Hubungan Kewenangan Pemerintah Supradesa dengan Peme rintah Desa dalam Pengelolaan Dana Desa pada Desa Pra Man di ri
2. Hubungan Kewenangan Pemerintah Supradesa dengan Peme rintah Desa dalam Pengelolaan Dana Desa pada Desa Pra Man di ri
Pada lokus Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Bangka Belitung, dan Provinsi Banten, tipologi desa yang menjadi kajian ini merupakan desa pra mandiri . Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, kategori desa mandiri-pra mandiri ditetapkan berdasarkan kemampuan aparat/ perangkat dan partisipasi masyarakat. Dari penelitian lapangan dapat disampaikan bahwa sebenarnya belum ada desa yang memenuhi kedua kriteria tersebut secara memadai. Desa berprestasi sekelas Panggungharjo (Bantul) sekalipun ternyata belum mampu mencapai level partisipasi yang ideal. Secara isik, kehadiran masyarakat dalam Musrenbang Desa memang sudah ada, namun sebagian besar masya- rakat desa yang hadir belum ikut berbicara secara aktif dalam forum tersebut.
Selanjutnya, terkait faktor kemandirian desa, salah satunya dilihat dari kondisi sumber daya yang dimiliknya. Berikut pernyataan peja- bat BPMPD Kabupaten Pandeglang Banten:
Perubahan paling mendasar bagi desa adalah kemandirian. Masalahnya adalah SDM (aparat pemdes) di desa, terkait dengan banyaknya bantuan yang turun ke desa. Masalah di lapangan terkait SDM? Terkait dengan UU 6/2014 seharusnya ada turunannya, Pergub, Perbup dsb tentang tata kelola pemerintah desa. Kami sudah mulai menata (membuat pe- doman dsb). 9
Untuk mewujudkan kemandirian diperlukan dukungan regulasi yang memadai berupa peraturan-peraturan turunan UU 6/2014 maupun PP terkait desa. Bentuk kemandirian desa, salah satunya didukung oleh kompetensi perangkat desa.
Kondisi senada juga disinyalir oleh pejabat BPMPD Provinsi Kaliman- tan Barat, yang menyoroti pengangkatan perangkat desa, sebagaima- na terlihat pada kutipan sebagai berikut:
Masalah lain, terkait dengan hubungan kewenangan Pemerintah De- sa-Pemerintah Supradesa menyangkut pengangkatan perangkat desa. Masalah pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa, Kades tidak mempunyai kewenangan yang leluasa karena terlalu diintervensi oleh pe- merintah supradesa (camat yang mengatasnamakan kabupaten). Dalam aturannya, pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa merupakan kewenangan Kepala Desa, tetapi harus melalui koordinasi dengan Camat
9. Wawancara dengan pejabat BPMPD Kabupaten Pandeglang di Kantor BPMPD Pan- deglang-Provinsi Banten, tanggal 16 Agustus 2016.
sebagai perwakilan Pemerintah Kabupaten/Kota yang memberikan re- komendasi atau persetujuan. Seringkali pemberian rekomendasi ini bersi- fat politis. Sementara Kepala Desa yang lebih tahu kebutuhan dan kuali- ikasi perangkatnya praktis kewenangannya tergerus karena diintervensi
oleh Pemerintah Supradesa. 10 Hubungan Desa dengan supradesa – dalam hal ini Camat – yang me-
ng akibatkan kepala desa tidak berdaya dalam proses pengangkatan dan pemberhentian perangkatnya. Campur tangan Camat semestinya diwujudkan dalam bentuk fasilitasi dan supervisi, bukan intervensi.
Dengan kondisi sebagaimana tersebut di atas, lalu bagaimana imple- mentasi pengelolaan Dana Desa mulai perencanaan sampai peman- tauan dan evaluasinya? Uraian berikut akan memberikan gambaran mengenai hal dimaksud.
a. Perencanaan
Sebelum membahas lebih jauh tentang perencanaan Dana Desa, penting untuk disampaikan terlebih dahulu mengenai kewenang- an desa. Hasil analisis IRE (Institute for Research and Empower- ment )—sebuah lembaga nirlaba yang concern terhadap isu Desa— menunjukkan bahwa tidak lebih dari 10 kabupaten di Indonesia yang telah menerbitkan Perbup pelimpahan kewenangan kepada Desa. Hal ini sangat menarik untuk dicermati, karena masih ter- dapat ratusan kabupaten lainnya yang ternyata belum merespon pengaturan Desa dengan cepat. Pernyataan Sekretaris BPMPD Lebak Banten terkait kewenangan pengelolaan pasar desa, se- bagai berikut:
Terkait kewenangan, selama suatu kewenangan tersebut merupakan kewenangan desa maka itu tidak akan diambil alih oleh pemerintah supradesa, seperti halnya kewenangan terkait pasar desa. Memang pemerintah kabupaten melakukan pengembangan isik, tapi untuk pengelolaannya tetap menjadi kewenangan desa. Tetapi mungkin karena Pemda ingin menarik pungutan untuk meningkatkan PAD, saya kira bisa dikoordinasikan dengan desa. Namun ini hanya ter- jadi pada beberapa desa saja. Umumnya pasar desa masih menjadi kewenangan desa secara penuh. Kami hanya melakukan pembinaan agar pengelolaan pasar desa ini dapat lebih ditingkatkan lagi. 11
Pernyataan tersebut menjelaskan dengan cukup ‘gamblang’ me- 10. Wawancara dengan pejabat BPMPD di Kantor BPMPD Provinsi Kalimantan Barat,
tanggal 26 Juli 2016. 11. Wawancara dengan Bapak Tahlidin, Sekretaris BPMPD Kabupaten Lebak-Provinsi Banten, tanggal 15 Agustus 2016.
ngenai peranan pemerintah supradesa dalam kaitannya dengan kewenangan desa. Pengelolaan pasar desa misalnya, semestinya memang menjadi wewenang desa secara penuh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertanyaannya adalah mengapa harus menunggu peraturan perundangan (regu- lasi), padahal di dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 sendiri telah mengatur hal ini? Hal ini karena regulasi ‘turunan’ ini yang akan menjadi dasar bagi stakeholders di desa dalam melaksanakan program dan kegiatan yang dimilikinya.
Kondisi serupa pun terjadi di Provinsi Kalimantan Barat dan Ka- bupaten Lebak-Banten, sebagaimana pernyataan perwakilan pe- jabat di BPMPD Kalbar sebagai berikut:
Dana Desa disediakan untuk menjalankan kewenangan desa, tetapi pemanfaatannya diatur. Sementara itu, desa belum dapat secara op- timal menjalankan kewenangannya karena di Kalbar belum ada yang memiliki Perkada tentang kewenangan lokal skala desa. Yang sudah merancang adalah Kubu Raya. 12
Pihak BPMPD mengakui bahwa Pemprov Kalimantan Barat sendi- ri belum semua kabupaten menyediakan peraturan perundangan mengenai kewenangan lokal skala desa. Hal ini pada akhirnya akan menyulitkan desa-desa yang akan menyusun dokumen perencanaan di desanya. Meskipun demikian, pemerintah desa tetap harus melakukan penyusunan karena hal tersebut meru- pakan perintah Undang-Undang maupun PP tentang keuangan desa. Pencairan Dana Desa hanya dapat dilakukan jika pemerin- tah desa telah memiliki RPJMDesa, RKPDesa, dan APBDesa yang telah di-review oleh pemerintah supradesa.
