ARAH PENGEMBANGAN MODEL PENGELOLAAN DANA DESA

A. ARAH PENGEMBANGAN MODEL PENGELOLAAN DANA DESA

Model hubungan kewenangan antara pemerintah supradesa dan pemerin- tah desa dalam pengelolaan keuangan desa dibangun berdasarkan per- timbangan terhadap beberapa aspek, yaitu aspek kebijakan (policy level), organisasi (organizational arrangement), dan aspek operasional (operational level ). Berdasarkan hasil analisis dari ketiga aspek tersebut kemudian di- sin tesakan dalam sebuah model yang kita anggap ideal. Dengan kata lain, konstruksi model ideal tersebut berangkat dari kritik atas model penge- lolaan Dana Desa yang ada sekarang. Sebagaimana dijelaskan dalam bab sebelumnya, model atau pola pengelolaan Dana Desa yang berlaku saat ini telah mendistorsi mandat UU Desa karena beberapa faktor. Pertama, di level kebijakan, pengaturan pengelolaan Dana Desa telah mendistorsi kewenangan desa melalui penentuan prioritas penggunaan Dana Desa itu sendiri. Kedua, di level kelembagaan, terdapat pengaturan yang berbeda terkait dengan peran perangkat kecamatan dalam pengelolaan Dana Desa.

Sebaliknya, konstruksi model ideal tesebut bertumpu pada semangat un- tuk memperkuat mandat pengaturan dalam UU Desa terkait pengelolaan Dana Desa. Untuk mengakomodasi keberagaman perkembangan de- sa-desa di tanah air, model ini juga mempertimbangkan karakteristik dan tipologi desa yang secara gamblang diklasiikasikan ke dalam dua bentuk tipologi, yaitu “desa mandiri” dan “desa pra mandiri”. Secara sederhana, model tersebut dapat digambarkan dalam Bagan 5.1 di halaman berikut.

Mengacu pada bagan model tersebut, UU Desa sesungguhnya menga- manatkan untuk membuat sistem pengelolaan keuangan desa (termasuk di dalamnya pengelolaan Dana Desa) yang sederhana. Namun demikian, sistem tersebut harus menjamin adanya akuntabilitas dan transparansi dalam proses pengelolaannya tersebut. Hal ini didasarkan pada prinsip yang sudah disinggung sebelumnya, yaitu bahwa desa memiliki hak re- kog nisi dan subsidiaritas dalam mengelola keuangannya.

Selain itu, UU Desa juga telah memastikan skema demokrasi dan akunta-

Perencanaan

Penganggaran Pelaksanaan

Pelaporan &

UU No. 6/2014 dan

Pertanggung-

UU No. 23/2014

jawaban

Distribusi uang Negara

Pemantauan

untuk menjalankan

Pemerintah melakukan pemantauan atas; pengalokasian, penyaluran, dan

Mandat mandat Desa

penggunaan Dana Desa.

Kewenangan

1 penerbitan peraturan bupati/walikota mengenai tata cara pembagian Desa:

dan penetapan besaran Dana Desa;

1. Pemerintahan 2 penyaluran Dana Desa dari RKUD ke rekening kas Desa; 2. Pembangunan

3 Dana Desa penyampaian laporan realisasi; dan

3. Pembinaan

4 SiLPA Dana Desa.

kemasyarakatan,

Evaluasi

dan 1. penghitungan pembagian besaran Dana Desa setiap Desa oleh 4. Pemberdayaan.

kabupaten/kota; dan 2. Laporan realisasi Dana Desa

Desa Mandiri: Bupati Cq Camat melakukan binwas Perencanaan

pelaksanaan pengelolaan dan menerima lap realisasi pembangunan

RPJM Desa/

Bupati Cq Camat

penggunaan & pertanggungjwaban DD Kab/kota

RKP Desa sesuai

RAPB Desa

Evaluasi dokumen

Kewenangan Desa

RAPBDesa

Koordinasi/delegasi Desa Pra Mandiri: Perangkat kab/kota melakukan Program

pembinaan intensif terkait pelaksanaan pengelolaan

dan menerima lap realisasi penggunaan & Pemerintah/daerah

Input terhadap

Pemdes dapat

perencanaa pemb.

mengusulkan

yang berskala Desa

pertanggungjwaban DD

kab/kota

kebutuhan pemb.

