Katekisasi Sidi Katekisasi Sebagai Bentuk Pendidikan Agama Kristen di Gereja

16 katekisasi sekolah, di mana katekisasi ini dimulai sejak jemaat-jemaat Yahudi mulai mendapat pengajaran dari guru-guru Torah. Pada jaman sekarang, orang sering mengaitkan katekisasi sekolah dengan pendidikan agama di Sekolah. Sedangkan yang terakhir, yang akan menjadi pembahasan penulis adalah katekisasi gereja atau katekisasi sidi.

2.1.2 Katekisasi Sidi

Dalam Gereja-Gereja Kristen saat ini, ada hubungan yang erat antara baptisan anak dengan katekisasi dan peneguhan sidi. Peneguhan sidi dilaksanakan sebagai lanjutan dari baptisan anak untuk menyempurnakannya. Baptisan merupakan tanda dan bukti bahwa anak-anak telah masuk ke dalam persekutuan dengan Kristus; mereka sudah menjadi anggota dari tubuh Kristus. Di dalam katekisasi sidi ini, pesertanya merupakan orang-orang muda jemaat yang berada dalam fase perkembangan yang paling penting, di mana dalam usia ini mereka mudah dipengaruhi sehingga kesan-kesan yang diterima oleh mereka pada masa ini turut menentukan sikap hidup mereka di kemudian hari. 26 Katekisasi yang diakhiri dengan peneguhan sidi seringkali dianggap sebagai penyempurnaan atau lanjutan dari baptisan. Ketika dibaptis, anak-anak yang masih sangat kecil belum mampu untuk mempertanggung jawabkan iman mereka. Ketika diteguhkan menjadi anggota sidi, anak-anak tersebut dianggap sudah mampu untuk mempertanggung jawabkan pengakuan iman mereka di hadapan Tuhan dan Jemaat. Katekisasi adalah pelayanan Gereja, di mana bukan saja dalam arti bahwa Gereja yang menyelenggarakannya tetapi juga bahwa Gereja yang bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaannya. Tujuan katekisasi ialah bukan pertama-tama supaya anak-anak diteguhkan menjadi anggota sidi dan dengan itu 26 E.G. Homrighausen, I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen Jakarta: Gunung Mulia, 1984, 124-125. 17 menjadi anggota penuh dari Gereja. Tujuan katekisasi sesungguhnya ialah supaya anak-anak percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka dan dengan itu mendapat persekutuan dengan Dia. Selain itu katekisasi juga bertujuan untuk membina anggota jemaat untuk menyadari tugas mereka di dalam Gereja dan kemudian mempertanggujawabkan iman mereka di dalam dunia. 27 Katekisasi adalah pelayanan jemaat sehingga yang pertama-tama bertanggungjawab atas pelayanan ini adalah Majelis Jemaat. Yang memiliki kerlibatan langsung dalam pelayanan katekisasi adalah pemimpin-pemimpin katekisasi, di mana mereka adalah orang-orang yang setiap minggu memimpin pelayanan itu. Biasanya pemimpin-pemimpin katekisasi adalah pendeta-pendeta Jemaat. Menurut Abineno, hal ini tidak selalu menguntungkan karena sebagai pendeta Jemaat mereka sangat sibuk dalam pekerjaan mereka. Selain itu, sebagai pendeta, mereka umumnya cukup mempunyai pengetahuan teologis. Tetapi untuk pelayanan katekisasi mereka membutuhkan lebih banyak daripada hanya pengetahuan teologis saja. Mereka membutuhkan juga pengetahuan-pengetahuan lain seperti dalam bidang paedagogis, didaktik, psikologis dan lain-lain. Justru dalam bidang-bidang ini lah mereka seringkali tidak mempunyai cukup pengetahuan. Selain pendeta, banyak gereja juga menggunakan tenaga dari jurusan PAK. 28 Tugas dari pemimpin katekisasi menurut Abineno adalah: 1 menyusun rencana katekisasi tahunan yang ditugaskan oleh Majelis Jemaat kepadanya. Rencana katekisasi ini dapat memuat banyak hal: bukan saja bahan-bahan pengajaran untuk satu tahun, tetapi juga buku-buku katekisasi yang digunakan, metode atau cara yang dipakai, waktu yang dibutuhkan, tujuan yang mau dicapai 27 Abineno, Sekitar Katekese Gerejawi, 99-100. 28 Abineno, Sekitar Katekese Gerejawi, 104-105. 18 dan lain-lain. 29 Unsur-unsur yang terkandung dalam rencana katekisasi yang dimaksud oleh Abineno dapat dikategorikan sebagai kurikulum katekisasi. Di beberapa sinode, penyusunan kurikulum menjadi tugas dan tanggung jawab sinode tetapi setiap gereja berhak untuk menyusun kurikulum sendiri menyesuaikan keadaan jemaatnya. 2 mempersiapkan katekisasi bahan yang mau diajarkan dengan pengikut-pengikutnya dengan baik. 3 menilai atau mengevaluasi setiap mengajaran yang diberikan. 4 mengadakan percakapan dengan pengikut-pengikut katekisasi, khususnya tentang hal-hal yang tidak dapat mereka cerna atau sulit pahami. 5 mengadakan pertemuan dengan para orang tua dan Majelis Jemaat untuk membicarakan tugas mereka bersama. 6 mengadakan kunjungan ke rumah para orang tua untuk membicarakan keadaan anak-anak mereka yang sedang mengikuti katekisasi. 30 Sebagian besar gereja-gereja di Indonesia memberi batas usia minimal bagi katekumen ialah mulai dari usia 16 tahun hingga dewasa. Menurut Fowler, Ketika berada dalam usia remaja, seseorang berada dalam tahap kepercayaan sintetis- konvensional. 31 Dalam tahap ini terjadi perombakan baru dalam struktur pengertian remaja. Muncul berbagai macam kemampuan kognitif yang membuat remaja terpaksa meninjau kembali pandangan hidupnya. Dalam konteks baru tersebut remaja dapat menyusun gambaran diri yang baru pula. Gambaran ini dibangun dalam ketergantungannya pada orang-orang lain yang berarti baginya. Banyaknya pribadi lain yang memengaruhi penyusunan gambar diri ini terkadang bertentangan satu sama lain. Hal ini yang kemudian memunculkan pertanyaan dalam diri remaja 29 Abineno, Sekitar Katekese Gerejawi, 106. 30 Abineno, Sekitar Katekese Gerejawi, 106-18. 31 Fowler membagi tahap perkembangan kepercayaan manusia ke dalam 7 tahapan. Tahapan-tahapan ini dibagi berdasarkan batas-batas usia tertentu. Ketujuh tahapan kepercayaan tersebut adalah: Tahap kepercayaan awal dan Elementer 0-2 tahun, tahap intuitif-proyektif 2-6 tahun, tahap mistis-harfiah 6-11 tahun, tahap sintetis-konvensional 12 sampai dewasa, tahap individuatif-reflektif 18 tahun dan seterusnya, tahap konjungtif 30-40 tahun dan yang terakhir tahap kepercayaan yang mengacu pada universalitas. Lihat Agus Cremers, Tahap-Tahap Perkembangan Kepercayaan Menurut James W. Fowler, Jogjakarta: Kanisius, 1995, 95-218. 19 tentang siapakah dia? Gambaran diri yang manakah yang sesuai dengan dirinya yang sebenarnya? dan pertanyaan mengenai jati diri mulai menghantui pikiran mereka. 32 Selain itu, dalam usia remaja memiliki kondisi dan kebutuhan yang berbeda dari orang dewasa, antara lain: 33 1. Masa remaja adalah masa transisi: mada masa ini anak berada dalam masa pubertas di mana ia m engalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Selama masa ini terjadi banyak gejolak dalam berbagai bentuk. Pada masa ini, seorang anak mencoba meninggalkan hal-hal yang kekanak-kanakan dalam usahanya untuk menjadi seseprang dengan identitas yang unik. 2. Masa remaja adalah masa bertanya: pada masa ini umumnya remaja mulai mempertanyakan banyak hal yang sudah diajarkan kepada mereka. Banyak mitos masa kanak-kanak yang diragukan pada waktu mereka menemukan cara-cara baru dalam memandang realitas. Mereka tidak lagi percaya pada apa yang dikatakan atau diajarkan hingga mereka mendapatkan kepastian bahwa nilai-nilai serta kepercayaan tadi mempunyai validitas bagi kehidupan mereka yang mulai memasuki kedewasaan. 3. Masa remaja adalah masa keterbukaan: Bagi kebanyakan remaja, usaha mencarimendapatkan identitas baru merupakan suatu proses yang penuh dengan coba-coba, yang menyebabkan karakteristik mereka sukar ditebak. Mereka akan menerima suatu hal pada suatu kesempatan, tetapi pada kesempatan lain mereka menolaknya sama sekali. 4. Masa remaja adalah masa mengambil keputusan: remaja sering membuat sejumlah keputusan dan komitmen. Beberapa diantaranya mungkin bertahan lama. Namun, apabila keputusan mereka akan menjadi sesuatu yang berarti, 32 Cremers, Tahap-Tahap Perkembangan Kepercayaan Menurut James W. Fowler, 134-135. 33 Daniel Nuhamara, PAK Remaja Bandung: Jurnal Info Media, 2008, 10-14. 20 keputusan tersebut haruslah merupakan akibat dari proses pemahaman dan pengujiannya sendiri. Mereka membuat sejumlah besar keputusan yang tidak dewasa, namun dengan melakukan hal itu mereka merasa puas atau memenuhi diri sendiri. Upaya mereka untuk mencari kebebasan menyebabkan mereka membuat sebanyak mungkin keputusan yang dapat membimbing kehidupan mereka. Menurut Abineno, ada banyak perbedaan yang dapat dijumpai dalam diri mereka, di antaranya: 1 perbedaan motivasi: yang seorang datang mengikuti katekisasi karena diharuskan oleh orang tuanya, yang lain datang karena kemauannya. 2 perbedaan umur: dalam katekisasi sidi biasanya terdapat anak- anak muda yang berumur tujuh belas tahun keatas. 3 perbedaan pendidikan: perbedaan ini biasanya lebih menonjol. Dalam katekisasi sidi terdapat anak-anak muda yang hanya berpendidikan rendah, ada pula yang menengah maupun yang tinggi. 3 perbedaan maksud dan tujuan: ada yang datang mengikuti katekisasi karena ia mau memperdalam pengetahuannya tentang “soal-soal rohani”, dan ada pula yang datang karena ia mau mengetahui lebih banyak tentang agama Kristen. 34 Perkembangan remaja dan perbedaan-perbedaan dalam diri remaja ini tentu saja memengaruhi proses pengajaran katekisasi, sehingga para pengajar dituntut untuk mampu menyesuaikan bentuk pengajarannya agar dapat diterima oleh semua kelompok usia, pendidikan maupun perbedaan latar belakang lainnya.

2.2 Kurikulum Pendidikan Agama Kristen

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Katekisasi Pranikah (Pelaksanaan Katekisasi Pranikah dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Keluarga Kristen di Jemaat GMIT Kota Kupang)

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Alienasi Atau Pembebasan?: Studi Mengenai Perspektif GMIT Jemaat Zaitun Tuapukan terhadap Pembangunan Gedung Ibadah T2 752015027 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Alienasi Atau Pembebasan?: Studi Mengenai Perspektif GMIT Jemaat Zaitun Tuapukan terhadap Pembangunan Gedung Ibadah T2 752015027 BAB IV

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Alienasi Atau Pembebasan?: Studi Mengenai Perspektif GMIT Jemaat Zaitun Tuapukan terhadap Pembangunan Gedung Ibadah T2 752015027 BAB II

0 1 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Alienasi Atau Pembebasan?: Studi Mengenai Perspektif GMIT Jemaat Zaitun Tuapukan terhadap Pembangunan Gedung Ibadah T2 752015027 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Kegiatan Sekolah Minggu di GMIT Kamengtakali Ditinjau dari Perspektif Pendidikan Pembebasan Paulo Friere

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kurikulum Katekisasi Sidi Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua ditinjau dari Perspektif Pedagogi Pembebasan Paulo Freire T2 752014019 BAB I

0 1 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kurikulum Katekisasi Sidi Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua ditinjau dari Perspektif Pedagogi Pembebasan Paulo Freire T2 752014019 BAB IV

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kurikulum Katekisasi Sidi Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua ditinjau dari Perspektif Pedagogi Pembebasan Paulo Freire

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi tentang Metode Pengajaran Katekisasi bagi Katekumen di Jemaat GMIT Syalom Sakteo

0 3 36