Landasan Yuridis

E. Landasan Yuridis

Landasan yuridis atau disebut juga landasan hukum (yuridische gelding) atau dasar hukum ataupun legalitas adalah landasan atau dasar yang terdapat dalam ketentuan-ketentuan hukum yang lebih tinggi derajatnya. Tertib perundang-undangan yang mengatur tentang ketentuan yang menjadi dasar kewenangan (bevoegdheid competentie) sebagai dasar kewenangan membentuk etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam. Secara yuridis konstitusional etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam mengacu pada Pancasila yaitu Sila ke-lima yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” dan UUD

1945 yang tercantum dalam:

Pasal 27 ayat (1)

Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 533

Pasal 28D ayat (1)

Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. 534

533 Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar..., h. 154.

Selain mengacu pada Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 di atas, landasan yuridis etika advokat juga mengacu pada Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat Kode Etik Advokat Indonesia Tahun 2002. Kedudukan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, secara yuridis bertujuan untuk menata dan mengatur profesi advokat agar dituntut profesional dalam rangka penegakan hukum di Indonesia yang lebih baik. Tuntutan penegakan hukum tersebut tidak terlepas dari profesi advokat yang memiliki konsekuensi etis dari sumpah advokat, sebagaimana disebutkan:

Pasal 4

(3) Sebelum menjalankan profesinya, advokat wajib bersumpah menurut agamanya atau berjanji dengan sungguh-sungguh di sidang terbuka Pengadilan Tinggi di wilayah domisili hukumnnya.

(4) Sumpah atau janji sebagaimana di maksud pada ayat (1), lafalnya sebagai berikut: “Demi Allah saya bersumpah/berjanji: - Bahwa saya akan memegang teguh dan mengamalkan

Pancasila sebagai dasar negara dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia;

- Bahwa saya untuk memperoleh profesi ini, langsung atau tidak langsung dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapapun juga;

- Bahwa saya melaksanakan tugas profesi sebagai pemberi jasa hukum akan bertindak jujur, adil, dan bertanggung jawab berdasarkan hukum dan keadilan;

- Bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi di dalam atau di luar pengadilan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada hakim, pejabat pengadilan atau pejabat lainnya agar memenangkan atau menguntungkan bagi perkara klien yang sedang atau akan saya tangani;

- Bahwa saya akan menjaga tingkah laku saya dan akan menjalankan kewajiban saya sesuai dengan kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai advokat;

- Bahwa saya tidak akan menolak untuk melakukan pembelaan atau memberi jasa hukum di dalam suatu perkara yang - Bahwa saya tidak akan menolak untuk melakukan pembelaan atau memberi jasa hukum di dalam suatu perkara yang

Ketentuan yuridis yang bersifat self regulation yang mengatur etika advokat secara umum dalam menjalankan profesi sebagai penegak hukum juga diatur dalam paragaraf 2 pembukaan Kode Etik Advokat Indonesia Tahun 2002, disebutkan bahwa:

Advokat sebagai profesi terhormat (officium nobile) yang dalam menjalankan profesinya berada di bawah perlindungan hukum, Undang-undang dan Kode Etik, memiliki kebebasan yang didasarkan kepada kehormatan dan kepribadian advokat yang berpegang teguh kepada kemandirian, kejujuran, kerahasiaan dan keterbukaan. 536

Adapun pengaturan mengenai kepribadian advokat diatur dalam Pasal

2 dan Pasal 3 Kode Etik Advokat Indonesia Tahun 2002, sebagai berikut: Pasal 2

Advokat Indonesia adalah warga negara Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria, jujur dalam mempertahankan keadilan dan kebenaran dilandasi moral yang tinggi, luhur dan mulia, yang dalam menjalankan tugasnya menjunjung tinggi hukum, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Kode Etik

Advokat serta sumpah jabatannya. 537 Ketentuan mengenai profesi advokat menegaskan bahwa etika advokat

diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat dan Kode Etik Advokat Indonesia Tahun 2002 yang menjadi landasan yuridis etika advokat. Hal ini disebutkan pada Pasal 4 ayat (1) dan (2)Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, dan Pasal 2 Kode Etik Advokat Indonesia Tahun 2002, yang menunjukkan adanya amanah dari

535 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Lihat dalam Jefry Tarantang, Menggali Etika Advokat... , h. 131-132.

536 Kode Etik Advokat Indonesia, dalam Artidjo Alkostar, Peran dan Tantangan..., h. 189. 537 Kode Etik Advokat Indonesia, lihat dalam Jefry Tarantang, Menggali Etika Advokat...,

Undang-undang dan kode etik yang berarti, ada amanah dari orang-orang atau kumpulan kelompok pembentuk hukum dalam merumuskan hukum (etika advokat), yaitu kumpulan standar perilaku bagi advokat dalam menjalankan profesinya secara lebih konkret dibentuk kode etik oleh kumpulan profesi advokat dalam organisasi advokat.

Secara kontekstual etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam mengacu Pasal 4 huruf a disebutkan bahwa advokat dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian sengketa dengan jalan perdamaian. Perkara perdata dalam Pasal 4 huruf a tersebut juga mencakup perkara sengketa hukum keluarga juga harus mengutamakan penyelesaian sengketa dengan perdamaian.

Berdasarkan uraian di atas, landasan yuridis etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam terbagi menjadi landasan yuridis konstitusional yang terdapat dalam Pancasila dan Pasal 27 ayat (1), dan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945, dan ladasan yuridis normatif yang terdapat dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, dan Pasal 2 dan Pasal 4 huruf a Kode Etik Advokat Indonesia Tahun 2002 yang menjadi landasan yuridis etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam.

Dokumen yang terkait

KOMUNIKASI MANAJERIAL KEPALA MADRASAH DAN GURU DALAM PENGELOLAAN PENDIDIKAN (Studi Kasus Komunikasi Pendidikan di MAN Sampit) TESIS Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I)

0 0 16

MANAJEMEN KOLABORATIF GURU BIDANG STUDI DAN GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN SISWA PADA SMA MUHAMMADIYAH KASONGAN

0 0 17

PENERAPAN DATA MINING DALAM MENENTUKAN POTENSI KEBERHASILAN BAKAL CALON LEGISLATIF DI DAERAH PEMILIHAN JAWA BARAT MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBORS Alfin Dhuhawan Bagja , Gunawan Abdillah, Faiza Renaldi

0 0 6

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI PENDEKATAN PAIKEM DI SDN-1 SAMUDA KECIL KECAMATAN MENTAYA HILIR SELATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR TAHUN AJARAN 20152016

0 0 15

PENGGUNAAN TOILET JONGKOK DAN DUDUK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN KESEHATAN

0 2 23

BAB II KETENTUAN-KETENTUAN PERKAWINAN DAN BEBERAPA TEORI PENETAPAN HUKUM ISLAM A. Beberapa Aturan dalam Hukum Perkawinan Islam 1. Akad Nikah a. Pengertian Akad Nikah - Pemikiran Hukum Ulama Banjar terhadap Perkawinan Islam di Kalimantan Selatan - Digital

0 0 74

BAB IV PENDAPAT ULAMA BANJAR TERHADAP PERSOALAN-PERSOALAN PERKAWINAN ISLAM DI KALIMANTAN SELATAN A. Akad Nikah tidak Tercatat secara Resmi di Hadapan Pegawai Pencatat Nikah 1. Hukum Akad Nikah tidak Tercatat - Pemikiran Hukum Ulama Banjar terhadap Perkawi

0 0 60

BAB V METODE HUKUM ULAMA BANJAR DALAM MENANGGAPI PERSOALAN-PERSOALAN PERKAWINAN ISLAM DI KALIMANTAN SELATAN - Pemikiran Hukum Ulama Banjar terhadap Perkawinan Islam di Kalimantan Selatan - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 58

BAB VI LATAR BELAKANG ULAMA BANJAR MENGGUNAKAN METODE-METODE TERTENTU DALAM MENANGGAPI PERSOALAN PERKAWINAN ISLAM DI KALIMANTAN SELATAN A. Latar Belakang Penggunaan Metode - Pemikiran Hukum Ulama Banjar terhadap Perkawinan Islam di Kalimantan Selatan - Di

0 0 50

EFEKTIVITAS REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA KELAS III DI SDN 2 PAHANDUT PALANGKA RAYA SKRIPSI

0 0 99