Oleh karena itu penyusunan dokumen perencanaan desa, tetap dilakukan oleh stakeholders di desa meliputi perangkat desa, BPD, tokoh agama, tokoh masyarakat, perempuan, dan pemuda. Per- nyataan perangkat desa Rebo Kabupaten Bangka sebagai berikut:
Pada kenyataan, Musrenbang dalam penyusunan perencanaan desa dihadiri oleh sekelompok orang yang terbukti peduli dengan pemba- ngunan desanya. Warga desa yang kebanyakan memiliki pekerjaan sebagai petani dan pedagang mungkin tidak memiliki waktu untuk hadir pada acara rembuk desa seperti itu. Apalagi kaum ibu dan pemuda mereka memiliki aktivitas sendiri yang menyita waktu me- reka. 13
12. Wawancara dengan pejabat BPMPD di Kantor BPMPD Provinsi Kalimantan Barat, tanggal 26 Juli 2016. 13. Wawancara dengan Kades Rebo Kabupaten Bangka di Kantor Bupati Bangka, tanggal
Proses musyawarah pembangunan masih belum menjadi priori- tas utama bagi stakeholders di desa. Tidak jarang urusan penyusu- nan dokumen perencanaan desa menjadi elitis. Hal ini sebenar- nya tidak dapat disalahkan sepenuhnya 100%, karena masyarakat lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan (ekonomi).
Terkait dengan hal tersebut di atas, menjadi penting catatan kebi- jakan mengenai pembangunan desa yang disampaikan oleh KSI
Indonesia-Knowledge Sector Inisiative 14 (2016) sebagai berikut: Demi mengatasi permasalahan tentang posisi masyarakat dalam
penganggaran pembangunan desa – dikembangkan ruang keterli- batan masyarakat dalam proses penganggaran desa. Keterlibatan masyarakat dalam proses penyusunan APBDesa secara partisipatif dilakukan di (1) kepanitiaan penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) atau RAPBDesa, (2) pembahasan RAPBDesa, dan (3) sosial- isasi APBDesa. Di tahap pembahasan RAPBDesa, teridentiikasi empat model partisipasi masyarakat yang dikembangkan di sejum- lah desa. Model-model tersebut adalah : perwakilan BPD, perlibatan masyarakat di dalam tahapan pembahasan RAPBDesa, pembahasan RAPBDesa melalui forum konsultasi publik atau musyawarah ang- garan desa, dan pembahasan RAPBDesa di dalam Musrenbang Desa.
Dalam pandangan KSI Indonesia, perencanaan desa sejatinya merupakan satu entitas yang sangat penting dalam penerapan kebijakan publik yang lebih baik. Keterlibatan masyarakat dalam penyusunan dokumen perencanaan misalnya, menjadi salah satu milestone dalam implementasi kebijakan di pemerintah supra desanya. Perencanaan partisipatif di level desa, jika dapat dise- but demikian, dapat ditentukan proses-proses mana saja dimana masyarakat dapat terlibat dalam penyusunan perencanaan desa, serta model-model yang dapat dikembangkan di masa depan.
Sebagai contoh, masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam kepanitiaan penyusunan RAPBDesa, pembahasan RAPBDesa dan sosialisasinya. Ketiga proses tersebut memang dibuka seluas-lu- asnya bagi partisipasi warga desa. Pada tahap pembahasan APB- Desa (tahapan kedua) dapat dikembangkan model perwakilan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), forum konsultasi publik, dan Musrenbangdesa.
2 Juni 2016. 14. KSI Indonesia merupakan komitmen bersama antara pemerintah Indonesia dan Aus- tralia yang bertujuan meningkatkan taraf kehidupan rakyat Indonesia melalui penera- pan kebijakan publik yang lebih berkualitas serta menggunakan penelitian, analisis, dan bukti secara lebih baik.
