Landasan Etika Advokat dalam Penyelesaian Sengketa Hukum Keluarga dalam Perspektif Perundang-Undangan di Indonesia
B. Landasan Etika Advokat dalam Penyelesaian Sengketa Hukum Keluarga dalam Perspektif Perundang-Undangan di Indonesia
Berbicara mengenai landasan etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam perspektif Alquran dan hadis, maka perlu pula membahas landasan etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam perspektif peraturan perundang-undangan melalui pendekatan peraturan perundang-undangan atau statue approach dan pendekatan konseptual atau conceptual approach yang penulis elaborasikan sebagai berikut:
1. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945
Keyakinan bangsa Indonesia terhadap Pancasila dalam sejarahnya telah menjadi dasar dari penyelenggara Negara untuk merumuskan Ekaprasetya Pancakarsa (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) yang mengandung petunjuk-petunjuk nyata dan jelas tentang pengamalan kelima sila Pancasila, yang tersurat dalam 45 butir-butirnya. Ekaprasetya Pancakarsa adalah pedoman, penuntun sikap dan tingkah laku manusia Indonesia di dalam menghayati dan mengamalkan Pancasila.
Pedoman tersebut bersifat manusiawi serta merupakan pedoman yang mungkin dilaksanakan oleh manusia biasa. Dalam kaitan ini manusia ditempatkan di dalam batas kemampuan dan kelayakan manusia. Pancasila menempatkan manusia dalam keluhuran harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Manusialah yang menjadi titik tolak usaha untuk memahami manusia itu sendiri, manusia dan masyarakatnya, serta manusia dengan lingkungan hidupnya. Adapun manusia yang dipahami di sini bukanlah manusia yang luar biasa, tetapi manusia yang memiliki kekuatan yang disertai dengan kelemahannya, manusia yang memiliki kemampuan yang disertai dengan kelemahannya, manusia yang memiliki kemampuan yang disertai dengan keterbatasannya, manusia yang mempunyai sifat yang baik dan sifat yang kurang baik.
Pancasila yang bulat dan utuh memberi keyakinan kepada pekerja sosial dan seluruh bangsa Indonesia bahwa kebahagiaan manusia akan Pancasila yang bulat dan utuh memberi keyakinan kepada pekerja sosial dan seluruh bangsa Indonesia bahwa kebahagiaan manusia akan
Pancasila merupakan cita hukum (recht idee) bangsa Indonesia yang menjadi landasan bagi semua peraturan perundang-undangan di Indonesia, dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila cita hukum (recht idee). 514 Pancasila yang terdapat dalam UUD 1945 sebagai cita hukum (recht idee) untuk tercapainya tujuan berbangsa dan bernegara yang menjadi asas dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, yaitu:
a. Asas ketuhanan.
b. Asas pengayoman.
c. Asas kebangsaan.
d. Asas Kebhineka Tunggal Ika.
e. Asas keadilan yang merata.
f. Asas demokrasi.
g. Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
514 Dahlan Thaib, Ketatanegaraan Indonesia: Perspektif Konstitusional, Yogyakarta: 514 Dahlan Thaib, Ketatanegaraan Indonesia: Perspektif Konstitusional, Yogyakarta:
bentuk peraturan perundang-undangan menuntut adanya penegakan hukum guna mewujudkan keadilan, kepastian, dan kemanfaatan yang tertuang dalam Pancasila yaitu Sila ke- lima yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” dan UUD 1945 yang tercantum dalam:
Pasal 27 ayat (1)
Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya. 516
Pasal 28D ayat (1)
Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum. 517 Pancasila dan UUD 1945 mengamanatkan negara mempunyai
tanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai penegakan hukum sebagaimana asas keadilan dan asas kesamaan dalam hukum sebagaimana juga terdapat dalam Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 yang komitmen profesi advokat untuk melindungi hak-hak, menegakan keadilan, dan perlakuan yang sama di depan hukum.
