Tinjauan Tentang Metode Jibril

2. Kajian Hifzhul Qur’an

a. Pengertian Hifzhul Qur’an

Al-Hifzh berasal dari bahasa Arab, dengan fi’il madinya, yang artinya secara etimologi (tata bahasa) adalah menjaga, memelihara atau menghafalkan. 32 Sedang Al-Hafizha adalah orang yang menghafal dengan

cermat. Orang yang selalu berjaga-jaga yaitu orang yang selalu menekuni pekerjaannya. Istilah Al-Hafizh ini dipergunakan untuk orang yang hafal Al-Qur’an tiga puluh juz tanpa mengetahui isi dan kandungan Al-

Qur’an. 33 Sebenarnya istilah Al-Hafizh ini adalah predikat bagi sahabat Nabi

yang hafal Hadits-Hadits shalih (bukan predikat bagi penghafal Al- Qur’an).

32 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Al-Asri, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996) Hal.37

33 Abdurrab Nawabudin, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Bandung: Cv. Sinar Baru,1991) Hal. 7

Kata-kata hifzh dalam Al-Qur’an dapat berarti banyak hal, sesuai dengan pemahaman konteks sebagaimana misalnya firman Allah dalam surat Yusuf: 65

Artinya:“Tatkala mereka membuka barang-barangnya, mereka menemukan

(penukaran) mereka, dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata: wahai ayah kami apalagi yang kita inginkan. Ini barang-barang kita dikembalikan kepada kita, dan kami akan dapat memelihara saudara kami, dan kami akan mendapat tambahan sukatan (gandum) seberat beban

kembali

barang-barang

seekor unta. Itu adalah sukatan yang mudah (bagi raja Mesir).” 34

Di sini Al-Hafizh diartikan memelihara atau menjaga. Sedang Al-Hifzh yang berarti penjagaan, pemeliharaan atau

pengingatan mempunyai banyak idiom yang lain, seperti si-Fulan membaca Al-Qur’an dengan kecepatan yang jitu (zhahru Al-Lisan) dengan hafalan di luar kepala (zhahru Al-Qolb). Baik kata-kata zhahru Al-Lisan maupun zharu Al-Qolb merupakan kinayah (metafora) dari hafalan tanpa kitab, karena itu disebut “istizhahrahu” yang berarti menghafal dan

membacanya di luar kepala. 35 Dalam kitab ini, menghafal Al-Qur’an, memeliharanya serta

menalarnya haruslah memperhatikan beberapa unsur pokok sebagai berikut:

34 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Op.cit, Hal: 358

35 Muhaimin Zen, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 1996) Hal. 37 35 Muhaimin Zen, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 1996) Hal. 37

b. Membaca secara rutin ayat-ayat yang dihafalkan.

c. Penghafal Al-Qur’an dituntut untuk menghafal secara keseluruhan baik hafalan maupun ketelitian.

d. 36 Menekuni, merutinkan dan melindungi hafalan dari kelupaan. Sebagaimana sejarah turunnya Al-Qur’an awal kali dari Allah

SWT melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, diceritakan dalam Hadits riwayat Bukhari dan Muslim:

ﻰﺣﻮﻟﺍ ﻦﻣ ﻡ . ﺹ ﷲﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﺑ ﺉﺪﺑﺎﻣ ﻝﻭﺍ : ﺖﻟﺎﻗ ﺎﻬﻨﻋ ﷲﺍ ﻰﺿﺭ ﺔﺸﺋﺎﻋ ﻦﻋ ﺐﺒﺣ ﰒ ،ﺢﺒﺼﻟﺍ ﻖﻠﻓ ﻞﺜﻣ ﺕﺀﺎﺟ ﻻﺍ ﺎﻳﺅﺭ ﻯﺮﻳ ﻻ ﻥﺎﻜﻓ ﻡﻮﻨﻟﺍ ﰱ ﺔﻗﺩﺎﺼﻟﺍ ﺎﻳﺅﺮﻟﺍ ﰒ ﻚﻟﺍﺬﻟ ﺩﻭﺰﺘﻳﻭ ﺩﺪﻌﻟﺍ ﺕﺍﻭﺫ ﱄﺎﻴﻠﻟﺍ ﻪﻴﻓ ﺚﻨﺤﺘﻴﻓ ﺀﺍﺮﺣ ﻰﺗﺄﻳ ﻥﺎﻜﻓ ﺀﻼﳋﺍ ﻪﻴﻟﺍ ﺎﻬﻨﻋ ﷲﺍ ﻲﺿﻭ ﺔﳚﺪﺧ ﱄﺍ ﻊﺟﺮﻳ ﰒ ﺩﻭﺰﺘﻓ ﺎﻬﻨﻋ ﷲﺍ ﻲﺿﻭ ﺔﳚﺪﺧ ﱄﺍ ﻊﺟﺮﻳ ﻝﺎﻗ ،ﺃﺮﻗﺍ ﻝﺎﻘﻓ ﻪﻴﻓ ﻚﻠﳌﺍ ﻩﺀﺎﺠﻓ ،ﺀﺍﺮﺣ ﺮﻏ ﰱ ﻮﻫﻭ ﻖﳊﺍ ﻩﺀﺎﺟ ﱴﺣ ﺎﻬﻠﺜﳌ ﺩﻭﺰﺘﻓ ﻎﻠﺑ ﱴﺣ ﲎﻄﻌﻓ ﱏﺪﺧﺄﻓ ﺉﺭﺎﻘﺑ ﺎﻧﺍ ﺎﻣ ﺖﻟﺎﻘﻓ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ ﷲﺍ ﻝﻮ ﺳﺭ ﲎﻣ ﻎﻠﺑ ﱴﺣ ﺔﻴﻧﺎﺜﻟﺍ ﲎﻄﻐﻓ ﺉﺭﺎﻘﺑ ﺎﻧﺍ ﺎﻣ ﺖﻠﻘﻓ . ﺃﺮﻗﺍ ﻝﺎﻘﻓ ﲎﻠﺳﺭﺍ ﰒ ﺪﻬﳉﺍ ﲎﻣ ﺪﻬﳉﺍ ﲎﻣ ﻎﻠﺑ ﱴﺣ ﺔﺜﻟﺎﺜﻟﺍ ﲎﻄﻐﻓ ﺉﺭﺎﻘﺑ ﺎﻧﺍ ﺎﻣ ﺖﻠﻘﻓ ﺃﺮﻗﺍ ﻝﺎﻘﻓ ﲎﻠﺳﺭﺍ ﰒ ﺪﻬﳉﺍ ﺎ ﻊﺟﺮﻓ ( ﻢﻠﻌﻳ ﱂﺎﻣ ) ﻎﻠﺑ ﱴﺣ ﻖ ﻠﺧ ﻯﺬﻟﺍ ﻚﺑﺭ ﻢﺳﺎﺑ ﺃﺮﻗﺍ ) ﻝﺎﻘﻓ ﲎﻠﺳﺭﺍ ﰒ

ﺚﻳﺪﳊﺍ . ﻩﺩﺍﺆﻓ ﻒﺟﺮﻳ ﷲﺍ ﻝﻮﺳﺭ Artinya : “Dari Aisyah r.a berkata -permulaan wahyu- yang

diturunkan kepada Rasulullah SAW adalah mimpi yang benar, dalam

36 Abdurrab Nawabudin, Op.Cit., hlm. 27.

mimpi itu beliau hanyalah melihat seperti secercah cahaya shubuh, kemudian beliau ditenangkan untuk berkhalwat (beribadah diri). Beliau selalu mendatangi gua hira’, disana bertahanust (beribadah) beberapa malam. Untuk itu beliau membawa bekal, kemudian beliau kembali kepada khdijah dan membawa bekal seperti (bekal terdahulu), sehingga beliau dikejutkan kebenaran dan beliau sedang berada di gua Hira’ dan malaikat lalu malaikat itu berkata:”bacalah”, Rasulullah SAW bersabda: Lalu saya berkata:”sungguh saya tidak bisa membaca”, lalu malaikat memegang dan mendekapku sehingga saya merasa payah, kemudian ia melepaskan saya lalu ia (malaikat), berkata: “bacalah” saya (Nabi SAW) berkata: “saya tidak bisa membaca”, lalu dia mendekapku yang kedua kalinya sehingga saya merasa payah, kemudian ia melepaskan saya, ia (Malaikat) ber-kata lagi: “bacalah”- lalu saya (Nabi SAW) berkata:”saya tidak bisa membaca”, dia (malaikat) mendekap yang ketiga kalinya, sehingga saya merasa payah, kemudian dia (Malaikat) melepaskan saya, lalu berkata: Iqra’ ﻖﻠﺧ ﻯﺬﻟﺍ ﻚﺑﺭ ﻢﺳﺎﺑ ﺃﺮﻗﺍ sampai ﻢﻠﻌﻳ ﱂﺎﻣ lalu

Rasulullah pulang kepadanya (siti Khadijah), dengan gemetar hatinya.”

Dari turunnya wahyu yang pertama kali, yang dirasakan Nabi adalah ketakutan, sehingga sulitnya Nabi mengikuti apa yang dibaca Malaikat Jibril yang berulang tiga kali. Dari hal tersebut menimbukan penafsiran, bacaan itu harus diulang-ulang, sehingga tidak lupa atau hilang. Diikuti tiga kali dekapan Malaikat Jibril kepada Nabi, hal itu adalah proses internalisasi (pemahaman, penghayatan), sehingga Nabi dapat mengikuti apa-apa yang dibacanya.

Dari peristiwa tersebut makna Iqra’ berarti tidak hanya seorang Nabi membaca saja tetapi ketika itu Nabi berusaha:

a. Memperhatikan (membaca fenomena).

b. Mensistematisir/ menata fenomena yang ada.

c. Lalu menyimpulkan sehingga terjadi pemahaman. Peristiwa tersebut adalah momentum perjalanan Muhammad pra- kenabian dan kerasulan. Di Gua Hira’ itulah Muhammad tercerahkan secara spiritual. Allah, Tuhan manusia dn makhluk pada umumnya, yang wajib disembah dan yang mencipta semesta segenap ruang dan waktu, berkenaan menutus Jibril untuk menyampaikan wahyu Ilahi yang akan segera mengubah peradaban jahiliyah Arab menuju peradaban yang tercerahkan dan terberkatu. Bacalah, Muhammmad, maka berubahlah alam semesta!.

b. Manfaat Akademis Hifzhul Qur’an

1) Menghafal Al-Qur’an sebagai pengetahuan dasar bagi santri dalam proses belajarnya.

Dengan ia seorang penghafal Al-Qur’an, akan memberikan kontribusi yang sedemikian besar terhadap studinya, apalagi Al- Qur’an adalah sumber ilmu, sebagaimana sabda Nabi dari Ibnu Mas’ud menyatakan: “Kalau kalian menginginkan ilmu, bukalah lembaran Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an mengndung ilmu orang-orang

terdahulu dan orang-orang di masa mendatang”. 37 Santri yang hafal Al-Qur’an, akan terbantu ketika

membutuhkan dalil-dalil Al-Qur’an yang berkaitan dengan ilmu yang

Haya Ar-Rasyid, Op.cit, hlm. 19 Haya Ar-Rasyid, Op.cit, hlm. 19

2) Menentramkan dan menenangkan jiwa. Dari Abu Hurairoh r.a berkata: Rasulullah SAW. Bersabda:

Artinya: “Tidak ada orang yang berkumpul di dalam satu rumah Allah untuk membaca dan mempelajari Al-Qur’an, melainkan mereka akan memperoleh ketentraman, diliputi rahmat, dikitari oleh malaikat dan nama mereka disebut-sebit Allah di kalangn para Malaikat.” (HR. Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Abu Daud).

Bagi seorang penghafal Al-Qur’an, yang lisannya tidak pernah kering akan mengulang-ulang kalam Allah, karena ia selalu membacanya dimanapun dan kapanpun. Dengan begitu, jiwanya akan selalu merasa ketentraman dan ketenangan.

3) Tajam ingatan dan bersih intuisinya. Ketajaman ingatan dan kebersihan intuisinya itu muncul karena seorang penghafal Al-Qur’an selalu berupaya mencocokkan ayat-ayat 3) Tajam ingatan dan bersih intuisinya. Ketajaman ingatan dan kebersihan intuisinya itu muncul karena seorang penghafal Al-Qur’an selalu berupaya mencocokkan ayat-ayat

4) Banyak menghafal kosa kata bahasa Arab Al-Qur’an memuat 77.439 kalimat. Kalau seluruh penghafal Al-Qur’an memahami seluruh isi kalimat tersebut, berapa dia banyak sekali menghafal kosa kata (vocabulari) bahasa Arab, jadi seakan-akan

menghafal kamus Arab. 38

5) Menjadi sumber hukum Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat hukum, dengan demikian seorang penghafal Al-Qur’an secara tidak langsung akan menghafalkan ayat-ayat hukum. Ini sangat berguna sekali bagi mereka yang ingin terjun dibidang hukum

c. Keutamaan Hifzhul Al-Qur’an

Allah memuliakan orang yang menjadi Ahlul Qur’an dengan membaca, menghafal dan mengamalkannya dengan berbagai macam keistimewaan di dunia dan diakhirat.

Panduan Ilmu Tajwid Versi Madrsatul Qur’an Tebu Ireng (Jombang: Unit Tahfizh MQ Tebu Ireng, 2004), hlm. 26

Menurut Ustad Fathoni, sebagaimana dalam rangkumannya “Memilih Metode Menghafal Al-Qur’an Yang Baik dan Upaya Mencetak Huffazhul Qur’an Yang Sempurna”, Keutamaan orang yang menghafal

Al-Qur’an 39 , antara lain:

1) Huffazhul Qur’an itu pilihan Allah (Q.S Fathir: 32) “Kamudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang kami

pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antra mereka ada yang menganiaya diri sendiri, di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara ada (pula) yanglebih dahulu berbuat kebikan dengan izin Allah yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.”

2) Huffazhul Qur’an itu adalah para Ilmuwan (Q.S Al-Ankabut: 49) “Sebanarnya Al-Qur’an itu adalah ayat-ayt yang nyata di dalam dada

orang-orang yang diberi Ilmu dan tidak ada orang yangmengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.”

3) Huffazhul Qur’an adalah keluarga Allah (HR. Ahmad/ Fadho’ilul Libni Katsir hal. 54) ”Dari anas bin malik beliau berkata: Rosulullah SAW. Berkata:

sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga dari pada manusia. Ada yang bertanya: siapa mereka itu wahai Rosulullah? Beliau menjawab: Ahli Al-Qur’an itulah keluarga Allah dan orang-orang khususnya. (HR. Ahmad/Fadlo’ilul Qur’an Libni Katsir hal.54)

4) Huffazhul Qur’an adalah orang-orang mulia dari umat Muhammad SAW. (Nihayatul Qoulil Mufid hal. 646) “ Dan berkata Rosulullah SAW: “Orang-orang yang mulia dari pada

umatku adalah para penghafal Al-Qur’an dan ahli sholat malam. Dan beliau berkata: Ibadah ummatku yang paling utama ialah membaca Al-Qur’an.” (Nihayatul Qoulil Mufid hal. 646)

39 M. Fathoni Dimyati, Op.cit, hlm. 14

5) Huffazhul Qur’an dijaga dari api neraka. (HR. Addaroni/ At-Tibyan fi Adabi Hamatil Qur’an Lin Nawawi hal. 16) “Dari Abdulloh bin Mas’ud dari Nabi SAW. Beliau berkata: Bacalah

Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah hidangan Allah, barang siapa yang masuk di dalamnya maka ia akan aman. Dan barang siapa cinta kepada Al-Qur’an maka hendaklah ia bergembira.” (HR. Addaroni/At-tibyan fi adabi hamatil Qur’an Lin Nawawi. Hal.16)

6) Huffazhul Qur’an itu berhak memberi syafaat kepada keluarganya. (HR. Ibnu Majah dan Turmudzi/ Nihayatul Qowlil Mufid hal. 248 ) “ Dari Ali Bin Abi Tholib RA. Beliau berkata: Rosulullah SAW.

Bersabda: barang siapa membaca Al-Qur’an kemudian ia menghafalkannya di luar kepala lalu ia menghalalkan apa yang di halalkan oleh Al-Qur’an dan mengharamkan apa yang diharamkan oleh Al-Qur’an maka Allah akan memasukkannya kedalam surga dan memberikan kepadanya hak untuk memberi syafaat kepada 10 orang dari keluarganya yang sudah dipastikan masuk neraka.” (HR. Ibnu Majah dan Turmudzi/Nihayatul Qowlil Mufid hal. 248).

7) Huffazhul Qur’an hampir seperti Nabi. (HR. Thobroni/ Fadho’ilul Qur’an Libni Kastir hal. 57) “ Dari Abdulloh bin Amr dari Rosulullah SAW. Beliau berkata:

Barang siapa yang membaca (hafal) Al-Qur’an maka seungguhnya dia telah mendapat derajat kenabian (yang dicapkan) diantara kedua lambungnya, hanya saja dia tidak diberi wahyu. Dan barang siapa yang hafal Al-Qur’an kemudian berangapan bahwa orang lain (yang tidak hafal Al-Qur’an telah diberi (oleh Allah) dengan pemberian yang lebih utama dari pada apa yang telah diberikan kepadanya maka sungguh dia telah mengagungkan sesuatu yang dikecilkan oleh Allah dan mengecilkan sesuatu yang dibesarkan oleh Allah.” (HR. Thobroni/Fadloilul Qur’an Libni Kasir hal. 57).

8) Hafal al-Qur’an adalah kenikmatan besar yang patut diiri.(HR.Mutafaq Alaih/ Riyadhussalihin hal.431)

“ Dari Ibnu Amr RA. Dari Nabi SAW. Beliu berkata: tidak dibenarkan iri kecuali kepada dua perkara, yaitu lelaki yang diberi (hafal) Al- Qur’an oleh Allah kemudian ia membacanya siang malam, dan lelaki yang diberi oleh Allah harta (yang banyak) kemudian ia nafkahkan harta

malam.” (H. Muttafaq Alaih/Rriyadlussholihin hal. 431).

itu (fisabilillah)

siang

9) Mencintai Huffazhul Qur’an sama dengan mencintai Allah. (Muhaimin Zen: 33) “ Diriwayatkan dari Anas bahwa Rosululah SAW. Bersabda: Al-

Qur’an itu lebih utama dari pada segala sesuatu, maka barang siapa mengagngkan Al-Qur’an maka sama halnya mengagungkan Allah dan barang siapa yang meremehkan Al-Qur’an maka sama halnya meremehkan Allah. Para penghafal Al-Qur’an itu adalah orang-orang yang diliputi dengan rahmat Allah, dan mereka adalah orang-orang yang mengagungkan kalam Allah dan yang diberi pakaian cahaya oleh Allah. Barang siapa yang ,mengasihi mereka maka telah mencintai Allah, dan barang siapa yang memusuhi mereka sungguh ia telah meremehkan Allah Azzawajalla.” (problematika menghafal Al- Qur’an, Drs. Muhaimin Zen hal. 33)

10) Banyak sedikitnya hafalan menentukan derajat di akhirat. HR. Abu Daud wat Turmudzi/ Riyadhussahalihin hal.432) ” Dari Abdullah bin Amr dari Nabi SAW. Beliau berkata: akan

dikatakan kepada penghafal al-Qur’an: bacalah dan bacalah dengan tartil sebagaimana kamu telah baca dengan tartil di dunia. Karena kedudukanmu (derajatmu) itu ada di akhir ayat yang kau baca.” (HR. Abu Dawud wat Turmudzi/Riyadlussholihin hal. 432).

d. Hifzhul Qur’an Di Masa Nabi dan Para Sahabat

1) Di Masa Nabi SAW

Al-Qur’anul Karim turun kepada Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis). Karena itu perhatian Nabi hanyalah dituangkan untuk sekedar menghafal dan menghayatinya, agar dapat menguasai Al- Qur’an yang diturunkan.setelah itu membacakan kepada orang-orang Al-Qur’anul Karim turun kepada Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis). Karena itu perhatian Nabi hanyalah dituangkan untuk sekedar menghafal dan menghayatinya, agar dapat menguasai Al- Qur’an yang diturunkan.setelah itu membacakan kepada orang-orang

Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam surat Al- Jumu’ah ayat 2 sebagai berikut:

Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. Al-Jumu’ah:2)

Bangsa Arab pada saat itu belum banyak yang dapat membaca dan menulis, namun pada umumnya mereka memiliki daya ingat yang sangat kuat.

Setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu yang berupa ayat-ayat Al-Qur’an beliau membacanya di depan para sahabat, kemudian para sahabat menghafalkan ayat-ayat tersebut sampai hafal di luar kepala. Metode yang digunakan Nabi mengajar para sahabat tersebut, dikenal dengan metode belajar kuttab. Di samping menyuruh menghafalkan, Nabi menyuruh kutab (penulis wahyu) untuk

menuliskan ayat-ayat yang baru diterimanya itu. 40

40 Amanah, Pengantar Ilmu Al-Qur’an &Tafsir (Semarang: As-Syifa,1991), hlm. 104

Pada waktu itu banyak para sahabat yang hafal Al-Qur’an keseluruhan, di antaranya 41 :

1) Abu Bakar Ash-Shiddiq

2) Uma Bin Khattab

3) Ustman Bin Affan

4) Ali Bin abi Thalib

5) Thalhah

6) Sa’ad

7) Hudzaifah

8) Salim

9) Abi Hurairah

10) Abdullah bin Mas’ud

11) Abdullah Bin Umar

12) Abadullah Bin Abbas

13) Amir Bin Ash

14) dll. Ada beberapa faktor yamng menjamin kemurnian Qur’an yang telah diturunkan pada masa itu, yaitu 42 :

1) Hafalan yang sangat kuat dari para sahabat yang hafal Al-Qur’an.

2) Naskah-naskah yang ditulis untuk Nabi.

Ibid,. Hlm.105 42 Amanah, Pengntar Ilmu Al-Qur’an&Tafsir (Semarang: As-Syifa,1991), hlm. 108

3) Naskah-naskah yang ditulis oleh sahabat yang pandai menulis dan membaca untuk mereka masing-masing.

4) Tadarrus (pengulangan) Al-Qur’an yang dilakukan malaikat Jibril dan Nabi setiap tahun sekali. Di waktu ulangan itu Nabi disuruh mengulang memperdengarkan Al-Qur’an yang telah diturunkan

oleh Jibril dua kali. 43 Para sahabat dikala Islam masih disembunyikan, mempelajari

Al-Qur’an di suatu rumah (rumah Zaid bin Al-Arqam), disanalah mereka mempelajari serta memahamkan kandungan ayat-ayat yang telah diturunkan itu dengan jalan bermudarasah, bertadarus dan dikala umat Islam telah berhijrah ke Madinah, dan Islam telah tersebar kekabilah-kabilah Arab, mulailah sahabat yang dapat menghafal Al- Qur’an pergi ke kampung-kampung, ke dusun-dusun, menemui kabilah-kabilah Islam untuk mengajarkan Al-Qur’an kemudian pada tiap-tiap mereka telah mempelajari, dibebankan mengajari teman- temannya yang belum mengetahui. Sahabat-sahabat yang mengajarkan itu pergi ke kabilah-kabilah yang lain untuk menyebarkan Al-Qur’an seterusnya.

Diantara para sahabat yang terkenal sebagai guru mengajar Al- Qur’an kepada sesamanya dan kepada para tabi’in adalah:

Syahminan Zaini & Ananto Kusuma S., Bukti-Bukti Kebenaran Al-Qur’an Sebagai Wahyu Allah (Jakarta: Klam Mulia, 1986), hlm. 19 Syahminan Zaini & Ananto Kusuma S., Bukti-Bukti Kebenaran Al-Qur’an Sebagai Wahyu Allah (Jakarta: Klam Mulia, 1986), hlm. 19

b) Ali bin Abi Thalib

c) Zain bin Tsabit

d) Ubay bin kaab

e) Ibn Mas’ud

f) Abu Darda’

g) Abu Musa Al-Asy’ari. Belajar Al-Qur’an dan menghafal Al-Qur’an ini sanagat didukung oleh Nabi sebagaimana diceritakan oleh Ubadah bi Shamit: “Apabila ada seseorang yang hijrah (masuk Islam) Nabi menyerahkannya kepada salah seorang diantara kami untuk mengajarnya. Di Masjid Nabawi sering terdengar kegaduhan dalam membaca Al-Qur’an, sehingga rosul memerintahkan kepada mereka agar jangan saling mengganggu.”

Dari itu, penghafal-penghafal Al-Qur’an pada masa kehidupan Rosulullah SAW. tidak terhitung. Kiranya cukup kita ketahui bahwa mereka yang gugur dalam pertempuran di sumur Ma’unah jumlah mereka yang gugur kira-kira sejumlah dengan itu. Al-Qurtubi mengatakan “pada pertempuran Yamamah, jumlah Qurra’ yang gugur adalah 70 orang dan pada pertempuran di sumur Ma’unah sejumlah itu juga. Jadi merekayang meninggal syahid atau mati syahid berjumlah 140 orang.

Sudah menjadi ciri khas bagi umat Muhammad bahwa kitab suci Al-Qur’an bisa dihafal dalam hati. Dalam menukilkannya berpedoman pada hati dan dada, tidak cukup dengan berdasarkan tulisan dalam bentuk lembaran dan catatan, berbeda dengan halnya ahli ktab, mereka tak satupun yang hapal akan kitab taurat dan injil. Dalam mengabadikannya, mereka hanya berpedoman dengan bentuk tulisan, mereka tidak membacanya dengan penuh seksama kecuali hanya dengan sekilas pandang, tidak penuh dengan penghayatan, karena itu masuklah unsur-unsur perubahan dan pergantian pada kedua kitab tersebut. Berbeda halnya dengan Al-Qur’an ia telah dipelihara Allah SWT. Dengan berupa pertolongan Illahi dengan mudah menghafalnya.

Dengan tidak diragukan lagi pertolongan Allah dalam penjagaan Al-Qur’an merupakan prioritas dan keistimewaan yang luar biasa kepada umat umat Muhammad, dimana Allah telah menjadikan isi-isinya dalam dada dan ia menurunkan suatu kitab yang tidak hancur di rendam air.

Ada beberapa faktor yang menjamin kemurnian Al-Qur’an pada masa itu, diantaranya hafalan yang sangat kuat dari para sahabat, naskah Al-Qur’an yang ditulis untuk Nabi, naskah yang di tulis oleh para penulis wahyu untuk diri mereka sendiri dan tadarus Al-Qur’an yang dilakukan oleh Malaikat Jibril dan Nabi setiap tahun sekali Ada beberapa faktor yang menjamin kemurnian Al-Qur’an pada masa itu, diantaranya hafalan yang sangat kuat dari para sahabat, naskah Al-Qur’an yang ditulis untuk Nabi, naskah yang di tulis oleh para penulis wahyu untuk diri mereka sendiri dan tadarus Al-Qur’an yang dilakukan oleh Malaikat Jibril dan Nabi setiap tahun sekali

tahun sekali. Jibril mentadaruskan kepadaku tahun ini dua kali. Dan aku berpendapat bahwa telah datang kepadaku.”(HR. Bukhari). 44

2) Masa Abu Bakar R.A

Rasulullah SAW wafat, sedang Al-Qur’an seluruhnya telah ditulis pada pelepah-pelepah kurma batu-batu tipis dan tulang-tulang belikat. Disamping Al-Qur’an tersebut dihafal dada kaum muslimin sebelum Rasul wafat, beliau telah menempatkan surat-surat dan ayat- ayat Al-Qur’an seperti yang telah dihafal oleh kaum muslimin. Dan hafalan kaum muslimin itu sesuai pula dengan hafalan Rasul. Pastilah apa yang tertulis itu menguatkan hafalan-hafalan agar dibaca sehingga dapat diambil faidahnya olah orang-orang zaman berikutnya.

Karena mencukupkan apa yang tertulis itu dapat hancur, demikian pula bila hanya mencukupkan hafalan, sedangkan orang- orang berikutnya yang menukilkan dari mereka tidak mempunyai keistimewaan seperti orang-orang yang hafal pada saat itu.

Ketika Abu Bakar menjabat sebagai kholifah, diantara kaum muslimin yang lemah imannya banyak yang murtad dan lemah imannya, banyak yang murtad dan banyak yang menolak untuk

Syadali Ahmad, Ulumul Qur’an Untuk Fakultas Tarbiyah Untuk Komponen MKDK (Bandung: Pustaka Setia, 2000), Hlm. 68-71 Syadali Ahmad, Ulumul Qur’an Untuk Fakultas Tarbiyah Untuk Komponen MKDK (Bandung: Pustaka Setia, 2000), Hlm. 68-71

Setelah umat islam berjuang dengan gigih maka pertolongan Allah datang, barulah tentara Musailamah hancur dan lari, umat Islam mengejar mereka dan mengurung musuh itu dalam satu kebun kurma. Al-Barra’ Bin Malik menaiki tembok kebun dan menjatuhkan dirinya kedalam benteng lalu membuka pintu setelah umat islam dapat masuk dan Musailamah dan kawan-kawannya dapat dibunuh.

Melihat banyak para penghafal Al-Qur’an yang gugur maka peperangan, maka Umar Bin Khattab kuartir akan lenyapnya al-Qur’an dari muka bumi bersama dengan gugurnya para penghafal itu. Setelah Umar menjelaskan latarbelakangnya dan Abu Bakar merenung dan berfikir, maka dikirimlah surat kepada Zaid Bin Tsabit, seorang penulis wahyu. Kemudian Zaid menghadap Abu Bakar dan Umar untuk mendengarkan apa yang dikehendaki oleh kedua orang itu, dan setelah memperoleh penjelasan maka Zaid pun menyetujuinya. Ketika Abu Bakar mendengarkan jawaban yang memuaskan dari Zaid Ia Melihat banyak para penghafal Al-Qur’an yang gugur maka peperangan, maka Umar Bin Khattab kuartir akan lenyapnya al-Qur’an dari muka bumi bersama dengan gugurnya para penghafal itu. Setelah Umar menjelaskan latarbelakangnya dan Abu Bakar merenung dan berfikir, maka dikirimlah surat kepada Zaid Bin Tsabit, seorang penulis wahyu. Kemudian Zaid menghadap Abu Bakar dan Umar untuk mendengarkan apa yang dikehendaki oleh kedua orang itu, dan setelah memperoleh penjelasan maka Zaid pun menyetujuinya. Ketika Abu Bakar mendengarkan jawaban yang memuaskan dari Zaid Ia

mengirimkan utusan kepadaku setelah penumpasan penduduk Yamamah (setelah orang-orang yang shahid pada perang yamamah). Tiba-tiba Umar ada di majelis Abu Bakar. Abu Bakar berkata: Umar berkata kepadaku menerangkan bahwa perang yamamah telah memusnahkan para Qurra’ dan aia takut akan terus menerusnya perang yang menyebabkan musnahnya para Qurra’ yang kan melenyapkan Al-Qur’an. Umar meminta supaya aku mengumpulkan Al-Qur’an, Aku menjawab: bagaimana kita melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rosul. Umar berkata: ini demi Allah suatu perbuatan yang baik. Umar terus menerus mendesak agar menulis Al- Qur’an, sehingga Allah membuka pintu untuk mengerjakan dan akupun dalam hal ini berpendapat sebagaimana pendapat Umar. Kata Zaid seterusnya, Abu bakar berkata kepadaku: engkau wahai Zaid seorang pemuda yang berakal kami percaya kepada keagamaan. Engjkauseorang penulis wahyu dimasa Rosulullah, maka periksalah Al-Qur’an atau carilah suhuf-suhuf Al-Qur’an (kepingan-kepingan yang di dalamnya) danperiksalah satu persatu kemudian kumpulkanlah. Zaid menjawab; “ demi Allah sekiranya mereka membebankan Aku untuk membawa gunung, niscaya yang demikian iut tidaklah lebih berat dari pada mengumpulkan Al-Qur’an. “ selanjutnya saya berkata: “ mengapa anda kerjakan sesuatu yang tidak dikerjaskan oleh nabi? Abu Bakar menjawab: Demi Allah ini sesuatu perbuatan yang baik”. Abu Bakar berulang kali mendesak aku untuk mengerjakan sehingga hatiku dilapangkan oleh Allah sebagaimana dilapangkannya hati Abu Bakar dan Umar. Kemudian aku meneliti Al-Qur’an dan mengumpulkan kepingan-kepingan yang padanya ditulis Al-Qur’an serta mendatangi orang-orang yang hafal Al-Qur’an. stelah aku lakukan usaha itu dan aku kumpulkan segala kepingan tersebut, nyatalah ada ayat yang aku dengar dari Rasul tetapi tidak tertulis dalam kepingan maka aku dapati ayat itu pada mengirimkan utusan kepadaku setelah penumpasan penduduk Yamamah (setelah orang-orang yang shahid pada perang yamamah). Tiba-tiba Umar ada di majelis Abu Bakar. Abu Bakar berkata: Umar berkata kepadaku menerangkan bahwa perang yamamah telah memusnahkan para Qurra’ dan aia takut akan terus menerusnya perang yang menyebabkan musnahnya para Qurra’ yang kan melenyapkan Al-Qur’an. Umar meminta supaya aku mengumpulkan Al-Qur’an, Aku menjawab: bagaimana kita melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rosul. Umar berkata: ini demi Allah suatu perbuatan yang baik. Umar terus menerus mendesak agar menulis Al- Qur’an, sehingga Allah membuka pintu untuk mengerjakan dan akupun dalam hal ini berpendapat sebagaimana pendapat Umar. Kata Zaid seterusnya, Abu bakar berkata kepadaku: engkau wahai Zaid seorang pemuda yang berakal kami percaya kepada keagamaan. Engjkauseorang penulis wahyu dimasa Rosulullah, maka periksalah Al-Qur’an atau carilah suhuf-suhuf Al-Qur’an (kepingan-kepingan yang di dalamnya) danperiksalah satu persatu kemudian kumpulkanlah. Zaid menjawab; “ demi Allah sekiranya mereka membebankan Aku untuk membawa gunung, niscaya yang demikian iut tidaklah lebih berat dari pada mengumpulkan Al-Qur’an. “ selanjutnya saya berkata: “ mengapa anda kerjakan sesuatu yang tidak dikerjaskan oleh nabi? Abu Bakar menjawab: Demi Allah ini sesuatu perbuatan yang baik”. Abu Bakar berulang kali mendesak aku untuk mengerjakan sehingga hatiku dilapangkan oleh Allah sebagaimana dilapangkannya hati Abu Bakar dan Umar. Kemudian aku meneliti Al-Qur’an dan mengumpulkan kepingan-kepingan yang padanya ditulis Al-Qur’an serta mendatangi orang-orang yang hafal Al-Qur’an. stelah aku lakukan usaha itu dan aku kumpulkan segala kepingan tersebut, nyatalah ada ayat yang aku dengar dari Rasul tetapi tidak tertulis dalam kepingan maka aku dapati ayat itu pada

