Landasan Teoritis
D. Landasan Teoritis
Keberadaan advokat sebagai penegak hukum dalam penyelesaian sengketa hukum keluarga Islam dalam membela klien dalam sengketa hukum keluarga. Profesi advokat yang terikat pada kode etik melahirkan sistem nilai atau etika yang berlaku bagi advokat dan kelompoknya. Sebab etika advokat dalam menjalankan profesi lebih menekankan rumusan baik dan buruknya perilaku advokat atas dasar legal formal yaitu kejelasan status hukum advokat
yang sah dalam sistem peradilan dan organisasi profesi, 530 dan mengenyampingkan legal moral yaitu teori hukum dan filsafat hukum yang
menyatakan bahwa hukum yang dapat digunakan untuk melarang atau
530 Legal formal merupakan formalitas dalam sistem peradilan yang mengacu pada kepastian hukum. Menurut Roberto M. Unger, seorang formalis memandang keadilan tidak ada
bentuknya, sebab keadilan tidak dapat dikodifikasikan sebagai sistem peraturan, dan tidak dapat dikatakan bersifat tiranis karena semua pertimbangan moral bersifat subjektif, meskipun pertimbangan-pertimbangan itu dimiliki bersama secara luas. Lihat Roberto M. Unger, Teori bentuknya, sebab keadilan tidak dapat dikodifikasikan sebagai sistem peraturan, dan tidak dapat dikatakan bersifat tiranis karena semua pertimbangan moral bersifat subjektif, meskipun pertimbangan-pertimbangan itu dimiliki bersama secara luas. Lihat Roberto M. Unger, Teori
Kedudukan advokat sebagai profesi yang ahli di bidang hukum, dan juga dalam memberikan jasa hukum kepada pencari keadilan (klien), baik di dalam pengadilan (litigasi) maupun di luar pengadilan (non litigasi) dalam menemukan kebenaran materil dan kebenaran formil berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal inilah yang menjadikan advokat sebagai profesi yang mulia (officium nobile) yang memberikan jasa hukum berupa nasihat hukum, konsultasi hukum, pendapat hukum, legal audit, pembelaan baik di luar maupun di dalam pengadilan wajib memiliki keahlian di bidang hukum dan etika yang luhur sebagai profesi mulia.
Menurut Jefry Tarantang, profesi advokat sebagai ahli di bidang hukum yang dituntut profesional dalam menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan Pasal 1, 4, 5, 6, dan 26 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, dan Kode Etik Advokat Indonesia tahun 2002 adalah sebagai berikut:
p. Sebagai pengawal konstitusi dan hak asasi manusia. q. Memperjuangkan hak asasi manusia. r. Melaksanakan kode etik advokat. s. Memegang teguh sumpah dalam rangka menegakan hukum,
keadilan, dan kebenaran t. Menjunjung tinggi serta mengutamakan idealisme (nilai keadilan, kebenaran, dan moralitas). u. Melindungi dan memelihara kemandirian, kebebasan, derajat, dan martabat advokat. v. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan advokat terhadap masyarakat. w. Menangani perkara-perkara sesuai kode etik advokat.
x. Mencegah penyalahgunaan keahlian dan pengetahuan yang merugikan masyarakat dengan cara mengawasi pelaksanaan etika profesi advokat melalui Dewan Kehormatan Advokat.
y. Memelihara kepribadian advokat, wibawa dan kehormatan profesi advokat. z. Menjaga hubungan baik dengan klien maupun teman sejawat.
aa. Memelihara persatuan dan kesatuan advokat.
bb. Memberi pelayanan hukum (legal services), nasihat hukum (legal advice), konsultan hukum (legal consultation), pendapat hukum (legal opinion) , informasi hukum (legal information), dan menyusun kontrak-kontrak (legal drafting).
cc. Membela kepentingan klien (litigasi) dan mewakili klien di muka pengadilan (legal representation).
dd. Memberikan bantuan hukum dengan cuma-cuma kepada masyarakat yang lemah dan tidak mampu (pro bono publico). 531
Sebagai penyandang profesi, seorang advokat memerlukan landasan teoritis yakni intelektualitas dengan menguasai suatu pengetahuan tertentu di bidang hukum melalui proses pendidikan hukum. Wujud yang diatur oleh standar kualifikasi tidak selalu berupa tindakan fisik, tetapi juga yang bersifat psikis (mental). Standar yang berwujud psikis biasanya disebut dengan etika profesi sebagai prinsip yang harus ditegakkan. Dalam etika profesi terdapat dua prinsip yang harus ditegakkan, yaitu profesi pada umumnya dan profesi luhur. Perbedaan profesi pada umumnya dengan profesi luhur terletak pada unsur pengabdian pada masyarakat. Profesi luhur pada hakikatnya merupakan suatu pelayanan pada manusia atau masyarakat yang motivasi utamanya
bukan untuk memperoleh nafkah dari hasil pekerjaannya. 532 Secara teoritis etika advokat dalam penyelesaian sengketa hukum
keluarga Islam dalam kerangka teoritis, dibangun berdasarkan konstruksi mental dan konstruksi intelektual yang dijadikan sebagai landasan teoritis.
531 Jefry Tarantang, Menggali Etika Advokat..., h. 65-66.
Secara teoritis, konstruksi mental etika advokat adalah ama>na>h yang mengandung nilai kejujuran, objektivitas, dan adil. Sedangkan konstruksi intelektual etika advokat adalah profesional, yakni keahlian di bidang hukum (skill) dalam menyelesaikan sengketa hukum keluarga, baik secara non litigasi di luar pengadilan maupun secara litigasi dalam proses pengadilan.