15
2.3. Perkembangan Wayang Kulit
Dalam Bahasa Jawa, Wayang kulit berarti bayangan yaitu boneka-boneka yang digunakan dalam pertunjukan itu berbayangan atau memberi bayang-
bayang. Pada tahun 1500 SM – 400 M, pertunjukan bayang-bayang pada mulanya
bersifat upacara agama, tetapi kemudian berkembang menjadi pertunjukan Wayang Kulit yang bersifat duniawi. Meskipun pertunjukan Wayang Kulit tetap
tidak sempurna tapi kemudian menjadi populer pada tahun 907 M. Sehingga menarik minat penonton pada abad ke-11. Namun pertunjukan Wayang Kulit
tersebut masih bersifat magis-religius. Pertunjukan Wayang Kulit menggunakan kelir, secarik kain, sebagai
pembatas antara dalang yang memainkan Wayang kulit, dan penonton dibalik kelir. Penonton hanya menyaksikan gerakan-gerakan Wayang kulit melalui
bayangan yang jatuh pada kelir. Pada masa itu pergelaran wayang kulit hanya diiringi oleh seperangkat gamelan dan pesiden pada masa itu diduga masih
belum ada. Sekitar abad ke-10, Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari
roh leluhurnya dan digoreskan diatas daun lontar. Bentuk gambar Wayang kulit ditiru dari gambar relief cerita Ramayana. Cerita Ramayana sangat menarik
karena Jayabaya termasuk penyembah dewa Wisnu. Masa berikutnya yaitu pada zaman Jenggala, pertunjukan Wayang kulit
semakin berkembang. Raja Sri Suryawisesa giat menyempurnakan bentuk Wayang kulit. Setiap ada upacara penting di istana diselenggarakan pertunjukan
Wayang kulit. Pada saat itu pertunjukan Wayang Kulit sudah diiringi oleh gamelan.
Universitas Sumatera Utara
16 Pada zaman Majapahit, Wayang Kulit ditulis diatas kertas. Wayang Kulit
tesebut berbentuk gulungan. Masuknya agama islam sekitar abad ke-15 memberi pengaruh besar pada
budaya Wayang Kulit. Pengikut islam yang menggemari kesenian Wayang kulit, terutama para Wali Songo, berhasil menciptaka bentuk baru dari wayang kulit
yaitu dengan bahan kulit kerbau. Wajah wayang digambarkan miring, ukuran tangan dibuat lebih pajang dari ukuran tangan manusia sehingga sampai ke kaki.
Pakaian Wayang dicat dengan tinta. Selanjutnya pada tahun 1596-1942, telah banyak tercipta bentuk-bentuk
Wayang Kulit, antara lain: Wayang Madya, Wayang Wong, Wayang Golek Wayang Tegul, Wayang Dupara, Wayang menak, Wayang Kuluk, Wayang Jawa,
Wayang Kancil, dan Wayang Wahara. Kemudian pada tahun 1521-1945 dunia pewayangan mengalami
kemajuan pesat, baik dalam bentuk wayang kulit, bentuk pakeliran layar, nilai- nilai isinya, jenis-jenis wayang kulit, maupun dalam pertunjukannya. Sehingga
pada Zaman tersebut telah mencapai titik puncaknya. Namun demikian tidak berarti terhenti, tetapi bahkan makin disenangi dan diminati. Bukan oleh bangsa
Indonesia saja, tetapi juga oleh bangsa asing dari generasi satu ke generasi berikutnya. Sehingga sampai sekarang Wayang Kulit telah menjadi kesenian
Klasik tradisional Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
17
BAB III TOKOH-TOKOH DALAM PERTUNJUKAN