Untuk mewujudkan melindungi hak-hak, menegakan keadilan, dan perlakuan yang sama di depan hukum demi tercapainya keadilan
515 Ibid. , h. 25. 516 Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Undang-Undang..., h. 154.
melalui advokat profesional yang profesional dan berintegritas pada etika profesi yang mulia. Oleh karena itu advokat dituntut profesional dalam
menjalankan profesinya sehingga harus memiliki standar prosedur baku 518 yang menjamin bahwa tidak akan melakukan penyimpangan, kesalahan
atau kelalaian yang merugikan para pencari keadilan, melukai rasa keadilan 519 masyarakat, mengingkari kebenaran hukum atau membohongi
hati nurani 520 sendiri, serta melanggar ketentuan peraturan perundang- undangan yang mengatur tugas profesinya. Dalam rangka memenuhi
kualifikasi predikat profesional tersebut, advokat sebagai profesi hukum wajib memiliki etika profesi, yaitu standar profesionalisme dalam menjalankan tugas profesi berdasarkan legal skill 521 dengan pedoman etika profesi untuk mewujudkan penegakan supremasi hukum yang berkeadilan.
518 Standar pelaksanaan profesi advokat yang terikat oleh dasar normatif Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, dan Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI).
519 Lihat Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 17: Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan
permohonan, pengaduan, dan gugatan, dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan yang obyektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil dan benar. Bandingkan dengan pendapat Satjipto Rahardjo dalam bukunya yang berjudul Hukum dan Masyarakat, Bandung: Angkasa, 1980, h. 80, mengatakan bahwa, keadilan dalam pandangan fungsional, menuntut agar hukum lebih dari sekedar menjalankan kontrol dan memelihara ketertiban saja, tetapi menginginkan agar hukum memiliki nilai yang lebih tinggi lagi (nilai-nilai religius). Oleh karena itu terdapat nilai-nilai yang terdapat dalam hukum, dan nilai-nilai tersebut tidak akan bisa dibeli dengan harga berapapun juga. Semakin masyarakat mengaitkan hukum dengan nilai-nilai yang harus diwujudkan, semakin besar peranan hukum dalam melindungi hak-hak manusia, semakin jelas pula tegangan yang terjadi antara hukum dan ketertiban.
520 Lihat Sabian Utsman, Dasar-Dasar Sosiologi Hukum..., h. 389-390, dinyatakannya bahwa Lafcadio Hearn dalam Satjipto Raharjo, Mendudukan Undang-Undang Dasar (Suatu
Pembahasan dari Optik Ilmu Hukum), Semarang: Universitas Diponegoro, 2007, h. 15, yang membandingkan, di Jepang ada istilah “kokoro” yang berarti hati nurani, yaitu cara berhukum di Jepang, meskipum bangsanya sudah modern, namun tetap mempertahankan hati nurani.
521 Istilah legal skill penulis pinjam dari Artidjo Alkostar, legal skill adalah keterampilan berupa keahlian hukum yang dimiliki advokat dalam menjalankan profesi hukum, baik keahlian
Uraian di atas menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 sangat relevan dan wajib dijadikan landasan etika sebagai pedoman sikap serta perilaku seorang advokat sebagai profesi hukum dan dalam hubungannya dengan klien dan teman sejawat. Nilai-nilai tersebut hendaknya ditanamkan dalam diri advokat. Pemahaman terhadap nilai- nilai Pancasila dan UUD 1945 merumuskan “apa yang seharusnya” sebagai dasar untuk merumuskan tujuan-tujuan dan mengembangkan program-program kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan advokasi yang berkeadilan, termasuk dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam.
Pancasila sebagai dasar negara atau cita hukum (recht idee) yang dirumuskan dalam UUD 1945 memiliki nilai-nilai yang relevan dijadikan sebagai landasan etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam yang menjadi pegangan dalam berbangsa dan bernegara. Sebab, asas ketuhanan, asas pengayoman, asas keadilan, asas kesamaan di depan hukum, dan asas kepastian hukum merupakan asas yang dijadikan sebagai landasan etika atau pedoman perilaku advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam yang menjadi norma etika bagi advokat dalam penyelesaian sengketa, termasuk dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam.
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat
Pada Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat, menjelaskan bahwa: advokat adalah orang yang Pada Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat, menjelaskan bahwa: advokat adalah orang yang
ini. 522 Pasal ini menjelaskan posisi advokat dalam amanat konstitusi.
Amanat Undang-undang termasuk ama>na>t seorang manusia pada manusia lain, yaitu secara konkret menjadi suatu hukum dengan melalui positivisasi menjadi Undang-undang. Amanat Undang-undang dalam Pasal 1 ayat (1) tersebut adalah ama>na>t kepada advokat agar benar-benar sebagai penegak hukum yang berdasarkan prinsip ama>na>t dan adil, mencakup perilaku baik, jujur, adil, bertanggung jawab, profesional dengan memiliki keahlian profesi hukum, dan mempunyai integritas yang tinggi dalam menjalankan profesi sebagai penegak hukum. Prinsip ama>na>t dan adil yang terdapat dalam beberapa Pasal, di antaranya:
a. Pengangkatan advokat Pasal 2 ayat (1) dan (2), Pasal 3 ayat (1) dan (2);
b. Sumpah Pasal 4;
c. Status Pasal 5;
d. Penindakan Pasal 6, 7, dan 8;
e. Pemberhentian Pasal 9, 10, 11;
f. Pengawasan Pasal 12 dan 13;
g. Hak dan Kewajiban Advokat Pasal 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20;
h. Honorarium Pasal 21; h. Honorarium Pasal 21;
Selain itu Pasal-Pasal di atas dikembangkan melalui prinsip advokasi penyelesaian sengketa. Menurut penulis dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat dapat dikembangkan melalui prinsip ama>na>t dan adil dan juga prinsip advokasi penyelesaian sengketa yang fungsional dan maslahat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam.
3. Kode Etik Advokat Indonesia Tahun 2002
Pada paragaraf 2 pembukaan Kode Etik Advokat Indonesia Tahun 2002, disebutkan bahwa: Advokat sebagai profesi terhormat (officium nobile) yang dalam
menjalankan profesinya berada di bawah perlindungan hukum, Undang-undang dan Kode Etik, memiliki kebebasan yang didasarkan kepada kehormatan dan kepribadian advokat yang berpegang teguh kepada kemandirian, kejujuran, kerahasiaan dan keterbukaan. 523
Dapat dijelaskan, bahwa hakikat profesi advokat mendapat perlindungan hukum dalam Undang-undang dan kode etik, hal ini juga disebutkan pada Pasal 1 (a) Kode Etik Advokat Indonesia, yang menunjukkan adanya amanah dari Undang-undang dan kode etik yang berarti, ada amanah dari orang-orang atau kumpulan kelompok pembentuk hukum dalam Dapat dijelaskan, bahwa hakikat profesi advokat mendapat perlindungan hukum dalam Undang-undang dan kode etik, hal ini juga disebutkan pada Pasal 1 (a) Kode Etik Advokat Indonesia, yang menunjukkan adanya amanah dari Undang-undang dan kode etik yang berarti, ada amanah dari orang-orang atau kumpulan kelompok pembentuk hukum dalam
Disebutkan pada paragraf 2 Kode Etik Advokat Indonesia, bahwa kebebasan advokat dalam menjalankan profesi dengan kepribadian yang berpegang teguh kepada kemandirian, kejujuran, kerahasiaan dan keterbukaan. Hal ini menunjukkan prinsip ama>na>t dan adil, dan juga prinsip advokasi penyelesaian sengketa mencakup perilaku baik, jujur, adil, bertanggung jawab, profesional dengan memiliki keahlian profesi hukum, dan mempunyai integritas yang tinggi dalam menjalankan profesi sebagai penegak hukum. Prinsip-prinsip tersebut juga terdapat dalam beberapa bahasan Kode Etik Advokat Indonesia, sebagaimana berikut:
a. Kepribadian Advokat Pasal 2, Pasal 3;
b. Hubungan dengan Klien Pasal 4;
c. Hubungan dengan Teman Sejawat Pasal 5;
d. Tentang Sejawat Asing Pasal 6;
e. Cara Bertindak Menangani Perkara Pasal 7;
f. Ketentuan-ketentuan Lain tentang Kode Etik Pasal 8;
g. Pelaksanaan Kode Etik Pasal 9; Selain itu dalam Pasal 4 huruf a disebutkan bahwa advokat dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian sengketa g. Pelaksanaan Kode Etik Pasal 9; Selain itu dalam Pasal 4 huruf a disebutkan bahwa advokat dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian sengketa
Berdasarkan bahasan di atas, menurut penulis beberapa ketentuan yang tertuang dalam Kode Etik Advokat Indonesia Tahun 2002 merupakan refleksi dari prinsip ama>na>t dan adil, prinsip perdamaian, prinsip advokasi penyelesaian sengketa, prinsip penyelesaian sengketa keluarga, dan juga prinsip musyawarah yang relevan dijadikan landasan etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam.