Landasan Sosiologis
F. Landasan Sosiologis
Etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam dikatakan memiliki landasan sosiologis apabila ketentuan-ketentuannya sesuai dengan keyakinan umum atau kesadaran hukum masyarakat. Hal ini penting agar etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam dapat ditaati dan diaplikasikan. Pengaturan etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam disusun dengan memperhatikan landasan sosiologis yang merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan adanya berbagai aspek kebutuhan masyarakat yang menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara, khususnya dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam. Profesi advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam mendorong pemecahan masalah sengketa perkawinan, sengketa putusnya perkawinan dan perceraian, sengketa perwalian, sengketa hak asuh (had{a>nah) , sengketa harta bersama, sengketa waris, sengketa wasiat, sengketa hibah, sengketa wakaf, sengketa zakat, sengketa infaq dan s}ad{aqah yang membutuhkan perlakuan dan advokasi yang sesuai dengan ajaran Islam yang bersumber dari Alquran dan hadis dengan mengedepankan akhlak terpuji.
Sejarah advokat di Indonesia sejak awal abad ke-19, profesi advokat yang dimulai oleh Mr. Besar Martokusumo, Sartono, Sastromulyono, Suyudi, dan Ali Sastroamidjojo yang menjadi cikal bakal advokat officium nobile, sebagai profesi yang mulia sebagaimana sejarahnya dari Romawi adalah bertujuan mengabdikan diri kepada masyarakat dan bukan kepada dirinya Sejarah advokat di Indonesia sejak awal abad ke-19, profesi advokat yang dimulai oleh Mr. Besar Martokusumo, Sartono, Sastromulyono, Suyudi, dan Ali Sastroamidjojo yang menjadi cikal bakal advokat officium nobile, sebagai profesi yang mulia sebagaimana sejarahnya dari Romawi adalah bertujuan mengabdikan diri kepada masyarakat dan bukan kepada dirinya
mengharapkan dan/atau menerima imbalan atau honorarium. 538 Berbeda dengan profesi lain, profesi advokat tidak mencari
keuntungan tetapi lebih kepada bantuan hukum yang bersifat sosial charity. Dengan demikian, profesi advokat mengutamakan kepada nilai-nilai kemanusiaan yang mengedepankan perlindungan hukum dan bantuan hukum sebagai pengabdian kepada masyarakat. Pekerjaan advokat adalah profesi yang sangat berhubungan erat dengan konteks di mana profesi ini dibangun. Dalam diskursus profesi secara umum, sebuah profesi yang ideal adalah sebuah profesi yang merespon kebutuhan masyarakat akan suatu keahlian. Profesiadvokat adalah suatu bidang keahlian yang mempunyai tanggung jawab untuk membantu dengan meberikan jasa hukum dalam memperjuangankan keadilan berdasarkan fakta-fakta hukum bagi seseorang yang memperjuangkan hak baik dalam pengadilan maupun di luar pengadilan.
Advokat sebagai profesi hukum dituntut untuk profesional dan fungsional dengan memiliki tingkat ketelitian, kehati-hatian, ketekunan, kritis, dan pengabdian yang tinggi karena bertanggung jawab kepada dirinya sendiri (individu), dan kepada masyarakat (sosial), bahkan kepada Allah SWT. Advokat sebagai profesi hukum dituntut untuk memenuhi nilai moral yang merupakan kekuatan yang mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur.
538 Lihat dalam Daniel S. Lev, Hukum dan Politik..., h.217-226 dan 327-338. Lihat juga
Oleh sebab itu, profesi hukum seperti advokat dituntut untuk memiliki nilai moral yang kuat. 539 Sehingga mampu memberikan pelayanan terbaik kepada
masyarakat pengguna jasa advokat yang dapat menilai dan percaya terhadap kualitas advokat baik secara intelektual dan mental.
Secara sosiologis etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam memiliki landasan sosiologis menjaga hubungan dalam interaksi para pihak yang bersengketa atau para klien khususnya anggota keluarga dalam sengketa keluarga yang menggunakan jasa advokat untuk mencari menciptakan kemaslahatan melalui budaya hukum yang hidup dan berkembang di masyarakat Indonesia, sebab pada dasarnya Indonesia mempunyai budaya penyelesaian sengketa secara damai melalui konsiliasi dan musyawarah yang merupakan nilai masyarakat sebagai budaya hukum Pancasila yang sudah ada sejak sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. 540
Dilihat dari tujuan profesi advokat sebagai profesi yang mulia adalah menegakkan keadilan bagi para pihak. Sehingga secara sosiologis advokat adalah profesi yang mampu memberikan kepercayaan kepada klien atau para pihak untuk mencapai kemaslahatan sesuai dengan asas keadilan dan fakta hukum, serta mampu mencapai tujuan dari nilai dasar hukum yaitu keadilan, kepastian, dan kemanfaatan. Hal ini merupakan bentuk kehormatan advokat yang selama ini dikenal sebagai profesi yang mulia (officium nobile). Oleh karena itu advokat harus memperhatikan posisinya dalam menyelesaikan sengketa hukum keluarga Islam.
539 Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi..., h. 62.
Berdasarkan analisis penulis di atas, melalui pendekatan perundang- undangan (statute approach), pendekatan historis (historical approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach) landasan etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam memiliki hubungan dan keterkaitan satu sama lain yang terintegrasi menjadi asas hukum yang
kemudian dikonkretkan menjadi kaidah hukum. 541 Sebagaimana Sadiani mengutip pendapat Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka
mengemukakan beberapa pendapat seperti Hans Kelsen pernah berpendapat bahwa setiap kaidah hukum harus berdasarkan kaidah yang lebih tinggi tingkatannya. W. Zeverbergen menyatakan bahwa setiap kaidah hukum harus memenuhi syarat-syarat pembentukannya. Dan Logemann menjelaskan bahwa kaidah hukum itu mengikat jika menunjukkan hubungan keharusan (hubungan memaksa) antara suatu kondisi dengan akibatnya. 542 Kaidah hukum yang menjadi landasan etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam merupakan abstraksi dari beberapa landasan, yaitu: pertama, landasan Alquran dan hadis, kedua, landasan peraturan perundangan-undangan yang terdiri dari Pancasila dan UUD 1945 sebagai sumber hukum, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat, dan Kode Etik Advokat Indonesia Tahun 2002, ketiga, landasan filosofis, keempat, landasan teoritis, kelima, landasan yuridis, dan keenam, landasan sosiologis.
541 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum..., h. 13-15. 542 Lihat Sadiani, Nikah Via Telepon Menggagas Pembaharuan Hukum Perkawinan di
Landasan etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam perspektif Alquran dan hadis. Adapun landasan etika advokat dalam Alquran terdiri dari prinsip perdamaian yang terdapat dalam Q.S. ali-Imra>n [3]: 103, Q.S. an-Nisa> [4]: 114, 128, dan Q.S. al-Hujura>t [49]: 9-10, prinsip ama>na>t dan adil yang terdapat dalam kandungan Q.S. an-Nisa> [4]: 58, 105, 107, 111-113, 135, Q.S. al-Ma>idah [5]: 8, 49, Q.S. an-Nahl [16]: 90, 125, Q.S. al- Isra>’ [17]: 36, dan Q.S. as{-S{a>d [38]: 26, prinsip advokasi penyelesaian sengketa yang terdapat dalam Q.S. an-Nisa> [4]: 35, 107, 109, 111-113, Q.S. an-Nahl [16]: 90, 125, dan Q.S. as{-S{a>d [38]: 26, prinsip penyelesaian sengketa keluarga yang terdapat dalam kandungan Q.S. an- Nisa> [4]: 114, dan 128, dan prinsip musyawarah dalam penyelesaian sengketa yang terdapat dalam Q.S. asy-Syu>ra [42]: 38, dan Q.S. al-Hujura>t [49]: 9-10. Adapun hadis yang menjadi landasan etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam memiliki beberapa prinsip yaitu prinsip ama>na>t dan adil, prinsip perdamaian, prinsip advokasi penyelesaian sengketa, prinsip penyelesaian sengketa keluarga, dan juga prinsip musyawarah yang relevan dijadikan landasan etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam.
Landasan etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam perspektif peraturan perundang-undangan yang terdiri dari Pancasila dan UUD 1945 sebagai sumber hukum (recht idee), Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2003 Tentang Advokat, dan Kode Etik Advokat Indonesia Tahun 2002. Pancasila sebagai dasar negara yang dirumuskan dalam UUD 1945
memiliki nilai-nilai yang relevan dijadikan sebagai landasan etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam yang menjadi pegangan dalam berbangsa dan bernegara, yaitu asas ketuhanan, asas pengayoman, asas keadilan, asas kesamaan di depan hukum, dan asas kepastian hukum. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat memiliki prinsip ama>na>t dan adil dan juga prinsip advokasi penyelesaian sengketa yang memiliki kepastian hukum bagi advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam. Sedangkan Kode Etik Advokat Indonesia Tahun 2002 menjadi landasan kode etik profesi yang juga memiliki prinsip ama>na>t dan adil, prinsip perdamaian, prinsip advokasi penyelesaian sengketa, prinsip penyelesaian sengketa keluarga, dan juga prinsip musyawarah yang relevan dijadikan landasan etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam.
Landasan filosofis etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam adalah menciptakan kemaslahatan keluarga yang yaitu kemaslahatan keluarga win-win solution melalui islah (perdamaian) sebagai proses penyelesaian sengketa hukum keluarga di luar pengadilan (non litigasi). Sebab, apabila hanya mengutamakan aspek normativitas hukum saja yaitu kepastian melalui proses litigasi, maka dalam penyelesaian sengketa keluarga dapat menimbulkan kemudharatan win-lose yang dirasa tidak adil dan tidak memuaskan para pihak, sehingga tidak sesuai dengan landasan filosofis hukum Islam yaitu keadilan dan kemaslahatan.
Landasan teoritis etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam, yaitu dibangun melalui konstruksi mental dan konstruksi intelektual yang dijadikan sebagai landasan teoritis. Secara teoritis, konstruksi mental etika advokat adalah ama>na>t yang mengandung nilai kejujuran, objektivitas, dan adil. Sedangkan konstruksi intelektual etika advokat adalah profesional, yakni keahlian di bidang hukum (skill) dalam menyelesaikan sengketa hukum keluarga Islam, seperti sengketa perkawinan, sengketa putusnya perkawinan dan perceraian, sengketa perwalian, sengketa hak asuh (had{a>nah) , sengketa harta bersama, sengketa waris, sengketa wasiat, sengketa hibah, sengketa wakaf, sengketa zakat, sengketa infaq dan s}ad{aqah, baik secara non litigasi di luar pengadilan maupun secara litigasi dalam proses pengadilan.
Landasan yuridis etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam merupakan landasan hukum yang terdiri dari landasan yuridis konstitusional yang terdapat dalam Pancasila (recht idee) dan Pasal 27 ayat (1), dan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945, dan landasan yuridis normatif yang terdapat dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, dan Pasal 2 dan Pasal 4 huruf a Kode Etik Advokat Indonesia Tahun 2002 yang menjadi landasan yuridis etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam.
Landasan sosiologis etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam yaitu menjaga hubungan dalam interaksi para pihak yang bersengketa atau para klien khususnya anggota keluarga dalam sengketa Landasan sosiologis etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam yaitu menjaga hubungan dalam interaksi para pihak yang bersengketa atau para klien khususnya anggota keluarga dalam sengketa
Skema BAB IV Analisis Landasan Etika Advokat dalam Penyelesaian Sengketa Hukum Keluarga Islam