Analisis Tingkat Pemahaman Masyarakat Kota Medan Terhadap Produk-produk Perbankan Syariah Studi Kasus: Kecamatan Medan Petisah

(1)

ANALI T SIS TINGK TERHADAP STUDI PROGR DEPAR FA UN KAT PEMA P PRODUK KASUS: K ASM AM STUD RTEMEN AKULTAS NIVERSIT SKRIP AHAMAN K-PRODU KECAMAT OLEH MAUL HA 100501 DI EKONO N EKONOM S EKONO TAS SUM MEDA 2014 PSI N MASYAR UK PERBAN TAN MEDA H ASANAH 148 OMI PEM MI PEMB OMI DAN MATERA U AN 4 RAKAT KO NKAN SYA AN PETISA MBANGUN BANGUNA BISNIS UTARA OTA MED ARIAH AH NAN AN AN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat Kota Medan, Kecamatan Medan Petisah terhadap produk-produk perbankan syariah yaitu produk mudharabah dan wadi’ah, produk penyaluran dana musyarakah dan murabahah, dan produk jasa wakalah. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui simple random sampling dengan menggunakan 100 orang masyarakat Kecamatan Medan Petisah sebagai sampel. Metode pengumpulan data menggunakan self administrated survey, dengan memberikan kuisioner. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis deskriptif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan program komputer SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 17.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman masyarakat Kota Medan, Kecamatan Medan Petisah sangat rendah terhadap produk-produk perbankan syariah. Terdapat masing-masing 3 persen dari responden yang sangat paham terhadap produk penghimpunan dana wadi’ah dan mudharabah, terdapat masing-masing 4 persen responden yang sangat paham terhadap produk penyaluran dana murabahah dan musyarakah yang di tawarkan bank syariah, dan terdapat 3 persen responden yang sangat paham terhadap produk jasa wakalah.

Sebanyak 25 orang responden dengan benar menjawab arti dari produk wadi’ah dalam kuisioner, dan sebanyak 26 orang dengan benar menjawab arti dari produk mudharabah. Terdapat 21 orang responden dengan benar memilih arti musyarakah dalam kuisioner, 14 orang responden memilih dengan benar arti dari produk murabahah dan terdapat 7 orang responden yang dapat menjawab dengan benar arti dari produk wakalah.

Kata kunci : Pemahaman, Mudharabah, Musyarakah, Wakalah, Murabahah,


(3)

ABSTRACT

This study aimed to determine the level of public understanding of Medan’s society, in Medan Petisah District towards Islamic banking products, such as funding products mudharabah and wadi’ah, financing products musharaka and murabahah and services product wakalah. Hence, the type of study is descriptive quantitative.

The sampling technique is done through simple random sampling by using the 100 residents of Medan Petisah district as samples. The data collection method using self administrated survey, by giving questionnaires. The method of analysis used in this study is the descriptive analysis by applied SPSS (Statistics Product and Service Solutions) 17 version.

The results of study revealed that the level of public understanding of residents of Medan Petisah very low towards the Islamic banking products. There are 3 percent respondents who really understand the funding products wadi'ah and mudarabah, 4 percent respondents who really understand the financing products murabahah and musharaka offered by Islamic banks, and only 3 percent respondents were quite understand the wakalah services products.

There are 25 percent of respondents correctly answered the meaning of the product wadi'ah in the questionnaire, and 26 percent respondents correctly answer the meaning of mudharaba product. And 21 percent respondents correctly chose anti-musharaka, 14 percent respondents chose the correct meaning of murabahah products and 7 respondents were able to answer correctly the meaning of wakalah.

Keywords: understanding of, Mudharaba, Musharaka, Wakalah, Murabahah, Wadi’ah.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan Karunia-Nya sehingga panulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “analisis tingkat pemahaman masyarakat Kota medan terhadap produk-produk perbankan syariah studi kasus: Kecamatan Medan Petisah”. Berkat karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir yang harus di tempuh untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonimi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang ssebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa dukungan materil, sumbangan pemikiran dan doa dalam penyusunan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Orang tua penulis, Ayahanda Angga Tua Harahap dan Ibunda Halimah Panjaitan yang senantiasa memberi saya kasih sayang, doa, dukungan semangat dan materil selama ini. Terima kasih tak terhingga penulis ucapkan untuk almarhumah kakak tersayang Adzli Fathul Jannah Harahap yang telah memberikan tauladan yang baik semasa hidupnya dan untuk adik saya Lailatul Syifa Harahap yang bersedia menemani, memberikan dukungan dan doa kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec, Ak. Selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen

Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing penulis yang telah


(5)

membimbing penulis, memberikan saran, pengarahan, petunjuk-petunjuk, dan masukan yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unversitas Sumatera Utara.

6. Bapak Haroni Doli Hamoraon Ritonga, SE, M.Si selaku dosen

pembanding I dan Ibu Ilyda Sudardjat, S.Si, M.Si selaku dosen pembanding II, yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Dosen dan pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberikakn ilmu dan perhatiannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

8. Masyarakat Kecamatan Medan Petisah yang telah berpartisipasi dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Dan pihak-pihak terkait yang telah memberikakn sumbangsih informasi-informasi yang berguna bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersoifat membangun untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membacanya.

Medan, Juni 2014 Penulis

Asmaul Hasanah NIM. 100501148


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Bank Syariah ... 12

2.1.1 Pengertian Bank Syariah ... 12

2.1.2 Sejarah Bank Syariah ... 13

2.1.2.1 Berdirinya Bank Syariah di Dunia ... 13

2.1.2.2 Berdirinya Bank Syariah di Indonesia ... 14

2.2 Produk Bank Syariah ... 15

2.2.1 Produk Penghimpunan Dana ... 16

2.2.2 Produk Penyaluran Dana ... 17

2.2.3 Produk Jasa ... 20

2.3 Prinsip-prinsip Operasional Perbankan Syariah... 21

2.4 Keunggulan Bank Syariah ... 23

2.5 Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah ... 27

2.6 Pengertian Pemahaman ... 28

2.7 Penelitian Terdahulu ... 30

2.8 Kerangka Konseptual ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

3.1 Jenis Penelitian dan Sumber Data ... 32

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

3.3 Batasan Operasional ... 32

3.4 Defenisi Operasional ... 33

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

3.6 Jenis Data ... 35

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 34


(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1 Gambaran Umum ... 36

4.1.1 Kota Medan ... 36

4.1.2 Sejarah Bank Syariah ... 37

4.2 Profil dan Deskripsi Responden ... 38

4.2.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 38

4.2.2 Data Responden Berdasarkan Pendidikan ... 40

4.2.3 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan ... 40

4.2.4 Data Responden Berdasarkan Berdasarkan Pekerjaan ... . 41

4.2.5 Data Responden Berdasarkan Pernah atau Tidak Pernah Mengetahui Produk Bank Syariah ... 43

4.2.6 Data Responden Berdasarkan Bank yang Digunakan Masyarakat ... 49

4.3 Deskripsi Penelitian ... 52

4.3.1 Pengetahuan Masyarakat terhadap Produk Bank Syariah ... 52

4.3.2 Tingkat Pemahaman Masyarakat terhadap Produk Bank Syariah ... 58

4.3.3 Pemahaman Masyarakat tentang Pengertian dari Produk Bank Syariah ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 76


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Akad-akad dari produk penghimpunan dana (funding)... 2

1.2 Akad-akad dari produk penyaluran dana (financing)... 3

1.3 Akad-akad dari produk penyaluran dana (financing)... 4

1.4 Bank Umum Syariah di Kota Medan... 5

1.5 Bank dengan Unit Usaha Syariah di Kota Medan... 7

2.1 Perbedaan Mudharabah dan Musyarakah... 19

2.2 Perbedaan Bagi Hasil dengan Sistem Bunga... 27

2.3 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional... 28

4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 38

4.2 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 40

4.3 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan... 41

4.4 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan. 42 4.5 Data Responden Berdasarkan Pernah atau Tidak Pernah Mengetahui Produk Bank Syariah... 43

4.6 Data Responden Berdasarkan Pernah atau Tidak Pernah Mengetahui Produk Bank Syariah dihubungkan dengan Tingkat Pendidikan... 44

4.7 Data Responden Berdasarkan Pernah atau Tidak Pernah Mengetahui Produk Bank Syariah dihubungkan dengan Umur 46 4.8 Data Responden Berdasarkan Pernah atau Tidak Pernah Mengetahui Produk Bank Syariah Berdasarkan Pekerjaan... 48

4.9 Responden Berdasarkan Bank yang Digunakan Masyarakat 50 4.10 Pengetahuan Masyarakat Terhadap Produk Penghimpunan Dana Wadi’ah Berdasarkan Jenjang Pendidikan... 53

4.11 Pengetahuan Masyarakat Terhadap Produk Penghimpunan Dana Mudharabah Berdasarkan Jenjang pendidikan 54 4.12 Pengetahuan Masyarakat Terhadap Produk Penyaluran Dana Musyarakah Berdasarkan Jenjang Pendidikan... 55

4.13 Pengetahuan Masyarakat Terhadap Produk Penyaluran Dana Murabahah Berdasarkan Jenjang Pendidikan... 56

4.14 Pengetahuan Masyarakat Terhadap Produk Jasa yaitu Wakalah Berdasarkakn Jenjang Pendidikan...... 57

4.15 Tingkat Pemahaman Masyarakat Terhadap Produk Penghimpunan Dana Wadi’ah... 59

4.16 Tingkat Pemahaman Masyarakat Terhadap Produk Penghimpunan Dana Mudharabah... 61


(9)

4.17 Tingkat Pemahaman Masyarakat Terhadap Produk Penyaluran Dana Musyarakah... 63 4.18 Tingkat Pemahaman Masyarakat Terhadap Produk Penyaluran

Dana Murabahah... 65 4.19 Tingkat Pemahaman Masyarakat Terhadap Produk Jasa Wakalah 67 4.20 Pemahaman Masyarakat tentang Pengertian dari Produk Wadi’ah 69

4.21 Pemahaman Masyarakat tentang Pengertian dari Produk

Mudharabah... 70

4.22 Pemahaman Masyarakat tentang Pengertian dari Produk

Musyarakah... 71

4.23 Pemahaman Masyarakat tentang Pengertian dari Produk

Murabahah... 73

4.24 Pemahaman Masyarakat tentang Pengertian dari Produk


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

3.1 Kerangka Konseptual ... 31 4.1 Data Responden Menurut Jenis Kelamin... 39

4.2 Pemahaman Masyarakat tentang Pengertian dari Produk

Wadi’ah... 70

4.3 Pemahaman Masyarakat tentang Pengertian dari Produk

Mudharabah... 71

4.4 Pemahaman Masyarakat tentang Pengertian dari Produk

Musyarakah... 72

4.5 Pemahaman Masyarakat tentang Pengertian dari Produk

Murabahah... 74

4.6 Pemahaman Masyarakat tentang Pengertian dari Produk


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Quessioner Penelitian... 80 2 Data Responden Berdasarkan Umur, Pekerjaan Dan Pendidikan 86 3 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Kelamin

Yang Dihubungkan Dengan Pendidikan... 90 4 Data Responden Berdasarkan Nasabah Suatu Bank Dan Pernah

Atau Tidak Mengetahui Produk Bank Syariah... 91 5 Data Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Produk

Bank Syariah... 96 6 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pemahaman Terhadap

Produk Bank Syariah... 98 7 Data Responden Berdasarkan Pemahaman Masyarakat Dengan

Pengertian Produk Bank Syariah... 104

                             


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat Kota Medan, Kecamatan Medan Petisah terhadap produk-produk perbankan syariah yaitu produk mudharabah dan wadi’ah, produk penyaluran dana musyarakah dan murabahah, dan produk jasa wakalah. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui simple random sampling dengan menggunakan 100 orang masyarakat Kecamatan Medan Petisah sebagai sampel. Metode pengumpulan data menggunakan self administrated survey, dengan memberikan kuisioner. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis deskriptif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan program komputer SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 17.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman masyarakat Kota Medan, Kecamatan Medan Petisah sangat rendah terhadap produk-produk perbankan syariah. Terdapat masing-masing 3 persen dari responden yang sangat paham terhadap produk penghimpunan dana wadi’ah dan mudharabah, terdapat masing-masing 4 persen responden yang sangat paham terhadap produk penyaluran dana murabahah dan musyarakah yang di tawarkan bank syariah, dan terdapat 3 persen responden yang sangat paham terhadap produk jasa wakalah.

Sebanyak 25 orang responden dengan benar menjawab arti dari produk wadi’ah dalam kuisioner, dan sebanyak 26 orang dengan benar menjawab arti dari produk mudharabah. Terdapat 21 orang responden dengan benar memilih arti musyarakah dalam kuisioner, 14 orang responden memilih dengan benar arti dari produk murabahah dan terdapat 7 orang responden yang dapat menjawab dengan benar arti dari produk wakalah.

Kata kunci : Pemahaman, Mudharabah, Musyarakah, Wakalah, Murabahah,


(13)

ABSTRACT

This study aimed to determine the level of public understanding of Medan’s society, in Medan Petisah District towards Islamic banking products, such as funding products mudharabah and wadi’ah, financing products musharaka and murabahah and services product wakalah. Hence, the type of study is descriptive quantitative.

The sampling technique is done through simple random sampling by using the 100 residents of Medan Petisah district as samples. The data collection method using self administrated survey, by giving questionnaires. The method of analysis used in this study is the descriptive analysis by applied SPSS (Statistics Product and Service Solutions) 17 version.

The results of study revealed that the level of public understanding of residents of Medan Petisah very low towards the Islamic banking products. There are 3 percent respondents who really understand the funding products wadi'ah and mudarabah, 4 percent respondents who really understand the financing products murabahah and musharaka offered by Islamic banks, and only 3 percent respondents were quite understand the wakalah services products.

There are 25 percent of respondents correctly answered the meaning of the product wadi'ah in the questionnaire, and 26 percent respondents correctly answer the meaning of mudharaba product. And 21 percent respondents correctly chose anti-musharaka, 14 percent respondents chose the correct meaning of murabahah products and 7 respondents were able to answer correctly the meaning of wakalah.

Keywords: understanding of, Mudharaba, Musharaka, Wakalah, Murabahah, Wadi’ah.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan pokok bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau jenis pinjaman lainnya. Jadi baik perbankan konvensional maupun perbankan syariah mempunyai fungsi sebagai intermediary service. Menurut Julius R Latumaerrisa (2011: 331) karakteristik sistem perbankan syariah yang berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai kebersamaan dan persaudaran dalam berproduksi dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertansaksi keuangan.

Makin meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara kesuluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang (Julius, 2011: 331). Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan kebijakan pengembangan bank Syariah di Indonesia yakni dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat yang meyakini sistem operasi perbankan konvensional tidak sesuai dengan syariah Islam. Pengoperasian bank syariah terus ditingkatkan karena


(15)

syariah Islam dan juga adanya kekecewaan masyarakat terhadap praktek-praktek perbankan saat ini serta tingkat suku bunga yang terlalu tinggi sehingga seringkali dapat merugikan masyarakat.

Produk-produk yang ditawarkan bank syariah terdiri dari 3 kategori yaitu produk penghimpunan dana (funding), produk penyaluran dana (financing) dan produk jasa (services). Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/19/2007 disebutkan bahwa pemenuhan Prinsip Syariah dalam kegiatan penghimpunan dana, penyaluran dana dan pelayanan jasa, dilakukan sebagai berikut 1. Dalam kegiatan penghimpunan dana dengan mempergunakan antara lain Akad Wadi’ah dan Mudharabah, 2. Dalam kegiatan peyaluran dana berupa Pembiayaan dengan mempergunakan antara lain Akad Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna’, Ijarah dan Qardh dan 3. Dalam kegiatan pelayanan jasa dengan mempergunakan antara lain Akad Kafalah, Hawalah, dan Sharf.

Tabel 1.1

Akad-akad dari produk penghimpunan dana (funding)

No Akad Pengertian

1. Wadi’ah Titipan dari satu pihak kepada pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat bila pemilik menghendaki.

2. Mudharabah 1. Mudharabah muthlaqah merupakan kerjasama

antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan modal dan memberikan kewenangan penuh kepada pihak kedua dalam menentukan jenis dan tempat investasi, sedangkan keuntungan dan kerugian dibagi menurut kesepakatan bersama. 2. Mudharabah muqayyadah merupakan kerjasama

antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan modal dan memberikan kewenangan terbatas kepada pihak kedua dalam menentukan jenis dan tempat investasi, sedangkan keuntungan dan kerugian dibagi menurut kesepakatan dimuka.


(16)

Tabel 1.2

Akad-akad dari produk penyaluran dana (financing)

No Akad Pengertian

1. Murabahah Suatu perjanjian yang disepakati antar bank syariah dengan nasabah dimana bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku/modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual (harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu yang telah ditentukan.

2. Mudharabah Kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan modal sedangkan pihak kedua mengelola dana dimana keuntungan dan kerugian dibagi bersama menurut kesepakatan dimuka.

3. Musyarakah Perjanjian pembiayaan antara bank syariah dengan nasabah yang membutuhkan pembiayaan, dimana bank dan nasabah secara bersama membiayai suatu usaha/proyek yang juga dikelola secara bersama atas prinsip bagi hasil sesuai dengan penyertaan dimana keuntungan dan kerugian dibagi sesuai kesepakatan dimuka.

4. Salam Pembiayaan jual beli dimana pembeli memberikan uang terlebih dahulu terhadap barang yang dibeli yang telah disebutkan spesifikasinya dengan pengantaran kemudian.

5. Istishna’ Pembiayaan jual beli yang dilakukan bank dan nasabah dimana penjual (pihak bank) membuat barang yang dipesan oleh nasabah.

6. Ijarah Perjanjian sewa yang memberikan kepada penyewa

untuk memanfaatkan barang yang akan disewa dengan imbalan uang sewa sesuai dengan persetujuan dan setelah masa sewanya berakhir maka barang dikembalikan kepada pemilik, namun penyewa juga dapat memiliki barang yang disewa dengan pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain

7. Qardh Pemberian harta kepada nasabah yang dapat ditagih

atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.


(17)

Tabel 1.3

Akad-akad dari produk penyaluran dana (financing)

No Akad Pengertian

1. Kafalah Akad pemberian garansi/jaminan oleh pihak bank

kepada nasabah untuk menjamin pelaksanaan proyek dan pemenuhan kewajiban tertentu oleh pihak yang dijamin.

2. Hawalah Akad pemindahan piutang nasabah kepada bank untuk membantu nasabah mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya dan bank mendapat imbalan atas jasa pemindahan piutang tersebut.

3. Sharf Akad pertukaran dengan uang (jual beli valuta asing) 4. Wakalah Akad perwakilan antara kedua belah pihak (bank dan

nasabah) dimana nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan/jasa tertentu.

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Dalam butir 13 Pasal 1 Undang-undang Perbankan Indonesia (UUPI) dijelaskan mengenai batasan prinsip syariah sebagai aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan Syariah. Dalam menjalankan operasinya, bank syariah bukan hanya bersandarkan pada syariah saja sehingga transaksi dan setiap aktivitasnya halal tetapi juga mempunyai sifat terbuka yakni dengan tidak mengkhususkan diri bagi nasabah muslim saja tetapi untuk nasabah non-muslim juga (Amir-Rukmana, 2010: 7).

Dalam menjalankan usahanya, bank syariah menggunakan pola bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam operasinya, baik dalam produk pendanaan, produk pembiayaan dan produk jasa. Aktivitas perbankan syariah mempunyai kemiripan tetapi tidak sama dengan bank konvensional karena bank syariah dijalankan berdasarkan etika dan prinsip-prinsip Islam sehingga bebas dari


(18)

kegiatan spekulatif non-produktif seperti perjudian (maysir), bebas dari kegiatan yang meragukan (gharar), bebas dari unsur riba (bunga), bebas dari perkara yang tidak sah (bathil), dan hanya membiayai usaha-usaha yang halal.

Selama periode 2005-2009 jumlah bank umum syariah naik relatif baik, dengan jumlah kantor yang setiap tahun bertambah, dimana tahun 2005 jumlah bank umum syariah 304 unit pada tahun 2009 sudah berjumlah 643 unit. Berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja bank umum syariah pada tahun 2005 menyerap 3.523 orang karyawan dan bertambah menjadi 8.486 orang pada tahun 2009 (Julius R Latumaerissa, 2011: 333). Hal ini menunjukkan perkembangan yang signifikan selama lima tahun terakhir.

Di Kota Medan terdapat tujuh bank umum syariah (full fledged Islamic bank) yakni perbankan syariah yang sudah berstatus independen. Daftar bank umum syariah yang ada di Kota Medan dapat dilihat di Tabel 1.4 selain itu terdapat empat bank dengan unit usaha syariah yakni bank konvensioal yang membuka unit usaha syariah. Unit usaha syariah belum berstatus independen karena masih bernaung di bank konvensional. Daftar Unit Usaha Syariah yang ada di Kota Medan dapat dilihat di Tabel 1.5.


(19)

Tabel 1.4

Bank Umum Syariah di Kota Medan

No

Nama Bank Umum Syariah di Kota Medan

Alamat Keterangan

1 PT Bank

Syariah Mandiri

Jl Jend A Yani 100 Medan 20111 (061-4151466)

Memiliki 10 penawaran dari produk penghimpunan dana, 8 penawaran dari produk penyaluran dana dan 3 penawaran dari produk jasa.

2 PT. Bank

Syariah Muamalat Indonesia

Jl Gajah Mada 21 Medan 20153 (061-4519040)

Memiliki 13 penawaran dari produk penghimpunan dana, 10 penawaran dari produk penyaluran dana dan 3 penawaran dari produk jasa.

3 PT Bank

Syariah BNI

Jl Jend Gatot Subroto 199-201

Medan 20119 (061-4532901)

Memiliki 2 penawaran dari produk penghimpunan dana, 11 penawaran dari produk penyaluran dana dan 3 penawaran dari produk jasa.

4 PT Bank

Syariah BRI

Jl. Gatot Subroto No. 189 DE

Medan (061-4515683)

Memiliki 5 penawaran dari produk penghimpunan dana, 3 penawaran dari produk penyaluran dana dan 3 penawaran dari produk jasa.

5 PT. Bank

Syariah Mega Indonesia

Jl. Jend. Gatot Subroto Komp. Tomang Elok No. 99

Simpang Tj. Medan Sunggal 20114 (061-8444789)

Memiliki 12 penawaran dari produk penghimpunan dana dan 3 penawaran dari produk penyaluran dana.

6 PT Bank

Syariah Bukopin

Jl Letjend S Parman Medan 061-4523321

Memiliki 7 penawaran dari produk penghimpunan dana, 10 penawaran dari produk penyaluran dana dan 2 penawaran dari produk jasa 7. CIMB Niaga

Syariah

Jl Gatot Subroto no 79 Medan 20112

Memiliki 6 penawaran dari produk penghimpunan dana dan 4 penawaran dari produk penyaluran dana.


(20)

Tabel 1.5

Bank Dengan Unit Usaha Syariah di Kota Medan

No

Nama Bank dengan Unit Usaha Syariah di Kota Medan

Alamat Keterangan

1 BPD Sumatera

Utara (Sumut) Syariah

Jl Letjen S Parman 50-A Medan 061-4531178

Memiliki 4 penawaran dari produk penghimpunan dan dan 3 penawaran dari produk penyaluran dana.

2 Bank Tabungan Negara Syariah

Jl Sisingamangaraja 14-A

Medan 061-7325481

Memiliki 5 penawaran dari produk penghimpunan dan dan 8 penawaran dari produk penyaluran dana.

3 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN)

Jl. Setiabudi, Komp. Setiabudi Blok B.1A, Kel. Tanjung Rejo, Kec. Medan Sunggal, Kota Medan 061-8225528

Memiliki5 penawaran dari produk penghimpunan dan dan 1 penawaran dari produk penyaluran dana.

4 Bank Sinarmas

Syariah

Jl Asia 214-C

Medan 061-7321822

Memiliki 8 penawaran dari produk penghimpunan.

Sumber: Diolah dari berbagai Sumber

Dari tujuh bank umum syariah dan 4 unit usaha syariah yang ada di Kota Medan secara garis besar menawarkan produk penghimpunan dana, produk penyaluran dana dan produk jasa dengan akad-akad yaitu mudharabah,wadi’ah, musyarakah, murabahah dan wakalah. Beberapa diantara bank umum syariah dan unit usaha syariah yang ada di Kota Medan terdapat di Kecamatan Medan Petisah dari 22 bank yang ada di kecamatan tersebut baik yang konvensional maupun yang syariah.

Kecamatan Medan Petisah merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan dengan luas wilayah sekitar 4,93 km . Jumlah penduduk di Kecamatan Medan Petisah berjumlah 61.855 jiwa yang terbagi dalam 7 kelurahan. Penduduk berjenis kelamin laki-laki berjumlah 29.371 jiwa, penduduk berjenis kelamin


(21)

perempuan berjumlah 32.484 jiwa dan relatif lebih banyak penduduk usia produktif yakni kelimpok umur 15-44 tahun sebanyak 33.107 jiwa atau 53,52 persen dari umlah penduduk. Di Kecamatan Medan Petisah terdapat 22 bank baik bank syariah maupun konvensional terdapat 6 koperasi dan 2 pegadaian (sumber: Kecamatan Medan Petisah Dalam Angka 2013).

Menurut Dian Ariani (2007: 21) banyak tantangan dalam pengembangan perbankan syariah terutama di Kota Medan. Permasalahan yang muncul antara lain adalah rendahnya pemahaman masyarakat terhadap perbankan syariah terutama yang disebabkan dominasi perbankan konvensional. Pengetahuan sebagian besar masyarakat hanya sebatas bahwa bank syariah menerapkan sistem bagi hasil dan menghindari sitem bunga yang dilarang karena sistem bunga tersebut dapat menimbulkan keburukan atau kemudharatan bagi masyarakat.  Penelitian sebelumnya yakni yang dilakukan oleh Lutfi Efendi (2009) dapat diketahui bahwa minat masyarakat terhadap bank syariah relatif cukup tinggi. Namun begitu, menurut Lutfi Efendi (2009) pemahaman masyarakat mengenai keunikan produk/jasa bank syariah secara umum masih rendah. Pemahaman masyarakat tentu sangat diharapkan guna meningkatkan perluasan bank syariah. Pengetahuan masyarakat terdiri dari informasi-informasi yang disimpan dalam ingatan. Informasi-informasi yang dipegang masyarakat akan sangat mempengaruhi pola konsumsi. Pemahaman masyarakat adalah hal yang patut dipertimbangkan karena perluasan pengetahuan dan pemahaman masyarakat ini dapat menjadi jalan yang berarti meningkatkan market share perbankan syariah (Amir, 2003: 11).


(22)

Kendala yang muncul berkaitan dengan pengembangan perbankan syariah adalah (Subarjo dalam Muhammad S Antonio (2001: 224-226)) 1. Pemahaman masyarakat yang belum tepat terhadap kegiatan operasional perbankan syariah. 2. Peraturan perbankan yang berlaku belum sepenuhnya mengakomodasi operasional bank syariah. 3. Jaringan kantor bank syariah yang belum luas. 4. Sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam bank syariah masih sedikit. Salah satu kendala yaitu dari segi pemahaman masyarakat karena pemahaman masyarakat terhadap perbankan syariah dan produk-produk yang ditawarkan perbankan syariah mempengaruhi kemajuan perkembangan perbankan syariah.

Secara sederhana masyarakat menganggap bahwa sistem bagi hasil yang tidak menerapkan bunga, tidak mendatangkan pendapatan bagi bank syariah sehingga sulit untuk bertahan. Selain itu masyarakat menganggap bahwa operasional dan produk yang ditawarkan bank syariah sama dengan bank konvensional. Tingkat pemahaman dan pengetahuan umat tentang bank syariah masih sangat rendah. Masih banyak yang belum mengerti dan salah paham tentang bank syariah dan menganggapnya sama dengan bank konvensional (Lutfi, 2009: 18).

Dengan demikian, berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Tingkat Pemahaman Masyarakat Kota Medan Terhadap Produk-Produk Perbankan Syariah Studi Kasus: Kecamatan Medan Petisah”


(23)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah masyarakat Kecamatan Medan Petisah paham terhadap produk penghimpunan dana (funding) yaitu mudharabah dan wadi’ah yang ditawarkan bank syariah?

2. Apakah masyarakat Kecamatan Medan Petisah paham terhadap produk penyaluran dana (financing) yaitu musyarakah dan murabahah yang ditawarkan bank syariah?

3. Apakah masyarakat Kecamatan Medan Petisah paham terhadap produk jasa (services) yaitu wakalah yang ditawarkan bank syariah?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Mengetahui pemahaman masyarakat Kecamatan Medan Petisah terhadap produk penghimpunan dana (funding) yaitu mudharabah dan wadi’ah yang ditawarkan bank syariah.

2. Mengetahui pemahaman masyarakat Kecamatan Medan Petisah terhadap produk penyaluran dana (financing) yaitu musyarakah dan murabahah yang ditawarkan bank syariah.

3. Mengetahui pemahaman masyarakat Kecamatan Medan Petisah terhadap produk jasa (services) yaitu wakalah yang ditawarkan bank syariah.


(24)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara ilmiah maupun secara praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk Pemerintah dan Pihak Perbankan

Sebagai bahan masukan bagi pemegang kebijakan yang berkaitan dengan bank syariah untuk menentukan langkah-langkah pengembangan bank syariah.

2. Untuk pihak lain

Sebagai bahan rujukan dan sumber informasi atau sumber pengetahuan yang dapat digunakan dan dimanfaatkan.

3. Untuk Akademik

Hasil penelitian diharapkan dapat menyumbang kajian ilmu dan pengetahuan. Dan dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian berikutnya.

4. Untuk Penulis

a. Meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang lembaga keuangan terutama pada perbankan syariah.

b. Menambah pengetahuan tentang analisis tingkat pemahaman masyarakat terhadap produk perbankan syariah.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bank Syariah

2.1.1 Pengertian Bank Syariah

Menurut ensiklopedia Islam (dalam Warkum Sumitro 2004: 5) Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam. Warkum Sumitro mengatakan bahwa bank Islam berarti bank yang tata cara operasinya dilandaskan pada tata cara bermuamalah secara Islami, yaitu yang mengacu pada Al-Quran dan hadist. Menurut Undang-Undang No 21 tahun 2008, yang dimaksud dengan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. (www.bi.co.id ”Perbankan Syariah” diakses Januari 2014).

Berdasarkan rumusan tersebut, bank syariah berarti bank yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata cara bermuamalat secara Islam yakni mengacu kepada ketentuanketentuan Al-Quran dan Hadits, atau apabila kita mengacu kepada undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan bahwa bank yang berprinsip syariah berlaku aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak


(26)

lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah.

2.1.2 Sejarah Bank Syariah

2.1.2.1 Berdirinya Bank Syariah di Dunia

Sejarah perkembangan bank syariah modern tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940, yaitu dengan upaya pengelolaan dana jamaah haji non-konvensional (Heri, 2005: 28). Gagasan mengenai bank yang menggunakan sistem bagi hasil telah muncul sejak lama, ditandai dengan banyaknya pemikir-pemikir muslim yang menulis tentang keberadaan bank syariah. Uraian yang terperinci tentang gagasan itu ditulis oleh Muhammad Hamidullah yang ditulis pada 1944,1955,1957, dan 1962, bisa dikategorikan sebagai gagasan pendahulu mengenai perbankan Islam (Heri, 2005: 28).

Gagasan berdirinya bank syariah di tingkat internasional secara kolektif muncul dalam konferensi negara-negara Islam sedunia, di Kuala Lumpur, Malaysia pada tanggal 21-27 April 1969 yang diikuti 19 negara peserta. Pada bulan Desember 1970 untuk mempermudah berkembangnya bank syariah di negara-negara muslim, diajukan proposal untuk mendirikan bank syariah pada Sidang Menteri Luar Negeri negara-negara Organisasi Konferensi Islalm (OKI) di Karachi, Pakistan dan pada Sidang Menteri Luar Negeri Oki di Benghazi, Libya, Maret 1973. Pada tahun 1974 rancangan pendirian Bank Pembangunan Islam atau Islamic Development Bank (IDB) pada sidang Menteri Keuangan OKI di Jeddah dengan modal awal 2 miliar SDR (special drawing right) IMF.


(27)

Berdirinya IDB memberikan motivasi kepada negara-negara Islam untuk mendirikan lembaga keuangan syariah. Pada awal dekade 1980-an, lembaga keuangan syariah bermunculan di Mesir, Sudan, negara-negara Teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, serta Turki. Selain itu ada negara-negara non muslim yang mendirikan bank Islam, seperti Inggris, Denmark, Bahamas, Swiss, dan Luxemburg (Heri, 2005: 29).

2.1.2.2 Berdirinya Bank Syariah di Indonesia

Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan dan para tokoh yang terlibat dalam kajian teersebut adalah Karnaen A. Perwataatmaja, M. Dawam Rahardjo, M. Amien Azies dan lain-lain (Muhammad, 2001: 25). Saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang berisi liberalisasi industri perbankan, para ulama berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga namun tidak ada satupun perangkat hukum yang dapat dirujuk kecuali bahwa perbankan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0%. Tahun 1990, dibentuklah kelompok kerja untuk mendirikan bank syariah di Indonesia setelah adanya rekomendasi dari lokakarya ulama tentang bunga bank dan perbankan. Kelompok kerja ini di bentuk pada Musyawarah Nasional IV Majelis Ulama Indonesia. Dari kelompok kerja tersebut lahirlah Bank Muammalat Indonesia, dengan Akte Pendirian yang di tanda-tangani tanggal 1 Nopember 1991 dengan nama PT Bank Muammalat Indonesia. Kemudian tanggal 1 Mei Bank Muammalat Indonesia (BMI) mulai beroperasi.


(28)

Pendirian Bank Muammalat Indonesia ini diikuti oleh bank-bank perkreditan rakyat syariah (BPR syariah). Namun keberadaan dua jenis lembaga keuangan itu belum sanggup menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah. Oleh karena itu dibentuk lembaga-lembaga simpan pinjam yang disebut baitul maal wattamwil (BMT). Pada tahun 1992-1998 hanya ada satu unit bank syariah, pada tahun 2005, jumlah bank syariah di Indonesia telah bertambah menjadi 20 unit, yaitu 3 bank umum syariah dan 17 unit syariah. Sementara itu, jumlah BPRS hingga akhir tahun 2004 bertambah menjadi 88 unit (Amir-Rukmana, 2010 : 20).

Era Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, kebijakan hukum perbankan di Indonesia menganut sistem perbankan ganda (dual banking system). Kebijakan ini intinya memberikan kesempatan bagi bank-bank umum konvensional untuk memberikan layanan syariah melalui mekanisme Islamic window dengan terlebih dahulu membentuk Unit Usaha Syariah (UUS). Akibatnya pasca undang-undang ini memunculkan banyak bank konvensional yang ikut andil dalam memberikan layanan syariah kepada nasabahnya.

2.2 Produk Bank Syariah

Peran yang dimiliki bank syariah yakni sebagai lembaga perantara (intermediary) anatara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus units) dengan unit-unityang lain yang mengalami kekurangan dana (deficit units). Untuk memenuhi kebutuhan modal dan pembiayaan, bank syariah memiliki ketentuan-ketentuan yang berbeda dengan bank konvensional. Secara umum, prinsip-prinsip yang digunakan bank syariah terdiri atas tiga kategori yaitu:


(29)

1. Produk penghimpunan dana (funding) 2. Produk penyaluran dana (financing) 3. Produk jasa (services)

Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/19/2007 disebutkan bahwa pemenuhan Prinsip Syariah dalam kegiatan penghimpunan dana, penyaluran dana dan pelayanan jasa, dilakukan sebagai berikut:

1. Dalam kegiatan penghimpunan dana dengan mempergunakan antara lain Akad Wadi’ah dan Mudharabah;

2. Dalam kegiatan peyaluran dana berupa Pembiayaan dengan

mempergunakan antara lain Akad Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna’, Ijarah, Ijarah Muntahiya Bittamlik dan Qardh; dan

3. Dalam kegiatan pelayanan jasa dengan mempergunakan antara lain Akad Kafalah, Hawalah, dan Sharf.

2.2.1 Produk Penghimpunan Dana

Prinsip-prinsip dasar produk bank syariah yang diaplikasikan dalam kegiatan menghimpun dana (Produk pendanaan), antara lain :

1. Wadiah

Titipan dari satu pihak kepada pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat bila pemilik menghendaki. Wadiah diterapkan untuk produk berbentuk giro. Wadiah amanah pada prinsipnya simpanan tersebut tidak boleh dimanfaatkan oleh pihak bank walaupun ia bertanggungjawab terhadap keutuhan simpanan tersebut. Wadiah dhamanah yakni pihak bank dapat memanfaatkan


(30)

simpanan tersebut dan tetap bertanggung jawab terhadap keutuhan simpanan tersebut (Irsyad, 2010:110).

2. Mudharabah Muthlaqah

Kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan modal dan memberikan kewenangan penuh kepada pihak kedua dalam menentukan jenis dan tempat investasi, sedangkan keuntungan dan kerugian dibagi menurut kesepakatan bersama.

3. Mudharabah Muqayyadah

Kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan modal dan memberikan kewenangan terbatas kepada pihak kedua dalam menentukan jenis dan tempat investasi, sedangkan keuntungan dan kerugian dibagi menurut kesepakatan dimuka.

2.2.2 Produk Penyaluran Dana

Prinsip-prinsip dasar produk syariah yang diaplikasikan dalam kegiatan penyaluran dana atau produk pembiayaan :

1. Murabahah (Deferred Payment Sale)

Suatu perjanjian yang disepakati antar bank syariah dengan nasabah dimana bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku/modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual (harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu yang telah ditentukan.


(31)

2. Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment)

Kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan modal sedangkan pihak kedua mengelola dana dimana keuntungan dan kerugian dibagi bersama menurut kesepakatan dimuka.

3. Musyarakah (Partnership, Project Financing Participation)

Perjanjian pembiayaan antara bank syariah dengan nasabah yang membutuhkan pembiayaan, dimana bank dan nasabah secara bersama membiayai suatu usaha/proyek yang juga dikelola secara bersama atas prinsip bagi hasil sesuai dengan penyertaan dimana keuntungan dan kerugian dibagi sesuai kesepakatan dimuka.

Perbedaan antara mudharabah dan musyarakah dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1

Perbedaan Mudharabah dan Musyarakah

Elemen Musyarakah Mudharabah

Sumber modal/ dana Partisipasi dari semua mitra usaha yang terlibat.

Shahibul maal sendiri Pengelola atau

partisipasi dalam manajemen

Semua mitra usaha berhak

Mudharib sendiri

Tanggungan resiko Semua mitra usaha

menanggung sebesar persentase investasinya

Shahibul maal sendiri

Kepemilikan asset Milik bersama semua

mitra usaha

Shahibul sendiri

Bentuk penyertaan Dana, barang,

kewiraswataan, hak paten, peralatan dll

Dana


(32)

4. Salam (In-front Payment Sale)

Pembiayaan jual beli dimana pembeli memberikan uang terlebih dahulu terhadap barang yang dibeli yang telah disebutkan spesifikasinya dengan pengantaran kemudian.

5. Istishna (Purchase by Order or Manufacture)

Pembiayaan jual beli yang dilakukan bank dan nasabah dimana penjual (pihak bank) membuat barang yang dipesan oleh nasabah.

6. Ijarah (Operational Lease)

Perjanjian sewa yang memberikan kepada penyewa untuk memanfaatkan barang yang akan disewa dengan imbalan uang sewa sesuai dengan persetujuan dan setelah masa sewanya berakhir maka barang dikembalikan kepada pemilik, namun penyewa juga dapat memiliki barang yang disewa dengan pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain.

7. Al-Qardh (Soft and Benevolent Loan)

Pemberian harta kepada nasabah yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.

2.2.3 Produk Jasa (services)

Adapun prinsip produk-produk syariah dalam penyelenggaraan jasa-jasa perbankan:


(33)

1. Kafalah (Guaranty)

Akad pemberian garansi/jaminan oleh pihak bank kepada nasabah untuk menjamin pelaksanaan proyek dan pemenuhan kewajiban tertentu oleh pihak yang dijamin.

2. Wakalah (Deputyship)

Akad perwakilan antara kedua belah pihak (bank dan nasabah) dimana nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan/jasa tertentu.

3. Hawalah (Transfer Service)

Akad pemindahan piutang nasabah kepada bank untuk membantu nasabah mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya dan bank mendapat imbalan atas jasa pemindahan piutang tersebut.

4. Ar-Rahn (Mortgage)

Menahan salah satu harta milik nasabah yang memiliki nilai ekonomis sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.

2.3 Prinsip–Prinsip Operasional Perbankan Syariah

Prinsip syariah yang dianut oleh lembaga keuangan syariah dilandasi oleh nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan dan keuniversalan (rahmatan lil ‘alamin). Prinsip utama yang dianut oleh lembaga keuangan syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya sering disebut dengan bebas ” Maghrib” yaitu : 1. Maysir (spekulasi)

Secara bahasa maknanya judi, secara umum, mengundi nasib dan setiap kegiatan yang sifatnya untung-untungan (spekulasi). Maysir merupakan


(34)

transaksi yang bersifat untung-untungan dan digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti.

2. Gharar

Secara bahasa berarti menipu, memperdaya, ketidakpastian. Gharar adalah sesuatu yang memperdayakan manusia di dalam bentuk harta, kemegahan, jabatan, keinginan, dan lainnya. Gharar berarti menjalankan suatu usaha secara buta tanpa memilki pengetahuan yang cukup atau menjalankan suatu transaksi yang risikonya berlebihan tanpa mengetahui dengan pasti apa akibatnya atau memasuki kancah resiko tanpa memikirkan konsekuensinya jika dilaksanakan.

3. Haram

Secara bahasa berarti larangan dan penegasan. Larangan bisa timbul karena beberapa kemungkinan, yaitu dilarang oleh tuhan dan bisa juga karena pertimbangan akal. Dalam aktivitas ekonomi setiap orang di harapkan untuk menghindari semua yang haram baik haram zatnya maupun haram selain zatnya.

4. Riba

Secara bahasa berarti bertambah dan tumbuh. Riba merupakan penambahan pendapatan secara tidak sah (bathil) misalnya dalam hal pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas dan waktu penyerahan, atau dalam transaksi pinjam-meminjam yang mensyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu.


(35)

5. Bathil

Secara bahasa artinya batal, tidak sah. Dalam aktivitas ekonomi tidak boleh dilakukan dengan jalan yang batil misalnya dengan, mencampurkan barang rusak diantara barang yang baik untuk mendapatkan keuntungan lebih besar, menimbun barang, menipu atau memaksa dan mengurangi timbangan.

2.4 Keunggulan Bank Syariah

Juli Irmayanto (2009: 136) mengemukakan beberapa keunggulan bank syariah jika dibandingkan dengan bank konvensional. Keunggulan-keunggulan bank syariah tersebut antara lain:

1. Ditanggung halal : bahagia dunia dan akhirat.

Bank syariah dapat mengembalikan masyarakat sesuai fitrah alam dan fitrah usaha. Sekeras apapun usaha yang dilakukan setiap orang kadang kala berhasil-terkadang gagal. Sedangkan sistem bunga, berpendapat bahwa segala usaha dianggap pasti berhasil. Kalau terjadi kegagalan, resiko ditanggung penuh oleh pengusaha (peminjam). Dengan sistem bagi hasil, fitrah bisnis yang rusak akan kembali lurus, yakni pola berpikir Yahudi yang berlandaskan ajaran Machiaveli yang menghalalkan segala cara tanpa aturan dan norma hukum (Irmayanto, 2009 : 136).

2. Lebih tahan banting ketika terjadi gejolak moneter.

Krisis moneter pada Juli 1997 telah menjadikan perekonomian Indonesia nyaris hancur dan sebagian besar bank-bank konvensional hampir gulung tikar. Terjadinya lonjakan suku bunga dan apresiasi dollar terhadap rupiah,


(36)

tidak hanya mencekik para peminjam bermata uang asing tetapi juga merepotkan perbankan. Usaha-usaha dalam berbagai sektor lumpuh karena fluktuasi harga dan daya beli merosot. Kredit macet semakin tinggi dan investasi menurun secara drastis. Akibatnya bank-bank konvensional mengalami negative spread.

Namun pada bank Syariah, laba yang dibagikan kepada penyimpan sangat tergantung pada keuntungan yang diperoleh pengusaha yang menggunakan dana dari bank sehingga bank syariah tidak mengenal negative spread. Ketika pengusaha mengalami kegagalan, para penyimpan tidak menuntut pembagian keuntungan dari bank. Sampai kapanpun dan dalam kondisi apapun perbankan syariah tetap bertahan karena menggunakan sistem bagi hasil. Selama krisis moneter (1997-1998) bank syariah dapat bertahan dan dapat menunjukkan kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan lembaga perbankan konvensional. Itu dapat dilihat dari relatif lebih rendahnya penyaluran pembiayaan yang bermasalah (non performing loan, tahun 2000 sebesar 12,96 % dan tahun 2001 sebesar 4,04 %, (sumber: Bank Indonesia) pada bank syariah dan tidak terjadinya negative spread dalam kegiatan operasionalnya. Dengan filosofi utamanya, kemitraan dan kebersamaan dalam maupun risk, bank syariah terbukti prospektif untuk berkembang di tanah air.

3. Tidak elastis terhadap kebijakan moneter.

Ketika dilakukan kebijakan uang ketat (tight money policy), misalnya suku bunga SBI dinaikkan maka bank-bank yang berbasis bunga akan bingung,


(37)

sedangkan bank syariah akan tetap tenang-tenang saja. Perubahan suku bunga SBI harus direspon dengan menaikkan suku bunga simpanan, lalu menaikkan suku bunga pinjaman. Perubahan suku bunga simpanan dan pinjaman tidak dapat dilakukan secara serentak, terdapat rentang waktu antara kenaikan suku bunga simpanan dengan bunga pinjaman. Akibatnya, masyarakat akan meningkatkan tabungannya, sehingga jumlah uang yang beredar akan menurun dan harga barang/jasa juga cenderung menurun. Pada saat suku bunga pinjaman dinaikkan, permintaan investasi turun dan akhirnya akan mengakibatkan kesempatan kerja berkurang dan hal ini akan berdampak pada peningkatan pengangguran.

4. Kemampuan manajerial sebagai daya tarik.

Perilaku bunga bank cenderung fluktuatif, sedangkan perilaku manajemen bank cenderung stabil karena memiliki “learning curve” yang efisien dalam jangka panjang. Tingginya suku bunga pada bank konvensional merupakan salah satu daya tarik bagi investor untuk menyimpan dananya pada bank konvensional. Pada bank syariah, pemilik dana mau menitipkan dananya karena sangat percaya pada kemampuan manajerial bank. Pada bank syariah yang menjadi daya tarik bagi pengusaha adalah karena sistem bagi hasil untung-rugi. Segala resiko bisnis ditanggung bersama sesuai kesepakatan. Karena ikut menanggung resiko, manajemen bank selalu proaktif memantau dan melayani konsultasi dan manajemen pada pengusaha yang memanfaatkan dananya melalui bank syariah.


(38)

5. Prinsip bagi hasil dan jual beli yang lebih menguntungkan.

Dalam prinsip bagi hasil, pembagian hasil yang diberikan disesuaikan dengan kondisi usaha sehingga tidak membebani nasabah terutama ketika sedang terjadi penurunan usaha. Apabila kondisi usaha baik dan menguntungkan, maka nasabah yang menyimpan dananya akan mendapat bagi hasil yang proporsional dari keuntungan bisnis bank. Sehingga dimungkinkan investor akan memperoleh pembagian hasil yang nilai nominalnya jauh lebih besar dibandingkan dengan bunga bank.

Dalam prinsip jual beli tidak ada floating rate, hal ini akan memberikan rasa aman kepada nasabah. Nilai kewajibannya sudah ditentukan dalam perjanjian harga jual-beli yang disepakati di awal perjanjian.

Prinsip-prinsip lain yang dijalankan dalam melaksanakan operasional bank syariah adalah:

1. Prinsip Keadilan, tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan margin keuntungan yang telah disepakati oleh bank dan nasabah.

2. Prinsip Kesederajatan, bank syariah menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguana dana, maupun bank pada kedudukan yang sama dan sederajat. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, resiko, dan keuntungan yang berimbang di antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun pihak bank.

3. Prinsip Ketenteraman, produk-produk bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan kaidah muamalah Islam, antara lain : tidak ada unsur riba dan


(39)

menerapkan zakat harta. Dengan demikian nasabah merasakan ketenteraman lahir dan batin.

2.5 Perbedaan antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah

Perbankan syariah mempunyai beberapa perbedaan dengan perbankan konvensional. Hal ang paling utama dalam operasinya, perbankan syariah menerapkan sistem bagi hasil sedangkan perbankan konvensional menerapkan sistem bunga. Perbedaan utama kedua sistem ini dapat dilihat dalam Tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2

Perbedaan Bagi Hasil dengan Sistem Bunga

Bunga Bagi Hasil

Besarnya bunga di tetapkan pada saat perjanjian dan mengikat kedua puhak yang melaksanakan perjanjian dengan asumsi bahwa pihak penerima pinjaman akan selalu mendapatkan keuntungan.

Bagi hasil di tetapkan dengan rasio nisbah yang di sepakati antara pihak yang melaksanakan akad pada saat akad dengan berpedoman adanya kemungkinan keuntungan atau kerugian.

Besarnya bunga yang diterima berdasarkan perhitungan persentasse bunga dikalikan dengan jumlah dana yang dipinjamkan.

Besarnya bagi hasil dihitung berdasarkan nisbah yang diperjanjikan dikalikan dengan jumlah pendapatan dan/atau keuntungan yang diperoleh. Jumlah bunga yang diterima tetap,

meskipun usaha peminjam meningkat atau menurun.

Jumlah bagi hasil akan dipengaruhi oleh besarnya pendapatan dan/atau keuntungan. Bagi hasil akan berfluktuasi.

Sistem bunga tidak adail, karena tidak terkait dengan hasil usaha peminjam.

Sistem bagi hasil adil, karena perhitungannya berdasarkan hasil usaha.

Eksistensi bunga diragukan oleh semua agama.

Tidak ada agama satu pun yang meragukan bagi hasil.


(40)

Selain perbedaan yang mendasar tentang sistem operasional bank syariah dan bank konvensional yang tersebut di atas terdapat beberapa perbedaan lain yaitu dapat dilihat dalam Tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

No Bank Syariah Bank Konvensional

1 Investasi hanya untuk proyek dan produk yang halal serta menguntungkan.

Investasi, tidak mempertimbangkan halal atau haram asalkan proyek yang dibiayai menguntungkan.

2 Return yang dibayar dan/atau diterima berasal dari bagi hasil atau pendapatan lainnya berdasarkan prinsip syariah.

Return baik yang di bayar kepada nasabah penyimpan dana dan return yang diterima dari nasabah pengguna dana berupa bunga.

3 Perjanjian dibuat dalam bentuk akad sesuai dengan syariah Islam.

Perjanjian menggunakan hukum positif.

4 Orientasi pembiayaan, tidak hanya untuk keuntungan akan tetapi juga falah oriented, yaitu berorientasi kesejahteraan masyarakat.

Orientasi pembiayaan, untuk memperoleh keuntungan atas dana yang di pinjamkan.

5 Hubungan antara bank dan nasabah adalah mitra.

Hubungan antara bank dan nasabah adalah kreditor dan debitur.

6. Dewan pengawas terdiri dari BI, Bapepam, Komisaris, dan Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Dewan pengawas terdiri dari BI, Bapepam, dan Komisaris.

7 Penyelesaian sengketa, diupayakan diselesaikan secara musyawarah antara bank dan nasabah, melalui peradilan agama.

Penyelesaian sengketa melalui pengadilan negeri setempat.

Sumber: Ismail (2013)

2.6 Pengertian Pemahaman

Menurut Suharsimi Arikunto (1995: 115) pemahaman (comprehension) siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep. Pemahaman dapat dibedakan dalam tiga kategori


(41)

antara lain : (1) tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok, dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat tertinggi yaitu pemahaman ektrapolasi. (Nana, 1992: 24)

Pengertian pemahaman menurut Anas Sudijono (2005), adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan. Dari berbagai pendapat di atas, indikator pemahaman pada dasarnya sama, yaitu dengan memahami sesuatu berarti seseorang dapat mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, menafsirkan, memerkirakan, menentukan, memperluas, menyimpulkan, menganalisis, memberi contoh, menuliskan kembali, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan. Indikator pemahaman menunjukkan bahwa pemahaman mengandung makna lebih luas atau lebih dalam dari pengetahuan. Dengan pengetahuan, seseorang belum tentu memahami sesuatu yang dimaksud secara mendalam, hanya sekedar mengetahui tanpa bisa menangkap makna dan arti dari sesuatu yang dipelajari. Sedangkan dengan pemahaman, seseorang tidak hanya bisa menghapal sesuatu yang dipelajari, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk menangkap makna dari sesuatu yang dipelajari juga mampu memahami konsep dari pelajaran tersebut.  


(42)

2.7 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jurnal pengaruh pengetahuan pelajar terhadap perbankan syariah. Dimana judul dari penelitian tersebut adalah Conventional Versus Islamic Finance: Student Knowledge And Perception In The United Arab Emirates. Jurnal tersebut dianalisis oleh Jorg Bley and Kermit Kuehn pada tahun 2004 studi kasus pada School of Business and Management at the American University of Sharjah, UEA.Pada jurnal tersebut digunakan variabel independen berupa Kemampuan bahasa, Jumlah SKS, Agama, IPK, Jenis kelamin, dan Fakultas. Jurnal yang ditulis oleh Jorg Bley dan Kermit Kuehn (2004) yang menggunakan sampel 667 mahasiswa ini menunjukkan bahwa variabel Kemampuan bahasa, Jumlah SKS, Agama, IPK, Jenis kelamin dan Fakultas memberikan pengaruh positif terhadap pengetahuan mahasiswa tentang prinsip dan produk-produk bank syariah. Selain itu, Penelitiannya menujukkan bahwa orang memilih bank syariah hanya karena agama dan tidak tahu tentang konsep dan jenis produknya.

2. Abdul Halim Abdul Hamid, dalam papernya yang diterbitkan

International Journal Of Islamic Financial Services awal 2001 menyebutkan bahwa penyebab banyak nasabah kurang paham terhadap produk bank syariah adalah tentang cara mengkomunikasikan produk bank yang sulit dimengerti oleh sebagian nasabah. Salah satunya tentang pemakaian idiom-idiom bahasa Arab yang kurang populer di masyarakat.


(43)

Produk

Mudharabah Musyarakah

Di Malaysia, negeri yang mempunyai sejarah bank Islam lebih lama daripada Indonesia (sejak 1983), dari 967 responden kurang dari 15% yang mengerti dengan tepat arti dari produk-produk syariah. Ternyata kurang dari 6% yang mengetahui arti ba’i al-Salam, dan ba’i al-Murabahain. Singapura, merupakan negeri yang sekitar 20% penduduknya beragama Islam. Hasilnya hanya 3% yang dengan tepat tahu arti Mudharabah, Musyarakah, dan ijarah. Hal yang mengejutkan, tak seorang pun dari responden yang mampu menyebutkan dengan tepat arti mudharabah.

2.8 Kerangka Konseptual

Adapun kerangka pemikiran penulis yang menjadi pijakan dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

           

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Pemahaman Masyarakat terhadap Produk-produk Bank Syariah

Murabahah Wadiah Wakalah

Pemahaman Masyarakat Kota Medan Kecamatan Medan Petisah


(44)

 

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian dan Sumber Data

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang di peroleh dari responden melalui wawancara langsung. Analisis deskriptif mengacu pada transformasi dari data-data mentah ke dalam suatu bentuk yang mudah dimengerti dan diterjemahkan. Pendeskripsian respons atau hasil observasi merupakan ciri khas dari bentuk pertama analisis. Perhitungan rata-rata, distribusi frekuensi, dan distribusi persentase adalah bentuk yang paling umum dari peringkasan data (Wibisono, 2000: 54).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan khususnya di Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014. 

3.3. Batasan Operasional

Penelitian ini dilakukan berdasarkan batasan yang akan diteliti yaitu mencakup pemahaman masyarakat Kota Medan terhadap produk bank syariah. Dalam hal ini produk yang diteliti adalah mudharabah, musyarakah, murabahah,


(45)

 

3.4. Definisi Operasional

1. Masyarakat Kota Medan Kecamatan Medan Petisah adalah penduduk yang berdomisili di Kota Medan Kecamatan Medan Petisah dengan jumlah penduduk sebesar .8 jiwa.

2. Pemahaman adalah pengetahuan masyarakat dalam hal ini masyarakat Kota Medan tentang seluk beluk produk yang ditawarkan oleh bank syariah seperti arti, dasar hukum, manfaat dan lain-lain. Tingkat pemahaman masyarakat ditentukan dengan pengetahuan tentang produk perbankan syariah, sejauh mana masyarakat paham dan sejauh mana ketidakpahaman masyarakat terhadap produk bank syariah.

3. Produk bank syariah adalah produk-produk atau jasa-jasa yang ditawarkan oleh Bank Syariah kepada nasabahnya, dalam hal ini adalah mudharabah, musyarakah, murabahah, wadi’ah dan wakalah.

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah sekelompok yang menjadi sararan. Menurut Sugiyono (2005:72), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi merujuk pada sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk masalah pokok dalam suatu penelitian (Muhamad, 2008 : 161). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Medan Kecamatan Medan Petisah yakni sebesar 61.855 jiwa per 2012 (Kecamatan Medan Petisah Dalam Angka 2013) mengambil responden sebanyak 100 orang.


(46)

 

Sampel merupakan bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci (Muhamad, 2008:162). Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin dengan rumus :

n

 

Dimana n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan.

Dengan demikian dapat diketahui jumlah sampel minimal yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

n .8 .8 ,

n 99,998

Akan tetapi jumlah sampel yang diambil adalah 100 orang, karena semakin banyak sampel yang diambil semakin mendekati kebenaran. Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui simple random sampling yang artinya cara penarikan sampel anggota dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada. Metode pengumpulan data menggunakan self administrated survey, yaitu responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner yang diberikan.

3.6 Jenis Data

1. Data primer

Data Primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya (Hasan, 2006: 19). Data primer merupakan data


(47)

 

yang diperoleh dari sumber pertama baik individu maupun kelompok, yaitu kuesioner yang diberikan kepada masyarakat Kota Medan.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku, literatur, media internet, serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan untuk memperoleh data dan informasi yang relevan dan terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. Adapun metode pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi Kepustakaan yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui telaah berbagai literatur yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan yang ada di dalam penulisan skripsi ini, dapat diperoleh dari buku-buku, internet dan lain-lain.

2. Kuesioner, penulis membuat daftar pertanyaan yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Jawaban atas pertanyaan ini di gunakan sebagai pelengkap dan pendukung kebenaran data-data yang ada.

3.8. Teknik Analisis

Dalam penelitian ini penulis menggunakan program komputer SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 17. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis deskriptif, dimana data yang


(48)

 

pemahaman masyarakat Kota Medan, Kecamatan Medan Petisah terhadap produk bank syariah dalam hal ini produk mudharabah, musyarakah, murabahah, al-ijarah, wadi’ah dan wakalah. Disamping itu dilakukan pula dengan bentuk analisis lain seperti: grafik tabulasi silang (cross tab) yang menyajikan data dalam bentuk tabulasi, yang meliputi baris dan kolom. Ciri crosstab adalah adanya dua variabel atau lebih yang mempunyai hubungan secara deskriptif. Data untuk menyajikan crosstab pada umumnya adalah data kualitatif khususnya data yang bersifat nominal (Muhammad, 2008: 2010). Tabel yaitu kumpulan data yang disusun berdasarkan baris dan kolom. Baris dan kolom ini berfungsi untuk menunjukkan data terkait keduanya. Dimana titik temu antara baris dan kolom adalah data yang dimaksud. Distribusi frekuensi adalah penyusunan data dalam kelas-kelas interval (Kuswanto, 2006). Gambar (grafik) yaitu merupakan bentuk penyajian visual yang dipakai untuk membandingkan jumlah data pada saat - saat yang berbeda (Soedarso, 2001: 103).


(49)

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Kota Medan

Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota Medan dipimpin oleh seorang wali kota. Wilayah Kota Medan dibagi menjadi 21kecamatan yaitu Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Area, Medan Kota, Medan Maimun, Medan Polonia, Medan Baru, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan (Kota Medan www.id.wikipedia.org diakses 14 Juni 2014).

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Jumlah penduduk di Kota Medan sebanyak 2.122.804 jiwa pada tahun 2012 (Kota Medan www.id.wikipedia.org diakses 14 Juni 2014).


(50)

 

4.1.2 Kecamatan Medan Petisah

Kecamatan Medan Petisah dipimpin oleh seorang camat. Jumlah penduduk Kecamatan Medan Petisah sebanyak 61.855 jiwa dengan luas wilayah 4,93 km . Persentase umlah penduduk Kecamatan Medan Petisah sebesar 2,9% dari jumlah penduduk Kota Medan. Kepadatan penduduk per km sebanyak 12.547 per km . Saat ini terdiri dari 7 kelurahan yaitu Kelurahan Sei Kambing, Kelurahan Petisah Tengah, Kelurahan Sekip, Kelurahan Sei Putih Timur II, Kelurahan Sei Putih Timur I, Kelurahan Sei Putih Tengah dan Kelurahan Sei Putih Barat. Dari 7 kelurahan tersebut terbagi atas 69 lingkungan, 325 RW, 126 RT dan 223 blok sensus. (Data Publikasi BPS: Kecamatan Medan Petisah Dalam Angka 2013)

Kelurahan Petisah Tengah memiliki jumlah Lingkungan terbanyak yaitu 16 Lingkungan dan Sei Putih Barat mempunyai penduduk terbanyak yaitu, 11.658 jiwa. Jumlah penduduk Kecamatan Medan Petisah yang tersebar pada tujuh wilayah Kelurahan sampai dengan tahun 2012, tercatat sebanyak 61.855 orang dengan jumlah penduduk laki – laki sebanyak 29.371 orang dan penduduk perempuan sebanyak 32.484 orang. Pada tahun 2012 rasio jenis kelamin pada seluruh Kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Petisah dibawah 100, ini artinya bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki–laki. (Data Publikasi BPS: Kecamatan Medan Petisah Dalam Angka 2013)

Ketersediaan fasilitas keuangan untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat di Kecamatan Medan Petisah sudah lebih ramai bila dibandingkan


(51)

 

dengan tahun sebelumnya. Fasilitas keuangan didominasi oleh oleh sektor perbankan yakni sebanyak 22 bank, kemudian terdapat 6 koperasi dan 2 pegadaian di Kecamatan Medan Petisah pada tahun 2012. (Data Publikasi BPS Kecamatan Medan Petisah Dalam Angka 2013)

4.2 Profil dan Deskripsi Responden

Profil responden adalah keterangan-keterangan pribadi mengenai responden yakni masyarakat Kecamatan Medan Petisah. Peneliti memperoleh profil responden dengan cara membagikan kuisioner dan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Jawaban dari pertanyaan tersebuut akan disajikan dalam bentuk tabel, grafik, frekuensi, dan tabulasi silang (cross tab).

4.2.1. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Perbandingan jenis kelamin nasabah dapat dilihat dari hasil kuesioner yang telah disebar. Perbandingan jenis kelamin ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman masyarakat Kota Medan Kecamatan Medan Petisah terhadap produk-produk perbankan syariah. Dari jumlah responden yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian, yaitu sebanyak 100 orang, maka diperoleh hasil sebagai berikut dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1

Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 38 38

Perempuan 62 62

Total 100 100

Sumber: Diolah dari data primer


(52)

 

perempuan dan perse menjadi re total jumla laki yang m 38% dari kelamin te

Sumber: Dio

n lebih ban ntasenya, m esponden se ah responde menjadi res

total jumla ersebut dapa

olah dari data Gambar

yak daripad maka jumla ebanyak 62 en yang ada sponden seb ah respond at disajikan

primer r 4.1 Data R

da jumlah n ah masyarak

orang deng a. Sedangka banyak 38 o den yang ad

pada gamb

Responden

nasabah laki kat berjenis gan tingkat p an untuk ma orang denga da. Data re bar di bawah

n Menurut J

i-laki. Dilih s kelamin p persentase s asyarakat ya n tingkat pe esponden b h ini:

Jenis Kelam

hat dari frek perempuan sebesar 62% ang berjenis ersentase se erdasarkan min kuensi yang % dari s laki-ebesar jenis


(53)

 

4.2.2. Data Responden Berdasarkan Pendidikan

Masyarakat Kecamatan Medan Petisah yang ditentukan sebagai responden memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Pada Tabel 4.2 akan disajikan dan diuraikan data responden berdasarkan tingkat pendidikannya.

Tabel 4.2

Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

SMA 21 21

Diploma (D1,D2,D3) 12 12

Sarjana (S1,S2,S3) 67 67

Total 100 100

Sumber: Diolah dari data primer

Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat Kecamatan Medan Petisah yang menjadi responden didominasi oleh yang pendidikannya sarjana yaitu sebanyak 67 orang dengan persentase sebesar 67% dari total jumlah responden. Kemudian tingkat pendidikan SMA sebanyak 21 orang dengan persentase sebesar 21% dari total jumlah responden. Selanjutnya adalah tingkat pendidikan Diploma sebanyak 12 orang dengan besar persentase 12%.

4.2.3. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan

Setiap masyarakat yang dijadikan responden baik laki-laki maupun perempuan memiliki jenjang pendidikan yang berbeda-beda. Berikut ini akan ditampilkan tabel data masyarakat berdasarkan jenjang pendidikan yang dihubungkan dengan jenis kelamin.


(54)

 

Tabel 4.3

Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Jenis Kelamin Total

Laki-laki Wanita

SMA 4 17 21

Diploma (D1,D2,D3) 4 8 12

Sarjana (S1,S2,S3) 30 37 67

Total 38 62 100

Sumber: Diolah dari data primer

Hasil yang dapat dijelaskan berdasarkan Tabel 4.3 tersebut adalah bahwa mayoritas masyarakat Kecamatan Medan Petisah yang dijadikan responden didominasi oleh yang jenjang pendidikannya adalah sarjana, yakni sebanyak 67 orang dengan persentase sebesar 67% dari total responden menurut jenjang pendidikan dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 30 orang dan wanita sebanyak 37 orang . Untuk jenjang pendidikan SMA jumlah repondennya sebanyak 21 orang dengan persentase sebesar 21% yang terbagi dari 4 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. Sedangkan untuk jenjang pendidikan Diploma memiliki jumlah responden sebanyak 12 orang dengan persentase sebesar 12% yang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 8 orang perempuan.

4.2.4. Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendidikan

Data masyarakat yang dijadikan responden berdasarkan pekerjaan dan penddidikan dilihat pada tabel yang disajikan dibawah ini:


(55)

 

Tabel 4.4

Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan

Pekerjaan

Pendidikan

Total SMA

Diploma (D1,D2,D3)

Sarjana (S1,S2,S3)

PNS/TNI/POLRI 0 1 17 18

Pegawai Swasta 2 6 31 39

Wiraswasta 6 1 16 23

Pelajar (Mahasiswa/I) 10 0 0 10

Lain-Lain 3 4 3 10

Total 21 12 67 100

Sumber: Diolah dari data primer

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan dari masyarakat yang dijadikan responden berbeda-beda. Jumlah terbanyak yakni pada pegawai swasta sebesar 39 orang responden dengan persentase sebesar 39% dari total responden, yang terdiri dari jenjang pendidikan yang berbeda-beda. Terdapat 2 orang dengan jenjang pendidikan SMA, 6 diantaranya adalah diploma (D1,D2,D3) dan 31 orang adalah sarjana (S1,S2,S3) dengan jumlah tertinggi dari jenjang pendidikan lain. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang dijadikan responden dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta sebagian besar adalah sarjana (S1,S2,S3). Dilanjutkan dengan Wiraswasta dengan jumlah 23 orang dengan persentase sebesar 23% dari jumlah total responden yang memiliki jenjang pendidikan yang berbeda-beda, yakni sebanyak 6 orang dengan jenjang pendidikan SMA, 1 orang adalah diploma (D1,D2,D3) dan dengan jumlah terbanyak dari jenjang pemdidikan lainnya dengan pekerjaan wiraswasta adalah 16 orang. PNS/TNI/POLRI berjumlah 18 orang dengan peresentase sebesar 18% dari jumlah total responden yang berasal dari jenjang pendidikan diploma


(56)

 

(mahasiswa/i) dan lain-lain masing-masing dengan jumlah 10 responden dengan persentase masing-masing sebesar 10% dari jumlah total responden. jenjang pendidikan pelajar (mahasiswa/i) selurihnya diisi oleh masyarakat dengan jenjang pendidikan SMA yakni sebanyak 10 orang. Sebanyak 10 orang yang masuk kedalam pekerjaan lain-lain adalah masyarakat yang memiliki pekerjaan seperti ibu rumah tangga dan memiliki jenjang pendidikan yang berbeda-beda. Terdapat 3 orang dengan jenjang pendidikan SMA, 4 orang dengan jenjang pendidikan diploma (D1,D2,D3) dan 3 orang lainnya dengan jenjang pendidikan sarjana (S,1,S2,S3).

