Evaluasi Pembelajaran di SD (1)

PENGUKURAN

Tim Penulis : Ahmad Marogi

Dini Safari

Ipik Gandamana

Gina Kartika

Farhana

A. Hakikat Pengukuran

Istilah pengukuran sering kita dengar dan dilakukan dalam aktivitas sehari-hari di berbagai aspek kehidupan. Contohnya ketika seseorang akan membuat pakaian maka penjahit akan mengukur berapa tinggi badan, lingkar pinggang, lebar bahu, dan sebagainya. Begitu juga ketika seseorang sakit dan pergi ke dokter, maka perlu pengukuran tensi darah, berat badan, atau tinggi badan untuk mendiagnosa penyakitnya. (Sudjana,2006; Arikunto,2009; Arifin,2012)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengukuran adalah proses, cara, perbuatan mengukur. Sedangkan mengukur adalah menghitung ukurannya (panjangnya, luasnya, lebarnya, besarnya, dsb.) dengan alat tertentu. Contohnya mengukur massa dengan timbangan, mengukur waktu dengan stopwatch/jam, mengukur kecepatan dengan spidometer, mengukur suhu dengan termometer, mengukur kuat arus listrik dengan ampere meter, dan lain sebagainya, dimana pengukuran ini bersifat kuantitatif yaitu berupa angka atau bilangan.

Pengukuran dalam pendidikan adalah kegiatan menentukan kuantitas suatu objek, menggunakan alat ukur dengan standar dan aturan tertentu. Objek disini bisa mengandung arti guru, peserta didik, papan tulis, gedung sekolah, meja belajar dll. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Menurut Djaali (2008:4) Beberapa objek pengukuran dalam bidang pendidikan antara lain:

  1. Prestasi hasil belajar siswa diukur menggunakan tes.

  2. Sikap diukur dengan instrument skala likert, skala thurstone, dan semantik diferensial.

  3. Motivasi diukur dengan instrument berbentuk skala yang dikembangkan dari berbagai teori motivasi.

  4. Intelegensi diukur dengan tes Binet Simon, tes Stanford Binet, tes intelegensi multiple, dan tes Wechsler.

  5. Kecerdasan Emosional dapat diukur dengan instrumen yang dikembangkan dari teori emosional.

  6. Minat diukur dengan instrumen minat.

  7. Kepribadian diukur menggunakan tes Q-sort.

B. Definisi Pengukuran

Pengukuran merupakan penentuan besaran dimensi atau kapasitas, biasanya berkaitan dengan suatu standar dan satuan pengukuran. pengukuran tidak hanya terbatas pada objek fisik saja, namun juga dapat mengukur semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat kepercayaan atau tingkat ketidakpastian. Pengukuran juga merupakan suatu kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Beberapa alat pengukuran diantaranya: micro meter, jangka sorong, dial indicator, viler gauge. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Besaran merupakan sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dalam angka. Sedangkan satuan didefinisikan merupakan suatu pembanding dalam suatu pengukuran. Ada dua buah satuan, yaitu satuan baku dan tidak baku.

Satuan baku digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang sama atau tetap untuk semua orang, sedangkan satuan tidak baku yaitu yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang tidak sama untuk orang yang berlainan.(Wahyudin, dkk, 2006; Arikunto,2009; Rasyid & Mansyur,2009)

Contoh:

No

Pengukuran

Besaran

Nilai

Satuan

1

Panjang meja 1 meter

Panjang

1

meter

2

Massa beras 1.5 kilogram

Massa

1,5

kilogram

3

Waktu tempuh dari rumah ke sekolah adalah 10 menit

Waktu

10

menit

4

Panjang papan tulis 15 pensil

Panjang

15

pensil

Dari contoh di atas yang merupakan besaran adalah panjang, massa dan waktu, sedangkan meter, kilogram, menit disebut satuan baku, kemudian yang termasuk satuan tidak baku adalah pensil.

C. Tujuan Pengukuran

Pada dasarnya pengukuran bertujuan untuk mendapatkan gambaran besar-kecilnya hasil belajar siswa secara kuantitatif. Adapun bebrapa tujuan dilakukannya pengukuran (Wahyudin,dkk,2006;Arifin,2012) adalah:

a. Pengelompokkan.

Pengelompokan merupakan salah satu tujuan pengukuran. Dengan dilakukannya pengukuran sisa dapat dikelompokan pada kelompok yang tepat sehingga membantu efektivitas pembelajarana. Pengelompokan ini dapat didasarkan kepada jenis kelamin, tingkat kemampuan siswa, umur, dll.

b. Penilaian

Pengukuran merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan dalam proses penilaian. Hasil pengukuran yang berupa keputusan tingkat keberhasilan belajar siswa, kemudian dipertimbangkan dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan untuk dilakukan proses penilaian.

c. Motivasi

Pengukuran dapat dijadikan sebagai motivasi bagi siswa untuk meningkatkan semagat belajar agar mendapatkan hasil belajar yang baik. Motivasi adalah salah satu kekutan yang dapat menuntun siswa untuk mencapai hasil pembelajaran yang tertinggi. Apabila dilakukan secara tepat, pengukuran akan menjadi proses memotivasi yang positif. Tetapi sebaliknya, pemgukuran dapat mengurangi motivasi bila dilakukan dengan sembarangan.

Adapun tujuan pengukuran menurut Verducci (1980) & Safrit (1981) menyatakan tujuan pengukuran dan evaluasi meliputi:

  1. Mendiagnosis kelemahan (kekurangan),

  2. pengelompokan siswa sesuai dengan kemampuan,

  3. mengarahkan siswa sesuai dengan program,

  4. memprediksi tingkat kemampuan,

  5. menentukan prestasi siswa,

  6. mengetahui kemajuan siswa,

  7. memotivasi siswa,

  8. penentuan kelas,

  9. mengevaluasi efektifitas pengajaran,

  10. melakukan perbaikan program administrasi, dan

  11. mengevaluasi kurikulum.

D. Manfaat Pengukuran

Secara sederhana kegiatan pengukuran yang kita lakukan itu berfungsi sebagai alat komunikasi. Komunikasi disini diartikan sebagai pengiriman dan penerimaan informasi sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Pesan yang diperoleh sebagai parameter, member pengetahuan tentang kuantitas objek yang di ukur.(Nasution, dkk, 1998; Wahyudin, dkk, 2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Pengukuran yang dilakukan dengan baik akan memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Membuat gambaran melalui karakteristik dari suatu objek yang di teliti.

2. Dalam industri dapat digunakan sebagai alat komunikasi dari mulai riset, operator, pengujian sampai dengan jaminan mutu terhadap produk yang dihasilkan.

3. Dapat digunakan sebagai dasar melakukan prediksi terhadap sesuatu yang akan terjadi.

4. Sebagai pengendalian serta jaminan mutu.

Referensi

-----------.2013. Pengukuran dan Penilaian(evaluasi).[Online]. Tersedia :http://sharewithlinggar.blogspot.com/2013/04/pengukuran-penilaian-dan-evalusi.html[1 Desember 2014]

Krisdiyana,Ratih.2010.Tujuan Pengukurandan Evaluasi.[Online].Tersedia:http://ratihkrisdiyana.wordpress.com/2010/12/21/tujuan-pengukuran-evaluasi.html.[1 Desember 2014]

BAB II

PENILAIAN

Tim Penulis : Intan Kusmayanti

Friska Risfiani

Imas Latifah

Maulida Nurul Hikmah

Diana Anggraeni Aprianti

A. Hakikat Penilaian

Tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam proses pendidikan. Tujuan pendidikan dapat menetapkan arah pencapaian yang diharapkan. Ketercapaian tujuan pendidikan sangat ditentukan oleh proses pembelajaran. Tapi bagaimana kita bisa mengetahui bahwa tujuan tersebut telah tercapai atau tidak? Maka dari itu guru harus mengadakan penilaian terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi-materi pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga guru mengatahui tercapai atau tidaknya tujuan dari pendidikan itu sendiri. (Rakhmat&Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Penilaian merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran.Dengan melakukan penilaian, guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran, selain dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki peserta didik juga mengetahui ketepatan metode mengajar yang digunakan.Selain itu hasil penilaian juga dijadikan bahan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan sehingga guru dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya serta memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik lagi. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

B. Definisi Penilaian

Penilaian berkaitan dengan pengambilan keputusan berdasarkan pada nilai.Nilai tidak terlepas dari skor, dimana skor merupakan jumlah jawaban yang benar dalam mengerjakan soal.Sedangkan nilai menurut Arikunto dalam Purwanto (2011:205) merupakan ‘ubahan dari skor hasil pengukuran menurut acuan dan skala tertentu’. Misalnya: Doni siswa SDN 1 Tasikmalaya dapat mengerjakan soal dengan benar sebanyak 22 butir soal dari 30 butir soal yang diujikan dengan skala penilaian 0-100 dan acuan standar minimal adalah 60. Maka nilai siswa tersbut adalah (22/30) X 100= 73.Karena nilainya lebih besar dari acuan yang telah ditentukan, maka penilaiannya dinyatakan lulus. Berdasarkan contoh di atas, acuan merupakan batas lulus atau standar kriteria kelulusan. Sedangkan skala merupakan batasan nilai terendah sampai tertinggi. Maka dari itu penilaian merupakan suatu keputusan “lulus-tidak lulus”, “baik-buruk”, “memuaskan-tidak memuaskan”, dan “berhasil-gagal”.

Sedangkan menurut Rakhmat dan Solehuddin(2006:1) mengemukakan penilaian sebagai “suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk mengambil keputusan dalam rangka memberikan nilai terhadap sesuatu (orang, benda, fakta)”. Rakhmat dan Solehuddin(2006:2-3) mengemukakan empat ide pokok yang terkandung dalam penilaian, yaitu:

  1. Penilaian sebagai suatu proses, yang artinya penilaian merupakan suatu kegiatan yang direncanakan mulai dari menetapkan tujuan penilaian, mengembangkan instrumen, mengumpulkan data, sampai kepada pengambilan keputusan.

  2. Penilaian dilakukan secara sistematik, artinya bahwa penilaian dilakukan berdasarkan aturan-aturan dan prinsip-prinsip tertentu yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian.

  3. Dalam penilaian selalu ada kegiatan pengambilan keputusan.

  4. Penilaian merupakan kegiatan penentuan tingkat pencapaian tujuan intruksional.

Adapun pendapat lain, menurut Sudjana (2006 : 3) mendefinisikan penilaian adalah “proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan kriteria tertentu”. Dalam hal ini artinya, objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa dalam bentuk perubahan tingkah laku di bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan penilaian proses belajar merupakan suatu kegiatan menilai kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pengajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam kaitannya dengan proses pembelajaran merupakan suatu proses pemberian nilai berdasarkan kriteria tertentu yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan ketercapaian tujuan intruksional yang telah ditentukan. .(Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

C. Manfaat Penilaian

Manfaat penilaian antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi;

  2. Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosa kesulitan belajar yang dialami peserta ddik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial;

  3. Sebagai umpan balik guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan;

  4. Sebagai masukan bagi guru guna merancang kegiatan pembelaran selanjutnya;

  5. Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas kegiatan pembelajaran;

  6. Untuk memberikan umpan balik bagi pemberi kebiakan (Diknas Daerah) dalam mempertimbangkan konsep peniaian kelas.(Wahyudin,dkk,2006;Rasyid&Mansyur,2009;Arifin,2012)

D. Tujuan dan Fungsi Penilaian

Pelaksanaan penilaian didalam pendidikan digunakan untuk berbagai tujuan, tergantung kepada kepentingan dan maksud penilai.Dalam kegiatan penilaian yang dilakukan oleh guru, pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dan sejauh mana tujuan-tujuan pendidikan yang telah dicapai oleh siswa. Dengan kata lain penilaian dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan terhadap diri siswa sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.

Dalam Arikunto (2009) tujuan atau fungsi penilaian siswa disekolah pada dasarnya dapat digolongkan kedalam empat kategori:

  1. Untuk mendapatkan umpan balik (feed back). Umpan balik ini ditujukan kepada guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan memberikan remedial bagi siswa.

  2. Untuk menemukan kemajuan terhadap hasil belajar siswa yang diperlukan untuk laporan kepada orang tua siswa, penetuan kenaikan kelas dan penentuan lulus/tidaknya siswa.

  3. Untuk menciptakan sistuasi belajar mengajar yang sesuai dengan kemampuan dan karekteristik siswa.

  4. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dan menemukan solusi untuk menangani kesulitan-kesulitan belajar tersebut.

Selain tujuan penilaian diatas, Arikunto (1997:9) berpendapat bahwa ada empat tujuan penilaian, yaitu:

  1. Tujuan selektif, yaitu untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu, untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau keperingkat berikutnya, untuk memilih siswa yang harus mendapatkan beasiswa, untuk memilih siswa yang berhak meninggalakan sekolah (lulus)

  2. Tujuan diagnostik, guru melakukan diagnosa kepada siswa mengenai kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa dan mencari solusi untuk mengatasi kesulitan-keslutian belajar tersebut.

  3. Tujuan penempatan, keterbatasan saran dan prasarana tenaga pendidikan yang bersifat individual terkadang sukar untuk dilaksanakan, maka untuk dapat mengatasi perbedaan kemampuan siswa, pengajar dapat melakukan pengajaran kelompok. Untuk menentukan dikelompok manakah siswa tersebut berada maka digunakan penilaian.

  4. Tujuan mengukur keberhasilan, yaitu untuk mengetahui sejauh mana program pembelajaran berhasil diterapkan.

Menurut Rakhmat dan Solehuddin (2006:5) penilaian yang dilakukan oleh guru memiliki beberapa fungsi, baik berkenaan dengan kepentingan tugas guru, siswa, kelembagaan sekolah maupun staf sekolah lainnya. Fungsi-fungsi penilaian tersebut diantaranya:

1. Fungsi penetapan kelulusan

Untuk menetapkan apakah siswa siap melanjutkan ke materi selanjutnya atau belum; apakah seorang siswa dapat dikatakan lulus atau belum tidak bisa dilakukan dengan perkiraan subjektif.Maksudnya diperlukan data objektif untuk mengatahui kemajuan belajar siswa. Proses pengambilan keputusan untuk kepentingan ini dilakukan berdasarkan informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Semua itu dapat dilakukan dengan kegiatan penilaian. Melaluui kegiatan tersebut kita dapat menempuh prosedur yang dapat dipertanggung jawabkan baik dalam pengumpulan data maupun proses pengambilan keputusan.

2. Fungsi pengajaran

Hasil belajar siswa tidak hanya untuk menentukan kelulusan saja tetapi juga untuk perbaikan dan pengembangan proses belajar mengajar itu sendiri. Dalam penilaian terutama penilaian formatif kita akan mendapatkan umpan balik dan hal tersebut dapat dijadikan dasar untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran. Kita dapat mengetahui aspek-aspek mana yang kurang dalam pengajaran sehingga dapat diperbaiki dan dikembangkan.

3. Fungsi diagnostik dan bimbingan

Jika instrumen yang digunakan menggunakan tingkat kebaikan yang memadai, pada batas-batas tertentu pengukuran dan penilaian akan terdapat unsur diagnostik didalamnya. Dengan menganalisis dan mendeteksi jawaban-jawaban siswa pada setiap soal maka kita akan mengatahui letak kesulitian-kesulitan belajar siswa. Kita akan mengatahui aspek-aspek materi mana yang belum dikuasai oleh siswa.Hal ini juga baik untuk melakuakan layanan bimbingan remedial. Data prestasi atau kemampuan siswa secara umum merupakan informasi yang penting untuk keperluan bimbingan.

4. Fungsi motivasi

Kegiatan penilaian dapat memberikan motivasi untuk siswa agar belajar lebih giat lagi.Kegiatan penilaian ini dapat mendorong siswa untuk mendorong prestasi belajar yang tinggi.Prestasi belajar yang tinggi disini merupakan stimulus untuk membangkitkan gairah belajar siswa.

5. Fungsi administratif

Data hasil penilaian sangat penting untuk administrasi sekolah.Hal ini baik untuk kepentingan kelembagaan maupun kepentingan siswa.Dengan kegiatan penilaian ini siswa dapat mengetahui kemampuan hasil belajarnya sendiri.Data kemajuan siswa tersebut dapat juga digunakan untuk mengontrol kualitas penyelenggaraan pendidikan.

Suryaningsih.(2013). Manfaat, Fungsi dan Prinsip Penilaian. Tersedia di: Suryaningsih2020.blogspot.com/2013/01/manfaat-fungsi-dan-prinsip-penilaian.html?m=1. [23 November 2014]

Sudjana, Nana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Rosda Karya: Bandung.

BAB III

ASSESSMENT

Tim Penulis : Ulfah Siti Nurfauziah

Dewi Novi Lestari

Ridha Raudotul Jannah

Sintia Sri Lestari Y

Yuni Nurhamidah

A. Hakikat Assessment

Istilah evaluasi dan assessment sering kali dipertukarkan, namun pada dasarnya dari kedua istilah tersebut terdapat perbedaan yang esensial. Dalam hal ini assessment dinyatakan sebagai suatu cara untuk mengungkap proses dan kemajuan belajar siswa. Sedangkan evaluasi dinyatakan sebagai pemberian nilai (judgement) terhadap hasil belajar berdasarkan data yang diperoleh melalui assessment.( Wahyudin, dkk, 2006; Matondang, 2009; Rasyid & Mansyur, 2009 ; Arifin, 2012)

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa assessment belum dikenal secara umum. Maka perlu adanya pengenalan tentang konsep dan esensi dari assessment itu sendiri. Sehingga terjadinya salah penafsiran dari konsep tersebut dapat diminimalisir.

Pada hakikatnya assessment menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et all (1994) menyatakan bahwa dalam mengungkap penguasaan konsep, assessment tidak hanya mengungkap konsep yang telah dicapai siswa tetapi juga perkembangan bagaimana suatu konsep itu diperoleh. Oleh karena itu, assessment tidak hanya menilai proses dan hasil belajar siswa tetapi juga kemajuan belajarnya. (Matondang,2009; Arifin,2012)

Assessment pada dasarnya merupakan alat (the means) dan bukan merupakan tujuan (the end), sehingga assessment merupakan sarana yang digunakan sebagai alat untuk melihat dan menganalisis apakah siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan serta untuk mengetahui apakah proses pembelajaran telah sesuai dengan tujuan atau masih memerlukan pengembangan dan perbaikan. Dalam pelaksanaannya, assessment pembelajaran merupakan kegiatan yang berkaitan dengan mengukur dan menilai aspek psikis yang berupa proses dan hasil belajar yang bersifat abstrak, karena itu assessment hendaknya dilakukan dengan cermat. (Matondang,2009; Arifin,2012)

Pada hakikatnya assessment berbeda dengan penilaian, dimana assessment lebih menitikberatkan pada kepentingan siswa. Dalam hal ini assessment juga merupakan kegiatan setelah pengukuran dan sebelum penilaian, jadi assessment merupakan prosesnya. Dimana ketiga istilah tersebut (pengukuran, assessment, dan penilaian) saling berkaitan dalam kegiatan evaluasi. ( Wahyudin, dkk, 2006; Matondang, 2009; Rasyid & Mansyur,2009; Arifin,2012)

B. Definisi Assessment

Berdasarkan pemahaman dalam hakikat assessment, maka berikut ini adalah pemaparan beberapa ahli mengenai definisi assessment. Istilah assessement menurut Hill (1993) Assessment is the process of gathering evidence and documenting a child’s learning and growth. Assessment adalah proses mengumpulkan peristiwa dan mendokumentasikan pertumbuhan dan pembelajaran anak. Sementara itu menurut Sumarno (2003) assessment adalah proses sistematis untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik (dalam Metodologi Penelitian; 2012). Adapun definisi assessment menurut Stiggins (1994) adalah penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Selain itu, assessment is the process of collecting data which shows the development of learning.

Dari definisi - definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan assessment adalah proses pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dalam menentukan pencapaian hasil belajar siswa.

C. Tujuan Assessment

Setelah adanya pemahaman mengenai hakikat dan juga pengertian dari assessment, maka yang perlu diketahui dan dipahami adalah bagaimana tujuan dari assessment itu sendiri. Berikut adalah tujuan assessment menurut Sunardi dan Sunaryo (2006) (dalam Abdurahman; 12), diantaranya:

  1. Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat dan komprehensif tentang kondisi anak saat ini.

  2. Mengetahui profil anak secara utuh terutama permasalahan dan hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan - kebutuhan khususnya, serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan anak.

  3. Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya serta untuk memonitori kemajuannya.

Pada dasarnya tujuan assesssment itu adalah untuk memperoleh data proses hasil belajar siswa secara komprehensif.

D. Manfaat Assessment

Proses penilaian hasil belajar siswa yang dilaksanakan dengan benar akan memberikan manfaat bagi semua pemangku (stakeholder) pembelajaran sekolah. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana manfaatnya. Berikut adalah manfaat assessment dalam Matondang (2009 ) Manfaat tersebut diantaranya:

  1. Manfaat Assessment bagi Siswa yaitu :

  1. Guru dapat melatih dan memotivasi siswa untuk belajar.

  2. Siswa berlatih bertangggung jawab terhadap apa yang dikerjakannya.

  3. Hasil belajar siswa dapat menjadi salah satu input pembentuk kesadaran (self conseft) dalam perkembangan siswa menuju kedewasaannya. Siswa mempunyai rasa percaya diri untuk berprestasi, keberanian untuk bekerja keras agar berhasil dalam berusaha, dapat didorong oleh nilai (grade) hasil belajar.

  1. Manfaat Assesment bagi Guru yaitu :

  1. Sebagai salah satu input untuk menyempurnakan program pembelajaran serta implementasinya. Dengan mempelajari hasil-hasil belajar siswanya, guru dapat mengetahui komponen silabus dan RPP yang perlu disempurnakan.

  2. Sebagai dasar guru mengelompokkan siswa dalam berbagai macam komposisi siswa sesuai dengan kepentingan pembelajaran.

  3. Sebagai dasar mengadakan program pengayaan dan remidial.

  4. Untuk dasar memberikan layanan pembelajaran secara individual kepada siswa.

  5. Untuk mengikuti perkembangan belajar siswanya serta pengambilan keputusan suatu kebijakan, misalnya kenaikan kelas dan kelulusan.

  1. Manfaat Assesment bagi Orang Tua Siswa yaitu :

  1. Sebagai informasi kemajuan belajar putera-puterinya.

  2. Sebagai masukan bagi orang tua untuk digunakan dasar membimbing putera-puterinya dalam belajar di rumah.

  3. Sebagai dasar orang tua memberi masukan bagi perbaikan program pembelajaran di sekolah.

Manfaat dari assessment itu berguna bagi semua kalangan yakni siswa, guru maupun orang tua siswa. Bagi siswa, mereka akan lebih termotivasi dalam meningkatkan prestasi pembelajaran. Kemudian bagi guru dapat berguna untuk memperbaiki program pengajaran yang dirasa kurang sesuai dengan kondisi siswa. Begitu pula bagi orang tua yang akan dapat mengontrol anaknya berdasarkan hasil dari kegiatan asssessment itu.

(Wahyudin,dkk,2006;Matondang,2009;Rasyid&Mansyur,2009; Arifin,2012)

Abdurahman, Maman. _______. Konsep Dasar Asesmen (Assessment). Tersedia [Online]. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195706171985031-MAMAN_ABDURAHMAN_SAEPUL_R/ASESMEN_ABK_2.pdf. [01 Desember 2014].

Camp Counseling. 2012. Pengukuran, Penilaian, Asesment . Tersedia [Online]. https://bkpemula.wordpress.com/2012/12/23/pengukuran-penilaian-asesment/ [28 November 2014].

Hakiki, Muhammad. 2012. Evaluasi, Asesmen, Penilaian, dan Pengukuran dalam Program Pembelajaran. Tersedia [Online]. http://www.scribd.com/doc/172144300/evaluasi-120720100357-phpapp02. [28 November 2014].

Salim. 2013. Tujuan, Fungsi dan Prinsip Asesmen. Tersedia [Online]: http://salimpsa3.blogspot.com/2013/10/tujuan-fungsi-dan-prinsip-asesmen.html [29 Desember 2014]

Sunarya, Yaya. _________. Konsep Dasar Asesmen Pembelajaran. Tersedia [Online]. http://file.upi.edu/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195911301987031-YAYA_SUNARYA/BAHAN_EVALUASI-ASESMEN-KONSEP_DASAR.pdf. [02 Desember 2012].

Wulan, Ana Ratna. ___________. Pengertian dan Esensi Konsep Evaluasi, Asesmen, Tes dan Pengukuran. Tersedia [Online]. http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/197404171999032-ANA_RATNAWULAN/pengertian_asesmen.pdf. 24 November 2014].

BAB IV

EVALUASI

Tim Penulis : Fitsya Nuraini

Nida Nursyarifah

Risna Fitriana

Lilis Lisnawati

Dede Nurhidayah

A. Hakekat Evaluasi

Arikunto (2009) menyatakan bahwa “Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai”. Menurut Groundlund dan Linn (1990) mengatakan bahwa ” Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi secara sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.”

Evaluasi merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan dan mengomunikasikan suatu informasi bagi keperluan pengambil keputusan.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat saya simpulkan bahwa Evaluasi memiliki beberapa kata kunci, diantaranya :

  1. Suatu kegiatan atau suatu proses

  2. Pengumpulan data

  3. Pelaksanaannya sistematis

  4. Sebagai tolak ukur

  5. Penentu tercapai atau tidaknya suatu tujuan

  6. Penarik kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa hakekat Evaluasi adalah suatu kegiatan yang didalamnya terdapat proses pengumpulan data sampai pengolahan data yang hasilnya sebagai tolak ukur dalam menentukan kondisi dimana suatu tujuan telah tercapai. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

B. Definisi Evaluasi

Matondang (2009:4) mengemukakan bahwa “evaluasi merupakan proses mendapatkan tingkat deskripsi angka bagi individu dengan karakteristik tertentu”. Rasyid & Mansur (2009:2) menyatakan bahwa “evaluasi adalah judgment terhadap nilai atau implikasi dari hasil pengukuran”.

Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes (test), pengukuran (measurement), dan penilaian (assesment). Banyak orang yang mengartikan evaluasi, pengukuran (measurement), tes, dan penilaian (assesment) adalah sama, namun sebenarnya evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan pengukuran (measurement), tes, maupun penilaian (assesment). Pernyataan ini sesuai dengan yang diungkapkan Widoyoko( : 5) bahwa:

Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing descriptive and judgmental information about the worth and merit of some object’s goals, design, implementation, and impact in order to guid decision making, serve needs for accountability, and promote understanding of the involved phenomena.”

Evaluasi adalah suatu proses menggambarkan, memperoleh, dan menyediakan informasi mengenai makna dan nilai dari beberapa tujuan untuk membantu membuat keputusan dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.

Istilah evaluasi, pengukuran, penilaian, dan tes merupakan komponen yang tak terpisahkan dalam evaluasi pendidikan. Artinya, kegiatan evaluasi harus melibatkan kegiatan penilaian, pengukuran dan tes.

Rasyid &Mansur (2009:2) menyatakan bahwa tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hirarki. Mereka menyatakan bahwa “Tes merupakan seperangkat pertanyaan atau pernyataan terbuka atau tertutup yang harus dijawab. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria. Penilaian menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku.”

Menurut beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi untuk mendeskripsikan suatu hasil pengukuran dan digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan (Arikunto,2009;Matondang,2009;Rasyid&mansyur,2009)

D iagram

Pengelompokkan Jenis Evaluasi

Ditinjau dari cakupannya, evaluasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

  1. Evaluasi yang bersifat makro, yaitu evaluasi yang sasarannya adalah program pendidikan yang direncanakan untuk memperbaiki bidang pendidikan.

  2. Evaluasi yang bersifat mikro, yaitu evaluasi yang sasarannya adalah program pembelajaran di kelas untuk mengetahui pencapaian belajar peserta didik. (Arikunto,2009;Matondang,2009;Rasyid&mansyur,2009)

Selanjutnya, evaluasi yang bersifat mikro atau evaluasi pengajaran terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

  1. Evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan setiap akhir pembahasan suatu topik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran telah berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Tujuan dari evaluasi formatif ini adalah untuk mengevaluasi kegiatan belajar mengajar.

b.Evaluasi sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan setiap akhir satu satuan waktu yang mencakup lebih dari satu pokok bahasan, misalnya: ulangan tengah semester (UTS). Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta diidk dapay berpindah dari suatu topik ke topik berikutnya. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

C. Tujuan Evaluasi

Suatu kegiatan tentu memiliki tujuan, begitupun dengan kegiatan evaluasi pembelajaran yang tentunya memiliki tujuan. Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi suatu sistem pembelajaran (tujuan, materi, metode, media, sumber belajar maupun sistem penilaian itu sendiri). Melalui evaluasi kita bisa melihat dan mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan, apakah suatu pembelajaran berhasil atau tidak. (Arikunto,2009;Matondang,2009;Rasyid&mansyur,2009)

Evaluasi pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran. Evaluasi pembelajaran menentukan kemajuan atau hasil belajar pada siswa, mengetahui tingkat perubahan perilaku peserta didik setalah kegiatan belajar mengajar. ‘Bagi guru evaluasi merupakan umpan balik untuk memperbaiki proses belajar mengajar. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Tujuan evaluasi dalam konteks yang lebih luas (Arifin, 2009 : 14) yaitu :

  • Seleksi

  • Penempatan

  • Diagnosis dan remedition

  • Umpan: - Norm-direferensikan
    -
    Critecion-Interpretasi direferensikan

  • Motivasi dan bimbingan belajar

  • Program dan curiculum perbaikan

  • Formatif dan sumative evaluasi, dan

  • pengembangan teori

D.Manfaat Evaluasi

  1. Manfaat Evaluasi Bagi siswa Arikunto(2009) yaitu:

  1. Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mengetahui apakah siswa sudah mengetahui bahan program secara menyeluruh.

  2. Siswa mengetahui data apakah cara belajar yang dilaksanakan sudah tepat atau belum.

  3. Merupakan penguatan ( reinforcement ) bagi siswa.

  4. Untuk memotivasi siswa dalam meningkatkan pemahaman terhadap materi pembelajaran.

  5. Untuk mendiagnosis kemampuan sisa

  1. Manfaat Evaluasi Bagi guru, Arikunto (2009) yaitu :

  1. Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa.

  2. Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa.

  3. Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.

  1. Manfaat evaluasi Bagi sekolah, Arikunto(2009) yaitu :

  1. Dengan evaluasi dapat diketahui kondisi belajar yang dilangsungkan di sekolah.

  2. Informasi guru tentang tepat tidaknya kurikulum sekolah dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang.

  3. Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum. Pemenuhan standar akan terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh.

  4. Sekolah dapat mengetahui hasil kinerja para tenaga pendidik terutama dalam proses Kegiatan Belajar dan Mengajar seperti kemampuan guru dalam menyusun satuan pengajaran yang bermutu, penguasaan terhadap materi pelajaran, kemampuan menggunakan metode pengajaran, pemilihan media dan sumber belajar serta penentuan alat evaluasinya.

  5. Sekolah dapat mengukur keberhasilan pelaksanaan kurikulum yang dijalankannya setelah mengetahui hasil evaluasi yang di perolehnya. Setelah terlebih dahulu menentukan deskripsi tujuan penyelenggaraan pembelajaran : Kompetensi Umum dan Kompetensi Khusus.

  6. Hasil dari evaluasi belajar siswa dapat dijadikan sistem Monitoring dan evaluasi untuk ditindak lanjuti pada guna perencanaan peningkatan kompetensi SDM dan prestasi yang akan dicapai siswa.

  1. Manfaat evaluasi Bagi Orang tua siswa Arikunto(2009) yaitu :

  1. Orang tua dapat mengetahui efektivitas hasil kesungguhan belajarnya di rumah melalui hasil evaluasi pembelajarannya di sekolah. Dengan demikian orang tua dapat menciptakan kebiasaan belajar yang rutin.

  2. Faktor kebahagiaan siswa dalam keluarganya dapat menentukan tingkat keberhasilannya dalam mengejar prestasi belajarnya. Demikian juga sebaliknya jika siswa tidak bahagia di rumah maka sering kali menjadi siswa yang bermasalah disekolah.

  3. Orang tua dapat mengukur tingkat pengetahuan terhadap tumbuh kembang anaknya sendiri termasuk kepedulian tentang proses kegiatan pembelajarannya.

E.Prosedur Evaluasi

Evaluasi pembelajaran hendaknya dilakukan secara sistematis dan struktur. Secara garis besar dalam evaluasi pembelajaran melibatkan 3 unsur, yaitu:

1. Input

Input disini bisa diartikan sebagai calon siswa sebagai pribadi utuh yang dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang.

2. Proses

Banyak unsur yang harus diperhatikan dalam proses evaluasi ini demi memperoleh hasil pembelajaran yang diharapkan. Unsur-unsur yang harus diperhatikan itu adalah kurikulum/materi, metode dan cara penilaian, sarana pendidikan/media, sistem administrasi dan guru serta personal lainnya.

3. Output

Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti program. Dengan kata lain output di sini adalah hasil pencapaian siswa dalam mengikuti suatu pembelajaran.

Jika prosedur yang dilakukan tidak sesuai atau tidak mencerminkan ketiga unsur tersebut, maka dikhawatrirkan gambaran yang dihasilkan oleh hasil evaluasi malah tidak menggambarkan proses pembelajaran yang sesungguhnya terjadi di lapangan.

Rakhmat & Solehuddin (2006:9) mengemukakan bahwa “Prosedur pengukuran dan penilaian/evaluasi hasil belajar, pada dasarnya menempuh langkah-langkah berikut :

1. Menentukan tujuan

Tujuan biasanya dijadikan dasar dan arah untuk melakukan kegiatan, demikian pula halnya dalam melaksanakan penilaian. Penetapan tujuan sangatlah penting untuk menetapkan sasaran penilaian yang ingin dicapai. Tujuan juga bisa menentukan teknik dan instrumen mana yang harus digunakan.

2. Menetapkan jenis data atau lingkup materi yang harus diukur

Pengambilan keputusan penilaian yang tepat perlu didasarkan pada data konkrit yang relevan dengan tujuan penilaian. Dalam penilaian hasil belajar di sekolah, kita perlu menetapkan aspek-aspek perilaku yang menggambarkan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan intruksional. Di sini kita perlu mengidentifikasi tujuan-tujuan intruksional yang ingin dicapai dan lingkup materi yang telah dipelajari.

3. Menetapkan teknik pengukuran yang digunakan

Setelah memperoleh kejelasan tentang aspek-aspek yang perlu diukur, selanjutnya perlu ditetapkan teknik apa yang sekiranya cocok digunakan untuk mendapatkan data tersebut. Dalam proses pengukuran hasil belajar di sekolah, lajumnya menggunakan teknik testing. Namun hal ini pada intinya akan sangat bergantung atas aspek perilaku yang akan dievaluasi.

4. Mengembangkan instrumen pengukuran

Pemilihan instrumen atau alat pengukuran sangat bergantung pada jenis materi pelajarn yang akan diukur dan teknik pengukuran yang digunakan. Untuk mengukur kemampuan kognitif bisa digunakan tes tertulis atau tes lisan, untuk mengukur perilaku afektif bisa digunakan skala sikap, sedangkan untuk mengukur aspek psikomotorik bisa digunakan tes tindakan.

5. Melaksanakan pengukuran

Pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan menggunakan teknik instrumen pengukuran yang telah ditetapkan. Ketertiban dan kedisiplinan dalam pelaksanaan pengukuran perlu diperhatikan dengan baik. Sebab, betapapub baiknya instrumen yang digunakan, kalau pelaksanaannya tidak benar, tetap saja akan menghasilkan data yang tidak bisa dipercaya.

6. Mengolah dan menafsirkan hasil pengukuran (mengambil kesimpulan)

Agar data hasil pengukuran mempunyai makna sesuai dengan tujuan penilaian, maka data tersebut diolah dan ditafsirkan dengan menggunakan kriteria atau standar tertentu. Dalam kegiatan ini perlu dipertimbangkan standar yang digunakan, agar kesimpulan yang di dapat tidak menyimpang dari tujuan penilaian.

Secara umum, langkah-langkah pokok evaluasi hasil belajar meliputi tiga kegiatan yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan pengolahan hasil. Dibawah ini adalah penjelasan dari ketiga langkah tersebut.

  1. Perencanaan:

Dalam perencanaan evaluasi hasil belajar ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru, yaitu:

  1. Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi

  2. Menetapkan aspek-aspek yang akan dievaluasi

  3. Memilih dan menetukan teknik yang akan digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi

  4. Menyusun alat-alat pengukur yang digunakan dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik

  5. Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan atau patokan dalam memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi. Misalnya apakah akan menggunakan Penilaian Beracuan Patoka (PAP) ataukah akan menggunakan Penilaian Beracuan Norma (PAN)

  6. Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri (kapan dan berapa kali evaluasi itu akan dilakukan)

  1. Pelaksanaan:

Dalam pelaksanaan evaluasi perlu memperhatikan ketertiban dan kedisiplinan. Sebab betapapun baiknya instrumen atau alat yang digunakan untuk mendapatkan data yang digunakan, kalau tidak benar dalam pelaksanaan maka hasilnya tidak dapat dipercaya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan tes tulis, adalah sebagai berikut:

  1. Agar dalam mengerjakan soal tes peserta tes harus jauh dari keramaian

  2. Ruangan tes sebaiknya harus cukup longgar

  3. Tersedia meja dan kursi untuk peserta tes

  4. Peserta tes mulai mengerjakan soal tes secara bersamaan

  5. Sebelum berlangsungnya tes, hendaknya ditentukan tata tertibnya terlebih dahulu

  6. Daftar hadir disiapkan sebagai bukti mengikuti tes

  7. Menyediakan berita acara pelaksanaan tes, untuk mencegah timbulnya kesulitan dikemudian hari

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan tes lisan, adalah sebagai berikut:

  1. Seyogyanya peserta tes sudah melakukan inventarisasi berbagai jenis soal sebelum tes lisan dilaksanakan

  2. Setiap butir soal yang sudah ditetapkan untuk diajukan dalam tes lisan diketahui jawabannya oleh peserta tes

  3. Menentukan skor atau nilai hasil tes lisan saat masing-masing peserta tes selesai dites

  4. Tes hasil belajar yang dilakukan secara lisan hendaknya jangan menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi

  5. Menegakkan prinsip objektivitas dan keadilan

  6. Tes lisan harus berlangsung secara wajar jangan sampai menimbulkan rasa takut, gugup atau panik dikalangan peserta tes

  7. Menentukan waktu bagi setiap peserta tes sehingga tercipta keseimbangan alokasi waktu antara peserta tes yang satu dengan yang lainnya

  8. Membuat pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, meskipun inti persoalan yang dinyatakan sama

  9. Diusahakan agar tes lisan itu berlangsung secara individual (satu demi satu)

Adapun tes perbuatan dilaksanakan dengan pemberian perintah atau tugas yang harus dilaksanakan oleh peserta tes untuk mengukur taraf kompetensi yang bersifat keterampilan. Dimana penilaiannya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas akhir yang dicapai oleh peserta tes setelah melaksanakan tugas tersebut.

  1. Pengolahan:

Dalam pengolahan hasil evaluasi hasil belajar, kita harus melakukan beberapa langkah sebagai berikut:

1. Teknik pemeriksaan hasil evaluasi hasil belajar

Sebagaimana diketahui tes tertulis digolongkan ada dua yaitu tes berbentuk uraian dan bentuk tes objektif, karena kedua bentuk tes hasil belajar itu memiliki karakteristik yang berbeda maka dalam pemeriksaan hasil-hasilnya pun berbeda pula.

2. Teknik pengolahan skor hasil evaluasi hasil belajar menjadi nilai

Sebelum membicarakan tentang teknik pengolahan skor mentah hasil tes hasil belajar menjadi nilai standar, maka akan dikemukakan perbedaan antara skor dan nilai. Skor merupakan hasil pekerjaan memberikan angka bagi setiap item, yang oleh peserta tes telah dijawab dengan benar, dengan memperhitungkan bobot yang sebenarnya. Sedangkan nilai adalah angka yang merupakan hasil ubahan dari skor-skor lainnya serta disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu. Ada dua hal penting yang perlu dipahami terlebih dahulu dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi skor standar atau nilai, yaitu:

  1. Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dapat menggunakan berbagai macam skala seperti skala 1-10, skala 10-100, skala 4 (A, B, C dan D), skala z skor dan lain-lain.

  2. Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai ada dua cara yang ditempuh yaitu Penilaian Beracuan Patokan (PAN) dan Penilaian Acuan Norma (PAN). Apabila penentuan hasil belajar menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP), maka nilai yang akan diberikan kepada peserta tes itu didasarkan pada standar mutlak artinya pemberian nilai terhadap peserta tes dilaksanakan dengan membandingkan antara skor mentah hasil tes yang dimiliki masing-masing individu peserta tes, Skor Maksimum Ideal (SMI) yang mungkin dapat dicapai oleh peserta tes, kalau saja seluruh tes dapat dijawab dengan benar.

Sedangkan Penilaian Acuaan Norma (PAN) ini sering dikenal dengan istilah penentuan nilai hasil tes yang dicapai oleh seorang peserta tes dibandingkan dengan skor mentah hasil tes yang dicapai oleh peserta tes yang lain, sehingga kwalitas yang dimiliki oleh seorang peserta tes akan sangat tergantung kepada kwalitas kelompok atau teman-temannya. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Azis, Abdul. (2012). Pengertian, Tujuan, Fungsi Dan Manfaat Evaluasi Hasil Belajar. Diaksesdari : http://semuailmiah.blogspot.com/2012/09/pengertian-tujuan-fungsi-dan-manfaat.html. 15 November 2014

Blog Guru. (2012). Manfaat Penilaian Pembelajaran. Diakses dari :

http://gurusaja.blogspot.com/2012/07/manfaat-penilaian-pembelajaran.html?m=0 15 November 2014

Erisa Fidiasari, Frasnsiska. [2010]. Fungsi Evaluasi Pembelajaran. Diakses dari :

http://sachikyukerokero.blogspot.com/2010/10/fungsi-evaluasi-pembelajaran.html?m=0 14 November 2014

Hari (2013). Manfaat Evaluasi Pembelajaran. [Online]. Diakses dari : http://rapendik.com/program/halo-pendidikan/smart-parenting/963-manfaat-evaluasi-pembelajaran.html. 20 November 2014

Muliana, Yeni.[2013]. Hakikat Evaluasi Pembelajaran.Diakses dari : http://yenimulian.blogspot.com/2013/01/hakikat-evaluasi-pembelajaran.html. 16 November 2014

Matodang, Zulkifli. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Medan: Program Pascasarjana Unimed

Patur, Hilman. Maret 2013. Tujuan Evaluasi . Online. Tersedia di : http://hilmanpaturusy.blogspot.com/2013/03/tujuan-evaluasi.html. 24 November 2014

Rahmi, Ulfia. [2009]. Evaluasi Hasil Belajar. Diakses dari : http://ulfiarahmi.wordpress.com/evaluasi-hasil-belajar/. 15 November 2014

BAB V

TES NON TES

Tim Penulis : Kemala Apsari

Ai Atin Tsamrotul F

Riesma Komalasari

Annisa Rizkianing

Siti Noviati Zahroh

Widia Rachmatiah

Hayat Anjarwati

Luciana Anggitasari

Euis Sari Awaliayah

Hervina Heryanti

A. Pengertian Tes

Tes adalah alat ukur untuk mengetahui atau mendapatkan informasi mengenai tingkat penguasaan seseorang terhadap materi yang telah disampaikan. Sedangkan menurut Riduwan (2006:37) “Tes sebagai instrument pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu/kelompok.”

Pengertian Non Tes

Non tes merupakan alat ukur yang terdiri dari serangkaian pertanyaan, pernyataan atau stimulus lain yang harus direspon peserta didik atau yang membutuhkan respon mereka dalam situasi yang tidak dibakukan. (Sudjana,2006; Arikunto,2009; Arifin,2012)

B. Manfaat Tes dan Non Tes

1. Manfaat Tes

  1. Penggunaan tes bisa meningkatkan objektivitas pengamatan guru.

  2. Penggunaan tes dapat membuat siswa bertingkah laku dalam situasi yang relative terkontrol.

  3. Tes dapat mengukur sampel kemampuan-kemampuan siswa.

  4. Data hasil tes dapat dijadikan bahan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil belajar dengan tujuan instruksional dan tolak ukurnya.

  5. Tes dapat mengungkap aspek-aspek perilaku yang tidak dapat dilihat secara langsung.

  6. Tes dapat mendeteksi karakteristik-karakteristik dan komponen-komponen perilaku.

  7. Data hasil tes dapat digunakan untuk meramalkan perilaku atau prestasi mendatang.

  8. Hasil tes merupakan data balikan tentang keberhasilan program pengajaran dan informasi untuk pembuatan keputusan. (Sudjana,2006; Arikunto,2009; Arifin,2012)

2. Manfaat Non Tes

  1. Untuk mengumpulkan data yang tidak dapat dikumpulkan dengan teknik tes. Misalnya kebiasaan belajar siswa di rumah yang tidak dapat diketahui pada saat di sekolah.

  2. Untuk mendapatkan informasi atau data tentang siswa yang tidak hanya menyangkut hal-hal yang sifatnya kuantitatif seperti aspek afektif dan psikomotor siswa. (Sudjana,2006; Arikunto,2009; Arifin,2012)

D. Jenis Tes dan Non Tes

1. Jenis Tes

  1. Secara umum ada tiga jenis tes hasil belajar, yaitu :

  2. Tes tertulis merupakan alat penilaian berbasis kelas yang penyajian maupun penggunaannya dalam bentuk tertulis. Peserta didik memberikan jawaban atas pertanyaan secara tertulis. Bentuk tes tertulis dapat berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar salah, isian singkat dan uraian (esai).

  3. Tes lisan merupakan alat penilaian yang dilakukan dalam suatu komunikasi langsung antara guru dan peserta didik. Pertanyaan diberikan oleh guru secara lisan dan peserta didik memberikan jawaban atas pertanyaan secara lisan pula.

  4. Tes tindakan merupakan alat penilaian yang dilakukan bukan dalam bentuk pertanyaan melainkan dalam bentuk tugas atau kegiatan. Peserta didik melakukan tugas atau kegiatan berdasarkan instruksi tertentu dan guru mengamati peserta didik dalam menjalankan tugasnya. (Wahyudin,dkk,2006;Arikunto,2009;Rasyid&Mansyur,2009)

2. Jenis Non Tes

  1. Wawancara, merupakan kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh pewawancara kepada responden untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Sebagai contoh, kegiatan wawancara seorang guu kepada peserta didiknya.

  2. Observasi, merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Observasi dapat dilakukan pada saat peserta didik berada di kelas, bermain di luar kelas bahkan di rumah masing-masing.

  3. Angket, merupakan alat pengumpul data yang terdiri dari pertanyaan tertulis yang rinci dan lengkap dan harus dijawab (dilengkapi) oleh peserta didik tentang pribadinya atau informasi yang diketahuinya.

  4. Skala, merupakan alat ukur untuk mengukur nilai, sikap, minat dan pehatian, dan lain-lain yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan. ( Wahyudin, dkk, 2006; Arikunto, 2009; Rasyid&Mansyur,2009)

E. Kisi-Kisi Tes dan Non Tes

1. Pengetian Kisi-Kisi

Kisi-kisi adalah suatu format yang memuat informasi untuk dijadikan pedoman dalam menulis soal atau merakit soal menjadi tes. (Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006;Muslich,2009)

a. Tujuan Kisi-kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup materi tes yang akan diujikan dan berperan menjadi petunjuk dalam menulis soal sehingga sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Adapun wujudnya dapat berbentuk format atau matriks. (Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

b. Syarat Kisi-kisi yang Baik

  1. Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan.

  2. Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami.

  3. Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan Indikator dan bentuk soal yang ditetapkan. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

  1. Komponen-Komponen dalam Penyusunan Kisi-Kisi Tes (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009)., diantaranya :

  1. Jenis sekolah/jenjang sekolah

  2. Mata Pelajaran

  3. Tahun Ajaran

  4. Kurikulum yang digunakan

  5. Alokasi waktu

  6. Jumlah Soal

  7. Bentuk Soal

  8. Standar Kompetensi

  9. Kompetensi Dasar

  10. Indikator

  11. Bahan Kelas

  12. Jumlah Soal

  13. No Urut Soal

  14. Bentuk Soal

Contoh Format Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar

Sekolah : Jumlah Soal :

Mata Pelajaran : Bentuk Soal/Tes :

Kurikulum : Penyusun : 1.

Alokasi Waktu : 2.

No.

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Kelas/ Semester

Materi Pokok

Indikator Soal

Nomor Soal



















Kisi-kisi Non Tes (Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009), diantaranya:

  1. Jenis sekolah/jenjang sekolah

  2. Mata Pelajaran

  3. Tahun Ajaran

  4. Kurikulum yang digunakan

  5. Pokok Bahasan

  6. Alokasi waktu

  7. Jenis alat penilaian

  8. Jumlah siswa

No.

Tema/Aspek yang Diukur

Subtema/Subaspek yang diukur

Kegiatan

Alat Penilaian











2. Analisa Butir Soal

Analisis adalah penguraian dan penelaahan suatu pokok atas berbagai bagiannya. Analisis soal merupakan penelaahan soal dilihat dari berbagai aspek. Beberapa kegunaan hasil analisa butir soal diantaranya dapat dipergunakan untuk merevisi dan menuliskan kembali soal, menganalisa pengelompokan siswa, mengembangkan kualitas tes dan untuk membantu siswa belajar dan guru mengajar. (Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Analisa butir soal/item dilakukan dari hasil jawaban testi setelah tes berlangsung. Analisa butir soal merupakan kegiatan pengkajian soal/item atau pertanyaan agar diperoleh perangkat soal yang berkualitas memadai/baik. Untuk memperoleh perangkat soal yang berkualitas baik perlu dilakukan analisa tingkat kesukaran soal (difficulty index) dan daya pembeda soal (discriminating power). Analisa tingkat kesukaran soal adalah mengkaji soal-soal dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal yang termasuk soal mudah, sedang dan sukar. Analisa daya pembeda soal adalah mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupannya untuk membedakan siswa yang termasuk ke dalam kelompok unggul (higher group) dan kelompok Asor (lower group). (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Analisa soal, khusus dilakukan untuk mengaplikasikan soal dengan bentuk B-S dan pilihan ganda. Sehingga akan diperoleh gambaran mengenai: tingkat kesukaran masing-masing soal untuk kelompok, bagaimana daya pembeda masing-masing soal dapat membedakan siswa dari kelompok unggul dengan kelompok Asor. Khusus untuk pilihan ganda, akan terlihat bagaimana efektifitas masing-masing alternative jawaban. (Nasution,dkk,1998; Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Langkah analisa untuk soal Benar-Salah dan pilihan ganda adalah sebagai berikut: