97
kelas kontrol menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis portofolio dapat meningkatkan penguasaan materi lebih tinggi dibandingkan
model konvensional.
4.3.2 Perbedaan Keterampilan Berpikir Kritis antara Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
Pada dasarnya, belajar merupakan suatu kegiatan yang diharapkan mampu menimbulkan perubahan tingkah laku pada diri siswa. Siswa diharapkan memiliki
kepekaan terhadap lingkungannya. Agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik, siswa harus terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan
begitu siswa akan lebih memahami permasalahan yang sedang terjadi sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Keterlibatan siswa secara langsung dapat
melatih siswa untuk mengembangkan pemikirannya. Shidarta 2008, hlm. 4 mengemukakan bahwa “dalam arti teknis berpikir adalah proses rohani atau
kegiatan akal budi yang berada dalam kerangka bertanya dan berusaha untuk memperoleh jawaban”. Untuk memperoleh jawaban atas suatu pertanyaan
dibutuhkan pemikiran kritis dari siswa. Berpikir kritis adalah suatu kegiatan berpikir yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah. Selain itu, berpikir
kritis juga dibutuhkan agar tidak terjadi kekeliruan. Misalnya keraguan siswa terhadap dua pernyataan yang berbeda atas suatu hal yang sama. Dalam proses
penyelesaian masalah ini, dibutuhkan pemikiran kritis siswa untuk dapat menentukan mana yang tepat dan mana yang tidak tepat.
Selain itu, keterampilan berpikir kritis juga dapat digunakan untuk menganalisis fenomena yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Ketika
siswa telah terbiasa menggunakan pemikiran kritisnya, mereka akan lebih peka terhadap situasi yang ada serta mampu memberikan solusi yang dapat digunakan
sebagai pemecahan masalah. Berdasarkan analisis data hasil angket keterampilan berpikir siswa,
diketahui bahwa nilai angket siswa kelas eksperimen labih tinggi dibandingkan nilai angket kelas kontrol, yaitu 93,63 untuk kelas eksperimen dan 80,21
untuk kelas kontrol. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada nilai angket respon siswa yang diperoleh masing-masing kelas. Perbedaan ini
98
disebabkan oleh keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen setelah menggunakan model pembelajaran berbasis portofolio lebih tinggi dibandingkan
kelas kontrol yang menggunakan model konvensional. Perbedaan tersebut disebabkan karena dalam proses pembelajaran, siswa
kelas eksperimen lebih aktif dibandingkan kelas kontrol terutama dalam hal menganalisis suatu permasalahan. Dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis portofolio, proses pembelajaran akan melibatkan siswa secara aktif. Seperti yang dikemukakan oleh Budimansyah 2010, hlm. 11 bahwa “proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis portofolio berpusat p
ada siswa”. Dengan begitu, setiap tahapan yang terdapat pada model tersebut akan melibatkan aktivitas siswa. Misalnya seperti pada tahapan memilih
masalah untuk kajian kelas. Siswa akan dituntut untuk dapat memilih suatu permasalahan yang dianggap menarik untuk dijadikan bahan kajian kelas.
Selain itu, penerapan model pembelajaran berbasis portofolio ini akan membawa siswa belajar di luar kelas. Sebab mereka akan ditugaskan untuk
menganalisis hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang akan dikaji. Dengan begitu mereka akan memiliki pengalaman belajar yang lebih menyenangkan. Hal
ini sesuai dengan prinsip dasar model pembelajaran berbasis portofolio yaitu merupakan model pembelajaran
joyfull learning.
Seperti yang dikemukakan olah Budimansyah 2010, hlm. 1
7 bahwa “pada model ini siswa diberi kesempatan untuk memilih tema belajar yang menarik baginya”. Sehingga siswa lebih tertarik
untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Berbeda dengan kelas kontrol yang menggunakan model konvensional.
Siswa tidak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Sebab pada model ini, pembelajaran berpusat pada guru sedangkan siswa hanya sebagai penerima
informasi. Dengan begitu tidak ada kegiatan siswa seperti yang terjadi pada model pembelajaran berbasis portofolio yang secara keseluruhan melibatkan aktivitas
siswa. Sebenarnya, siswa kelas kontrol cukup antusias dalam kegiatan belajar. Namun, karena pembelajaran konvensional hanya berlangsung di ruangan kelas,
menyebabkan siswa menjadi mudah bosan. Berdasarkan analisis hasil angket keterampilan berpikir kritis siswa,
diketahui bahwa perolehan skor untuk nilai keterampilan berpikir kritis siswa
99
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai keterampilan kelas kontrol. Hal ini menujukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis portofolio
berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.
4.3.3 Internalisasi Model pembelajaran berbasis portofolio