dibayaroleh lesse di dalam penyelesaian cicilan.

2. IMBT melalui perpindahan hak milik sah (penjualan) pada akhir sewa melalui suatu imbalan simbolis. Jika jangka waktu ijarah sudah habis maka akad ijarah akan batal dan dibuat suatu janji untuk melakukan akad penjualan . Bisa dilaksanakan apabila penyewa menginginkan hal tersebut dan membayar imbalan simbolis.

3. IMBT melalui perpindahan hak secara sah (penjualan) pada akhir sewa sejumlah yang ditentukan di dalam persewaan. Kesepakatan ini juga merupakan suatu akad yang mencakup akad ijarah dan suatu janji untuk melakukan suatu akad penjualan. Akad ini menyangkut jumlah aset yang dijual yang harus dibeli oleh penyewa setelah habis jangka waktu ijarah.


(43)

4. IMBT melalui perpindahan hak secara sah (penjualan) sebelum akhir jangka waktu persewaan, dengan harga yang equivalen dengan cicilan yang tersisa apabila ada keinginan untuk membeli.

5. IMBT melalui perpindahan bertahap hak milik sah (penjualan) aset yang disewakan. Tetapi perlu akad penjualan untuk setiap bagian yang dijual kepada penyewa. (Sumber : Academia.edu)

2.3.4 Al-muzara'ah

Pengertian AI-muzara'ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan kepada penggarap untuk ditanami produk pertanian dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. Dalam dunia perbankan kasus ini diaplikasikan untuk pembiayaan bidang plantation atas dasar bagi hasil panen. (Sumber : Academia.edu)

2.3.5 Al-musaqah

Pengertian AI-musaqah merupakan bagian dari al-muza'arah yaitu penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan dengan menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap diperoleh dari persentase hasil panen pertanian. Jadi tetap dalam konteks adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap. (Sumber : Academia.edu)

2.3.6 Bai'al Murabahah

Pengertian Bai'al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual


(44)

harus terlebih dulu memberitahukan harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang diinginkannya. (Sumber : Academia.edu)

2.3.7 Bai'as-salam

Bai'as-salam artinya pembelian barang yang diserahkan kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut adalah harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan hukum awal pembayaran harus dalam bentuk uang. (Sumber : Academia.edu)

2.3.8 Bai'Al istishna'

Bai' Al istishna' merupakan bentuk khusus dari akad Bai'assalam, oleh karena itu ketentuan dalam Bai` Al istishna' mengikuti ketentuan dan aturan Bai'as-salam. Pengertian Bai' Al istishna' adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen (pembuat barang). Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga dapat dilakukan tawar-menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka atau secara angsuran per bulan atau di belakang.

(Sumber : Academia.edu)

2.3.9 Al-Wakalah (Amanat)

Wakalah atau wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian atau pemberian mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandat.

(Sumber : Academia.edu)

2.3.10 Al-Kafalah (Garansi)

Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat


(45)

pula diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lain. Dalam dunia perbankan dapat dilakukan dalam hal pembiayaan dengan jaminan seseorang. (Sumber : Academia.edu)

2.3.11 Al-Hawalah

Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban utang dari satu pihak kepada lain pihak. Dalam dunia keuangan atau perbankan dikenal dengan kegiatan anjak piutang atau factoring. (Sumber : Academia.edu)

2.3.12 Ar-Rahn

Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan utang atau gadai. (Sumber : Academia.edu)

2.4 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Perbedaan yang mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional, antara lain :

1. Perbedaan Falsafah

Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan bank syariah terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank kovensional justru kebalikannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat mendalam terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank syariah, dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang


(46)

dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian sebenarnya semua jenis transaksi perniagaan melalu bank syariah diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba). Riba secara sederhana berarti sistem bunga berbunga atau compound interest dalam semua prosesnya bisa mengakibatkan membengkaknya kewajiban salah satu pihak seperti efek bola salju pada cerita di awal artikel ini. Sangat menguntungkan saya tapi berakibat fatal untuk banknya. Riba, sangat berpotensi untuk mengakibatkan keuntungan besar disuatu pihak namun kerugian besar dipihak lain, atau malah ke dua-duanya.

