Review dan Revisi Soal

F. Review dan Revisi Soal

Pengembangan soal tahap selanjutnya adalah melihat soal dari segi kualitas untuk mengkaji berfungsi atau tidaknya sebuah soal, yaitu berupa telaah (review) dan perbaikan (revisi) soal. Rakhmat & Solehuddin (2006 :27) mengemukakan bahwa merevisi soal dilakukan berdasarkan pada data empirik hasil uji coba, dengan melakukan perbaikan kembali terhadap soal-soal yang di anggap kurang memadai, atau mungkin membuang dan mengganti soal-soal yang dianggap tidak memenuhi syarat. Terdapat beberapa kaidah penulisan dalam mereview dan merevisi soal, baik soal pilihan ganda maupun soal uraian. ( Surapranata,2004; Rakhmat & Solehuddin, 2006 )

  1. Kaidah penulisan soal pilihan ganda, diantaranya:

  1. Soal harus sesuai dengan indikator.

  2. Soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.

  3. Soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.

  4. Soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat berlawanan ataupun berlawanan ganda.

  5. Stem soal sebaiknya bukan kalimat tanya.

  6. Bahasa yang digunakan harus komunikatif dan tidak bermakna ganda.

  7. Jangan menggunakan bahasa yang berlakusetempat, jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.

  8. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

  9. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar.

  10. Pengecoh harus berfungsi.

  11. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.

  12. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.

  13. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas benar atau salah”.

  14. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis waktunya.

  15. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.

Contoh soal 1:

Padi di sawah milik ayah sangat subur karena terawat dengan baik, jauh dari serangan hama padi. Pada masa memanen padi, ayah mendapatkan 12 karung beras yang masing-masing karungnya berisi 50 kg beras. Jika masa panen berikutnya ayah mendapatkan 15 karung beras, maka banyaknya beras tersebut adalah . . . kg.

  1. 60 kg

  2. 750 kg

  3. 75 kg

  4. 600 kg

Contoh soal diatas kurang baik karena bertele-tele. Selain itu pilihan jawabannya tidak diurutkan dari bilangan terkecil sampai bilangan terbesar. Sehingga setelah direview dan direvisi dapat diperoleh soal sebagai berikut:

“Pada masa memanen padi, ayah mendapatkan 12 karung beras. Yang masing-masing karung berisi 50kg. Panen berikutnya ayah mendapatkan 15 karung beras, maka banyaknya beras adalah . . . kg”.

  1. 60

  2. 75

  3. 600

  4. 750 (kunci jawaban )

Contoh soal 2:

Seorang anak SD melakukan penjumlahan bilangan pecahan, misalnya .. Berapakah jumlah penjumlahan bilangan pecahan tersebut?

  1. 6

  2. 7

  3. 8

Contoh soal diatas kurang baik karena kurang singkat dan sukar di pahami. Alternatif jawaban b, c, dan d kurang masuk akal. Sehingga setelah direview dan direvisi dapat diperoleh soal sebagai berikut:

. . .

  1. (penyebut dan pembilang sama-sama dikalikan)

  2. (penyebut dan pembilang sama-sama dijumlahkan)

  3. (penyebut dan pembilang dikali silang)

  4. (kunci jawaban)




  1. Sedangkan kaidah penulisan soal uraian diantaranya:

  1. Soalsesuaidengankisi-kisi.

  2. Batasanpertanyaandanjawabanyang diharapkansudahsesuai.

  3. Isimateriyang ditanyakansesuaidenganjenjangjenjang atau tingkatkelas.

  4. Menggunakankatatanyaatauperintahyang menuntutjawabanuraian.

  5. Adapetunjukyang jelastentangcaramengerjakansoal.

  6. Adapedomanpenskorannya.

  7. Tabel,gambar,grafik,petaatauyang sejenisnyadisajikandenganjelasdanterbaca.

  8. Soal harus komunikatif.

  9. SoalmenggunakanbahasaIndonesia yang baku.

  10. Tidak menggunakan kata / ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.

  11. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

  12. Rumusan soal tidak mengandung kata/ ungkapan yang dapat menyinggung perasaan siswa.

Contoh soal 1:

Sesuai dengan indikator.

  • Indikator :

Disajikan data gaya dan perpindahan, siswa dapat menentukan usaha yang dihasilkan.

  • Soal :

Balok dikenai gaya 10 N sehingga berpindah 2 m. Tentukan usaha yang dilakukan gaya pada balok!

“Balok diberi gaya 10 N sehingga berpindah 2 m. Tentukan usaha yang dilakukan gaya pada balok!” (lebih baik)





Contoh soal 2:

Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai.

  • Indikator :

Menjelaskan cara membuat magnet.

  • Soal :

Jelaskan cara membuat magnet!

“Jelaskan 3 cara membuat magnet!” (lebih baik)


  1. Uji Coba Soal

Uji coba soal adalah upaya untuk mendapatkan informasi empirik mengenai sejauh mana sebuah soal dapat mengukur apa yang hendak diukur. Informasi empirik tersebut pada umumnya menyangkut segala hal yang dapat mempengaruhi validitas maupun reliabilitas soal, seperti tingkat kesukaran soal, tingkat daya pembeda soal, dan lain sebagainya. Dari hasil uji coba akan diketahui apakah suatu soal “dapat berfungsi” ataupun “tidak berfungsi” dalam mengukur aspek-aspek yang hendak diukur. (Sudjana,2006; Arikunto,2009; Arifin,2012)


Rasyid, Harun dan Mansyur. (2009). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima.


Wahyudin, Uyu. dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.


Widyoko, Eko P. (t.t.). Evaluasi Program Pembelajaran. [Online]. Diakses dari: http://www.umpwr.ac.id/download/publikasiilmiah/Evaluasi%20Program%20Pembelajran.pdf. 14 November 2014

Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: PT. BUMI AKSARA.

Nasution, dkk. 1998. Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Wahyudin, dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS.

Surapranata, Sumarna. (2004). Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.

Siahaan, Parsaoran. (2014) Kaidah Penulisan Soal [Online] Tersedia: http://file.upi.edu/directory/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/195803011980021-PARSAORAN_SIAHAAN/RPP-LKS-Power_Point-dll/Kaidah_Penulisan_Soal.pdf[03 Desember 2014]














BAB VI

PENGOLAHAN DATA

Tim Penulis : Rizkarani Witya Fitri

Nuringtyas Wijayanti

Lisma Mahinda Pratama N

Sindi Apriliani Lestari

Nurlatifah Sulastini

Firda Fadhilah

Sitta Nurfazar

Asep Vindi Nugraha

Febri Rezki Putri

Dwi Larasati



      1. Pengadministrasian Data

Menurut Arifin (2006) dalam mengolah data hasil tes, ada 4 (empat) langkah pokok yang harus ditempuh, yaitu:

a. Menskor, yaitu memberi skor terhadap hasil tes yang dapat diperoleh oleh peserta didik.

b. Mengubah skor mentah menjadi skor standar sesuai dengan norma tertentu.

c. Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, baik berupa huruf maupun angka.

d. Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index), dan daya pembeda.

Setelah melakukan kegiatan tes, guru mengolah data. Adapun cara-cara pengolahan hasil evuasi adalah sebagai berikut :


  1. Cara Memberi Skor Mentah untuk Tes Uraian

Arifin (2012:223) cara memberi skor mentah untuk tes uraian dapat dicari dengan dua cara, yaitu:

  1. Bobot dinyatakan dalam system skor maksimum sesuai dengan tingkat kesukarannya. Sebagai missal untuk soal yang mudah skor maksimumnya adalah 6, untuk skor yang sedang skor maksimumnya 7 dan untuk skor yang tergolong sulit diberi skor maksimum 10. Dengan demikian ketika menggunakan cara ini peserta didik tidak mungkin mendapatkan skor 10.


Contoh 1 : Guru memberikan tiga soal uraian kepada peserta didik. Setiap soal diberi skor (x) , setiap soal memilki skor dalam rentang 1-10 sesuai dengan kualitas jawaban peserta didik tersebut.

Tabel 1

Penghitungan Skor dengan Sistem Bobot Pertama

No. Soal

Tingkat Kesukaran

Jawaban

Skor (x)

1

Mudah

Betul

6

2

Sedang

Betul

7

3

Sukar

Betul

10

Jumlah

∑x =23


Rumus Skor: ∑x

∑s

Keterangan: ∑x = jumlah skor

∑s = jumlah soal

Jadi Skor peserta didik A = 23/3 = 7,67

2) Bobot dinyatakan dalam bilangan-bilangan tertentu sesuai dengan tingkat kesukaran soal. Sebagai contoh; soal mudah diberi bobot 3, soal sedang diberi bobot 4 dan soal yang sulit diberi bobot 5. Dengan menggunakan cara ini memungkinkan peserta didik mendapatkan skor 10.

Contoh 2 : Guru memberikan tiga soal uraian kepada peserta didik. Masing-masing soal diberi bobot sesuai dengan tingkat kesulitannya, yaitu bobot 5 untuk soal yang sukar; bobot 4 untuk soal sedang, dan bobot 3 untuk soal yang mudah. , setiap soal memilki skor dalam rentang 1-10 sesuai dengan kualitas jawaban peserta didik tersebut.Kemudian skor (X) yang dicapai oleh setiap peserta didik dikalikan dengan bobot setiap soal.





Tabel 2

Penghitungan Skor dengan Sistem Bobot Kedua

No. Soal

Tingkat Kesukaran

Jawaban

Skor (X)


Bobot (B)


XB

1

Mudah

Betul

10

3

30

2

Sedang

Betul

10

4

40

3

Sukar

Betul

10

5

50

Jumlah

∑X=23

∑B=12

∑XB=120



Rumus Skor: ∑XB

∑B

Keterangan:

TK = tingkat kesukaran

X = kor tiap soal

B = bobot sesuai dengan tingkat kesukaran soal

∑XB= jumlah hasil perkalian X dengan B

Dengan demikian skor peserta didik adalah; 120/12 = 10

b. Cara Memberikan Skor Mentah untuk Tes Objektif

Arikunto (2009:164) mengemukakan bahwa “tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai.”

Ada dua cara untuk memberikan skor pada soal tes bentuk objektif, yaitu:

  1. Tanpa menggunakan rumus tebakan (Non Guessing Formula)

Cara ini digunakan apabila soal belum diketahui tingkat kebaikannya. Caranya adalah dengan menghitung jumlah jawaban yang betul saja, setiap jawaban betul diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Jadi, skor = jumlah jawaban yang betul.

2) Menggunakan Rumus Tebakan (Guessing Formula)

Rumus ini digunakan apabila soal-soal tes itu sudah pernah diujicobakan dan dilaksanakan sehingga dapat diketahui tingkat kebenarannya. Adapun rumus-rumus tebakan tersebut adalah;

  1. Untuk item bentuk benar-salah (true-false)

Rumus: S = ∑B - ∑S

Keterangan: S = skor yang dicari

∑B = jumlah jawaban yang benar

∑S = jumlah jawaban yang salah

  1. Untuk item bentuk pilihan-ganda (multiple choice)

Rumus: S = ∑B - ∑S

n – 1

Keterangan: S = skor yang dicari

∑B = jumlah jawaban yang benar

∑S = jumlah jawaban yang salah

n = jumlah alternative jawaban yang disediakan

1 = bilangan tetap

c) Untuk soal bentuk menjodohkan (matching)

Rumus: S = ∑B

Keterangan: S = skor yang dicari

∑B = jumlah jawaban yang benar

d) Untuk soal bentuk jawaban singkat (short answer) dan melengkapi (completion)

Rumus: S = ∑B

Keterangan: S = skor yang dicari

∑B = jumlah jawaban yang benar




  1. Skor Total (Total Score)

Arifin (2009: 231) mengemukakan bahwa “Skor total adalah jumlah skor yang diperoleh dari seluruh bentuk soal setelah diolah dengan rumus tebakan (guessing formula).

  1. Konversi Skor

Arifin (2009: 231) mengemukakan bahwa “Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah yang dicapai peserta didik ke dalam skor terjabar atau skor standar untuk menetapkan nilai hasil belajar yang telah diperoleh.” Yang secara tradisional seringkali guru menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai = ∑X 10 (skala 0 – 10)

Keterangan : ∑X = jumlah skor mentah

∑S = jumlah soal

  1. Cara Memberi Skor untuk Skala Sikap

Cara memberi skor dalam ranah afektif berbeda dengan cara memberi skor pada ranah kognitif. Arikunto (2009: 179-182) mengemukakan bahwa ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, antara lain : skala likert,skala pilihan ganda, skala thurstone,skala guttman,semantic differential dan pengukuran minat.”

  1. Cara Memberi Skor untuk Domain Psikomotor

Arifin (2009) mengemukakan bahwa “cara memberi skor dalam domain psikomotor dapat dilakukan dengan cara menggunakan tes tindakan melalui simulasi, unjuk kerja atau tes identifikasi. Salah satu instrument yang dapat digunakan adalah skala penilaian yang terentang dari sangat baik (5), baik (4), cukup baik (3), kurang baik (2), sampai pada hasil tidak baik (1).”

  1. Pengolahan Data Hasil Tes: PAP dan PAN

Setelah diperoleh skor setiap peserta didik, guru hendaknya tidak tergesa-gesa menentukan prestasi belajar (nilai) peserta didik yang didasarkan pada angka yang diperoleh setelah membagi skor dengan jumlah soal, karena cara tersebut dianggap kurang proporsional. Misalnya, seorang peserta didik memperoleh skor 60, sementara skala yang digunakan untuk mengisi buku rapor adalah skala 0 – 10 atau skala 0 – 5, maka skor tersebut harus dikonversikan terlebih dahulu menjadi skor standar sebelum ditetapkan menjadi nilai akhir.

1) Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Penilaian Acuan Patokan ( PAP ) dititikberatkan pada apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Dapat pula dikatakan penilaian ini dititikberatkan pada kemampuan-kemampuan apa yang telah dicapai oleh peserta didik sesudah menyelesaikan satu bagian kecil dari suatu keseluruhan program.

Dengan demikian Penilaian Acuan Patokan ( PAP ) meneliti apa yang dapat dikerjakan oleh peserta didik, bukan membandingkan seorang peserta didik dengan teman sekelasnya, melainkan dengan suatu kriteria atau patokan yang spesifik. Kriteria yang dimaksud adalah suatu pengalaman tingkat belajar yang diharapkan tercapai sesudah selesai kegiatan belajar, atau sejumlah kompetensi dasar yang telah ditetakan terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar berlangsung.Misalnya kriteris itu menggunakan 75% atau 80%. Bagi peserta didik yang kemampuannya berada di bawah kriteria yang telah ditetapkan dinyatakan belum berhasil dan harus mendapatkan remedial. (Arifin ,2009;Arikunto,2009)

  1. Penilaian Acuan Norma (PAN)

Penilaian Acuan Norma (PAN), makna angka (skor) seorang peserta didik ditentukan dengan cara membandingkan hasil belajar peserta didik dengan hasil belajar peserta didik lainnya dalam satu kelompok atau kelas. Peserta didik dikelompokkan berdasarkan jenjang hasil belajar sehingga dapat diketahui kedudukan relative seorang peserta didik jika dibandingkan dengan teman sekelasnya. (Arifin ,2009;Arikunto,2009)

Tujuan penilaian acuan norma ini adalah untuk membedakan peserta didik atas kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulai dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi. Secara ideal, pendistribusian tingkat kemampuan dalam satu kelompok menggambarkan suatu kurva normal. (Arifin ,2009;Arikunto,2009)

      1. Mean, Median, Modus dan Range

        1. Definisi mean,median,modus dan range (Muhidin,2006)

          1. Mean

Mean adalah nilai rata – rata dari suatu data yang terdiri dari dua datum atau lebih.

    1. Median

Median/Nilai Tengah ( Me ) adalah nilai yang letaknya di tengah dari data yang telah diurutkan dari nilai terkecil sampai terbesar. Jika banyak data ganjil maka Me adalah data yang terletak tepat yang ditengah setelah diurutkan · Jika banyak data genap maka Me adalah rata-rata dari dua data yang terletak di tengah setelah diurutkan.

    1. Modus

Modus adalah data yang paling sering muncul atau yang memiliki frekuensi terbanyak. Jika suatu data tidak ada nilai ( datum ) yang sama maka modusnya tidak ada.

    1. Range

Range adalah selisih dari nilai terbesar dengan nilai terkecil.


2.Rumus mean,median,modus dan range data berkelompok (Muhidin,2006)

    1. Mean ( Me )

= atau =

Keterangan :

= x = titik tengah interval kelas ke-i

= f = frekuensi pada interval kelas ke-i

= = banyak data ( jumlah semua frekuensi )

    1. Median

Me = Tb + p.

Keterangan :

Tb = tepi bawah kelas median

p = panjang kelas interval

n = banyak data( )

F = frekuensi kumulatif sebelum kelas Me

f = frekuensi pada kelas Me

    1. Modus ( Mo )

Mo = Tb + p .( )

Keterangan :

Tb = tepi bawah kelas modus

P = panjang kelas interval

= Selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya

= selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya

    1. Range

R = nilai terbesar – nilai terkecil

    1. Mencari mean,median,dan modus menggunakan rumus excel

  1. Rumus mean ( rata – rata )

=AVERAGE(A2:A12)

Langkahnya ketik rumus “ =AVERAGE( “ lalu klik kolom yang akan dihitung rata – ratanya lalu tarik tanda mouse sampai semua data yang akan dihitung rata – ratanya tercakup lalu ketik tanda kurung tutup lalu enter.

  1. Rumus median ( titik tengah )

=MEDIAN(A2:A12)

Langkahnya ketik rumus “ MEDIAN( “ lalu klik kolom yang akan dihitung mediannya sampai semua data yang akan dihitung median/titik tengahnya tercakup lalu klik tanda kurung lalu enter. Menghitung median menggunakan excel tidak perlu mengurutkan dari datum terbesar ke terkecil.






  1. Rumus modus

=MODE(A2:A12)

Langkahnya ketik rumus “ MODE( “ lalu klik kolom yang akan dihitung modusnya sampai semua data yang akan dihitung modusnya/data yang sering muncul tercakup lalu klik tanda kurung lalu enter.

    1. Banyak kelas dan panjang kelas

        1. Banyak Kelas

Banyak kelas (bk) menunjukkan jumlah interval kelas yang diperlukan untuk mengelompokkan suatu perangkat data. Banyak kelas selalu berbentuk bilangan bulat dan sebaiknya berkisar antara 5 sampai 20.

Andi Hakim Nasution dan Barizi dalam Muhidin,S.Pd (2006:109) mengemukakan bahwa ‘Banyaknya kelas ( K ) dapat ditentukan sebagai berikut : Bila banyaknya pengamatan ( n ) < 250, maka banyaknya kelas adalah 9 dan bila banyaknya pengamatan ( n ) ≥ 250, maka banyaknya kelas dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 1 + ( 10/3 ) log n.’

Jadi, banyak kelas ( bk ) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Bk = 1 + ( 10/3 ) log n

Dimana, n adalah banyaknya data.

        1. Panjang Kelas

Panjang kelas (p) atau interval (i) menunjukkan banyaknya angka (nilai) yang tercakup oleh suatu interval kelas. Panjang kelas di sebut juga lebar kelas atau interval kelas, yaitu selisih antara tepi atas dan tepi bawah dari tiap interval yang sama.


Muhidin (2006:109) mengemukakan bahwa :

“ Menentukan perkiraan interval atau panjang kelas yaitu besarnya jangkau data dibagi dengan banyaknya kelas pengamatan ( R / K ). Perlu diperhatikan bahwa nilai interval atau panjang kelas yang diperoleh biasanya disesuaikan ke bilangan yang mudah dalam pengoperasiannya. Hal ini dimungkinkan untuk memudahkan penyusunan dalam tabel.”



Jadi, interval atau panjang kelas ( P ) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

P =

Dimana, R adalah Besarnya jangkauan data dan K adalah banyaknya kelas.

Hal yang harus diperhatikan dalam panjang kelas adalah panjang kelas dapat berupa bilangan desimal atau bilangan bulat tergantung pencatatan data yang di kelompokkan.

    1. Simpangan Baku (Standar Deviasi)

Simpangan baku atau Standar Deviasi adalah ukuran simpangan yang sering digunakan. Kuadrat dari simpangan baku sering disebut ragam (varian). Simpangan baku untuk populasi dinotasikan dengan (sigma), sedangkan untuk sampel dinotasikan dengan s. Fungsinya untuk mengetahui keragaman suatu kelompok data atau untuk mengetahui persebaran suatu data. (Arikunto,2009;Muhidin,2006)

Untuk data tunggal, simpangan baku (standar deviasi) dapat dicari dengan rumus:

s = dan

Keterangan:

s = simpangan baku (standar deviasi)

= nilai tengah kelas

= nilai rata-rata

= jumlah data


Untuk data berkelompok, simpangan baku (standar deviasi) dapat dicari dengan rumus:

Keterangan :

s = simpangan baku (standar deviasi)

= titik tengah masing-masing kelas interval

= frekuensi kelas

= nilai rata-rata

= jumlah data

Cara lain untuk menentukan simpangan baku untuk data berkelompok bisa dengan menggunakan cara sandi (cooding). Rumus simpangan baku dengan cara coding adalah:

s = p

Keterangan:

p = panjang kelas

n = jumlah data

= frekuensi data ke-i

= kode kelas ke-i

Jika data yang kita amati berupa populasi maka rumus yang digunakan adalah:

=

Keterangan :

= simpangan baku untuk populasi

= jumlah populasi

= nilai data dari populasi

= nilai rata –rata populasi

Selain menggunakan rumus, simpangan baku (standar deviasi) bisa juga dicari dengan menggunakan Microsoft Excel. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

  1. Masukkan data yang akan diolah

  2. Setelah data yang akan diolah dimasukkan, masukkan formula untuk mencari simpangan baku atau standar deviasi pada sebuah sel =STDEV ( ……,……)

Format untuk memasukkan formula ini berbeda-beda untuk setiap computer, jadi sesuaikan formatnya dengan computer yang sedang digunakan dan biasanya format ini muncul pada Excel ketika memasukkan formula.


  1. Drag/tarik sel-sel yang berisi data yang akan kita cari standar deviasinya.

  2. Klik ENTER.

  3. Nilai Standar deviasi langsung muncul.


Perhatikan contoh di bawah ini

    1. Batas Lulus

Mencari batas lulus dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan menetapkan batas lulus aktual dan menetapkan batas lulus ideal. Batas lulus aktual ditentukan berdasarkan kemampuan rata-rata kelompok, sedangkan batas lulus ideal ditentukan berdasarkan pada skor maksismun yang dapat diperoleh siswa, jika semua soal dapat dijawab dengan benar (skor ideal). (Arikunto,2009;Muhidin,2006).

Batas lulus aktual dan batas lulus ideal dapat dicari dengan rumus :

BL =

Keterangan :

: rata-rata

SD : standar deviasi (simpangan baku)

  1. Menetapkan batas lulus aktual

Berdasarkan rumus diatas misalnya diketahui skor rata-rata yang diperoleh siswa ( adalah 21,27dan standar deviasi (SD) adalah 4,56. Tentukan batas lulusnya!

Jawab :

BL =

= 21,275 + 0.25(4,56)

=21,275+1,14

=22,415 dibulatkan menjadi 22

Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh murid yang lulus dalam tes tersebut adalah murid yang memperoleh skor 22 keatas.

  1. Menetapkan batas lulus ideal

Untuk menentukan batas lulus ideal harus mencari rata-rata ideal dan standar deviasi ideal.

  1. Rata-rata ideal dapat dicari dengan rumus : Ideal = (skor ideal)

Keterangan :

Skor ideal : skor maksimum, jika semua soal dapat dijawab dengan benar

  1. Standar deviasi ideal dapat dicari dengan rumus : SDIdeal = ideal)

Misalnya : diketahui skor maksimum untuk tes mata pelajaran matematika adalah 35, tentukan batas lulusnya!

Langkah –langkahnya :

  1. Cari rata-rata idealnya

Ideal = (skor ideal)

= (35)

=17.5

  1. Setelah diketahui rata-rata idealnya, selanjutnya Cari standar deviasi idea

SDIdeal = ideal)

= )

= 5.83

  1. Setelah rata-rata ideal dan standar deviasi ideal diketahui, masukan hasilnya ke perhitungan dengan rumus

BL =

= 17,5 + 0.25 (5.83)

=17,5 + i.4575

=18.9575 dibulatkan menjadi 19


Dengan demilikan, dapat ditentukan siswa yang lulus dalam tes tersebut adalah siswa yang memperoleh skor dari 19 keatas.


    1. Persentase Kelulusan

Setelah menentukan batas lulus, kemudian kita mengubahnya ke dalam presentase. Dengan mengubahnya kedalam bentuk presentasi kita dapat mengetahui berapa persen siswa yang lulus dan berapa persen siswa yang tidak lulus. Rakhmat & Solehuddin (2006). Berikut cara untuk melihat presentasi kelulusan dengan cara :


    1. Skala Sigma

1. Skala 1-10 danskala 10-100

Sebelum kita menentukan berapa skor yang diperoleh siswa hal yang harus kita lakukan untuk mengetahui skor siswa yaitu dengan mengkonversikannya kedalam skor matang. Rakhmat & Solehuddin (2006).




Untuk mengkonversikan skor mentah menjadi skor matang, dapat menggunakan tabel konversi berikut :

SkalaSkorMentah

SkalaNilaiMatang

Skala 1 - 10

Skala 10-100

+ 2,25 SD

10

100

+ 1,75 SD

9

90

+ 1,25 SD

8

80

+ 0,75 SD

7

70

+ 0,25 SD

6

60

– 0,25 SD

5

50

– 0,75 SD

4

40

– 1,25 SD

3

30

– 1,75 SD

2

20

– 2,25 SD

1

10


Keterangan :

= rata-rata

SD= Standar Deviasi

2.Skala Nilai 1 – 4

Setelah kita mengetahui cara mengkonversikan nilai kedalam skala 1-10 dan 1-100 kita dapat juga mengkonversikan ke dalam skala nilai 1-4 dan A-D, untuk mengubah skor mentah menjadi nilai matang dalam skala 1 – 4 atau A-D. (Sudjana,2006; Arikunto,2009; Arifin,2012) dapat digunakan tabel konversi berikut :



SkalaSkorMentah

SkalaNilaiMatang

Skala 1 - 4

DenganHuruf

+ 1,50 SD

4

A

+ 0,50 SD

3

B

– 0,50 SD

2

C

– 1,50 SD

1

D


Keterangan:

= rata-rata

SD=Standar Deviasi

  1. Nilai Matang Z dan T

Rakhmat & Solehuddin (2006:60) “Disamping nilai matang di atas, adapula nilai matang bentuk lain yang perlu diketahui, yakni nilai Z dan nilai T.

Keterangan:

= rata-rata

x= skor testi

SD= Standar Deviasi

Untuk nilai Z apabila hasilnya negatif atau diperoleh nilai dibawah 0 maka menunjukan posisi testi dibawah rata-rata dan sebaliknya.

.

:

= rata-rata

x= skor testi

SD= Standar Deviasi


Untuknilai Ttidakakandiperolehtanda negative, karenanilai yang ditunjukansamadengan rata-rata 50. Nilaidibawah 50 menunjukanposisitesti di bawah rata-rata kelompok, dan nilai diatas 50 menunjukan rata-rata di atas kelompok.

    1. Validitas

  1. Pengertian Validitas

Data evaluasi yang baik sesuai dengan kenyataan disebudata valid. Arikunto (2009) mengemukakan bahwa “ sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak di ukur. Dalam bahas Indonesia valid disebut dengan istilah shahih.”

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk mengethaui kesejajaran adalah teknik korelasi Product moment yang dikemukakan oleh Pearson.

Rumus Korelasi Product Moment :

Keterangan :

n : Banyaknya pasangan data (unit sampel)

X : Variabel Bebas

Y : Variabel Terikat


  1. Jenis-jenis Validitas

Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris Arikunto (2009).

  1. Validitas logis

Istilah “ valditas logis” mengandung kata “ logis” berasal dari kata “ logika”, yang berarti penalaran. Dengan makna demikian maka validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memilki persyaratan valid berdasarkan hasil pengalaman.

  1. Validitas Empiris

Istilah “ validitas empiris “memuat kata “ empiris” yang artinya “ pengalaman “. Sebuah instrumen dapat dikatakan memilki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman.

Dari dua jenis validitas diatas, yakni validitas logis yang ada dua macam, maka secara keseluruhan kita mengenal adanya empat validitas, yaitu :

  1. Validitas isi

  2. Validitas kontrak

  3. Validitas “ ada sekarang”, dan

  4. Validitas Predictive

    1. Reliabilitas

a. Pengertian Reliabilitas

Reliabilitas adalah keajegan pengukuran yang dapat dipercaya yang berhubungan dengan ketepatan yang konsisten. Maksudnya adalah suatu test hasil belajar dikatakan dapat dipercaya apabila test tersebut memberikan hasil pengukuran hasil belajar yang relatif tetap secara konsisten. Rakhmat & Solehuddin ( 2006 ).

Reliabilitas tidak sama dengan validitas, artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu test tetap konsisten setelah dilakukan berulang – ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Arikunto (2009).

Jika validitas terkait dengan ketepatan objek yang tidak lain adalah tidak menyimpangnya data dari kenyataan, artinya bahwa data tersebut benar, maka konsep reliabilitas terkait dengan pemotretan berkali-kali. Instrumen yang baik adalah intrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Arikunto (2009).


b. Tujuan Uji Reliabilitas

Adapun tujuan dari Reliabilitas adalah sebagai berikut :

Tujuan dari uji reliabilitas adalah menunjukkan konsistensi skor - skor yang diberikan antara skorer satu dengan skorer yang lainnya. (Rakhmat & Solehuddin,2006;Ariknto,2009)


c. Rumus mengukur Reliabilitas

Untuk mengukurkoefisien reliabilitas dapat dengan menggunakan rumus Kuder – Richardson KR-20 adalah sebagai berikut :

r11=

reliabilitas instrumen

n = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

St² = Varians total

Untuk menghitung varians total dapat menggunakan rumus sebagai berikut :


St² =


St² = varians total

∑Xt² = skor total Xt (X+Y), sehingga diperoleh ∑Xt kemudian mengkuadratkan ∑Xt² sehingga diperoleh ∑ Xt²








CONTOH SOAL

Diketahui skor-skor hasil tes Matematika di SDN IV Cibalong dari 32 orang siswa adalah sebagai berikut:

23 25 22 17 20 19 23 15

22 24 25 20 22 24 29 19

16 11 14 25 24 21 16 27

12 23 27 25 21 28 15 22

Range = data tertinggi – data terendah

= 29 – 11 = 18

BK = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 32

= 1 + 3,3 (1,50)

= 1 + 4,95 = 5,95≈ 5

Banyak kelas yang diambil adalah 5 kelas

P = x range

= x 18 = 3,02 ≈ 4






Panjang kelas yang diambil adalah 4 kelas

Tally

F

D

f.

f.

27-30


4

2

8

16

23-26


10

1

10

1

Kelas Median


0

19-22


10

0

0

0AutoShape 2

15-18


5

-1

-5

5

11-14


3

-2

-6

12

Jumlah

32

0

7

43

= xa + i ()

= 20,5 + 4()

= 20,5 + 0,875

= 21,375

Median ( Me ) =Tb + p

= 18,5 + 4

= 18,5 + 0,8

= 19,3

Modus ( Mo ) =Tb + p

= 22,5 + 4

= 26,5

Modus ( Mo ) =Tb + p

= 18,5 + 4

= 18,5

SD = -

= 4 –()

= 4,56

BL = + 0,25 (SD)

= 21,375 + 0,25 (4,56)

= 22,515

Presentase Kelulusan

Persentase lulus = x 100% = 56,25%

Persentasetidak lulus = 100% - 56, 25% = 43,75%






Skala Sigma

a. Skala 1-10 danskala 10-100

Skala Sigma

Skala 1-10

Skala 10-100

Skala Angka= + skala sigma (SD)

2,25

10

100

21,375 + 2,25 (4,56) = 31,635

1,75

9

90

21,375 + 1,75 (4,56) = 29,335

1,25

8

80

21,375 + 1,25 (4,56) = 27,075

0,75

7

70

21,375 + 0,75 (4,56) = 24,795

0,25

6

60

21,375 + 0,25 (4,56) = 22,125

-0,25

5

50

21,375 – 0,25 (4,56) = 20,235

-0,75

4

40

21,375 – 0,75 (4,56) = 17,935

-1.25

3

30

21,375 – 1,25 (4,56) = 15,675

-1,75

2

20

21,375 – 1,75 (4,56) = 13,395

-2,25

1

10

21,375 – 2,25 (4,56) = 11,115


b. Skalanilai 1 – 4

Skala Sigma

SkalaNilaiMatang

Skala Angka= + skala sigma (SD)

Skala 1 - 4

DenganHuruf

1,50

4

A

21,375 + 1,50(4,56) = 28,215

0,50

3

B

21,375+ 0,50(4,56) = 23,655

-0,50

2

C

21,375– 0,50(4,56) = 19,095

-1,50

1

D

21,375– 1,50 (4,56) = 14,535


  1. Nilai Z dan T Skor

Misalnya pada Datum 1 = 23

Nilai Z skor =

Z = 0,356

Artinya : Karena hasilnya diatas angka nol, maka nilai siswa ini diatas rata-rata

Nilai T skor

Misalnya pada Datum 1 = 23

Artinya : Karena hasilnya diatas angka 50, maka nilai siswa ini diatas rata-rata

Validitas

Rxy =

Rxy =

Rxy =

Rxy =

Rxy = = = = 0,66

Reliabilitas

Tally

f

d

33-36


2

3

6

18

29-32


1

2

2

4

25-28


9

1

9

9

21-24


7

0

0

0

17-20


6

-1

-6

6

13-16


7

-2

-14

28


∑f=32

∑d=3

= -3


S = p

S = 4

S = 4

S = 4 = 4 = 4 . 1,44 = 5,76

= = 33,1776

rtt = )()

rtt = )() = (1,03)(0,79) = 0,8137

Herisman.(2012). Definisi Mean, Median, Modus, Range. [Online]. (http://herisman.blogspot.com/2012/05/apa-itu-mean-meadian-modus-dan-range.html), diakses tanggal 28 November 2014


Muara Pantai. 2012. Mengolah Nilai. [Online]. (muara-pantai.blogspot.com/2012/02/Mengolah-Nilai.html?m=1a), diakses tanggal 28 November 2014


Muhidin, Sambas Ali. 2006. Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Purnomo,Dwi. ( 2013). Ukuran Penyimpangan. [Online]. Tersedia : (http:dwipurnomoikipbu.wordpress.com/2013/04/25/bab-v-ukuran-penyimpangandispersi/). Diakses tanggal 30 November 2014


Rakhmat, Cece, dkk. 2006. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Andira



Zuulfikridaru.(2013).Makalah Evaluasi Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://zuulfikridaru.blogspot.com/2013/05/makalah-evaluasi-pembelajaran.html. Diakses tanggal 28 November 2014