Bagan 5.1 Konstruksi Model Ideal Pengelolaan Dana Desa Sumber: PKDOD LAN dan Pattiro, 2016

Dalam aspek kelembagaan, model ini mensyaratkan adanya penguatan peran kecamatan. Pemerintah kabupaten mempunyai mandat untuk mengeluarkan 6 jenis Perbup mengenai desa, termasuk yang mengatur peran kecamatan dalam pelaksanaan UU Desa. Maka, proses penguatan kecamatan dalam menjalankan perannya akan cukup signiikan. Misal, dalam pelaksanaan pemilihana kepala desa (Pilkades), peran kecamatan sangat diperlukan dalam melakukan pendampingan karena perannya dia- tur dalam Perda tentang Pilkades. Pengaturan peran kecamatan melalui Perda juga tentunya membawa konsekuensi pada aspek penganggaran yang akan menopang tugas-tugas kecamatan dalam melaksanakan man- datnya yang terkait dengan desa. Menurut data Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan/World Bank Diagnostic Survey (2015), hanya 73% kabupaten/kota yang sudah siap melaksanakan UU Desa. Hal ini dilihat dari adanya kelengkapan regulasi, baik berupa Pera- turan Daerah/Peraturan Kepala Daerah (Peraturan Bupati/Walikota) tentang pengadaan barang dan jasa, pengelolaan keuangan desa, peny- usunan APB Desa, prioritas penggunaan Dana Desa, dan daftar kewena- ngan desa.

Penguatan mandat camat sebagai wakil bupati/walikota juga mencakup tugas melakukan review dan evaluasi terhadap dokumen perencanaan pembangunan desa. Oleh karena itu, perlu didorong adanya regulasi di tingkat lokal (Perda/Perbup) yang menyatakan peran camat sebagai evaluator. Sebagai contoh, peraturan tentang pengelolaan keuangan desa harus memuat peran camat dalam melakukan evaluasi, termasuk di da- Penguatan mandat camat sebagai wakil bupati/walikota juga mencakup tugas melakukan review dan evaluasi terhadap dokumen perencanaan pembangunan desa. Oleh karena itu, perlu didorong adanya regulasi di tingkat lokal (Perda/Perbup) yang menyatakan peran camat sebagai evaluator. Sebagai contoh, peraturan tentang pengelolaan keuangan desa harus memuat peran camat dalam melakukan evaluasi, termasuk di da-

Penguatan peran kecamatan juga harus mencakup penguatan kapasitas- nya dalam menjalankan fungsi koordinasi dan fasilitasi pemerintahan desa, antara lain dapat dilakukan melalui: 1) melakukan sinergitas peren- canan pembangunan desa dengan kabupaten/kota; 2) menjalankan me- kanisme review dan evaluasi RAPB Desa; dan 3) memberikan pendampi- ngan terhadap penggunaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban APB Desa. Untuk desa pra mandiri, kecamatan bahkan harus mampu men- jalankan peran layaknya “Bappeda” di level bawah.

Secara lebih spesiik, model hubungan kewenangan pemerintah suprade- sa dan pemerintah desa dalam pengelolaan Dana Desa untuk desa mandi- ri dan desa pra mandiri adalah sebagai berikut.

1. Desa Mandiri

Model hubungan kewenangan pemerintah desa dan pemerintah su- pradesa dalam pengelolaan Dana Desa untuk desa mandiri digambar- kan dalam Tabel 5.1 di halaman berikut.

Berdasarkan tabel tersebut, tergambarkan peran dari masing-masing aktor pemerintah supradesa dalam setiap tahapan pengelolaan Dana Desa, mulai dari tahapan perencanaan hingga pelaporan dan pertang- gungjawaban.

a. Perencanaan Dana Desa

Pada tahapan ini, desa menyusun perencanaan anggaran sesuai dengan mandat UU No. 6 Tahun 2014 yang diberikan kepada desa, yaitu kewenangan di bidang pemerintahan, pembangunan, pembinaan dan pemberdayaan masyarakat desa. Mandat terse- but kemudian menjadi landasan dan dijabarkan dalam RPJM Desa yang juga harus mengacu pada dokumen perencanaan ka- bupaten/kota. Rencana Kerja Pemerintah Desa merupakan pen- jabaran lebih lanjut dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. RKP Desa memuat rencana penyelenggaraan pemerintah- an desa, pelaksanaan pembangunan pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Penyusunan dokumen pe- rencanaan tersebut (RPJM Desa/RKP Desa/RAPB Desa) dilaku- kan dengan mengutamakan prakarsa lokal yang terjaring dari hasil pemetaan potensi/aset desa, musyawarah desa, dan proses konsultasi dengan BPD, serta dengan mempertimbangkan priori-

Tabel 5.1 Peran Pemerintah Supradesa dalam Pengelolaan Dana Desa (Mandiri)

Tahapan

Peran Aktor

Pemerintah Desa

Perangkat Keca­

Kabupaten/Kota

Menyalurkan dan Des/APBDes/RK-

Menyusun RPJM-

Fasilitasi, veriikasi

Menyetujui RPJM-

Membina dan me-

mengawasi penya- PDes dengan meng-

dan evaluasi dokumen Des/APBDes

ng awasi pemberian

perencanaan

dan penyaluran DD lu ran DD

utamakan prakarsa lokal (musyawarah

desa) namun juga mempertimbangkan prioritas nasional

Pelaksanaan

Melaksanakan penge- Fasilitasi dan asistensi Penguatan kapa- Penguatan kapasitas Memantau dan lolaan Dana Desa

perangkat kab/kota mengevaluasi peng- secara otonom

sitas perangkat

gunaan DD Penatausahaan Melaksanakan admi- Fasilitasi dan asistensi pengelolaan DD

kecamatan dalam

dalam pengelolaan

DD

nistrasi Dana Desa

Pelaporan

Menyusun laporan

Menerima laporan realisasi penggunaan veriikasi dan meneri- realisasi penggu-

Fasilitasi, asistensi,

Menerima laporan

Menerima tembu-

san pelaporan reali- realisasi penggu- Dana Desa

ma laporan realisasi

naan Dana Desa

sasi penggunaan

naan DD

pengelolaan DD

dan pertanggung-

Pertanggung­

Menyusun pertang-

Mengkoordinasikan

Menerima per-

jawaban DD

Menerima laporan

jawaban

gungjawaban

laporan pertanggung- tanggungjawaban

pertanggungjawa-

jawaban pengelolaan

penggunaan DD

ban

DD Sumber : PKDOD 2016

Peran kabupaten, melalui (pendelegasian) perangkat kecamatan, dalam tahapan ini adalah memfasilitasi melalui bimbingan terha- dap pemerintah desa dalam menyusun dokumen perencanaan pembangunan desa. Perangkat kecamatan juga berperan dalam melakukan evaluasi dan veriikasi dengan memeriksa kesesuaian dokumen perencanaan pembangunan desa dengan perencanaan pembangunan kabupaten/kota. Selain itu, perangkat kecamatan juga mengkoordinasikan program daerah kabupaten/kota yang berskala desa untuk diintegrasikan dalam dokumen perencanaan desa. Jika terdapat program desa yang tidak terakomodasi dalam dokumen perencanaan kabupaten/kota, maka hal itu dapat men- jadi masukan bagi perencanaan pembangunan daerah kab/kota pada tahun berikutnya.

