Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

11 dengan permasalahan pertama bagaimana pengaruh hukum waris islam terhadap hukum waris adat pada masyarakat Gayo di Kabupaten Aceh Tengah dan permasalahan kedua bagaimana perkembangan hukum patah titi pada masyarakat Gayo di Kabupaten Aceh Tengah ketiga faktor-faktor apa yang mempengaruhi terjadinya pergeseran hukum patah titi pada masyarakat Gayo di Kabupaten Aceh Tengah yang penelitiannya dilakukan di kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nangro Aceh Darusalan belum ada yang membahasnya, sehingga tesis ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya secara akademis.

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukan ketidak benarannya. 7 Menurut M. Solly Lubis menyebutkan bahwa landasan teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis mengenai suatu kasus atau permasalahan problem yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang 7 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian hukum, Jakarta, UI Prees, 1986, halaman 6 Universitas Sumatera Utara 12 mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang merupakan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan. 8 Pada dasarnya teori yang berkenaan dengan judul diatas adalah teori yang berkenaan dengan sosiologi hukum yaitu teori yang dikemukakan oleh Eugen Ehrlich. Dalam bukunya berjudul “Fundamental Principles of the Sociology of Law”. Dari bukunya tersebut terdapat konsep “living law”, Konsep ini menekankan bahwa, hukum positif hanya akan efektif apabila selaras dengan hukum yang hidup dalam masyarakat, atau dengan apa yang disebut dengan hukum adat . 9 Dalam penjelasan umum Alinea I Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa : “Undang-Undang Dasar suatu Negara ialah sebagian dari hukumnya dasar Negara itu. Undang-Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang disampingnya Undang-Undang Dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis.” 10 Pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis Undang-Undang Dasar maupun hukum yang tidak tertulis hukum adat. Seperti dijelaskan pada pasal 131 8 M. Solly Lubis, Filsafat dan Penelitian, Mandar Madju, Bandung, 1994, halaman 19 9 Syafruddin Kalo, Modul Kuliah Penemuan Hukum, disampaikan pada Rangkaian Sari Kuliah Semester II, Program Pasca Sarjana Magister Kenotariatan, USU Medan, 2007, halaman.18 10 Penjelasan Umum, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Universitas Sumatera Utara 13 I.S Indische Staatssregeling ayat 2 b Stb 1925 no .415 jo.577, Mengenai dasar berlakunya hukum adat termasuk juga berlakunya hukum waris adat di Indonesia yaitu : “Bagi golongan Indonesia asli Bumi Putra, golongan Timur Asing dan bagian-bagian dari golongan bangsa tersebut, berlaku peraturan hukum yang didasarkan atas agama dan kebiasaan mereka” Teori receptio in Complexu menyatakan bahwa bagi orang Islam berlaku penuh hukum Islam sebab ia telah memeluk agama Islam walaupun dalam pelaksanaannya terdapat penyimpangan-penyimpangan. Teori ini berlaku di Indonesia ketika teori ini diperkenalkan oleh Mr. Lodewijk Willem Christian van den Berg. Teori Receptio in Complexu ini telah diberlakukan di zaman VOC sebagaimana terbukti dengan dibuatnya pelbagai kesimpulan hukum untuk pedoman pejabat dalam menyelesaikan urusan-urusan hukum rakyat pribumi yang tinggal di dalam wilayah kekuasaan VOC yang kemudian dikenal sebagai Nederlandsch Indie. 