78910926 Judul Skripsi Yang Akan Di Bwt Skripsi Mujib

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AL-QUR’AN MELALUI METODE JIBRIL BAGI SANTRI TANFIDZHUL QUR’AN PONDOK-PESANTREN BIDAYATUL HIDAYAH MOJOGENENG JATIREJO MOJOKERTO SKRIPSI

Oleh : MOCH. SAIKHUNI LUTHFI D01303144

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT., hanya dengan izin dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan penuh semangat dan kerja keras.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Dengan perjuangan beliaulah kita bisa menikmati Iman dan Islam. Skripsi yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an Melalui

Metode Jibril Bagi Santri Tanfidzhul Pondok-Pesantren Bidayatul Hidayah

Mojogeneng Jatirejo Mojokerto”. Skripsi dengan judul di atas dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan islam di Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, arahan, motivasi dan bantuan dari beberapa pihak, sehingga penulis merasakan arti sebuah jama’ah (satu adalah kuat, kuat adalah satu). Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak DR. H. Nur Hamim, M.Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

2. Bapak DR. Abdul Kadir, M.A., Ketua Jurusan PAI Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

3. Bapak Drs. H. Syaiful Jazil, M. Ag., selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan motivasi, bimbingan dan pengarahan yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Semua Dosen yang mengajar penulis yang telah memberikan ilmunya mulai dari penulis menjadi mahasiswa semester satu sampai terakhir berkat bantuan beliaulah penulis bisa menyelesaikan pendidikan di jenjang Strata Satu.

5. Bapak Drs. KH. Moch. Imam Chambali selaku pengasuh Pondok-Pesantren Mahasiswa Al-Jihad Surabaya, Terima kasih atas segala nasihat yang telah diberi sebagai penguat diri dan semangat hidup penulis.

6. Semua Guru yang telah memberikan kepada penulis ilmu pengetahuan dan mengajariku mulai dari TK Muslimat Gentengsari, SDN Tompokersan 05 Lumajang, SMPN 1 Sukodono Lumajang SMAN 1 Lumajang, Terimakasih wahai ibu dan bapak guru-ku.

Hanya Doa dan rasa terimakasih tak terhingga yang terlahir dari lubuk hati terdalam yang dapat penulis sampaikan, semoga semua yang telah diberikan dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya serta orang lain pada umumnya. Akhirnya penulis sadar dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak kekurangan karena pada hakikatnya kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT. Semoga karya ilmiyah yang berupa skripsi ini bisa bermanfaat bagi kita semua amien.

Surabaya, 19 September 2008

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur'an kitab suci dan sebagai mu'jizat Nabi Muhammad SAW. yang terbesar ternyata tidak ada seorangpun yang mampu membuat atau menulis semisal Al-Qur'an. Pada mulanya seluruh manusia ditanding untuk mencoba membuat tandingan yang serupa dengan Al-Qur'an, akan tetapi tak seorangpun yang mampu menandinginya dan melakukannya. Kemudian oleh Al- Qur'an mereka ditantang untuk membuat yang lebih sederhana, yaitu seluruh manusia itu diminta untuk membuat sepuluh surat saja yang serupa dengan Al- Qur'an baik fashokhah maupun balaghahnya. Dan ternyata tidak ada manusia yang mampu melakukannya. Maka akhirnya Al-Qur'an meminta kepada seluruh manusia untuk membuat satu surat saja yang seperti Al-Qur'an. Dan ternyata walaupun hanya satu surat tidak ada seorangpun yang mampu membuat tandingannya daripada Al-Qur'an tersebut. Andaikata diantara mereka ada yang mampu membuatnya, maka sirnalah kemu'jizatan Al-Qur'an itu. Tetapi karena mereka gagal dan tidak mampu, maka akhirnya Al-Qur'an menyatakan kepada seluruh manusia didunia bahkan juga kepada bangsa jin dengan hal sebagai berikut:

Artinya:"Katakanlah, kalau sekiranya berkumpul manusia dan jin untuk mendatangkan yang serupa Al-Qur'an ini, mereka tidak akan sanggup mendatangkan yang serupa dengannya, walaupun sebagian mereka

dengan sebagian yang lain tolong-menolong." (Al-Isra’: 8) 1

Allah juga telah menjamin terjaga kemurnian kitab-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya:

Artinya:“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Al-Hijr: 9) 2

Selain itu, Allah telah menjadikan Al-Qur’an mudah dihafal dan dipahami, sebagaimana dalam firman-Nya:

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”(Al-

Qamar:17) 3

Belajar Al-Qur’an merupakan kewajiban yang utama bagi setiap mukmin, begitu juga mengajarkannya. Belajar Al-Qur’an dapat dibagi dalam beberapa tingkatan, yaitu: belajar membacanya sampai lancar dan baik, menurut kaidah- kaidah yang berlaku dalam qira’at dan tajwid, yang kedua yaitu belajar arti dan maksud yang terkandung di dalamnya dan yang terakhir yaitu belajar menghafal

1 Nazri Adlany, Dkk, Al-Qur’an Terjemah Indonesia (Jakarta: Sari Agung, 1997), Hal. 544 2 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:

Kompleck Percetakan Al-Qur’an Al-Karim Kepunyaan Raja Fahd, 1971), Hal: 391 3 Ibid, Hal: 879 Kompleck Percetakan Al-Qur’an Al-Karim Kepunyaan Raja Fahd, 1971), Hal: 391 3 Ibid, Hal: 879

Menghafal Al-Qur’an di luar kepala merupakan usaha yang paling efektif dalam menjaga kemurnian Al-Qur’an yang agung. Dengan hafalan tersebut berarti meletakkan pada hati sanubari penghafal. Dan menurut Raghib dan Abdurrahman, “tempat tersebut (hati) merupakan tempat penyimpanan yang paling aman, terjamin, serta tidak bisa dijangkau oleh musuh dan para pendengki

serta penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan.” 4 Menghafal Al-Qur’an merupakan tugas dan tanggung jawab yang sangat

besar dan mulia. Menurut fathoni “menghafal Al-Qur’an itu gampang-gampang sulit, gampang dihafal tapi sulit dijaga.” 5 Problem yang dihadapi oleh orang yang

sedang menghafal Al-Qur’an memang banyak dan bermacam-macam. Mulai dari pengembangan minat, penciptaan lingkungan, pembagian waktu, sampai pada metode menghafal itu sendiri.