4.2.5. Data Responden Berdasarkan Pernah atau Tidak Pernah Mengetahui Produk Bank Syariah

Masyarakat Kecamatan Medan Petisah yang bersedia menjadi responden ada yang pernah mengetahui dan ada yang tidak pernah mengetahui tentang produk bank syariah. Data Berdasarkan pernah atau tidak pernahnya masyarakat mengetahui tentang produk bank syariah disajikan di bawah ini:

Tabel 4.5

Data Responden Berdasarkan Pernah atau Tidak Pernah Mengetahui Produk Bank Syariah

Pernah Atau Tidak Pernah Frekuensi Persentase

Tidak Pernah 68 68

Pernah 32 32

Total 100 100

Sumber: Diolah dari data primer

Data di atas menjelaskan bahwa dari 100 orang responden masyarakat Kecamatan Medan Petisah terdapat 68 orang yang tidak pernah mengetahui bahwa produk-produk bank syariah memiliki perbedaan dan keunikan dibanding


(57)

 

dengan bank konvensional dan dengan persentase sebesar 68% dari jumlah total responden. Selebihnya dengan jumlah sebesar 32 orang responden pernah mengetahui tentang keunikan produk bank syariah yakni dengan persentase sebesar 32% dari jumlah responden. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kecamatan Medan Petisah tidak pernah mengetahui keunikan-keunikan produk perbankan syariah. Tabel 4.6 disajikan data pengetahuan masyarakat terhadap produk perbankan syariah dikaitkan dengan tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Medan Petisah.

Tabel 4.6

Data Responden Berdasarkan Pernah atau Tidak Pernah Mengetahui Produk Bank Syariah berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pernah Mengetahui Produk Bank Syariah

Pendidikan

Total

SMA Diploma

(D1,D2,D3)

Sarjana (S1,S2,S3)

Tidak Pernah

Jumlah 16 7 45 68

% Berdasarkan Pernah Mengetahui

Produk Bank Syariah 23.5% 10.3% 66.2% 100.0%

% Berdasarkan Pendidikan 76.2% 58.3% 67.2% 68.0%

% Dari Total 16.0% 7.0% 45.0% 68.0%

Pernah

Jumlah 5 5 22 32

% Berdasarkan Pernah Mengetahui

Produk Bank Syariah 15.6% 15.6% 68.8% 100.0%

% Berdasarkan Pendidikan 23.8% 41.7% 32.8% 32.0%

% Dari Total 5.0% 5.0% 22.0% 32.0%

Total

Jumlah 21 12 67 100

% Berdasarkan Pernah Mengetahui

Produk Bank Syariah 21.0% 12.0% 67.0% 100.0% % Berdasarkan Pendidikan 100.0

% 100.0% 100.0% 100.0%

% Dari Total 21.0% 12.0% 67.0% 100.0%


(58)

 

Tabel di atas memperlihatkan bahwa masyarakat Kecamatan Medan Petisah yang dijadikan responden dengan tingkat pendidikan SMA berjumlah 21 orang, dari jumlah tersebut terdapat 16 orang yang tidak pernah tahu keunikan produk bank syariah dan terdapat 5 orang yang pernah mengetahui keunikan bank syariah dengan persentase sebesar 76% dari jumlah responden dengan jenjang pendidikan SMA dan terdapat 5 orang yang pernah mengetahui produk bank syariah dengan persentase sebesar 24%. Masyarakat dengan jenjang pendidikan diploma (D1, D2, D3) terdapat 12 orang, dengan jumlah 7 orang yang tidak pernah mengetahui keunikan produk bank syariah dengan persentase sebesar 58%dari seluruh responden dengan jenjang pendidikan diploma (D1,D2,D3) dan 5 orang pernah mengetahui keunikan bank syariah dengan persentase sebesar 43% dari responden dengan jenjang pendidikan diploma (D1,D2,D3). Masyarakat dengan jenjang pendidikan sarjana (S1,S2,S3) berjumlah 67 orang dengan 45 orang yang tidak pernah mengetahui keunikan produk bank syariah dengan persentase sebesar 67% dari responden dengan jenjang pendidikan sarjana (S1,S2,S3) dan 22 orang pernah mengetahui tentang produk-produk bank syariah dengan persentase sebesar 33% dari seluruh responden yang sarjana (S1,S2,S3). Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat dengan tingkat pendidikan sarjana (S1,S2,S3) memiliki jumlah masyarakat yang tidak pernah mengetahui dan pernah mengetahui produk bank syariah yang paling tinggi dibanding dengan jenjang pendidikan SMA dan diploma (D1,D2,D3). Banyak hal yang dapat menjadi dasar pengetahuan masyarakat tentang produk-produk bank syariah sebagian ada yang yang mendapatkan informasi dari materi


(59)

 

perkuliahan bagi seorang mahasiswa/i, ada yang mendapat penjelasan tentang produk bank syariah dari sosialisasi yang dilakukan bank syariah, dari teman, dari brosur, dari tempat masyarakat bekerja dan lain sebagainya. Tabel-tabel di bawah ini ditampilkan pengetahuan masyarakat Kecamatan Medan Petisah berdasarkan pendidikan, pekerjaan, dan umur masyarakat Kecamatan Medan Petisah yang dijadikan responden. Tabel 4.7 di bawah ini memperlihatkan pengetahuan masyarakat tentang produk bank syariah dikaitkan dengan umur.

Tabel 4.7

Data Responden Berdasarkan Pernah atau Tidak Pernah Mengetahui Produk Bank Syariah berdasarkan Umur

Umur

Pernah Mengetahui Produk

Bank Syariah Total

Tidak pernah Pernah

20.00 3 0 3

21.00 3 3 6

22.00 1 0 1

23.00 2 0 2

24.00 1 0 1

25.00 4 4 8

26.00 1 0 1

27.00 5 1 6

28.00 2 1 3

29.00 0 2 2

30.00 3 3 6

31.00 2 0 2

32.00 4 1 5

33.00 3 0 3

34.00 2 2 4

35.00 7 0 7

36.00 1 0 1

37.00 5 1 6


(1)

4.

Tingkat Pemahaman Masyarakat terhadap Produk

Murabahah

PENDIDIKAN * TINGKAT_PEMAHAMAN_TERHADAP_PRODUK_MURABAHAH * PEKERJAAN Crosstabulation Count PEKERJAAN TINGKAT_PEMAHAMAN_TERHADAP_PRODUK_ MURABAHAH Total TIDAK PAHAM KURANG PAHAM CUKUP PAHAM PAHAM SANGAT PAHAM PNS/TNI/POLRI PENDIDIKAN DIPLOMA

(D1,D2,D3)

0 0 0 1 1

SARJANA (S1,S2,S3)

9 6 2 0 17

Total 9 6 2 1 18

PEGAWAI SWASTA

PENDIDIKAN SMA 2 0 0 0 0 2

DIPLOMA (D1,D2,D3)

3 2 1 0 0 6

SARJANA (S1,S2,S3)

16 4 4 4 3 31

Total 21 6 5 4 3 39

WIRASWASTA PENDIDIKAN SMA 5 1 6

DIPLOMA (D1,D2,D3)

1 0 1

SARJANA (S1,S2,S3)

10 6 16

Total 16 7 23

PELAJAR (MAHASISWA/I)

PENDIDIKAN SMA 4 4 2 10

Total 4 4 2 10

LAIN-LAIN PENDIDIKAN SMA 3 0 3

DIPLOMA (D1,D2,D3)

3 1 4

SARJANA (S1,S2,S3)

2 1 3


(2)

5.

Tingkat Pemahaman Masyarakat terhadap Produk

Wakalah

PENDIDIKAN * TINGKAT_PEMAHAMAN_TERHADAP_PRODUK_WAKALAH * PEKERJAAN Crosstabulation Count PEKERJAAN TINGKAT_PEMAHAMAN_TERHADAP_PRODUK _WAKALAH Total TIDAK PAHAM KURANG PAHAM CUKUP PAHAM PAHAM SANGAT PAHAM PNS/TNI/POLRI PENDIDIKAN DIPLOMA

(D1,D2,D3)

0 0 1 1

SARJANA (S1,S2,S3)

11 6 0 17

Total 11 6 1 18

PEGAWAI SWASTA

PENDIDIKAN SMA 2 0 0 0 0 2

DIPLOMA (D1,D2,D3)

3 3 0 0 0 6

SARJANA (S1,S2,S3)

18 3 3 3 4 31

Total 23 6 3 3 4 39

WIRASWASTA PENDIDIKAN SMA 5 1 6

DIPLOMA (D1,D2,D3)

1 0 1

SARJANA (S1,S2,S3)

9 7 16

Total 15 8 23

PELAJAR (MAHASISWA/I)

PENDIDIKAN SMA 5 4 1 10

Total 5 4 1 10

LAIN-LAIN PENDIDIKAN SMA 3 0 3

DIPLOMA (D1,D2,D3)

3 1 4

SARJANA (S1,S2,S3)

2 1 3


(3)

LAMPIRAN 7

DATA RESPONDEN BERDASARKAN PEMAHAMAN MASYARAKAT

DENGAN PENGERTIAN PRODUK BANK SYARIAH

1. Pemahaman

Masyarakat

terhadap Pengertian dari Produk

Mudharabah

PAHAM_ARTI_DARI_MUDHARABAH 

    Frequency  Percent  Valid Percent  Cumulative Percent 

Valid  PAHAM  26 26.0 26.0 26.0

TIDAK PAHAM  74 74.0 74.0 100.0

Total  100 100.0 100.0  

2. Pemahaman

Masyarakat

terhadap Pengertian dari Produk

Wadi’ah

PAHAM_ARTI_DARI_WADIAH 

    Frequency  Percent  Valid Percent  Cumulative Percent 

Valid  PAHAM  25 25.0 25.0 25.0

TIDAK PAHAM  75 75.0 75.0 100.0


(4)

3. Pemahaman

Masyarakat

terhadap Pengertian dari Produk

Musyarakah

PAHAM_ARTI_DARI_MUSYARAKAH 

    Frequency  Percent  Valid Percent  Cumulative Percent 

Valid  PAHAM  21 21.0 21.0 21.0

TIDAK PAHAM  79 79.0 79.0 100.0


(5)

4. Pemahaman

Masyarakat

terhadap Pengertian dari Produk

Murabahah

PAHAM_ARTI_DARI_MURABAHAH 

    Frequency  Percent  Valid Percent  Cumulative Percent 

Valid  PAHAM  14 14.0 14.0 14.0

TIDAK PAHAM  86 86.0 86.0 100.0


(6)

5. Pemahaman

Masyarakat

terhadap Pengertian dari Produk

Wakalah

PAHAM_ARTI_DARI_WAKALAH 

    Frequency  Percent  Valid Percent  Cumulative Percent 

Valid  PAHAM  7 7.0 7.0 7.0

TIDAK PAHAM  93 93.0 93.0 100.0

Total  100 100.0 100.0