36
7. Guru bertindak, murid membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan
gurunya 8.
Guru memilih bahan dan isi pelajaran, murid menyesuaikan diri dengan pelajaran itu
9. Guru mencampuradukkan kewenangan ilmu pengetahuan dan kewenangan
jabatannya, yang dia lakukan untuk menghalangi kebebasan murid 10.
Guru adalah subyek dalam proses belajar, murid adalah obyek belaka Tidak mengherankan jika konsep pendidikan gaya bank memandang
manusia sebagai makluk yang dapat disamakan dengan sebuah benda dan gampang diatur. Semakin banyak murid menyimpan tabungan yang dititipkan kepada
merekam semakin mereka kurang dalam mengembangkan kesadaran kritis yang dapat mereka peroleh dari keterlibatan di dunia sebagai pengubah dunia tersebut.
Semakin penuh mereka menerima peran pasif yang disodorkan kepada dirinya, mereka semakin cenderung menyesuaikan diri dengan dunia menurut apa adanya
serta pandangan terhadap realitas yang terpotong-potong sebagaimana yang ditanamkan kepada diri mereka.
64
2.3.3 Mengganti Model Pendidikan Gaya Bank Banking Style of Education
Dengan Pendidikan Hadap Masalah Problem posing Education
Dalam pengamatan freire, praktek pendidikan selalu mencakup: subjek atau pelaku orang yang mengajar dan memberitahu; orang yang belajar, tetapi turut
serta “memberi pelajaran”; objek yang harus diajarkan atau diberitahu; metode yang digunakan oleh orang yang mengajar untuk menyampaikan isi pengajaran.
65
Bagi Freire, hanya melalui komunikasi manusia dapat menemukan hidup yang bermakna. Guru tidak dapat berpikir untuk murid-muridnya, atau tidak dapat
64
Freire, Pendidikan kaum tertindas, 54-55.
65
Paulo Freire, Pedagogy of hope. Terj. Robert R. Barr New York: Bloomsbury Revelations. 2014, 108.
37
memaksakan pikirannya pada mereka. Model pendidikan gaya bank akan selalu berusaha mengendalikan pikiran dan tindakan, mengarahkan manusia agar
menyesuaikan diri terhadap dunia dan menghalangi kemampuan kreatif mereka. Untuk itu Freire menawarkan suatu konsep pendidikan yang membebaskan yang
disebutnya sebagai pendidikan hadap masalah. Model pendidikan hadap masalah ini pertama-tama menuntut adanya pemecahan masalah kontradiksi antara guru dan
murid. Hubungan dialogis yang harus ada pada para pelaku pemahaman untuk bersama-sama mengamati obyek yang sama.
66
Pendidikan hadap masalah ini menolak pola hubungan vertikal dalam pendidikan gaya bank. Melalui dialog, guru tidak lagi menjadi orang yang
mengajar, tetapi orang yang mengajar dirinya melalui dialogi dengan para murid, yang pada akhirnya di samping diajar mereka juga mengajar. Mereka semua
bertanggung jawab terhadap suatu proses tempat mereka tumbuh dan berkembang. Metode ini tidak akan menganggap obyek-obyek yang dapat dipahami sebagai
milik pribadi, tetapi sebagai obyek refleksi para murid serta dirinya sendiri. Dengan cara ini, pendidik hadap masalah secara terus menerus memperbaharui
refleksinya di dalam refleksi para murid. Murid yang bukan lagi pendengar yang penurut telah menjadi rekan pengkaji yang kritis melalui dialogi dengan guru. Guru
menyajikan pelajaran kepada murid sebagai bahan pemikiran mereka, dan menguji kembali pemikirannya yang terdahulu ketika murid mengemukakan hasil
pemikiran sendiri.
67
Pendidikan gaya bank berusaha mempertahankan penenggelaman kesadaran, sementara pendidikan hadap masalah berjuang bagi kebangkitan
kesadaran dan keterlibatan kritis dalam realitas. Melalui pendidikan hadap masalah
66
Freire, Pendidikan kaum tertindas, 64.
67
Freire, Pendidikan kaum tertindas, 65-66.
38
ini juga, murid yang semakin banyak dihadapkan pada masalah-masalah yang berhubungan dengan kehadiran mereka di dalam bersama dengan dunia, akan
merasa semakin ditantang dan berkewajiban untuk menjawab tantangan ini.
68
Jawaban mereka terhadap tantangan itu menimbulkan tantangan-tantangan baru, kemudian disusul dengan pemahaman-pemahaman baru pula. Pada akhirnya secara
bertahap mereka akan merasa memiliki keterlibatan.
Dalam pendidikan hadap masalah, manusia mengembangkan kemampuannya untuk memahami secara kritis relitas mereka di dalam dunia dan bagaimana
mereka menemukan diri sendiri. Mereka akan memandang dunia bukan sebagai realitas yang statis, tetapi sebagai realitas yang berada dalam proses, dalam gerak
perubahan. Konsep dan praktik pendidikan hadapa masalah dan pendidikan gaya bank terlihat saling bertentangan. Konsep pendidikan gaya bank menolak dialog;
sementara pendidikan hadap masalahh menganggap dialog sebagai prasyarat bagi laku pemahaman untuk menguak realitas.
Pendidikan gaya bank memperlakukan murid sebagai obyek yang harus ditolong; sementara pendidikan hadap masalah menjadikan mereka pemikir yang
kritis. Pendidikan gaya bank menghalang-halangi kreativitas dan menjinakkan intensionalisas kesadaran dengan cara mengisolasi kesadaran itu dari dunia, yang
dengan demikian menolak fitrah ontologis dan kesejarahan manusia untuk menjadi manusia seutuhnya. Pendidikan hadap masalah mendasari dirinya atas kreativitas
serta mendorong refleksi dan tindakan yang benar atas realitas praksis, dan
68
Freire, Pendidikan kaum tertindas, 66.
39
dengan cara itu menyambut fitrah manusia yang akan menjadi makluk sejati hanya jika terlibat dalam pencarian dan perubahan kreatif.
69
2.3.4 Konsientisasi Sebagai Tujuan Pendidikan Pembebasan