Dalam dunia proses belajar mengajar (PBM), metode jauh lebih penting dari materi. Demikian urgennya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran. Sebuah proses belajar mengajar bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode. Karena metode menempati posisi kedua

4 Raghib As-Sirjani & Abdurrahman A. Khaliq, Cara Cerdas Hafal Al-Qur’an. (Solo: Aqwam, 2007) Hal.45

5 M. Fathoni Dimyati, “Memilih Metode Menghafal Al-Qur’an Yang Baik dan Upaya Mencek Huffazhul Qur’an Yang Sempurna” Ringkasan untuk santri PP Bidayatul Bidayah, Mojokerto, hlm. 2 5 M. Fathoni Dimyati, “Memilih Metode Menghafal Al-Qur’an Yang Baik dan Upaya Mencek Huffazhul Qur’an Yang Sempurna” Ringkasan untuk santri PP Bidayatul Bidayah, Mojokerto, hlm. 2

Sebuah metode dikatakan baik dan cocok manakala bisa mengantar kepada tujuan yang dimaksud. Begitupun dalam menghafal Al-Qur’an, metode yang baik akan berpengaruh kuat terhadap proses hifzhul Qur’an, sehingga tercipta keberhasilan dalam menghafal Al-Qur’an. Peneliti berkeyakinan bahwa metode Jibril berhasil dalam pembelajaran hifzhul Qur'an, Dimana metode ini dilatar belakangi oleh perintah Allah kepada nabi Muhammad SAW. Untuk mengikuti Bacaan Al-Qur’an yang telah dibacakan oleh Malaikat Jibril, sebagai penyampai wahyu dengan metode tersebut memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi secara langsung, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri dalam menghafal ayat demi ayat, juga akan mempunyai pengaruh terhadap jiwa psikis santri/anak didik.

Dengan mengacu pada paparan diatas, skripsi ini diformulasikan dengan sebuah judul “Implementasi Pembelajaran Al-Qur'an Melalui Metode Jibril Bagi Santri Tanfidzhul Qur’an Di Pondok-Pesantren Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto”.

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Hal.109

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Pembelajaran Al-Qur'an menurut Metode Jibril?

2. Bagaimanakah Implementasi Pembelajaran Al-Qur'an melalui metode Jibril Bagi Santri Tanfidzhul Qur’an Di Pondok- pesantren Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut diatas maka peneliti mengemukakan tujuan dari penelitian antara lain adalah untuk:

1. Untuk mengetahui Pembelajaran Al-Qur'an menurut Metode Jibril.

2. Untuk mengetahui Implementasi Pembelajaran Al-Qur'an melalui metode Jibril Bagi Santri Tanfidzhul Qur’an Di Pondok- pesantren Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat mempunyai kegunaan antara lain: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1. Bagi Peneliti :

a. Semoga penelitian ini membawa kemanfaatan dan berkah, menjadi ghirah akan selalu cinta Al-Qur’an dan menjadi pedoman hidupnya

b. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui Metode Jibril

2. Bagi Lembaga : 2. Bagi Lembaga :

mengembangkan pendidikan yang berbasis Al-Quran. 7

b. Bagi Pesantren, khususnya PPBH Mojogeneng-Mojokerto, penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi atas kelemahan-kelemahan yang ada dan selalu melakukan pengembangan-pengembangan demi mencapaian tujuan Pesantren Qur’an yakni menggapai kemulyaan menjadi

Ahlu Qur’an. 8

E. Definisi Operasional

Definisi Operasional ini dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas kata-kata/istilah

judul penelitian

”IMPLEMENTASI PEMBELAJRAN AL_QURAN MELALUI METODE JIBRIL BAGI SANTRI TANFIDZHUL QURAN PONDOK-PESANTREN BIDAYATUL HIDAYAH MOJOGENENG-JATIREJO-MOJOKERTO”.

1. Implementasi

7 Imam Suprayogo, Pendidikan Berparadigma Al-Qur’an (Malang : Aditya Media, 2004), hal. 7

8 Haya Ar-Rasyid, Menggapai Kemuliaan Menjadi Ahluqur’an (Solo: Al-Qowam, 2004), hal.9

Implementasi adalah pelaksanaan. 9 Proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis yang memberikan efek

atau dampak baik berupa prubahan, pengetahuan, ketrampilan nilai dan sikap. 10

2. Pembelajaran

adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam

kondisi khusus atau menghasikan respon terhadap situasi tertentu. 11

3. Al-Qur’an

Adalah menurut bahasa, Artinya bacaan atau yang dibaca, adapun menurut menurut istilah Syara’ adalah ” Firman Allah yang diturunka kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui Malaikat Jibril dalam bahasa Arab

dipandang ibadah bagi orang yang membacanya”. 12

9 WJS. Poewadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1993), 10 E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis kompetensi, Konsep, Karateristik dan Implementasinya (Bandung :

Remaja Rosda Karya, 2002), 7. 11 Syaiful segala, Konsep dan makan Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta,2003)

12 Ahsin W.Al-Hafidz, M.A. Kamus Ilmu Al-Qur’an (Wonosobo : Amzah, 2005)

4. Metode Jibril

Metode yang dilatarbelakangi perintah Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW untuk mengikuti bacaan Al-Qur’an yang telah dibacakan oleh Malaikat Jibril, sebagai penyampai wahyu Allah SWT.

5. Santri

Yang dimaksud dengan Santri disini adalah Seorang yang belajar dan bertempat tinggal di Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah Komplek As- Syifa’ Mojogeneng- Jatirejo -Mojokerto.

6. Hifdzhul Qur’an

Menurut Muhaimin dkk. Yang dimaksud menghafal adalah suatu metode yang digunakan untuk mengingat kembali sesuatu yang pernaha dibaca secara benar.

Adapun Hifdzhul Qur’an yang dimaksud adalah kemampuan mengahafal ayat Al-Qur’an yang diindikasikan dengan kemampuan untuk melafalkan dan membunyikan ayat-ayat Al-Qur’an dengan tanpa melihat mushaf.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian adalah upaya dalam ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh factor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati

dan sistematis untuk mewujudkan suatu kebenaran. 13 Penelitian ini ini termasuk dalam penelitian kualitatif, sebab itu

pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif deskriptif. Maksudnya dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan

lapangan, dokumentasi pribadi, catatan memo dan dokumen resmi lainnya. 14 Sehingga yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah ingin

menggambarkan realitas empiric dibalik fenomena yang ada secara mendalam, rinci dan tuntas. 15

Oleh karena itu, pendekatan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mencocokkan antara realitas empiric dengan teori yang berlaku, dengan menggunakan metode deskriptif analistik.

13 Mardalis, Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta : Bumi Aksara, 1999) 24 14 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatfi (Bandung : Remaja Rosda Karya,

2005) Hlm. 15 M. Nazir, Metode penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hlm. 66

2. Jenis Data

Data adalah suatu hal yang diperoleh dilapangan ketiks melakukan penelitia dan belum diolah, atau dengan pengertian lain suatu hal yang dianggap atau diketahui. Data menurut jenisnya dibagi menjadi dua:

a. Data Kualitatif Yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.16Diantara data kualitatif dalam penelitian ini adalah

1) Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an melalui metode Jibril

2) Gambaran umum obyek penelitian antara lain sejarah berdirinya pondok, struktur, visi, misi,

3) Literatur mengenai metode Jibril

4) Dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian penulis.

b. Data Kuantitatif Yaitu data yang berbentuk angka statistik. Dalam penelitian ini data data kuantitatif hanya bersifata data pelengkap , dikarenaka penelitian ini penelitian kualiatatif.

3. Sumber Data

Sumber Data adalah sumber data dari yang diperoleh. 17 Berdasarkan jenis-jenis data yang diperlukan, maka dalm penelitia ini, sumber data yang

digunakan melalui 2 cara, yaitu :

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian ; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta; Bumi Aksara,2006), 17 Ibid., 107 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian ; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta; Bumi Aksara,2006), 17 Ibid., 107

b. Field research adalah sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian, yaitu mencari data dengan cara terjun langsung ke obyek penelitian, untuk memperoleh data yang lebih konkrit yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun sumber data ini ada 2 mcam, yaitu :

1) Data Primer Yaitu sumber yang langsung memberikan data kepada

peneliti, 18 data yang dimaksud disini adalah Pembelajaran Al-Qur’an melalui metode Jibril dan Santri Tanfidzhul Qur’an PPBH Mojokerto.

2) Data Sekunder. Yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada

peneliti, 19 misalnya dari keterangan atau publikasi lain. Data sekunder ini bersifat penunjang dan melengkapi data primer. Data yang dimaksud

adalah sejarah berdirinya Pondok-pesantren Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto dan berupa dokumen-dokumen lainnya. 20

18 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantiatif, Kualitatif, Dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2007), 308

19 Ibid,309 20 Winarno Surakhmat, Pengantar Penelitia Ilmiah (Bandung : Tarsito, 1994), 34

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yakni membicarakan tentang bagaimana cara peneliti mengumpulkan data. Dalam penelitianini peneliti menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data, sebagai berikut:

a. Metode kepustakaan yakni mengkaji buku atau literature yang sesuai dengan tema penelitian. .

b. Metode Observasi. Menurut Marshall (1990), menyatakan bahwa, ” thrrought obserasion, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui obsevasi, peneliti belajar

tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. 21 Adapun observasi yang dilakukan peneliti termasuk dalam jenis partisipasif yaiti peneliti

terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunkan sebagi sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data.

c. Metode Wawancara (interview), wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehibgga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

d. Metode dokumentasi. Yakni mengumpulkan data-data tertulis.

21 Opcit., 204

5. Teknik Analisis Data

Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Dalam hal ini peneliti menggunakan kualitatif deskriptif. Bogdan dan tailor dalam metodologi kualitatif mendefinisikan analisis data sebagai sebuah proses memerinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis. Dari sini dapat kemudian ditarik sebuah kesimpulan bahwa menganalisis data adalah mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan oleh data.

Dalam penelitian ini peneliti memberikan gambaran secara meneluruh tentang implementasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui metode Jibril santri Tanfidzhul Qur’an PPBH Mojogeneng-Jatirejo-Mojokerto. Gambaran hasil penelitia tersebut kemudia ditelaah, dikaji dan disimpulkan sesuai dengan tujuan dan kegunaan penelitian. Dalam Penelitian menggunakan 2 cara penalaran

a. Cara berpikir Induktif Yaitu Penalaran yang dimulai denga fakta-fakta yang khusus, Peristiwa-peristiwa yang kongkrit kemudian dari fakta-fakta khusus

tersebut ditarik generalisasi yang bersifat umum. 22

22 Sotrisno Hadi, Metode Research (Yogyakarta : Andi Offset, 1991),42.

b. Cara berfikir Deduktif Cara ini digunakan untuk menemukan kebenaran bila fakta-fakta atau data yang dianggap sama dengan teori yang ada.

