Konsepsi Pengaruh Hukum Waris Islam Terhadap Hukum Waris Adat Pada Masyarakat Gayo (Studi Di Kabupaten Aceh Tengah)

19 Sebaliknya dalam praktek kewarisan adat Gayo tidak diakui istilah pengantian tempat plaatsvervulling tersebut. Bahkan status cucu tidak dapat menggantikan posisi orang tuanya yang lebih dulu meninggal dalam hal mewarisi harta kakek atau neneknya.

2. Konsepsi

Konsepsi berasal dari bahasa Latin, conceptus yang memilki arti sebagai suatu kegiatan atau proses berpikir, daya berpikir khususnya penalaran dan pertimbangan. Konsepsi adalah salah satu bagian yang terpenting dari teori. Peranan konsepsi dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas. Konsepsi diartikan juga sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan definisi operasional. Pentingnya definisi adalah untuk menghindarkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari satu istilah yang dipakai. Oleh karena itu, dalam penulisan tesis ini dirangkaikan kerangka konsepsi sebagai berikut: a. Hukum waris adat adalah aturan-aturan hukum adat yang mengatur tentang bagaimana harta peninggalan atau harta warisan dari generasi kegenerasi berikutnya 20 20 Hilman Hadikusuma, Op. Cit, halaman. 211 Universitas Sumatera Utara 20 b. Hukum waris adalah norma-norma hukum yang menetapkan harta kekayaan baik materi maupun yang immateril, sehingga jelas manakah dari seseorang yang dapat diserahkan kepada keturunannya serta yang sekaligus juga mengatur saat, cara dan proses peralihannya. 21 c. Subjek hukum waris adalah pewaris dan ahli waris. Pewaris adalah seorang yang meninggalkan harta warisan sedangkan ahli waris adalah seorang atau beberapa orang yang menerima harta warisan 22 d. Para waris ialah anak termasuk anak dalam kandungan ibunya jika lahir hidup; tetapi tidak semua anak adalah ahli waris, kemungkinan para waris lainya seperti anak tiri, anak angkat, anak piara, waris balu, waris kemenakan, dan anggota kerabat dan waris lainya. Kemudian berhak tidaknya para waris pengganti seperti cucu, ayah-ibu, kakek-kakek, waris anggota kerabat dan waris lainya. Kemudian berhak tidaknya para waris tersebut di pengaruhi oleh sistem kekerabatan bersangkutan dan mungkin juga karena pengaruh agama, sehingga antara daerah yang satu dan yang lain terdapat perbedaan. 23 e. Para waris adalah semua orang yang akan menerima penerusan atau pembagian warisan baik ia sebagai ahli waris yaitu orang yang berhak mewarisi maupun yang bukan ahli waris tetapi mendapat warisan. Jadi ada waris yang ahli waris dan waris yang bukan ahli waris. Batas antara keduanya sukar di tarik garis 21 Badruzzaman Ismail, Asas-Asas Dan Perkembangan Hukum Adat, Banda Aceh: Gua Hira, 2003, halaman. 167 22 Soerjono Soekanto dan Soleman b. Taneko, Hukum Adat Indonesia, Jakarta, CV. Rajawali, 1983, halaman 228 23 Hilman Hadikusuma , Op. Cit, halaman 67 Universitas Sumatera Utara 21 pemisah, oleh karena ada yang ahhli waris di suatu daerah sedang di daerah lain ia hanya waris, begitu pula ada yang di suatu daerah sebagai waris tetapi tidak mewarisi sedangkan di daerah lain ia mendapat warisan. 24 f. Ahli waris penganti adalah ahli waris yang “menggantikan” kedudukan seseorang yang telah meninggal lebih dahulu dari pewaris pasal 185 KHI. g. Patah titi adalah putusnya hubungan kewarisan antara cucu dengan kakek dikarenakan ayah atau ibu meninggal terlebih dahulu dari pewaris yaitu kakek. h. Suku Gayo adalah suku yang mendiami daerah dataran tinggi Gayo atau sering disebut Tanoh Gayo, komunitas masyarakatnya untuk saat ini yang banyak mendiami di lima kabupaten di Aceh yaitu Aceh Tenggara, Bener Meriah, Aceh Tengah, Aceh Tamiang, dan Gayo Lues. Pada dasarnya suku bangsa Gayo terdiri dari tiga bagian atau kelompok, Gayo Lut mendiami daerah Aceh Tengah dan Bener Meriah, Gayo Lues mendiami daerah Gayo Lues dan Aceh Tenggara serta Gayo Blang mendiami sebagian kecamatan di Aceh Tamiang. 25

G. Metodologi Penelitian 1.

Sifat Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analisis yaitu menggambarkan perkembangan hukum waris adat yang ada pada masyarakat Gayo 24 Ibit.Cit, halaman . 67 25 Suku Gayo Takengon, http:acehpedia.orgSuku_Gayo Diakses tanggal, 14 Maret 2012 Universitas Sumatera Utara 22 di Kabupaten Aceh tengah, serta menganalisis masalah-masalah yang timbul yang berhubungan dengan hal tersebut secara terperinci dan kritis selanjutnya mencoba menarik kesimpulan dan memberikam masukan berupa saran. Bahan-bahan penelitian ini akan diperoleh secara kuesioner atau angket, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hak yang ia ketahui. Untuk memperkuat bahan-bahan penelitian ini maka dilakukan wawancara kepada Camat, Kepala Desa, dan masyarakat berkompoten dalam masalah ini di kabupaten Aceh Tengah, Provensi Nangro Aceh Darusalam.

2. Metode Pendekatan