Sesudah Rasulullah wafat, Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah. Umar Bin Khattab mengajukan pendapatnya kepada Khalifah Abu Bakar, untuk mengumpulkan Al-Qur’an dengan alasan banyaknya penghafal Al-Qur’an yang telah wafat karena terjadinya perang Yamamah yang tidak sedikit yang menjadi korban dari pasukan Islam, termasuk 70 orang sahabat yang hafal Al-Qur’an. Pendapat Umar tidak langsung diterima, tetapi melalui perdebatan,

akhirnya pendapatnya itu diterima baik oleh Khalifah Abu Bakar. 46

Dalam usaha pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an itu, Zaid Bin Tsabit ditunjuk untuk melaksanakannya. Dengan tekun beliau melaksanakan tugas yang mulia itu. Dengan demikian Al-Qur’an seluruhnya telah ditulis dalam lembaran-lembaran dan diikatnya dengan benang, tersusun menurut urutan ayat-ayatnya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Rasulullah, kemudian diserahkan kepada Abu Bakar. Mushaf ini tetap ditangan Abu Bakar sampai ia meninggal. Kemudian dipindahkan ke rumah Umar Bin Khattab dan tetap ada di sana selama pemerintahannya. Sesudah beliau wafat, mushaf itu dipindahkan ke rumah Hafsah putri Umar, istri Rasulullah

Ibid, Hal. 71-77 46 Syahminan Zaini & Ananto Kusuma S., Op.Cit, hlm. 20 Ibid, Hal. 71-77 46 Syahminan Zaini & Ananto Kusuma S., Op.Cit, hlm. 20

3) Masa Usman Bin Affan R.A

Pada masa khalifah Usman bin Affan dalam penjagaan kemurnian dan keaslian Al-qur’an, terlebih dalam menghafalnya hal yang terjadi adalah pada waktu itu wilayah kaum muslimin menjadi luas sampai ke Mesir, Irak, Persia, dan lain-lain, yang tentu saja daerah ini memiliki bahasa dan dialek yang berbeda-beda karena banyaknya mushaf yang beredar dan mereka memandang bahwa riwayat Qiraat atau bacaan mereka lebih baik dari yang lainnya. Diantara mereka terdapat perbedaan tentang bunyi huruf dan bentuk bacaan. Masalah ini membawa mereka kepada pintu pertikaian dan perpecahan bersamanya. Hampir satu dengan yang lainnya saling mengkufurkan karena berbeda pendapat dalam bacaan.

Diriwayatkan dari Abi Qilabah bahwasanya ia berkata: ”pada masa pemerintahan Usman, guru atau pengajar menyampaikan kepada anak didiknya, guru yang lain juga menyampaikan kepada anak didiknya. Dua kelompok murid tersebut bertemu dan bacaannya berbeda. Akhirnya masalah tersebut sampai kepada guru pengajarnya. Sehingga satu sama lain saling mengkufurkan. Berita tersebut sampai

47 Ibid., 47 Ibid.,

Sebagaimana diriwayatkan Abu Bakar menceritakan kepadanya bahwa Huzaefah datang kepada Usman setelah peperangan dengan Armenia dan Azerbaizan bersama-sama dengan penduduk Kuffah (Irak) pada waktu itu ia melihat betapa hebatnya perselisihan diantara penduduk itu dalam soal bacaan Al-Qur’an. Oleh karena itu Huzaefah minta kepada Khalifah supaya secepatnya memperbaiki keadaan tersebut dan segera mengatasi perselisihan bacaan Al-qur’an agar umat Islam jangan berselisih tentang kitab mereka seperti apa

yang terjadi pada umat Yahudi dan Nasrani. 48 Kaum Muslimin yang telah begitu menyebar ke mana-mana

dan Al-Qur’anul Karim tetap jadi iman mereka, dimana mereka benyak yang menghafal Al-Qur’an. Naskah-naskah Al-Qur’an yang ada pada mereka tidak sama susunan surah-surahnya, di samping itu di antara mereka ada pertikaian tentang bacaan Al-Qur’an itu. Maka Khalifah Usman r.a mengambil inisiatif untuk membukukan

lembaran-lembaran yang ditulis di masa Khalifah Abu Bakar. 49

48 Syadali Ahmad, Ulumul Qur’an Untuk Fakultas Tarbiyah Untuk Komponen MKDK (Bandung: Pustaka Setia, 2000), Hlm. 80-81

49 Bustami A. Gani dan Chatibul Umam, Beberapa Aspek Ilmiah Tentang Al-Qur’an (Jakarta: Litera AntarNusa, 1994), Hlm. 141

Al-Qur’an yang telah dibukukan itu ada lima buah diantaranya dikirim ke Mekkah, Syiria, Basrah dan Kufah dan satu buah lagi ditinggalkan di Madinah untuk Usman sendiri, dan itulah yang

dinamai dengan Mushaf Al-Imam. 50 Sesudah itu itu Usman memerintahkan mengumpulkan

lembaran-lembaran yang bertuliskan Al-Qur’an yang ditulis sebelum itu dan membakarnya. Maka yang ditulis di zaman Usman itulah yang disalin kaum muslimin sampai sekarang.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0