6. Sistematika Pembahasan

Unttuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tata urutan penelitian ini, maka peneliti cantumkan sistematika laporan penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada Bab ini meliputi: tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada Bagian pertama meliputi: Tinjauan tentang Pembelajaran Al- Qur’an, Dasar-dasar pembelajaran Al-Qur’an, Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran, metode-metode pembelajaran Al- Qur’an, Metode-metode dalam pembeljaran Agama islam, Bagian kedua

Jibril, Pengertian, Karateristik,Pengrtian Hifdzhul Qur’an, Manfaat Akademis Hifdzul Qur’an, Keutamaan Hifdzul Qur’an, Hifdzul Qur’an pada Masa Nabi dan Sahabat. Bagian ketiga meliputi : Implementasi Pembelajaran melalui metode Jibril

meliputi:

Konsepsi

metode

BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN

Bagian pertama meliputi Gambaran Umum Obyek penilitian, Sejarah singkat, struktur organisasi,Visi dan Misi Tujuan PPBH, Keadaan Guru,santri, Sarana dan prasarana, Bagian kedua meliputi bentuk Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an Melalui metode Jibril, Faktor-faktor

penghambat Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an, Upaya-upaya untuk mengatasi hambatan Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an Melalui metode Jibril

pendukung

dan

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN

Bab ini berii tentang interprestasi penulis, dengan data-data yang berhasil dihimpun. Analisa ini Berfungsi untuk menjawab prmasalaha yag berkaitan implementasi Pembelajara Al-Qur’an melalui metode Jibril bagi santri Tanfidzhul Qur’an PPBH Mojogeneng-Jatirejo-Mojokerto.

BAB V : PENUTUP

Pada terakhir ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang diikuti dengan daftar pustaka serta lampiran-lampirannya.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjaun Tentang Pembelajaran Al-Qur’an

1. Dasar Pembelajaran Al-Qur’an

Metodologi Pembelajaran Al-Qur’an dikalangan umat Islam belakangan ini semakin berkembang dan membudaya di masyarakat. Hal ini terjadi karena tidak sedikit jumlah anak-anak dan orang dewasa yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, sehingga prosentasenya dari tahun ke tahun semakin bertambah. Fenemona ini bukan hanya berkembang di kalangan keluarga yang penghayatannya ke-Islamannya mendalam, khususnya para pemuka agama Islam itu sendiri, tetapi juga berpengaruh pada masyarakat awam yang sebagian besar dari mereka belum memahami makna ajaran agama Islam belum sempurna. Sementara di satu sisi mereka sadar bahwa agama bukan sekedar penerapan tetapi memerlukan ajaran-ajaran secara benar.

Menurut Jazer Asp. Berdasarkan penelitian tahun 1989 dari 160 jiwa umat Islam indonesia, tercatat 59 % yang buta huruf Al-Qur’an. Keadaan yang demikian jelas menimbulkan keprihatinan yang mendalam bagi umat Islam, pada abad modern dengan perkembangan dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyebabakan terjadinya peradaban baru

dalam kehidupan masyarakat. terjadinya pergeseran nilai budaya, berpengaruh pula pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Al-Qur’an. Lembaga peribadatan yang berfungsi menyelenggarakan pengajaran Al- Qur’an tidak pasti melaksanaakan fungsinya dengan baik, sehingga angka prosentase buta huruf Al-Qur’an dikhawatirkan akan terus bertambah. Untuk menanggulangi situasi tersebut, kita sebagai umat Islam hendaknya dapat mengoreksi diri dan melakukan langkah-langkah positif untuk mengembangakan pengajaran Al-Qur’an sebagai salah satu media untuk belajar dan memperdalam kandungan Al-Qur’an secara baik dan benar, oleh karena itu penyelenggaraan pembelajaran Al-Qur’an perlu ditingkatkan dengan menggunakan metode dan teknik mengajar baca tulis Al-Qur’an yang praktis, efektif dan efisien.

Dengan munculnya buku-buku pedoman tentang pembelajaran Al-Qur’an dengan berbagai metode, kegiatan pembelajaran Al-Qur’an diharapkan lebih mudah dicapai, sehingga dapat mencetak siswa didik yang aktif dan cerdas dalam pembelajaran Al-Qur’an dikalangan umat Islam.

Munculnya lembaga-lembaga pendidikan yang mengkhususkan belajar baca tulis Al-Qur’an biasanya disebut dengan TPQ ( Taman Pendidikan Al-Qur’an ) dan Pondok Pesantren telah dikenal oleh masyarakat luas sebagai media untuk membimbing dan melatih anak anak ataupun dewasa memahami ajaran agama Islam sejak usia dini, sehingga orang tua tergerak untuk memasukkan anak-anaknya pada lembaga pendidikan tersebut.

Dengan demikian apabila suatu metode pembelajaran Al-Qur’an dapat diterapkan secara efektif diharapkan target untuk mencetak generasi yang Qur’ani dimasa mendatang dapat terwujud. Sehingga kekhawatiran Al- Qur’an akan menjadi asing dalam era industrialisasi tidak perlu berlebihan sedangkan permasalahan yang ditimbul dari pemikiran diatas adalah apakah implementasi metode dalam pembelajaran Al-Qur’an sudah dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dengan memperhatikan pendapat Nana Sudjana mengenai pengajaran yaitu

Mengajar tidak semata-mata berorientasi kepada hasil tetap juga berorientasi pada proses dengan harapan semakin tinggi hasil yang dicapai. Adapun dasar pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an di indonesia adalah

a. Dasar Religius Yang dimaksud dasar religius dalam uraian ini adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama, dalam hal ini agama Islam yang ajarannya bersumber pada Al-Qur’an, Al-Hadis Nabi dan Maqalah para ulama. Untuk memudahkan pemahaman tersebut, penulis menguraikan sebagai berikut :

1) Dasar yang bersumber dari Al-Qur’an

Surat Al-Alaq ayat 1-5

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” Surat Al-Ankabut ayat 45

Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Surat al Muzammil ayat 20

Artinya : ” Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang- orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat Artinya : ” Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang- orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat

Dari ayat-ayat tersebut diatas, dapat difahami bahwa ajaran Al- Qur’an memberi kelonggaran pada umat manusia untuk belajar sesuai dengan individu. Sehingga bagi tingkat kecerdasan rendah, selayaknya diberikan metode yang mudah untuk dicerna oleh mereka. Begitu sebaliknya bagi yang mempunyai kecerdasan yang tinggi, harus diberikan teknis atau metode yang sama, tetapi dalam porsi yang berbeda, karena teknis atau metode yang sama, tetapi dalam porsi yang berbeda, karena mereka cenderung cepat menguasai materi yang diberikan oleh guru. Implementasi yang kedua adalah tahap pelaksanaan

Dari pengamatan peneliti, tahap ini adalah tahap berlangsungnya pelaksanaan metode Jibril, di mana para santri menghafal lima ayat-lima ayat setelah dirasa yakin maka ia menunggu secara bergantian menyetorkan `hafalan langsung kepada ustadz baik tambahan atau hafalan deresan.

Sebagaimana hasil pengamatan peneliti, untuk setoran deresan, diwajibkan bagi semua santri setor seperempat juz setiap pertemuan. Setoran muroja’ah dilaksanakan dua kali sehari. Adapun waktu pelaksanaan setoran muroja’ah ini adalah ba’da isya’ dan ba’da shubuh.

2) Dasar yang bersumber dari Hadis Dari beberapa hadis tersebut diatas, jelaslah bahwa agama Islam mendorong umatnya agar menjadi umat yang pandai, dimulai dengan belajar baca tulis Al-Qur’an dan diteruskan dengan berbagai ilnu pengetahuan.

Islam disamping menekankan umatnya untuk belajar, juga menyuruh umatnya untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Jadi Islam mewajibkan umatnya belajar dan mengajar. Menurut pendapat Zuhairini, melakukan proses belajar mengajar adalah :

Bersifat manusiawi yakni sesuai dengan kemanusiannya, sebagai mahluk homo educendus, dalam arti manusia itu sebagai mahluk yang dapat didik dan dapat mendidik.

Sehingga tidak ada alasan bagi umat Islam untuk tidak mempelajari Al-Qur’an, sebab Al-Qur’an adalah kalamullah yang Qadim yang berlaku sepanjang masa sebagai salah satu pendidik yang utama dan pertama yang harus diberikan pada anak

3) Dasar dari Fatwa Ulama

Ibnu Khaldun dalam muqadimah-nya menjelaskan bahwa pembelajaran Al-Qur’an merupakan pondasi utama bagi pengajaran seluruh kurikulum, sebab Al-Qur’an merupakan salah satu syiar agama yang menguatkan aqidah dan mengokokohkan keimanan. Sedangkan Ibnu Sina dalam al-siyasah menasehatkan agar dalam mengajar anak dimulai dengan pembelajaran Al-Qur’an.

Demikian pula yang diwasiatkan oleh Al-Ghozali, yaitu supaya anak-anak diajarkan Al-Qur’an, sejarah kehidupan orang-orang besar ( terdahulu ) kemudian beberapa hukum agama dan sajak yang tidak menyebut soal cinta dan pelakunya.

Dari ketiga pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Al-Qur’an hendaklah dijadikan prioritas utama diajarkan kepada anak. Lisan seseorang yang sudah mampu dan terbiasa membaca dengan baik dan benar, akan menjadikan Al-Qur’an sebagai bacaan sehari-hari, dengan demikian seseorang tersebut akan dapat memahami makna dan isi kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai pedoman hidupnya, sehingga secara tidak langsung dapat menanamkan aqidah yang kokoh dalam hatinya.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran

Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, ada beberapa faktor yang diperhatikan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, diantaranya : Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, ada beberapa faktor yang diperhatikan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, diantaranya :

b) Faktor Guru Guru sebagai pelaksana pembelajaran, sekalipun berorientasi pada peserta didik, pemilihan metode tidak boleh mengabaikan kompetensi guru itu sendiri, terutama yang berhubungan dengan materi pelajaran, sebab guru yang tidak biasa menguasai teknik pelaksanannya, suatu metode yang dianggap baik pun akan gagal.

c) Faktor Murid Dalam proses belajar-mengajar, peserta didik merupakan unsur yang harus diperhatikan, karena mereka adalah objek pertama dalam proses belajar mengajar. Untuk itu pemilihan metode mengajar harus memperhatikan keadaan peserta didik, baik tingkat usianya maupun tingkat kemampuan berpikirnya.

d) Faktor Situasi Diantara keadaan-keadaan itu ada yang diperhitungkan dan ada yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya. Sekalipun pada umumnya dalam menetapkan suatu metode senantiasa yang dianggap terbaik dan diperkirakan memenuhi segala perhitungan. ”terhadap situasi yang tidak dapat diperhitungkan karena perubahan yang secara tiba-tiba, diperlukan d) Faktor Situasi Diantara keadaan-keadaan itu ada yang diperhitungkan dan ada yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya. Sekalipun pada umumnya dalam menetapkan suatu metode senantiasa yang dianggap terbaik dan diperkirakan memenuhi segala perhitungan. ”terhadap situasi yang tidak dapat diperhitungkan karena perubahan yang secara tiba-tiba, diperlukan

e) Faktor fasilitas Segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya atau memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan. Demikian beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menetapkan metode pembelajaran, jika ingin nilai pembelajarannya efektif, dapat mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.

3. Beberapa Metode Pembelajaran Al-Qur’an

Dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an sampai saat ini masih dikenal adanya beberapa metode membaca Al-Qur’an seperti yang dikemukakan oleh M.Satiri Ahmad, Sebagai berikut :

a. Metode Sintetik Yaitu pengajaran membaca dimulai dari pengenalan huruf hijaiyah menurut urutanya, yaitu dari Alif, Ba”, Ta’, sampai Ya’, Kemudian dikenalkan dengan huruf Hijiyah secara terpisah, lalu dirangkaikan dengan suatu ayat, contoh: Alif fathah Aa, Alif kasrah Li, Alif dlammah Uu =A,I,U dan seterusnya. Kelemahan metode ini adalah belajar membaca AL-Qur’an memerlukan waktu yang relatif lama, sedangkan kelebihan dari metode ini adalah santri dapat mengenal huruf dan dihafalkan secara alfabet, sekaligus dengan mengenal tulisanya. Perhatian santri tertuju pada huruf-huruf yang berbentuk kalimat. Metode a. Metode Sintetik Yaitu pengajaran membaca dimulai dari pengenalan huruf hijaiyah menurut urutanya, yaitu dari Alif, Ba”, Ta’, sampai Ya’, Kemudian dikenalkan dengan huruf Hijiyah secara terpisah, lalu dirangkaikan dengan suatu ayat, contoh: Alif fathah Aa, Alif kasrah Li, Alif dlammah Uu =A,I,U dan seterusnya. Kelemahan metode ini adalah belajar membaca AL-Qur’an memerlukan waktu yang relatif lama, sedangkan kelebihan dari metode ini adalah santri dapat mengenal huruf dan dihafalkan secara alfabet, sekaligus dengan mengenal tulisanya. Perhatian santri tertuju pada huruf-huruf yang berbentuk kalimat. Metode

b. Metode bunyi Metode ini mulai mengeja bunyi-bunyi hurufnya, bukan nama- nama huruf seperti di atas, contoh: Aa, Ba, Ta, Tsa, dan seterusnya. Dari bunyi ini tersunsun yang kemudian menjadi kata yang teratur. Kelebihan dari metode ini adalah membangkitkan semangat belajar santri dalam membaca, sehingga dapat dicapai pembelajaran yang lebih banyak namun metode ini kurang efektif untuk diajarkan kepada santri dalam belajar membaca Al-Qur’an secara baik dan benar.

c. Metode meniru Metode ini ini sebagai pengembangan dari metode bunyi, metode ini merupakan pengajaran dari lisan ke lisan, yaitu santri mengikuti bacaaan ustad sampai hafal. Setelah itu baru diperkenalkan beberapa huruf beserta tanda baca atau harakatdan kata-kata atau kalimat yang dibacanya. Kelebihan metode ini adalah sesuai dengan prinsip pendidikan yang mengatakan bahwa belajar dari yang telah diketahui dan dari yang mudah sampai yang sesukar mungkin. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah ustadz harus mengulang bacaan beberapa kali dalam batas tertentu, jika tidak maka santri akan mudah lupa.

d. Metode Campuran

Metode Campuran merupakan perpaduan antara metode sintetik, metode bunyi, metode meniru. Metode ini untuk melengkapi kekurangan- kekurangan yang terdapat dalam metode pembelajaran Al-Qur’an sebelumya. Dalam metode campuran, seorang ustad diharapkan mampu mengambil kebijaksanaan dalam mengajarkan membaca Al-Qur’an dengan mengambil kelebihan-kelebihan dari metode –metode diatas, kemudian disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada sekarang.

4. Metode-Metode Dalam Pembelajaran Agama Islam

Beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran Agama Islam, antara lain 23 :

a. Metode Pembiasaan Dalam kaitannya dengan metode pengajaran agama Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan ajaran agama Islam.

b. Metode Keteladanan Keteladanan dalam bahasa Arab disebut “uswah, iswah” atau “qudwah, qidwah” yang berarti perilaku baik yang dapat ditiru oleh orang lain (anak didik). Metode keteladanan memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mencapai keberhasilan pendidikan. Karena secara psikologi, anak didk meniru dan mencontoh perilaku sosok figurnya termasuk diantaranya adalah para pendidikan.

c. Metode Pemberian Ganjaran Ganjaran (tsawab) adalah penghargaan yang diberikan kepada anak didik, atas prestasi, ucapan dan tingkah laku positif dari anak didik. Ganjaran dapat membeikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan bersikap progresif. Di samping juga dapat menjadi pendorong bagi anak-anak

23 Armai Arief, Op.cit, Hal.110 - 200 23 Armai Arief, Op.cit, Hal.110 - 200

d. Metode Pemberian Hukuman Berbeda dengan ganjaran, pemberian hukum (‘iqab) haruslah ditempuh sebagai jalan terakhir dalam proses pendidikan. Seorang pendidik yang bijaksana tidak seenaknya mengaplikasikan hukuman fisik kepada anak didiknya kecuali hanya sekedarnya saja dan sesuai dengan kebutuhan.

e. Metode Ceramah Metode ceramah dapat diartikan sebagai suatu metode di dalamnya proses belajar-mengajar, dimana cara menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik adalah dengan penurunan/ lisan.

f. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah penyampaian materi pelajaran dengan cara mengajukan pertanyaan dan murid menjawab.

g. Metode Diskusi Metode diskusi dapat diartikan sebagai jalan untuk memecahkan suatu permasalahan yang memerlukan beberapa jawaban alternatif yang dapat mendekati kebenaran dalam proses belajar mengajar. Metode ini bila digunakan dalam PBM akan dapat merangsang murid untuk berfikir g. Metode Diskusi Metode diskusi dapat diartikan sebagai jalan untuk memecahkan suatu permasalahan yang memerlukan beberapa jawaban alternatif yang dapat mendekati kebenaran dalam proses belajar mengajar. Metode ini bila digunakan dalam PBM akan dapat merangsang murid untuk berfikir

i. Metode Bandongan Metode bandongan adalah salah satu metode pembelajaran dalam pendidikan Islam, dimana siswa/ santri tidak menghadap guru/ kyai satu demi satu, tetapi semua peserta didik menghadap guru dengan membawa buku/kitab

guru membacakan, menerjemahkan, menerangkan kalimat demi kalimat dari kitab yng dipelajari, sementara santri secara cermat mengikuti penjelasan yng diberikan oleh kyai dengan memberikan catatan-catatan tertentu. Cara belajar seperti ini paling banyak dilakukan di pesantren tradisional. j. Metode Mudzakarah

masing-masing.

Kemudian

Metode Mudzakarah adalah metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar (PBM) dengan jalan mengadakan suatu pertemuan ilmiah yang secara khusus membahas masalah-masalah agama saja. Metode Mudzakarah ini pada umumnya banyak digunakan oleh lembaga- lembaga pendidikan yang disebut pesantren, khusus pesantren tradisional.

Di antara tujuan penggunaan metode ini adalah untuk melatih santri agar lebih terlatih dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang dengan menggunakan kitab-kitab klasik yang ada. Di Di antara tujuan penggunaan metode ini adalah untuk melatih santri agar lebih terlatih dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang dengan menggunakan kitab-kitab klasik yang ada. Di

Metode drill adalah suatu metode dalam menyampaikan pelajaran dengan menggunakan latihan secara terus-menerus sampai anak didik memiliki ketangkasan yang diharapkan. l. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah salah satu dari sekian banyak metode yang dapat digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik. Metode ini dilakukan dengan cara membagi siswa ke dalam beberapa kelompok baik kecil maupun kelompok besar.

Selain metode-metode yang telah dijelaskan diatas, menurut Ahsin, metode yang sering digunakan dalam pembelajaran hifzhul Qur’an terdiri

dari 24 :

a. Metode Wahdah Yang dimaksud dengan metode ini, yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalkannya. Sebagai awal, setiap ayat dibaca sepuluh kali atau lebih, sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya.

Ahsin W. Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 63-66

Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai satu muka dengan gerak reflek pada lisannya. Setelah itu dilanjutkan membaca dan mengulang-ulang lembar tersebut hingga benar-benar lisan mampu memproduksi ayat-ayat dalam satu muka tersebut secara alami, atau reflek dan akhirnya akan membentuk hafalan yang representatif.

b. Metode Kitabah Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain daripada metode yang pertama. Pada metode ini penulis terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah disediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya. Menghafalnya bisa juga dengan metode wahdah atau dengan berkali-kali menuliskannya sehingga dengan berkali-kali menuliskannya ia dapat sambil memperhatikan dan sambil menghafalnya dalam hati.

c. Metode Sima’i Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini ialah mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat yang ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra atau anak-anak yang masih di bawah umur yang belum mengenal tulis baca Al-Qur’an.

d. Metode Gabungan

Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dan kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja kitabah (manulis) di sini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba terhadap ayat- ayat yang telah dihafalnya. Maka dalam hal ini, setelah penghafal selesai menghafal ayat yang dihafalnya, kemudian ia mencoba menulisnya di atas kertas yang telah disediakan untuknya dengan hafalan pula.

Setelah ia telah mampu mereproduksi kembali ayat-ayat yang dihafalnya dalam bentuk tulisan, maka ia melanjutkan kembali untuk menghafal ayat-ayat berikutnya, tetapi jika penghafal belum mampu, mereproduksi hafalannya ke dalam tulisan secara baik, maka ia kembali menghafalkannya sehingga ia benar-benar mencapai nilai hafalan yang valid.

5. Metode Jama’ Yang dimaksud dengan metode ini, ialah cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur/ guru.

B. Tinjauan Tentang Metode Jibril

1. Metode Jibril

a. Pengertian Metode Jibril Metode secara etimologi, istilah ini berasal dari bahasa yunani ”metodos” kata ini berasal dari dua suku kata yaitu: ”metha” yang berarti melalui atau melewati dan ”hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode a. Pengertian Metode Jibril Metode secara etimologi, istilah ini berasal dari bahasa yunani ”metodos” kata ini berasal dari dua suku kata yaitu: ”metha” yang berarti melalui atau melewati dan ”hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode

mencapai maksud. Sehingga dapat di pahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar mencapai

tujuan pelajaran. 26 Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses

belajar mengajar. Setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metode. Metode yang di gunakan itu pasti tidak sembarangan, melainkan sesuai

dengan tujuan pembelajaran. 27 Pada dasarnya, terminologi (istilah) metode Jibril yang digunakan

sebagai nama dari metode pembelajaran Al-Qur’an yang diterapkan di Pesantren Ilmu Al-Qur’an (PIQ) Singosari Malang,

adalah dilatarbelakangi perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti bacaan Al-Qur’an yang telah dibacakan oleh malaikat Jibril, sebagai penyampai wahyu, Allah SWT berfirman:

Artinya: ”Apabila telah selesai kami baca (Yakni Jibril membacanya) maka ikutilah bacaannya itu”. (Q.S. Al-Qiyamah: 18)

26 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka1995), hal: 52

25 Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara1996), hlm: 61

27 Saipul Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2002), hlm:

Berdasarkan ayat diatas, maka intisari teknik dari Metode Jibril adalah taqlid-taqlid (menirukan), yaitu santri menirukan bacaan gurunya. Dengan demikian metode Jibril bersifat teacher-centris, dimana posisi guru sebagai sumber belajar atau pusat informasi dalam proses pembelajaran.

Selain itu praktek Malaikat Jibril dalam membacakan ayat kepada Nabi Muhammad SAW adalah dengan tartil (berdasarkan tajwid yang baik dan benar). Karena itu, metode Jibril juga diilhami oleh kewajiban membaca Al-Qur’an secara tartil, Allah SWT berfirman:

Artinya : “…Dan bacalah (olehmu) Al-Qur’an dengan tartil.(QS. Muzammil : 4)

Dan metode Jibril juga diilhami oleh peristiwa turunnya wahyu secara bertahap yang memberikan kemudahan kepada para sahabat untuk menghafalnya dan memaknai makna-makna yang terkandung

didalamnya. 28 Adapun landasan yang dipakai selain di Al-Qur’an Surat

Muzammil ayat 4 juga Hadis Riwayat Ibnu Asakir

Ahsin W. Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 6-7.

Artinya: “Abu Said al-Khudri mengajarkan Al-Qur’an kepada kami, lima ayat di waktu pagi dan lima ayat di waktu petang. Dia memberitahukan bahwa jibril menurunkan Al-Qur’an lima ayat-ayat.”

Dan juga ada Hadis Riwayat Baihaqi

Artinya: Pelajarilah Al-Qur’an lima ayat demi lima ayat, karena Jibril menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi SAW. Lima ayat demi lima

ayat.”

Metode menghafal Al-Qur’an melalui cara diatas yakni dengan cara menghafal Al-Qur’an lima ayat demi lima ayat juga diterapkan di Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah Komplek As-Syifa’ Mojogeneng Jatirejo Mojokerto yang mana komplek tersebut tempat santri yang ingin menghafal Al-Qur’an. Adapun Pengasuh-nya adalah KH. Moh. Fathoni Dimyati, Lc. lulusan S1 dari Negara Syiria, beliau juga pernah Juara II Hifdzul Qur’an Tingkat Internasional Di Makkah sekitar tahun 1983 (Wawancara dengan beliau pada tanggal 13 Agustus 2008). Mengenai metode mengahafal Al-Qur’an yang diterapkan di tempat mengasuh beliau benar-benar telah teruji, hal ini dibuktikan oleh santri-santrinya yang sering juara di perlombaan MTQ Tingkat Kabupaten Mojokerto, Tingkat Jawa Timur dan juga ada yang sampai MTQ Tingkat Nasional.

(Wawancara dengan Pengurus Komplek As-Syifa’ pada tanggal 14 Agustus 2008).

Di dalam metode Jibril, tujuan intraksional umum pembelajaran Al-Qur’an adalah santri membaca Al-Qur’an dengan tartil sesuai dengan perintah Allah SWT. Indikasinya santri mampu menguasai ilmu-ilmu tajwid baik secara praktis maupun teoritis pada saat ia membaca Al- Qur’an dengan demikian, metode Jibril berupaya mencetak generasi Qur’ani yang selalu mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.

Melalui metode Jibril inilah nantinya menghafal Al-Qur'an bisa berjalan secara efektif, sehingga terwujudlah hasil yang diinginkan yaitu menjadi insan Qur'ani, bisa menghafalnya dengan baik dan benar dan sekaligus mengamalkan ajaran Al-Qur'an dengan baik dalam aplikasi kehidupannya.

b. Konsep Metode Jibril

Intisari teknik dari metode Jibril adalah taqlid-taqlid (menirukan), yaitu murid menirukan bacaan gurunya. Dengan demikian metode Jibril bersifat teacher-centris, dimana posisi guru sebagai sumber belajar atau pusat informasi dalam proses pembelajaran.

Metode ini sudah dipakai pada zaman Rasulullah dan para sahabat. Setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu yang berupa ayat-ayat Al- Qur’an, beliau membacanya di depan para sahabat, kemudian para sahabat menghafalkan ayat-ayat tersebut sampai hafal di luar kepala. metode yang Metode ini sudah dipakai pada zaman Rasulullah dan para sahabat. Setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu yang berupa ayat-ayat Al- Qur’an, beliau membacanya di depan para sahabat, kemudian para sahabat menghafalkan ayat-ayat tersebut sampai hafal di luar kepala. metode yang

itu. 29 Proses belajar seperti ini berjalan sampai pada akhir masa pemerintahan Bani Umayyah. 30

Sedangkan tujuan intraksional khusus pembelajaran Al-Qur’an dijabarkan sebagai berikut: Santri mampu mengenal huruf, menghafalkan suara huruf, membaca kata dan kalimat berbahasa arab, membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar. Santri mampu mempraktekkan membaca ayat-ayat Al-Qur’an (pendek maupun panjang) dengan bacaan bertajwid dan artikulasi yang shahih (benar) dan jahr (bersuara keras). Santri mengetahui dan memahami teori-teori dalam ilmu tajwid walaupun secara global, singkat dan sederhana teerutama hukum- hukum dasar ilmu tajwid seperti hukum lam sukun, nun sukun, dan tanwin, mad dan lainnya. Santri mampu menguasai sifat-sifat huruf hijaiyah baik lazim maupun yang ’aridh. Santri mampu memahami semua materi ajar dengan baik dan benar.

Amanah, Pengantar Ilmu Al-Qur’an &Tafsir (Semarang: As-Syifa,1991), hlm. 104 30 Ibid.,

Santri mampu menggunakan media atau alat bantu secara baik dan benar.

Selain penjabaran diatas, tujuan intruksional adalah semua yang dikembangkan sendiri oleh guru yang menerapkan metode Jibril sesuai dengan kebutuhan, situasi, kondisi dan tujuan pembelajaran di lembaga pendidikan.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0