2. Konsep Pengelolaan dana nasabah

Dalam sistem bank syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara titipan dan investasi jelas berbeda dengan deposito pada bank konvensional dimana deposito merupakan upaya mem-bungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja si nasabah membutuhkan, maka bank syariah harus dapat memenuhinya, akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid. Likuiditas yang tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat suatu investasi yang membutuhkan pengendapan dana. Karena pengendapan dananya tidak lama alias cuma titipan maka bank boleh saja tidak memberikan imbal hasil. Sedangkan jika dana nasabah tersebut diinvestasikan, maka karena konsep investasi adalah usaha yang menanggung risiko, artinya setiap kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari usaha yang dilaksanakan, didalamnya terdapat pula risiko untuk menerima kerugian, maka antara nasabah dan banknya sama-sama saling berbagi baik keuntungan maupun risiko.


(47)

3. Perbedaan Fungsi Bank Sebagai Intermediary

Sesuai dengan fungsi bank sebagai intermediary yaitu lembaga keuangan penyalur dana nasabah penyimpan kepada nasabah peminjam, dana nasabah yang terkumpul dengan cara titipan atau investasi tadi kemudian, dimanfaatkan atau disalurkan ke dalam traksaksi perniagaan yang diperbolehkan pada sistem syariah. Hasil keuntungan dari pemanfaatan dana nasabah yang disalurkan ke dalam berbagai usaha itulah yang akan dibagikan kepada nasabah. Hasil usaha semakin tingi maka semakin besar pula keuntungan yang dibagikan bank kepada dan nasabahnya. Namun jika keuntungannya kecil otomatis semakin kecil pula keuntungan yang dibagikan bank kepada nasabahnya. Jadi konsep bagi hasil hanya bisa berjalan jika dana nasabah di bank di investasikan terlebih dahulu kedalam usaha, barulah keuntungan usahanya dibagikan. Berbeda dengan simpanan nasabah di bank konvensional, tidak peduli apakah simpanan tersebut di salurkan ke dalam usaha atau tidak, bank tetap wajib membayar bunganya. Dengan demikian sistem bagi hasil membuat besar kecilnya keuntungan yang diterima nasabah mengikuti besar kecilnya keuntungan bank syariah. Semakin besar keuntungan bank syariah semakin besar pula keuntungan nasabahnya. Berbeda dengan bank konvensional, keuntungan banknya tidak dibagikan kepada nasabahnya. Tidak peduli berapapun jumlah keuntungan bank konvesional, nasabah hanya dibayar sejumlah prosentase dari dana yang disimpannya saja.


(48)

4. Kewajiban Mengelola Zakat

Bank syariah diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu dalam arti wajib membayar zakat, menghimpun, mengadministrasikannya dan mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi dan peran yang melekat pada bank syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial (zakat. Infak, sedekah)

5. Struktur Organisasi

Di dalam struktur organisasi suatu bank syariah diharuskan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS bertugas mengawasi segala aktifitas bank agar selalu sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. DPS ini dibawahi oleh Dewan Syariah Nasional (DSN). Berdasarkan laporan dari DPS pada masing-masing lembaga keuangan syariah, DSN dapat memberikan teguran jika lembaga yang bersangkutan menyimpang. DSN juga dapat mengajukan rekomendasi kepada lembaga yang memiliki otoritas seperti Bank Indonesia dan Departemen Keuangan untuk memberikan sangsi.

6. Bagaimana Nasabah Mendapat Keuntungan

Jika bank konvensional membayar bunga kepada nasabahnya, maka bank syariah membayar bagi hasil keuntungan sesuai dengan kesepakatan. Kesepakatan bagi hasil ini ditetapkan dengan suatu angka ratio bagi hasil atau nisbah. Nisbah antara bank dengan nasabahnya ditentukan di awal, misalnya ditentukan porsi masing-masing pihak 60:40, yang berarti atas hasil usaha yang diperolah akan didisitribusikan sebesar 60% bagi nasabah dan 40% bagi bank. Angka nisbah ini dengan mudah Anda dapatkan informasinya dengan bertanya ke customer service


(49)

atau datang langsung dan melihat papan display “ Perhitugan dan Distribusi Bagi

Hasil” yang ada di cabang bank syariah. (Kusuma Asda Sandra). (Sumber : Academia.edu)

Secara garis besar terdapat beberapa perbedaan paradigma diantara Bank Syariah dan Bank Konvensional Penulis Jelaskan dalam table dibawah ini:

Tabel 2.1

Perbandingan Paradigma Bank Syariah dan Bank Konvensional

FAKTOR

BANK KONVENSIONAL

BANK SYARIAH

Hubungan bank dengan nasabah Investor dengan investor Kreiditur dan debitur

Sistem pendapatanusaha Bunga, Fee Bagi hasil, Marjin, Fee

Organisasi

Tidak terdapat struktur pengawasan syariah

Terdapat struktur pengawasan syariah yaitu Badan Pengawas Syariah

Penyaluran Pembiayaan Liberal untuk tujuan keuntungan

Adanya batasan-batasan, memperhatikan unsur moral dan lingkungan.

Tingkat risiko umum dalam usaha

Risiko menengah-tinggi karena

adanya transaksi spekulasi

Risiko menengah-rendah karena

malarang transaksi spekulasi

Penanggung resikoinvestasi Satu sisi hanya pada bank

Dua sisi yaitu bank dan nasabah (deposan maupun debitur).

Sumber : Gunawan (1999:2)

Selain perbedaan paradigma, terdapat pula perbedaan dasar kegiatan usaha bank konvensional dan bank syariah :


(50)

Tabel 2.2

Perbedaan Dasar Kegiatan Usaha Perbankan Syariah dan Konvensional

Dasar Kegiatan usaha

Bank

Konvensional Bank SyariahKeterangan

Kredit (bunga) √

Penyaluran kredit atau

peneneman dana lainnya.

Pembiayaan (bagi hasil) √

Prinsip mudharabah dan

musyarakah

Jual Beli √ Prinsip bai / salam

Sewa-beli √ Prinsip ijarah

Simpanan dana (bunga) √ Deposito, tabungan, atau giro

Investasi dana (bagi hasil) √

Investasi tidak terbatas,

deposito, tabungan , giro.

Investasi terbatas/khusus √

Prinsip mudharabah

muqayadah „1‟

Jasa perbankan √ √

Prinsip ujrah (bank

syariah), fee base income(bank

konvensional)

1. akad mudharabah yang dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.Disebut

juga restricted mudharabah. (Antonio,2001:97)

2.5 Definisi dan Faktor yang mempengaruhi Permintaan

Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Singkatnya permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan:


(51)

1. Harga barang itu sendiri

Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan terhadap barang itu bertambah.

2. Harga barang lain yang terkait

Berpengaruh apabila terdapat dua barang yang saling terkait yang keterkaitannya dapat bersifat subtitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (penggenap).

3. Tingkat pendapatan perkapita

Dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat.

4. Selera atau kebiasaan

Tinggi rendahnya suatu permintaan ditentukan oleh selera atau kebiasaan dari pola hidup suatu masyarakat.

5. Jumlah penduduk

Semakin banyak jumlah penduduk yang mempunyai selera atau kebiasaan akan kebutuhan barang tertentu, maka semakin besar permintaan terhadap barang tersebut.

6. Perkiraan harga di masa mendatang

Bila kita memperkirakan bahwa harga suatu barang akan naik, adalah lebih baik membeli barang tersebut sekarang, sehingga mendorong orang untuk membeli lebih banyak saat ini guna menghemat belanja di masa depan.