b. Penganggaran
Tahapan pencairan Dana Desa baru dapat dilakukan setelah pe- merintah desa melengkapi persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi meliputi review terhadap RPJMDesa, RKPDesa, dan APBDesa. Pada desa yang tergolong desa pra mandiri, proses penganggaran desa – pengelolaan keuangan desa – banyak meli- batkan pemerintah supradesa atau terkadang pemerintah pusat. Pernyataan pejabat kecamatan di Kabupaten Bangka sebagai beri- kut:
Di Kalimantan Barat, pengelolaan keuangan desa melibatkan peran Kemendagri, Kemendesa, dan BPKP. Mereka memberikan fasilitasi dalam pengelolaan keuangan. Sementara itu, Pemerintah Provinsi hanya memberikan pembinaan umum dan pengawasan pengelolaan keuangan desa. Pemprov baru turun tangan jika ada masalah dalam pengelolaan Dana Desa, dan memediasi antara kabupaten dan desa. (Terkait pengelolaan) Dana Desa, kami sering melakukan bimtek. Perangkat desa sudah paham. Sekarang sudah ada SisKeuDes, tapi aplikasinya belum mewadahi semuanya (perbedaan istilah), karena aplikasinya masih baru. Kami konsultasi ke DPPKAD. Sekcam men- jadi fasilitator. Membuat rekomendasi terkait anggaran desa. 15
Namun demikian, menjadi sangat menarik pernyataan narasum- ber dari Kecamatan Rebo Kabupaten Bangka-Provinsi Babel, bah- wa di daerahnya sering dilaksanakan bimbingan teknis (bimtek) dalam pengelolaan keuangan desa (Dana Desa). Sistem keuangan desa sudah tersedia, meskipun belum mencakup secara keseluru- han karena adanya perbedaan istilah yang digunakan, akan tetapi SDM sudah memahami cara mengoperasikannya.
Persoalan penganggaran terlihat pada penempatan program dan kegiatan yang disusun oleh setiap desa. Peraturan mengenai pri- oritas Dana Desa, bagi desa pra mandiri, sebenarnya tidak ada masalah, justru mendukung kondisi di desa-desa yang masih minim infrastruktur. Pernyataan narasumber di Kabupaten Bang- ka, sebagai berikut:
Kami juga memahami adanya prioritas (penggunaan dasa) pem- bangunan desa. Ketika saya menyampaikan bahwa kondisi kantor desa memprihatinkan, memang kondisinya tidak layak. Kalau sudah memprihatinkan begini kan kasihan Pak, karena bangunan desa ku- rang re pre sentatif. 16
15. Wawancara dengan Ibu Rismy, Sekcam Sungailiat, Kabupaten Bangka-Provinsi Bang- ka Belitung, tanggal 2 Juni 2016. 16. Wawancara dengan Ibu Rismy, Sekcam Sungailiat, Kabupaten Bangka-Provinsi Bang-
Kondisi kantor desa di sebagian desa di luar Jawa berada dalam kondisi yang kurang memadai. Oleh karenanya, ketersediaan Dana Desa ini diharapkan dapat memberikan perbaikan sara- na-prasarana kantor desa di masa-masa mendatang. Tetapi Dana Desa tidak diperuntukkan untuk perbaikan kantor desa, karena perbaikan kantor tidak termasuk dalam prioritas penggunaan Dana Desa sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan.
Lalu, sebenarnya dimana kedudukan prioritas penggunaan Dana Desa dalam konteks pembangunan desa itu sendiri? Pernyata- an pejabat BPMPD Provinsi Babel bahwa prioritas penggunaan Dana Desa diatur juga oleh Pusat, mestinya bisa langsung. Priori- tas bisa dilihat dari hasil Musrenbang. Perbedaan ini bisa menjadi hal yang bias. 17
c. Pelaksanaan
Kendala utama dalam pelaksanaan pengelolaan Dana Desa ternyata bukan pada buruknya infrastruktur maupun rendahnya partisipasi masyarakat, tetapi pada kompetensi perangkat desa. Dalam kaitan itu, terdapat banyak usulan untuk meningkatkan kompetensi para perangkat desa tersebut. Salah satu rekomenda- si dimaksud adalah dengan mengatur atau membatasi kekuasaan kepala desa ketika mereka akan mengganti perangkat desanya melalui pemberian Nomor Induk Perangkat Desa (bisa disingkat NIPD), sebagaimana pernyataan narasumber di BPMPD Kabu- paten Lebak, Provinsi Banten sebagai berikut:
Melalui Perbup 19/2014 tentang Nomor Induk Perangkat Desa. Pemerintah Daerah mengatur tentang pembatasan kekuasaan kepa- la desa, karena selama ini mereka sering secara sewenang-wenang mengganti perangkat desa dengan tidak melalui prosedur yang baku. Sehingga pada tahun 2014, perangkat lama otomatis kita angkat de- ngan mempunyai Nomer Register Prangkat Desa agar Kades tidak sembarang mengganti. 18
Pengaturan tentang NIPD merupakan inovasi yang telah dilaku- kan oleh Kabupaten Lebak, Provinsi Banten sebagaimana tertu- ang dalam Peraturan Bupati Lebak No. 19 Tahun 2014, sebagai berikut:
ka Belitung, tanggal 2 Juni 2016. 17. Wawancara dengan Bapak Yulizar, BPMPD Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Be- litung, tanggal 2 Juni 2016. 18. Wawancara dengan Bapak Tahlidin, Sekretaris BPMPD Kabupaten Lebak-Provinsi Banten, tanggal 15 Agustus 2016.
Hal ini dituangkan dalam peraturan bupati tentang Nomer Induk Perangkat Desa. Ini salah satu kebijakan kami untuk mengantisi- pasi gejolak pergantian perangkat desa yang sering terjadi. Jika ada perangkat yang pensiun karena faktor usia, maka perlu ada penggan- tinya yang dilakukan melalui proses rekrutmen. Kebetulan di Lebak banyak perangkat desa yang masa baktinya sudah lama dan berusia
lanjut karena ingin mengabdi. 19
Antusiasme kepala desa (kades) sebelum dan sesudah lahirya UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa sangat jauh berubah. Pada masa lalu, kades dan perangkat desa dapat dikatakan jarang masuk kantor, karena memang tidak memiliki kantor maupun karena ‘malas’ ke kantor karena tidak ada ‘daya tarik’ yang membuat mereka bersedia datang ke kantor desa. Keterangan narasumber di BPMPD Kabupaten Lebak di bawah ini menegaskan fakta ter- kait hal tersebut.
Sebelum ada UU Desa, kepala desa memang tidak fokus di desa, kan- tor kadang tutup. Kalau sekarang perangkat desa mendapat siltap yang setara upah (minimum) regional, bahkan kalau ditambah den- gan honor-honor kegiatan lain bisa lebih UMR. Jadi sekarang banyak terjadi perubahan. Jika ingin memberhentikan perangkat ada aturan- nya, dan kalau mau merekrut perangkat baru hanya dibolehkan jika ada perangkat yang pensiun atau memberhentikan diri. 20
Pelanggaran terhadap peraturan bupati terkadang terjadi, meski- pun demikian tidak ada sanksi yang diberikan kepada mereka (kades) yang melanggar tersebut. Pengangkatan dan/atau pem- berhentian perangkat desa seharusnya mengikuti ketentuan yang berlaku, karena keputusan tersebut akan berimplikasi pada peng- hasilan tetap (Siltap) perangkat desa. Hal ini menjadi keprihatinan pejabat BPMPD Kabupaten Lebak, Provinsi Banten sebagaimana diungkapkan dalam pernyataan berikut:
Selama ini tidak ada sanksi untuk kepala desa yang melanggar. Teta- pi kalau latar belakang pengangkatan/pemberhentian perangkat itu tidak sesuai dengan aturan yang berlaku, kami tidak memberikan rekomendasi. Tidak diakui. Ini kan berdampak dengan penghasilan atau terkait juga dengan politik. Oleh karena itu, sebelumnya kami melakukan analisa dulu terhadap setiap usulan (penggantian perang- kat) yang masuk. 21
19. Wawancara dengan Bapak Tahlidin, Sekretaris BPMPD Kabupaten Lebak-Provinsi Banten, tanggal 15 Agustus 2016. 20. Wawancara dengan Bapak Tahlidin, Sekretaris BPMPD Kabupaten Lebak-Provinsi Banten, tanggal 15 Agustus 2016. 21. Wawancara dengan Bapak Tahlidin, Sekretaris BPMPD Kabupaten Lebak-Provinsi
Kualitas perangkat desa sangat berperan dalam pengelolaan Dana Desa yang diperoleh setiap kabupaten. Jumlah Dana Desa di Ka- bupaten Bangka, Kabupaten Kubu Raya, dan Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Jumlah Dana Desa tahun 2016 di 3 Kabupaten yang Menjadi Lokus Kajian
No. Lokus Kajian
Jumlah
1. Kabupaten Bangka Rp. 40.696.985.000 2. Kabupaten Kubu Raya
Rp. 77.211.484.000 3. Kabupaten Lebak
Rp. 215.365.005.000 Sumber: Diolah dari penelitian lapangan, 2016.
Dari tabel tersebut dapat diinformasikan jumlah Dana Desa di tiga kabupaten yaitu Bangka sebesar Rp. 40, 7 M, Kubu Raya sebe- sar Rp. 77,2 M, dan Lebak sebesar Rp. 215,4 M. Perbedaan jumlah tersebut disebabkan oleh dua hal: alokasi dasar dan alokasi for- mula setiap kabupaten/kota. Alokasi Dasar adalah alokasi mini- mal Dana Desa yang akan diterima oleh setiap Desa, yang besa- rannya dihitung dengan cara 90% (Sembilan puluh persen) dari anggaran Dana Desa dibagi dengan jumlah Desa secara nasional.
Alokasi dasar setiap kabupaten/kota dihitung dengan cara me- nga likan alokasi dasar dengan jumlah Desa di kabupaten/kota. Alokasi formula adalah alokasi yang dihitung dengan memper- hatikan jumlah penduduk Desa, angka kemiskinan Desa, luas
wilayah Desa, dan tingkat kesulitas geograis setiap kabupaten/ kota.
Perhitungan Alokasi Formula setiap kabupaten/kota dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: AF Kab/Kota = {(0,25 * Y1) + (0,35 * Y2) + (0,10 * Y3) + (0,30 * Y4) + (0,10 * DD)}, dimana:
Y1 = rasio jumlah penduduk Desa setiap kab/kota terhadap total penduduk Desa nasional. Y2 = rasio jumlah penduduk miskin Desa setiap kab/kota terhadap total penduduk miskin Desa nasional. Y3 = rasio luas wilayah Desa setiap kab/kota terhadap luas wilayah Desa nasional. Y4 = rasio IKK kab/kota terhadap total IKK kab/kota yang
Banten, tanggal 15 Agustus 2016.
memiliki Desa. DD = pagu Dana Desa Nasional.
Sementara itu, Alokasi Formula setiap Desa dihitung dengan ru- mus sebagai berikut. AF setiap Desa = {(0,25 * Z1) + (0,35 * Z2) + (0,10 * Z3) + (0,30 * Z4) + (DD kab/kota – AD kab/kota)}, dimana:
Z1 = rasio jumlah penduduk Desa setiap Desa terhadap total penduduk Desa kab/kota yang bersangkutan. Z2 = rasio jumlah penduduk miskin setiap Desa terhadap total penduduk miskin Desa kab/kota yang bersang- kutan.
Z3 = rasio luas wilayah setiap Desa setiap kab/kota terhadap luas wilayah Desa Desa kab/kota yang bersangkutan. Z4 = rasio IKG setiap Desa terhadap total IKG Desa kab/kota yang bersangkutan.
Untuk melaksanakan Dana Desa yang telah diperoleh, berdasar- kan perhitungan alokasi dasar dan alokasi formula sebagaima- na tersebut di atas, selain memerlukan dukungan kompetensi perangkat desa juga kerjasama dan kolaborasi dengan komponen lainnya di pemerintah desa.
Perdebatan di lapangan mengenai boleh-tidaknya Dana Desa di- gunakan untuk merenovasi sarana prasarana kantor desa masih terjadi di hampir semua lokus kajian. Pernyataan Sekcam Rebo Kabupaten Bangka sebagai berikut menunjukkan kondisi dimak- sud.
Yang sering ditanyakan (pihak) desa terkait dana desa, (terkait) kondi- si sarpras desa yang memprihatinkan, sementara Dana Desa tidak bisa digunakan untuk memperbaiki itu. Kondisi tersebut tidak memo- tivasi perangkat (desa) untuk memberikan pelayanan. Penggunaan dana 30:70 tidak cukup untuk membiayai pembangunan sarpras. 22
Pengaturan prioritas Dana Desa yang diperuntukkan bagi pem- bangunan infrastruktur pendukung perekonomian desa di satu sisi sebenarnya sangat strategis mengingat masih tingginya angka kemiskinan di perdesaan. Di sisi lain hal ini menimbulkan per- bedaan penafsiran mengenai penggunaan dana tersebut di desa. Formulasi penggunaan 30:70, dimana 30% untuk pemberdayaan dan 70% untuk pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan, ta- lud, dll), masih menimbulkan perbedaan pelaksanaan di lapang- an.
22. Wawancara dengan Ibu Rismy, Sekcam Sungailiat, Kabupaten Bangka-Provinsi Bang- ka Belitung, tanggal 2 Juni 2016.
d. Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Pelaporan dan pertanggungjawaban disampaikan Kepala Desa kepada bupati/walikota setiap semester (2 kali setahun), yakni pada minggu keempat bulan Juli tahun berjalan (Semester I) dan pada minggu keempat bulan Januari tahun berikutnya. Tidak ja- rang, pemerintah kabupaten menyediakan sistem informasi yang dibutuhkan dalam pengelolaan Dana Desa tersebut. Pernyataan narasumber di Kabupaten Lebak sebagai berikut:
Dalam pengelolaan keuangan desa, kami terus melakukan pembinaan atau pengawasan langsung. Untuk itu, kami membuat sistem infor- masi publik. Setiap desa diharuskan menyampaikan keterbukaan da- lam melaksanakan kegiatannya, terutama yang terkait dengan penge- lolaan keuangan desa. Misalnya, selama setahun ini desa mau belanja apa saja, disampaikan melalui sistem informasi publik. 23
Selama ini pelaporan Dana Desa senantiasa disampaikan kepada bupati/walikota, sebagaimana telah tercantum dalam peraturan peundang-undangan yang berlaku. Pelaporan penggunaan Dana Desa tidak boleh terlambat karena akan mempengaruhi ‘pen- cairan’ Dana Desa tahap berikutnya. Pernyataan pejabat BPMPD Kubu Raya Kalimantan Barat:
Sudah kami himbau kepada Kepala Desa dan perangkat, Kubu Raya tidak boleh terlambat dalam menyampaikan penggunaan DD ke pemerintah pusat. Kami tidak ingin mendapat ‘catatan hitam’ dari kementerian desa terti nggal mengenai hal itu. Oleh karena itu pada awal Juli tahun berjalan dan awal Januari tahun
berikutnya, kami ingatkan terus.
e. Pemantauan dan Evaluasi
Tahap terakhir pengelolaan Dana Desa adalah pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah desa sendiri maupun pemerintah supra desanya. Monitoring pertama dilakukan oleh BPD tetunya, sebagai mitra kepala desa dalam menjalankan pro- gram dan kegiatan desa. Dari keseluruhan narasumber lokus ka- jian menyatakan bahwa pemantauan dan evaluasi yang dilaku- kan oleh pemerintah di atasnya (supradesa) sudah cukup baik, bahkan sejak perencanaan dilakukan. Hal ini sebagaimana per- nyataan Kades Rangkasbitung Timur Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak sebagai berikut:
23. Wawancara dengan Bapak Tahlidin, Sekretaris BPMPD Kabupaten Lebak-Provinsi Banten, tanggal 15 Agustus 2016
Peran kecamatan sangat penting dalam memantau pelaksanaan penggunaan Dana Desa tersebut. Kita tahu banyak sekali sumber pendanaan desa, selain Dana Desa, ada lagi alokasi Dana Desa yang sering disingkat oleh kita menjadi ADD. Ada lagi dana bagi hasil dan yang terakhir pendapatan asli desa. 24
Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa pemantauan yang dilakukan sangat penting bagi pelaksanaan pembangunan desa. Namun demikian, pemantauan tersebut dapat dilakukan oleh Camat atau pejabat yang ditunjuk, sebagaimana disampaikan oleh Pejabat BPMPD Lebak sebagai berikut:
Pembinaan oleh Bupati harus didelegasikan kepada camat karena lu- asnya geograis dan tingginya jumlah desa. Akan tetapi, camat tidak diberikan dukungan pendanaan untuk melaksanakan tugas tersebut. UU 23/2014 tentang Pemda sendiri memperkuat peran kecamatan, meskipun dalam UU Desa tidak disebutkan secara spesiik peran ke- camatan. 25
Berdasarkan amanat undang sudah sangat jelas bahwa keca- matan sebagai satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terdekat dengan pemerintah desa, bertugas membantu bupati/walikota dalam melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi penggu- naan Dana Desa dan dana lainnya demi pembangunan desa. Hal ini menunjukkan adanya pendelegasian wewenang dari pemerin- tah kabupaten/kota, sesuai dengan peraturan bupati di daerah masing-masing. Peraturan Bupati Lebak Nomor 9 Tahun 2015 misalnya:
(1) Kepala BPMPD bersama dengan Kepala DPPKD dan camat melakukan pemantauan atas pengalokasian dan penggunaan Dana Desa setiap Desa. (2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap: a. penatapan peraturan Desa mengenai APB Desa; b. penggunaan Dana Desa; dan c. laporan realisasi penggu- naan Dana Desa setiap Desa (Pasal 24 ayat 1 dan 2 Perbup Lebak No. 9/2015). 26
Pemantauan dilakukan oleh Kepala Badan Pemberdayaan Masya- rakat Daerah, bersama-sama Kepala Dinas Pendapatan Pengelo- laan Keuangan dan Aset Daerah dan Camat, yang dimaksudkan
24. Wawanacara dengan Ibu Hj. E Kurniati di kantor Desa Rangkasbitung Timur Lebak Banten, tanggal 15 Agustus 2016. 25. Wawancara dengan Bapak Tahlidin, Sekretaris BPMPD Kabupaten Lebak-Provinsi Banten, tanggal 15 Agustus 2016 26. Perbup Lebak No. 9 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Peng- gunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa di Kabupaten Lebak.
untuk: 1) Menghindari keterlambatan penetapan peraturan desa tersebut, 2) Memastikan penggunaan Dana Desa sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan 3) Menghindari penundaan penyaluran Dana Desa. Terhadap hasil monitoring penggunaan Dana Desa, Camat dapat memberikan teguran kepada Kepala Desa, apabila dianggap bahwa penggunaan dananya tidak sesuai dengan peraturan perundangan.
Sebagai contoh, penggunaan Dana Desa di Desa Rangkasbitung Timur Kabupaten Lebak Provinsi Banten diberikan pada tabel Ta- bel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Penggunaan Dana Desa Desa Rangkasbitung Timur-Lebak, Banten Tahun 2016
No. Kegiatan Rencana Biaya
1. Pembangunan Turap Penahan Tanah Rp. 21.000.000,- 2. Pembangunan Sarana Air Bersih
Rp. 85.000.000,- 3. Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif serta
Rp. 20.355.692,- Pembangunan, Pemanfaatan Pemeliharaan Sara- na dan Prasarana Ekonomi
Sumber: Infograis Penggunaan APBDesa Desa Rangkasbitung Timur Kabupaten Le bak Provinsi Banten, Tahun 2016.
Berdasarkan contoh tersebut di atas, apabila penggunaan Dana Desa tidak sesuai dengan perencanaan desa dan prioritas Dana Desa sebagaimana telah diatur sebelumnya, maka Camat dapat memberikan teguran.
Di level pemerintah pusat, Kemendes PDTT telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Dana Desa yang dipimpin oleh Katjung Maridjan, seorang akademisi dan pemerhati masalah perdesaan dari Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya. Lembaga ini bersi- fat adhoc sehingga tidak duplikasi dengan lembaga lainnya. Tugas Satgas Dana Desa adalah mengawal percepatan dan ketepatan penyaluran, penggunaan, serta pengelolaan Dana Desa.