Oleh karena itu, menimbang posisi strategis kecamatan, maka perlu penguatan mandat kecamatan sebagai wakil bupati/wa- likota dalam melakukan review dan evaluasi dokumen perenca- naan pembangunan desa. Namun, hal ini tentu membutuhkan penguatan kapasitas kecamatan itu sendiri, baik secara kelem- bagaan, SDM, dan pendanaan. Di tataran regulasi daerah, Pera- turan Bupati harus menyatakan secara eksplisit peran camat se- bagai evaluator. Singkatnya, pada tahapan perencanaan perlu memperkuat peran kecamatan sebagai pelaksana fungsi koordi- nasi dan fasilitasi penyusunan perencanaan pembangunan desa melalui peningkatan kapasitas kecamatan dalam: 1) melakukan sinergitas perencanan pembangunan desa dengan kabupaten/ kota; 2) mekanisme review dan evaluasi RAPBDes.

b. Penganggaran Dana Desa

Jika dokumen perencanaan desa sudah selaras dengan peren- canaan kabupaten/kota, Bupati/Walikota melalui camat mem- berikan persetujuan atas dokumen perencanaan tersebut. Lalu kepala desa menetapkan Rancangan APBDes tersebut menjadi APBDes melalui Peraturan Desa. Terkait dengan peran pemerin- tah supradesa, perlu diperjelas bagaimana mekanisme pembi- naan/fasilitasi yang dilakukan oleh perangkat kecamatan. Sebab, dengan adanya kejelasan dalam mekanisme pembinaan maka akan mempermudah camat dalam mengevaluasi perencanaan dan proses pencairan anggaran desa. Oleh karena itu, peraturan tentang pengelolaan keuangan desa harus memuat peran camat dalam melakukan fasilitasi, review dan evaluasi, termasuk di da- Jika dokumen perencanaan desa sudah selaras dengan peren- canaan kabupaten/kota, Bupati/Walikota melalui camat mem- berikan persetujuan atas dokumen perencanaan tersebut. Lalu kepala desa menetapkan Rancangan APBDes tersebut menjadi APBDes melalui Peraturan Desa. Terkait dengan peran pemerin- tah supradesa, perlu diperjelas bagaimana mekanisme pembi- naan/fasilitasi yang dilakukan oleh perangkat kecamatan. Sebab, dengan adanya kejelasan dalam mekanisme pembinaan maka akan mempermudah camat dalam mengevaluasi perencanaan dan proses pencairan anggaran desa. Oleh karena itu, peraturan tentang pengelolaan keuangan desa harus memuat peran camat dalam melakukan fasilitasi, review dan evaluasi, termasuk di da-

c. Penggunaan Dana Desa

Pada tahapan pelaksanaan penggunaan Dana Desa, desa melalui pemerintah desa dapat mengunakan dana tersebut secara otonom guna menjalankan 4 kewenangan desa yang menjadi mandat UU No. 6/2014. Empat kewenangan tersebut meliputi bidang peme- rin tahan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pem- berdayaan desa. Selain itu, pemerintah desa juga menjalankan pengadministrasian proses penggunaan Dana Desa. Perangkat kecamatan pada tahapan ini memberikan pendampingan, baik berupa fasilitasi dan asistensi penggunaan DD kepada pemerin- tah desa. Sedangkan pemerintah kabupaten/kota melalui inspek- torat daerah menjalankan fungsi pengawasan. Pemerintah Kab/ Kota juga, melalui BPMPD atau perangkat lain yang terkait desa, harus fokus pada peningkatan kapasitas perangkat kecamatan dalam pelaksanaan pengelolaan DD.

d. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Dana Desa

Pada tahap ini, pemerintah desa menyusun laporan realisasi penggunaan Dana Desa. Perangkat kecamatan harus memberikan pendampingan dan fasilitasi dalam proses penyusunan dan me- nerima laporan realisasi penggunaan DD, sekaligus mengkoordi- nasikan laporan realisasi dan pertanggungjawaban penggunaan DD untuk disampaikan kepada bupati/walikota. Laporan per- tanggungjawaban tersebut kemudian dikonsolidasikan per ka- bupaten/kota untuk kemudian diteruskan kepada pemerintah/ pusat, dalam hal ini adalah Kementerian Keuangan dan menyam- paikan tembusannya kepada pemerintah provinsi (Gubernur).

e. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dilakukan oleh Pemerintah atas pengalokasian, pe- nya luran, dan penggunaan Dana Desa. Mekanisme pemantauan tersebut dilakukan melalui beberapa instrumen, yaitu:

• Penerbitan peraturan bupati/walikota mengenai tata cara pembagian dan penetapan besaran Dana Desa; • Penyaluran Dana Desa dari RKUD ke rekening kas Desa; • penyampaian laporan realisasi;

• SiLPA Dana Desa. Sedangkan evaluasi dilakukan terhadap dua hal, yaitu:

• Penghitungan pembagian besaran Dana Desa setiap Desa oleh kabupa ten/kota;

• laporan realisasi Dana Desa.

2. Desa Pra Mandiri

Model hubungan kewenangan pemerintah desa dan pemerintah su- pradesa dalam pengelolaan Dana Desa untuk desa pra-mandiri di- gambarkan dalam Tabel 5.2 di halaman berikut.

Berdasarkan tabel tersebut, tergambarkan peran dari masing-masing aktor pemerintah supradesa dalam setiap tahapan pengelolaan Dana Desa untuk desa pra mandiri, mulai dari tahapan perencanaan hingga pelaporan dan pertanggungjawaban. Secara umum, peran pemerintah supradesa dalam setiap tahapan pengelolaan Dana Desa untuk desa pra mandiri kurang lebih sama dengan peran pemerintah suprade- sa dalam pengelolaan Dana Desa untuk desa mandiri. Namun, per- an pemerintah kabupaten/kota, terutama melalui perangkat daerah- nya yaitu kecamatan, dalam pengelolaan DD untuk desa pra mandiri terdapat perbedaan yang signiikan cukup signiikan. Hal ini terkait dengan tingkat kemampuan perangka, tingkat partisipasi masyarakat, dan kondisi infrastruktur, dari desa pra mandiri dalam pengelolaan keuangan desa yang masih minim.

Oleh karena itu, fasilitasi dan bimbingan yang diberikan oleh pemerin- tah supradesa dalam setiap tahapan pengelolaan Dana Desa dilakukan secara intensif, mulai dari tahapan perencanaan hingga pelaporan per- tanggung jawaban realisasi penggunaan Dana Desa. Peran perangkat kecamatan memfasilitasi pemerintah desa secara intensif, baik melalui mekanisme konsultasi yang bersifat dua arah hingga ko-produksi (se- cara parsial). Artinya, perangkat kecamatan secara pro-aktif mem- berikan fasilitasi terhadap pemerintah desa dalam pengelolaan Dana Desa, mulai dari tahap penyusunan dokumen perencanaan, pengang- garan, pelaksanaan, dan pelaporan dan pertanggung jawaban.

Bahkan, untuk membantu pengelolaan Dana Desa oleh pemerin- tah desa, pemerintah kabupaten/kota tidak cukup hanya dengan memperkuat peran perangkat kecamatan saja. Akan tetapi pemerin- tah kabupaten/kota harus mengoptimalkan segenap sumber daya (kelembagaan, SDM, dan pendanaan) yang terkait dengan desa un- tuk membantu pengelolaan Dana Desa oleh pemerintah desa, melalui seluruh sarana yang ada.

Tabel 5.2 Peran Pemerintah Supradesa dalam Pengelolaan Dana Desa (Pra-Mandiri)

Tahapan

Peran Aktor

Pusat Perencanaan

Pemerintah Desa

Perangkat Kecamatan

Kabupaten/Kota

Provinsi

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Hubungan Antara Kepercayaan Diri DenganMotivasi Berprestasi Remaja Panti Asuhan

17 116 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5