(52)

7. Distribusi pendapatan

Tingkat pendapatan perkapita bisa memberikan kesimpulan yang salah bila distribusi pendapatan buruk. Jika distribusi pendapatan buruk, berarti daya beli secara umum melemah, sehingga permintaan terhadap suatu barang menurun.

8. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan.

Bujukan para penjual untuk membeli barang besar sekali peranannya dalam mempengaruhi masyarakat. Usaha-usaha promosi kepada pembeli sering mendorong orang untuk membeli banyak daripada biasanya. (Sumber : Academia.edu)

2.6 Hukum dan Teori Permintaan

Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan: "Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila harga turun jumlah barang meningkat."

Sementara, Teori Permintaan dapat dinyatakan : "Perbandingan lurus antara permintaan terhadap harganya yaitu apabila permintaan naik, maka harga relatif akan naik, sebaliknya bila permintaan turun, maka harga relatif akan turun."


(53)

Faktor-faktor yang dapat menggeser kurva permintaan: 1. Faktor harga

Perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun

2. Faktor bukan harga

Kurva permintaan akan bergerak ke kanan apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun. Kurva permintaan akan bergerak ke kiri apabila terdapat perubahan-perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga, sekiranya harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu akan menyebabkan kurva permintaan akan pindah ke kanan atau ke kiri. (Sumber : Academia.edu)

2.7 Fungsi dan Kurva Permintaan

Fungsi Permintaan adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah suatu barang yang diminta dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. fungsi permintaan adalah suatu kajian matematis yang digunakan untuk menganalisa perilaku konsumen dan harga. fungsi permintaan mengikuti hukum permintaan yaitu apabila harga suatu barang naik maka permintaan akan barang tersebut juga menurun dan sebaliknya apabila harga barang turun maka permintaan akan barang tersebut meningkat. jadi hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta memiliki hubungan yang terbalik, sehingga gradien dari fungsi permintaan (b) akan selalu negatif.


(54)

y

x 800

600 400

1 3 5

Bentuk umum fungsi permintaan dengan dua variabel adalah sebagai berikut : Qd = a - bPd atau Pd = -1/b ( -a + Qd)

dimana :

a dan b = adalah konstanta, dimana b harus bernilai negatif b = ∆Qd / ∆Pd

Pd = adalah harga barang per unit yang diminta Qd = adalah banyaknya unit barang yang diminta

Syarat, P ≥ 0, Q ≥ 0, serta dPd / dQ < 0. (Sumber : Academia.edu)

Kurva Permintaan merupakan kurva yang menunjukkan berapa banyak produk yang dibeli oleh konsumen pada tingkat harga tertentu. Kurva permintaan membentuk slope negatif dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva permintaan membentuk slope negatif karena sesuai dengan Hukum Permintaan yaitu bahwa harga produk berbanding terbalik dengan jumlah produk yang dibeli konsumen.

Contoh kurva permintaan berdasarkan jumlah barang (x) dan harga (y)

Gambar 2.1 Kurva Permintaan

Dalam gambar diatas, terlihat bahwa ketika harga barang (y) mengalami penurunan dari harga Rp. 800 menjadi Rp. 600. Maka jumlah barang x yang diminta semakin bertambah yakni dari 1 unit menjadi 3 unit. Kemudian, ketika harga barang (y) kembali mengalami penurunan dari Rp. 600 menjadi Rp. 400. Maka Jumlah barang x yang diminta bertambah dari 3 unit menjadi 5 unit.


(55)

2.8 Definisi dan faktor yang mempengaruhi penawaran

Dalam teori ekonomi, Penawaran dapar diartikan sebagai keseluruhan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan dalam berbagai kemungkinan harga yang berlaku di pasar dalam satu periode.

Dari pemahaman tersebut, terdapat dua variabel ekonomi yaitu jumlah barang dan jasa yang ditawarkan atau dijual dan tingkat harga barang dan jasa itu sendiri. Dalam pendekatan ini Variabel waktu diabaikan atau dianggap konstan.

Variabel jumlah barang dan tingkat harga dalam konsep penawaran ini menunjukkan adanya saling keterkaitan satu dengan yang lainnya. Variabel harga merupakan variabel yang mempengaruhi jumlah barang dan jasa yang ditawarkan, biasa disebut sebagai variabel bebas, atau independent variable. Sedangkan variabel jumlah barang dan jasa merupakan variabel yang dipengaruhi oleh tingkat harga, biasa disebut variabel terikat atau dependent variable.

Jenis-Jenis Penawaran dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Penawaran individu adalah penawaran dari penjual perseorangan untuk suatu barang di pasar.

2. Penawaran kolektif atau pasar adalah penwaran yang datangnya dari semua penjual yang ada di pasar untuk suatu barang.

Penawaran suatu barang dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Biaya produksi dan teknologi yang digunakan Jika biaya pembuatan/produksi suatu produk sangat tinggi maka produsen akan membuat produk lebih sedikit dengan harga jual yang mahal karena takut tidak


(56)

mampu bersaing dengan produk sejenis dan produk tidak laku terjual. Dengan adanya teknologi canggih bisa menyebabkan pemangkasan biaya produksi sehingga memicu penurunan harga.

2. Tujuan Perusahan. Perusahaan yang bertujuan mencari keuntungan sebesar-besarnya (profit oriented) akan menjual produknya dengan marjin keuntungan yang besar sehingga harga jual jadi tinggi. Jika perusahaan ingin produknya laris dan menguasai pasar maka perusahaan menetapkan harga yang rendah dengan tingkat keuntungan yang rendah sehingga harga jual akan rendah untuk menarik minat konsumen.

3. Pajak yang naik akan menyebabkan harga jual jadi lebih tinggi sehingga perusahan menawarkan lebih sedikit produk akibat permintaan konsumen yang turun.

4. Ketersediaan dan harga barang pengganti/pelengkap. Jika ada produk pesaing sejenis di pasar dengan harga yang murah maka konsumen akan ada yang beralih ke produk yang lebih murah sehingga terjadi penurunan permintaan, akhirnya penawaran pun dikurangi.

5. Prediksi / perkiraan harga di masa depan. Ketika harga jual akan naik di masa mendatang perusahaan akan mempersiapkan diri dengan memperbanyak output produksi dengan harapan bisa menawarkan/menjual lebih banyak ketika harga naik akibat berbagai faktor.

2.9 Hukum dan Teori Penawaran

Hukum penawaran menjelaskan bahwa jumlah barang yang ditawarkan berbanding sejajar dengan tingkat harga. Artinya, jika harga barang naik, maka


(57)

jumlah barang dan jasa yang ditawarkan akan naik juga. Sebaliknya, jika harga turun, maka jumlah penawaran barang dan jasa akan turun juga.

Dari hukum penawaran sangat jelas bahwa harga dan jumlah penawaran berkorelasi positif. Jadi barang dan jasa yang ditawarkan pada suatu waktu tertentu akan sangat tergantung pada tingkat harganya. Pada kondisi dimana faktor-faktor lain tidak berubah. Jika barang dan jasa naik, maka penjual cenderung menjual barang dan jasa dalam jumlah yang lebih banyak. Dan sebaliknya, jika barang dan jasa harganya turun, maka penjual cenderung menurunkan jumlah barang dan jasa yang ditawarkannya.

2.10 Fungsi dan Kurva Penawaran

Fungsi penawaran adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara harga (P) dengan jumlah barang (Q) yang ditawarkan. Fungsi penawaran harus sesuai dengan hukum penawaran yang menyatakan bahwa Bila harga barang naik, maka jumlah penawarannya bertambah dan bila harga barang turun, maka jumlah penawarannya berkurang.

Dengan demikian, hubungan antara harga barang dengan jumlah barang yang ditawarkan adalah positif atau berbanding lurus. Bentuk umum fungsi penawaran adalah

Q = a + bP atau P = a + bQ dimana :

a dan b = adalah konstanta, dimana b harus bernilai positif P = adalah harga barang per unit yang diminta Q = adalah banyaknya unit barang yang diminta


(58)

x 800

600 400

1 3 5

y

Merupakan grafik yang mengilustrasikan berapa banyak produk yang akan ditawarkan oleh produsen pada tingkat harga tertentu. Kurva penawaran membentuk slope positif dari kiri bawah ke kanan atas. Kurva penawaran membentuk slope positif karena sesuai dengan Hukum Penawaran yaitu bahwa harga produk berbanding lurus dengan jumlah produk yang akan ditawarkan produsen.

Contoh kurva permintaan berdasarkan jumlah barang (x) dan harga (y)

Gambar 2.2 Kurva Penawaran

Dalam gambar diatas, terlihat bahwa ketika harga barang (y) meningkat dari harga Rp. 400 menjadi Rp. 600. Maka jumlah barang x yang ditawarkan juga semakin bertambah yakni dari 1 unit menjadi 3 unit. Kemudian, ketika harga barang (y) kembali meningkat dari Rp. 600 menjadi Rp. 800. Maka Jumlah barang x yang ditawarkan juga bertambah dari 3 unit menjadi 5 unit.

2.11 Penelitian Terdahulu

Ada banyak penelitian mengenai produk perbankan syariahyang menjadi preferensi dan acuan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Yang pertama, penelitian yang dilakukan oleh Dr. Dedi Rianto Rahadi mengenai Sikap Nasabah


(59)

Terhadap Produk Bank Syariah pada tahun 2008 dengan menggunakan metode Chi Square Test menunjukkan bahwa hasil analisis dari nasabah berdasarkan karakteristik (jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan terakhir, penghasilan perbulan) tidak semua sikap nasabah sama terhadap atribut produk Bank Syariah. Khusus untuk nasabah berdasarkan karakteristik penghasilan perbulan tidak mempunyai perbedaan sikap terhadap semua atribut produk Bank Syariah. Jenis Produk Bank Syariah yang paling banyak diminati adalah tabungan dan bank Sumsel Syariah yang menjadi pilihan nasabah dalam menempatkan dananya.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Aiyub yang merupakan Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh pada tahun 2007 mengenai Analisis Perilaku Masyarakat terhadap keinginan menabung dan memperoleh pembiayaan pada Bank Syariah di Nangroe Aceh Darussalam menunjukkan hasil bahwa sebagian besar masyarakat tidak mengetahui tentang system maupun produk perbankan syariah, sehingga keadaan ini memberikan nilai potensi yang kurang terhadap pengembangan Bank Syariah. Namun demikian keinginan menabung dan memperoleh pembiayaan sangat tinggi sekali. Pemetaan terhadap keinginan untuk menabung dan memperoleh pembiayaan pada Bank Syariah terlihat bahwa keseluruhan kabupaten dan kota memiliki nilai potensial yang tinggi (diatas 85%) dan yang tertinggi adalah kabupaten Aceh Barat (98%), Aceh Besar (97%), Bener Meriah (96%), Lhokseumawe (95%), Aceh Utara (94%), Aceh Tengah (86%) dan Sabang (84%).

Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Wiwiek Rabiatul Adawiyah pada tahun 2010 menunjukkan hasil bahwa ada tujuh faktor yang menjadi seleksi


(60)

konsumen terhadap Bank Syariah di Purwokerto antara lain : Faktor Persepsi, Faktor Bukti Fisik, Faktor Proses, Faktor Harga, Faktor Orang, Faktor Sosial, dan Faktor Lokasi. Faktor yang paling dominan dipertimbangkan konsumen dalam memilih Bank Syariah adalah faktor persepsi dengan Variance 32,056 % dari variasi yang ada. Pengetahuan konsumen terhadap Bank Syariah masih terbatas, sebagian besar konsumen hanya mengetahui tentang riba dan syariah. Sedangkan istilah istilah dalam perbankan syariah seperti ijarah, Mudharabah, Musyakarah dan murabahah masih belum diketahui dan dimengerti oleh konsumen.Alasan utama konsumen menabung di Bank Syariah adalah karena kombinasi dari alasan agama dan alasan keuntungan.

2.12 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan teori yang relevan, belum didasarkan atas fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data.Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empiris (sugiyono, 1992). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Permintaan masyarakat dan produk Mudharabah saling berhubungan. 2. Permintaan masyarakat dan produk Musyakarah saling berhubungan. 3. Permintaan masyarakat dan produk Ijarah saling berhubungan.


(61)

2.13 Kerangka Konseptual

Penentuan variabel Analisis Permintaan Masyarakat terhadap Produk Perbankan Syariah disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan dari penelitian ini. Berikut penulis jabarkan dalam gambar dibawah ini:

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

PERMINTAAN MASYARAKAT TERHADAP PRODUK PERBANKAN SYARIAH

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TERHADAP PRODUK BANK SYARIAH

PRODUK BANK SYARIAH


(1)

(2)

6.

Hasil Frekuensi pada Pertanyaan

JK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid LAKI-LAKI 38 40.4 40.4 40.4

PEREMPUAN 56 59.6 59.6 100.0


(3)

UMUR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid >50 8 8.5 8.5 8.5

17-30 37 39.4 39.4 47.9

31-50 49 52.1 52.1 100.0

Total 94 100.0 100.0

JPRODUK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid KPR/MUSYARAKAH 10 10.6 10.6 10.6

LEASING/IJARAH 4 4.3 4.3 14.9

TABUNGAN 64 68.1 68.1 83.0

TABUNGAN HAJI ARAFAH 16 17.0 17.0 100.0

Total 94 100.0 100.0

MPRODUK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid DARI MEDIA CETAK 43 45.7 45.7 45.7

REKOMENDASI DARI TEMAN DAN KELUARGA

51 54.3 54.3 100.0


(4)

PEKERJAAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid LAINNYA 17 18.1 18.1 18.1

MAHASISWA/PELAJAR 13 13.8 13.8 31.9

PEGAWAI SWASTA 27 28.7 28.7 60.6

PNS/TNI/POLRI 17 18.1 18.1 78.7

WIRASWASTA 20 21.3 21.3 100.0

Total 94 100.0 100.0

PENDAPATAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <2.000.000 10 10.6 10.6 10.6

2.000.000-5.000.000 58 61.7 61.7 72.3

5.000.000-8.000.000 26 27.7 27.7 100.0

Total 94 100.0 100.0

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid D3/S1 53 56.4 56.4 56.4

LAINNYA 16 17.0 17.0 73.4

SMA 24 25.5 25.5 98.9

SMP 1 1.1 1.1 100.0


(5)

7.

Rank

Spearman

Notes

Output Created 25-Jul-2015 16:55:55

Comments

Input Data C:\Users\User\Documents\cory\data mentah

kuisioner.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 94

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as

missing.

Cases Used All non-missing data are used.

Syntax RANK VARIABLES=permintaan

musyarakah mudharabah ijarah (A) /RANK

/PRINT=YES /TIES=MEAN.

Resources Processor Time 0:00:00.031

Elapsed Time 0:00:00.040

Variables Created or Modified Rpermint Rank of permintaan

Rmusyara Rank of musyarakah

Rmudhara Rank of mudharabah

Rijarah Rank of ijarah


(6)

Correlations

Rank of permintaan

Rank of musyarakah

Spearman's rho Rank of permintaan Correlation Coefficient 1.000 .689**

Sig. (2-tailed) . .000

N 94 94

Rank of musyarakah Correlation Coefficient .689** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 94 94

Correlations

Rank of permintaan

Rank of mudharabah

Spearman's rho Rank of permintaan Correlation Coefficient 1.000 .888**

Sig. (2-tailed) . .000

N 94 94

Rank of mudharabah Correlation Coefficient .888** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 94 94

Correlations

Rank of

permintaan Rank of ijarah

Spearman's rho Rank of permintaan Correlation Coefficient 1.000 .730**

Sig. (2-tailed) . .000

N 94 94

Rank of ijarah Correlation Coefficient .730** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .