Nawa Cita: Membangun Kawasan Perbatasan Seperti kita ketahui bersama, pemerintahan baru Joko Widodo dan Jusuf Kalla menyertakan sembilan agenda prioritas untuk mewujudkan

Nawa Cita: Membangun Kawasan Perbatasan Seperti kita ketahui bersama, pemerintahan baru Joko Widodo dan Jusuf Kalla menyertakan sembilan agenda prioritas untuk mewujudkan

visi misi pemerintahan 5 (lima) tahun ke depan. Sembilan agenda prioritas itu disebut sebagai Nawa Cita. Dalam konteks membangun Kawasan Perbatasan Negara, agenda prioritas yang perlu dicermati adalah agenda ketiga. Agenda ketiga tersebut adalah membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Salah satu daerah “pinggiran negara” di dalam Nawa Cita adalah kawasan perbatasan negara. Kebijakan ini dimaksudkan untuk melindungi kepentingan nasional Indonesia di kawasan perbatasan serta memperkuat daya saing ekonomi Indonesia secara global.

Lebih lanjut dalam Nawa Cita, salah satu program aksi sebagai upaya dalam rangka perbaikan menuju berdikari ekonomi adalah membangun tata ruang dan lingkungan yang berkelanjutan, salah satunya melalui pembangunan pusat pertumbuhan ekonomi baru di kawasan perbatasan.

RTR Kawasan Perbatasan: Perspektif Pengembangan Kawasan Perbatasan Kawasan perbatasan negara memiliki peran sangat penting

dan strategis, karena merupakan batas kedaulatan negara dan merupakan wilayah yang mencerminkan beranda depan suatu

negara. Sebagai batas kedaulatan, batas yuridiksi dan territorial negara berada di Kawasan Perbatasan Negara. Oleh karena itu, fungsi pertahanan dan keamanan sangat melekat di Kawasan Perbatasan Negara. Sebagai beranda depan negara, Kawasan Perbatasan Negara dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi perdagangan dengan negara tetangga, sehingga tidak hanya fungsi pertahanan dan keamanan saja, tapi fungsi kesejahteraan atau ekonomi juga sangat melekat di Kawasan Perbatasan Negara.

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mempertimbangkan dengan tegas peran penting kawasan perbatasan tersebut. Sebagai beranda depan negara, kawasan perbatasan negara ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN).

Dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ditetapkan 10 (sepuluh) kawasan perbatasan negara sebagai KSN dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, dengan 26 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat utama perbatasan negara dan atau sebagai pintu gerbang ke negara tetangga. Dalam prosesnya, kemudian diambil kebijakan untuk menyusun 9 (sembilan) rencana tata ruang (RTR)

Artikel Utama

16 buletin tata ruang & pertanahan

Kawasan Perbatasan Negara. Kesembilan RTR tersebut, yaitu RTR Kawasan Perbatasan Negara di Aceh dan Provinsi Sumatera Utara, RTR Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau, RTR Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan, RTR Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Sulawesi Utara- Provinsi Gorontalo-Provinsi Sulawesi Tengah-Provinsi Kalimantan Timur-Kalimantan Utara, RTR Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Maluku Utara dan Provinsi Papua Barat, RTR Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Papua, RTR Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Maluku, RTR Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Nusa Tenggara Timur, serta RTR Kawasan Perbatasan Negara dengan Laut Lepas.

Terdapat 5 (lima) RTR Kawasan Perbatasan Negara yang telah terbit, yaitu Perpres No. 179 Tahun 2014 tentang RTR Kawasan Perbatasan di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Perpres No. 31 Tahun 2015 tentang RTR Kawasan Perbatasan di Kalimantan, Perpres No. 32 Tahun 2015 tentang RTR Kawasan Perbatasan di Provinsi Papua, Perpres No. 33 Tahun 2015 tentang RTR Kawasan Perbatasan di Provinsi Maluku, dan Perpres No. 34 Tahun 2015 tentang RTR Kawasan Perbatasan di Provinsi Maluku Utara dan Provinsi Papua Barat.

Sedangkan 3 (tiga) RTR Kawasan Perbatasan Negara, yaitu RTR Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Sulawesi Utara-Provinsi Gorontalo-Provinsi Sulawesi Tengah-Provinsi Kalimantan Timur- Kalimantan Utara, RTR Kawasan Perbatasan Negara di Aceh dan Provinsi Sumatera Utara, dan RTR Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau masih dalam bentuk Rancangan Perpres. Sementara RTR Kawasan Perbatasan Negara dengan Laut Lepas masih dalam proses penyusunan materi teknis.

Muatan RTR Kawasan Perbatasan Negara sendiri terkait erat dengan nilai strategis nasional yang dimilikinya, serta hal-hal spesiik di luar kewenangan pemerintah provinsi/kabupaten/kota. Oleh karena itu, RTR Kawasan Perbatasan menjadi dasar dalam penyusunan program sektoral serta pelaksanaan pembangunan oleh Kementerian/Lembaga di Kawasan Perbatasan Negara.

Di dalam RTR Kawasan Perbatasan Negara yang telah disusun, tersurat pendekatan pengembangan Kawasan Perbatasan Negara yang mengedepankan 4 (empat) aspek, yaitu: i) aspek peningkatan pertahanan dan keamanan negara; ii) aspek pembangunan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat; iii) aspek lingkungan hidup; serta iv) aspek sosial.

Dalam aspek pertahanan dan keamanan, RTR Kawasan Perbatasan Negara tidak hanya terkait dengan peningkatan fasilitas pertahanan dan keamanan saja tapi juga dengan penegakan kedaulatan negara seperti penetapan dan penegasan garis batas negara, termasuk pulau-pulau kecil terluar.

Dalam aspek ekonomi atau kesejahteraan, RTR Kawasan Perbatasan Negara menetapkan sebaran kawasan peruntukan yang dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kawasan peruntukan untuk kemandirian pangan masyarakat, kawasan peruntukan untuk pertumbuhan ekonomi antarwilayah, dan kawasan peruntukan untuk peningkatan ekonomi yang berdaya saing (ekspor/impor).

Aspek lingkungan hidup terkait dengan pemertahanan kawasan lindung Kawasan Perbatasan Negara, seperti eksistensi garis pantai yang memiliki titik-titik garis pangkal terluar, kawasan lindung lintas negara, dan ekosistem penting yang berada di Kawasan Perbatasan Negara.

Dalam aspek sosial, RTR Kawasan Perbatasan Negara terkait dengan penyediaan prasarana dasar di Kawasan Perbatasan Negara, termasuk prasarana untuk meningkatkan hubungan

kekerabatan antarmasyarakat (adat) di Kawasan Perbatasan Negara.

Pendekatan pengembangan Kawasan Perbatasan Negara di atas pada dasarnya menunjukkan arah kebijakan pengembangan Kawasan Perbatasan Negara untuk mempercepat pembangunan kawasan perbatasan di berbagai bidang, baik keamanan, ekonomi dan sosial yang terintegrasi dan berwawasan lingkungan.

Lebih lanjut, RTR Kawasan Perbatasan Negara juga menetapkan pusat-pusat permukiman sebagai pusat pelayanan yang berhirarki. Pusat pelayanan kawasan perbatasan negara terdiri atas pusat pelayanan utama, pusat pelayanan penyangga, dan pusat pelayanan pintu gerbang.

Pusat pelayanan utama merupakan pusat kegiatan utama dalam peningkatan pelayanan pertahanan dan keamanan negara serta pendorong pengembangan kawasan perbatasan negara yang berupa PKSN.

Sementara pusat pelayanan penyangga adalah pusat kegiatan penyangga pintu gerbang peningkatan pelayanan pertahanan dan keamanan negara, keterkaitan antara pusat pelayanan utama dan pusat pelayanan pintu gerbang, serta kemandirian pangan

Konsep Sistem Pusat Pelayanan Kawasan Perbatasan Negara

buletin tata ruang & pertanahan 17

masyarakat di kawasan perbatasan negara. Sedangkan pusat pelayanan pintu gerbang merupakan pusat kegiatan terdepan dalam peningkatan pelayanan pertahanan dan keamanan negara serta kegiatan lintas batas di kawasan perbatasan negara. Kebijakan RTR Kawasan Perbatasan Negara ini berarti bahwa menempatkan kawasan perbatasan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga.

Dari penjabaran di atas, dapat dikatakan bahwa kebijakan tata ruang di kawasan perbatasan negara sejalan dengan Nawa Cita, kawasan perbatasan negara diarahkan menjadi halaman depan negara yang berdaulat, aman serta berdaya saing.

Salah satu manfaat perlunya disiapkan RTR Kawasan Perbatasan Negara adalah dapat menjadi dasar penyusunan program sektoral dan pelaksanaan pembangunan oleh kementerian/lembaga. Disinilah letak tantangan dalam implementasi RTR Kawasan Perbatasan Negara, yaitu upaya sektor menjadikan RTR Kawasan Perbatasan Negara ini sebagai acuan dalam penyusunan program dan pembangunan di kawasan perbatasan negara.