11 Teori Receptie menyatakan bahwa bagi rakyat pribumi pada dasarnya berlaku hukum adat. Hukum Islam berlaku bagi rakyat pribumi kalau norma hukum Islam itu telah diterima oleh masyarakat sebagai hukum adat. Teori Receptie dikemukakan oleh Christian Snouck Hurgronye dan kemudian dikembangkan oleh van Vollenhoven dan Ter Haar. Teori ini dijadikan alat oleh Snouck Hurgronye agar orang-orang pribumi 11 Teori Berlakunya Hukun Islam, http:master-masday.blogspot.com201105teori-tentang- berlakunya-hukum-islam-di.html, diakses tanggal, 17 april 2012 Universitas Sumatera Utara 14 jangan sampai kuat memegang ajaran Islam dan hukum Islam. Jika mereka berpegang terhadap ajaran dan hukum Islam, dikhawatirkan mereka akan sulit menerima dan dipengaruhi dengan mudah oleh budaya barat. Ia pun khawatir hembusan Pan Islamisme yang ditiupkan oleh Jamaluddin Al-Afgani berpengaruh di Indonesia. 12 Teori Receptie Exit diperkenalkan oleh Hazairin. Menurutnya setelah Indonesia merdeka, tepatnya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan Undang-Undang Dasar 1945 dijadikan Undang-Undang Negara Republik Indonesia, semua peraturan perundang-undangan Hindia Belanda yang berdasarkan teori receptie bertentangan dengan jiwa UUD ’45. Dengan demikian, teori receptie itu harus exit alias keluar dari tata hukum Indonesia merdeka. 13 Teori Receptie bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Secara tegas UUD ’45 menyatakan bahwa “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” dan “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” 12 Teori Receptie, http:agendapamel.wordpress.comislamic-studieschristiaan-snouck- hurgronje-teori-receptie, diakses tanggal, 17 April 2012 13 Teori Berlakunya Hukun Islam, http:master-masday.blogspot.com201105teori-tentang- berlakunya-hukum-islam-di.html, diakses tanggal, 17 april 2012 Universitas Sumatera Utara 15 Demikian dinyatakan dalam pasal 29 1 dan 2 Undang-undang Dasar Republik Indonesia. 14 Teori Receptie Exit yang diperkenalkan oleh Hazairin dikembangkan oleh Sayuti Thalib. dengan memperkenalkan Teori Receptie A Contrario. Teori Receptie A Contrario yang secara harfiah berarti lawan dari Teori Receptie menyatakan bahwa hukum adat berlaku bagi orang Islam kalau hukum adat itu tidak bertentangan dengan agama Islam dan hukum Islam. Dengan demikian, dalam Teori Receptie A Contrario, hukum adat itu baru berlaku kalau tidak bertentangan dengan hukum Islam. 15 Kalau Teori Receptie mendahulukan berlakunya hukum adat daripada hukum Islam, maka Teori Receptie A Contrario sebaliknya. Dalam Teori Receptie, hukum Islam tidak dapat diberlakukan jika bertentangan dengan hukum adat. Teori Receptie A Contrario mendahulukan berlakunya hukum Islam daripada hukum adat, karena hukum adat baru dapat dilaksanakan jika tidak bertentangan dengan hukum Islam. Teori Receptie in complexu maupun Teori Receptie, didalam masyarakat nampaknya masih silang pendapat. Ada yang menyatakan bahwa Teori Receptio in complexu lebih mendekati kenyataan karena hukum agama akan berlaku bagi mereka yang memeluk agama yang dianutnya, hal ini terlihat bagi mereka yang beragama 14 Teori Berlakunya Hukun Islam, http:master-masday.blogspot.com201105teori-tentang- berlakunya-hukum-islam-di.html, diakses tanggal, 17 april 2012 15 Teori Berlakunya Hukun Islam, http:master-masday.blogspot.com201105teori-tentang- berlakunya-hukum-islam-di.html 17 april 2012 Universitas Sumatera Utara 16 Islam melaksanakan hukum Islam seperti pelaksanaan perkawinan yang harus memenuhi rukun dan syarat perkawinan. Dipihak lain pendukung Teori Receptie yaitu C. Van Vollenhoven mengatakan bahwa hukum yang berlaku bagi orang indonesia asli adalah hukum adat bukan hukum agama, sebab hukum agama merupakan hukum pendatang yang masuk ke Indonesia. Inilah teori resepsi yang disebut Hazairin sebagai “teori iblis” itu. Karena merasa hukum Islam dipermainkan begitu rupa oleh Pemerintah Kolonial Belanda, karena mengajak orang Islam untuk tidak mematuhi dan melaksanakan perintah Allah dan Sunnah Rasul dengan dalih hukum adat tidak melarangnnya. Dengan demikian berlakunya sistem hukum adat di Indonesia tergantung kepada daerahnya masing-masing sesuai adat dan kebiasaan mereka. Hal ini juga ditegaskan oleh Soepomo yang mengatakan bahwa : “Hukum Adat merupakan hukum yang melingkupi hukum yang berdasarkan keputusan-keputusan hukum yang berisi asas-asas hukum dalam lingkungan, dimana ia memutuskan perkara.” 16 16 Soepomo, Op. Cit, halaman, 80 Universitas Sumatera Utara 17 Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian kita ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu yaitu ada seorang anggota masyarakat meninggal dunia. 17 Seorang manusia lazimnya selaku anggota keluarga yang masih hidup, mempunyai tempat dalam keluarga dengan disertai berbagai hak-hak dan kewajiban terhadap orang-orang anggota keluarga dan terhadap barang-barang yang berada dalam keluarga tersebut. Dengan kata lain ada perhubungan hukum antara seorang manusia itu disatu pihak dan dunia luar dan sekitaranya di lain pihak sedemikian rupa bahwa saling mempengaruhi dari kedua belah pihak itu berupa kenikmatan atau beban yang dirasakan oleh masing-masing pihak. Apabila seorang anggota keluarga itu pada suatu waktu meninggal dunia maka dengan sendirinya maka muncullah pertanyaan, apakah yang akan terjadi dengan perhubungan-perhubungan hukum itu, hukum ini mempunyai hubungan sangat erat pada waktu si anggota keluarga meninggal. Walaupun demikian seorang anggota keluarga yang meninggal itu sudah dimakamkan, perhubungan-perhubungan hukum itu tidaklah lenyap begitu saja, 17 R Wirjono Prodjodikoro, Hukum Warisan di Indonesia, Bandung: Sumur, 1980, halaman. 7 Universitas Sumatera Utara 18 bukankah seorang anggota keluaraga tersebut masih sanak saudara yang ditinggalkan, apakah itu ayah atau ibunya, kakek atau neneknya atau juga anak-anaknya. Pada umumnya di Indonesia hukum waris adat bersifat pluralistik menurut suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Pada dasarnya hal itu disebabkan, oleh karena sistem garis keturunan yang berbeda-beda yang menjadi dasar dari sistem sosial suku-suku atau kelompok-kelompok etnik. 18 Maka dalam hal ini, disetiap masyarakat dibutuhkan suatu aturan hukum yang mengatur bagaimana cara-cara kepentingan-kepentingan dalam masayarakat itu dapat diselamatkan, agar masyarakat itu dapat diselamatkan juga selaku tujuan dari segala aspek hukum. Dalam asas hukum kewarisan Islam adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkenaan dengan peralihan hak dan atau kewajiban atas harta kekayaan seseorang setelah ia meninggal dunia kepada ahli warisnya. 19 Sistem pewarisan yang ada di masyarakat Gayo pada umumnya menganut sistem pewarisan patrilineal, yaitu sistem kekerabatan yang ditarik berdasarakan garis bapak, dimana kedudukan pria lebih banyak pengaruhya dari pada kedudukan wanita dalam hal pembagian harta warisan. 18 Soerjono Soekanto dan Yusuf Usman, Kedudukan Janda Menurut Hukum Waris Adat, Jakarta: Gahalia Indonesia, halaman. 25-26. 19 Muhammda Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, halaman. 313 Universitas Sumatera Utara 19 Sebaliknya dalam praktek kewarisan adat Gayo tidak diakui istilah pengantian tempat plaatsvervulling tersebut. Bahkan status cucu tidak dapat menggantikan posisi orang tuanya yang lebih dulu meninggal dalam hal mewarisi harta kakek atau neneknya.

2. Konsepsi