Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui Metode Jibril Bagi santri Tanfidzhul Qur’an

C. Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui Metode Jibril Bagi santri Tanfidzhul Qur’an

Dalam Pembelajaran Al-Qur’an yang menjadi tujuaan utamanya adalah bagaimana santri atau murid bisa membaca dan menulis Al-Qur’an lebih-lebih mengerti nilai-nilai ajaran Al-Qur’an yang diajarkan dapat tertanam dalam diri siswa sehingga terjadi perubahan yang dilandasi dengan nilai-nilai ajaran Al- Qur’an dalam kehidupan pribadinya maupun sosialnya.

Proses pembelajaran Al-Qur’an di sekolah atau Pondok Pesantren masih sebatas sebagai proses penyampaian pengetahuan agama Islam, sesuai dengan perannya yang sangat penting itu guru atau ustad mempunyai tugas-tugas pokok dalam mengolah, merencanakan, mengevaluasi dan membimbing kegiatan belajar-mengajar dengan sebaik-baiknya disamping memahami siswa dengan

50 Ibid., 50 Ibid.,

1. Asas-asas Penerapan Metode Jibil Untuk mencapai tujuan pembelajaran, syarat utma yang harus dipenuhi oleh para pengelola lembaga pendidikan Al-Qur’an, baiak formal, non formal maupun informal dalam menerapkan metode jibril adalah memiliki perencanaan pendidikan yang matang dan strategis, dan memilik kurikulum pembelajaran yang baik mencakup.

a. Adanya tujuan pembelajaran yang jelas.

b. Adanya metode dan teknik-teknik pengjaran yang baik dan diterapkan secara berkesinambungan dengan berbagai inovasi dan evaluasi.

c. Adanya materi dan bahan ajara yanag representatif dan sesuai tujuan pembelajaran.

d. tesedianaya alat bantu atau media pembeljaran yang memadai.

e. Adanya guru yang profesional dibidang Al-Qur’an.

2. Jenjang Pendidikan Metode Jibril Pada dasarnya, klasifikasi jenjang pendidikan yang ditentukan sebuah lembaga pendidikan bersifat kondisional dan institusional (bergantung pada keadaan dan kebijakan lembaga). Namun secara umum, jenjang pendidikan yang digunakan dalam penerapan metode jibril terbagi menjadi tiga macam, yaitu :

a. Tingkat Pemula ( Mubtadin ) Santri yang belum mengenal dan mempelajari baca tulis arab dan tidak selalu terkait dengan usia tertentu. Namun pada umumnya santri a. Tingkat Pemula ( Mubtadin ) Santri yang belum mengenal dan mempelajari baca tulis arab dan tidak selalu terkait dengan usia tertentu. Namun pada umumnya santri

b. Tingkat Menengah Santri yang telah mengenal huruf arab dan bisa membacanya dengan lancar tetapi tidak bisa melafalkan dengan baik. Pada tingkat menengah, santri terus dilatih artikulasi ( pengucapan ) yang benar, terutama makhraj huruf dan sifat-sifatnya. Santri disini dikenalkan beberapa hukum dasarilmu tajwid, dan juga lagu-lagu dasar yang memudahkan artikulasi.

Tingkat menengah ( Mutawassithin ) disebut juga dengan ”Tahap Tahqiq” yakni membaca pelan-pelan dengan bersungguh-sungguh memperhatikan tiap-tiap hurufnya secara jelas agar sesuai dengan makhraj dan sifatnya.

c. Tingkat Lanjutan ( Mutaqaddimin ) Santri yang telah lulus ditingkat menengah, ia telah fasih membaca Al-Qur’an dan bacaannya tidak miring. Ia telah memahmi dasar-dasar ilmu tajwid secara teoritis dan mampu mempraktekannya saat membaca Al-Qur’an. Tingkat lanjutan bisa langsung diterapkan pada santri yang telah lancar membaca Al-Qur’an, atau santri yang pernah mengkhatamkan Al-Qur’an. Santri seperti ini biasanya hanya bertujuan untuk memperbaaki bacaannya supaya bertajwid yang benar da supaya memiliki c. Tingkat Lanjutan ( Mutaqaddimin ) Santri yang telah lulus ditingkat menengah, ia telah fasih membaca Al-Qur’an dan bacaannya tidak miring. Ia telah memahmi dasar-dasar ilmu tajwid secara teoritis dan mampu mempraktekannya saat membaca Al-Qur’an. Tingkat lanjutan bisa langsung diterapkan pada santri yang telah lancar membaca Al-Qur’an, atau santri yang pernah mengkhatamkan Al-Qur’an. Santri seperti ini biasanya hanya bertujuan untuk memperbaaki bacaannya supaya bertajwid yang benar da supaya memiliki

Tingkat Lanjutan ( Mutaqaddimin ) disebut juga dengan ”Tahap Tartil”, yaitu : membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan artilulasi yang benar dansesuai dengn mkhraj dan sifat –sifat huruf, memperhatiakn waqaf dan ibtida’, mampu nembaca dengan irama lambat-sedang-cepat ( Tahqiq, Tadwir,Hadr ) bisa melagukan bacaan dengan indah dan berupaya memahami makna bacaan serta merenungkan kandungan. Dari ketiga jenjang atau tingkatan diatas di Pondok –Pesantren Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto dinamakan Bin-Nadhor yang mana merupakan prasyarat bagi santri sebelum menghafalkan Al-Qur’an.

Adapun bagi santri yang lulus Bin-Nadhor akan diwisuda yang tentunya ada syahadah ( sertifikat ), adapun tahapan-tahapan dalam menghafal Al-Qur’an ada 2 tahap yakni :

a. Tahap Persiapan Di mana pada tahap ini, seorang santri sebelum menyetorkan hafalan pada ustadz, mereka melakukan persiapan. Persiapan tersebut dalam upaya membuat hafalan yang representatif untuk disetorkan pada ustadz.

Dari tahap persiapan ini, masing-masing santri berbeda cara dalam rangka pemantapan hafalan sebelum disetorkan kepada ustadz.

b. Tahap Pelaksanaan Dari pengamatan peneliti, tahap ini adalah tahap berlangsungnya pelaksanaan metode Jibril, di mana para santri menghafal lima ayat-lima ayat setelah dirasa yakin maka ia menunggu secara bergantian menyetorkan hafalan langsung kepada ustadz baik tambahan atau hafalan deresan. Sebagaimana hasil pengamatan peneliti, untuk setoran deresan,

diwajibkan bagi semua santri setor seperempat juz setiap pertemuan. Setoran muroja’ah dilaksanakan dua kali sehari. Adapun waktu pelaksanaan setoran muroja’ah ini adalah ba’da isya’ dan ba’da shubuh.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0