Kelembagaan BKPRN Kehadiran Kementerian Agraria dan Tata Ruang di akhir tahun
Kelembagaan BKPRN Kehadiran Kementerian Agraria dan Tata Ruang di akhir tahun
2014 telah memberi warna baru bagi bidang tata ruang dan memunculkan pemikiran untuk meninjau bentuk keberadaan BKPRN sebagai badan koordinasi tata ruang selama ini. Pada prinsipnya, keberadaan BKPRN seyogyanya tidak merupakan duplikasi terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian ATR/BPN. Kita tunggu hasil peninjauan tersebut [ay].
Koordinasi
Rapat Koordinasi Eselon II BKPRN: Penyelesaian Laporan BKPRN 2009 – 2014
Pembahasan Pendayagunaan Tanah Wakaf
sumber: dokumen Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Kementerian PPN Bappenas menghadiri pertemuan terkait pendayagunaan tanah wakaf yang diselenggarakan oleh Direktorat Permukiman dan Perumahan, Kementerian PPN/Bappenas, bertempat di Ruang SG-5, Bappenas. Rapat dihadiri oleh Perum Perumnas, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Agama, Badan Wakaf Indonesia, dan Dompet Dhuafa. Tujuan pertemuan adalah untuk menentukan lokasi pilot project pendayagunaan tanah wakaf dalam pembangunan perumahan rakyat tahun 2015.
Pendayagunaan tanah wakaf untuk pembangunan perumahan rakyat masuk dalam kegiatan Quick Wins dan akan dialokasikan anggarannya dalam APBN-P 2015. Untuk itu, akan dipilih 5 (lima) lokasi untuk pilot project kegiatan tersebut. Mengemuka pula dalam pertemuan bahwa telah tersusun kriteria penetapan lokasi tanah wakaf untuk perumahan sesuai ketentuan Perumahan Nasional (Perumnas). Ketentuan lain yang perlu diperhatikan adalah (a) status tanah clean and clear; (b) nadzir jelas, merupakan orang atau badan hukum yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sesuai dengan wujud dan tujuan wakaf tersebut; (c) target penerima manfaat jelas. Untuk luasan tanah diusulkan
luasnya kurang dari 5.000 m 2 agar mudah terlaksana pada tahun
2015.
Pada kesempatan tersebut, forum menyepakati bahwa pada tahun 2015 pelaksana pembangunan perumahan dari tanah wakaf adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PR). Kementerian PU-PR perlu segera merumuskan tipologi disain rusunawa dengan memperhatikan faktor target penerima manfaat. Di sisi lain, Perum Perumnas perlu memikirkan skema pembiayaan yang dapat digunakan dan menyusun disain pembangunan area komersial pada rusunawa yang akan dibangun sebagai alternatif dalam implementasi skema wakaf produktif dan mempertimbangkan peran investasi Perumnas.
Lebih lanjut, akan ditetapkan Kelompok Kerja (Pokja) lintas K/L untuk menetapkan lokasi tanah wakaf dan pelaksanaan kegiatan tersebut. Pilot project pendayagunaan tanah wakaf masih kekurangan 2 (dua) lokasi sehingga perlu diidentiikasi dari data yang dipunyai Direktur Pemberdayaan Wakaf, Kementerian Agama sesuai kriteria yang telah disusun.
Ke depan, perlu dilakukan pengecekan status pemanfaatan lahan di lokasi yang diusulkan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang telah di Perda-kan dan penyusunan Standar Operation Procedure (SOP) dan tahapan yang jelas pelaksanaan kegiatan pilot project pendayagunaan tanah wakaf dalam pembangunan perumahan rakyat [rn/sy].
14 buletin tata ruang & pertanahan
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan menghadiri pembahasan rencana pelaksanaan Stocktaking dalam mendukung kebijakan One Map Policy yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Pertemuan ini merupakan pertemuan perdana yang bertujuan membahas rencana pelaksanaan stocktaking (audit) terkait peta pemanfaatan ruang. Sekaligus persiapan Rapat Koordinasi Kementerian Bidang Ekonomi terkait dengan kebijakan One Map Policy. Dengan adanya stocktaking ini, kedepan diharapkan akan tersedia data dan peta tematik tunggal pemanfaatan ruang di Indonesia dan rekomendasi penyelesaian masalahnya.
Pada tahun 2009, Ditjen Penataan Ruang - Kementerian PU pernah melaksanakan stocktaking peta pemanfaatan ruang (kehutanan, pertambangan, pertanian/perkebunan, transmigrasi, dan status tanah) di Provinsi Kalimantan Tengah. Kemudian tahun 2010 dilaksanakan pada 7 provinsi yaitu Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Hasil stocktaking ini dapat digunakan sebagai dasar awal dalam pelaksanaan one map policy dalam tata ruang.