artinya, laju perpindahan kalor sama dengan dengan laju aliran massa dikalikan dengan perubahan entalpy.
2.4 Beda Termodinamika Dengan Perpindahan Kalor
Analisis termodinamika difokuskan pada kondisi kesetimbangan
meramalkan energi yang diperlukan untuk mengubah keseimbangan yang satu menjadi sistem keseimbangan yang lain.
Analisis perpindahan panas difokuskan pada laju perpindahan panas.
Konsep temperature Untuk aliran fluida yang tidak terdapat aliran massa atau aliran arus. Disini
perpindahan panas terjadi karena adanya perbedaan temperature atau adanya gradien panas.
Konsep tegangan Perpindahan panas dapat terjadi tanpa adanya perbedaan temperature.Tetapi
dengan perbedaan tegangan dapat terjadi perpindahan panas. Contohnya efek yang terjadi pada termolistrik.
Sifat perpindahan panas Jika suatu benda yang mengalami kontak termal, maka panas akan mengalir
dari benda yang temperaturnya lebih tinggi ketemperatur yang lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Mekanisme Perpindahan Kalor
Mekanisme Perpindahan Kalor dibagi menjadi tiga , yaitu : Perpindahan Kalor Konduksi
Perpindahan Kalor Konveksi Perpindahan Kalor Radiasi
2.5.1 Perpindahan Kalor Konduksi
Adanya gradient temperature akan terjadi perpindahan panas. Dalam benda padat perpindahan panas timbul karena gerakan antar atom pada temperature yang
tinggi, sehingga atom-atom tersebut dapat memindahkan panas. Didalam cairan atau gas, panas dihantar oleh tumbukan antar molekul.
Gambar 2.3 Diagram Tempertur Vs Posisi
Persamaan Dasar Konduksi :
- q = -k A
dX dT
= ΔT
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : q
= Laju Perpindahan Panas kj det k
= Konduktifitas Termal W cm K atau j cm sK A
= Luas Penampang
2
cm dT
= Perbedaan Temperatur ,
F C
dX = Perbedaan Jarak m det
ΔT = Perubahan Suhu
, F
C
Hukum Umum Konduks. Hubungan dasar aliran panas melalui konduksi adalah perbandingan antara
laju aliran panas yang melintas permukaan isothermal dan gradient yang terdapat pada permukaan tersebut berlaku pada setiap titik dalam suatu benda pada setiap titik
dalam suatu benda pada setiap waktu yang dikenal dengan hukum fourier, yaitu :
dA dq
= - k n
T
Keterangan : A = luas permukaan isothermal
2
cm n = jarak, diukur normal tegak lurus terhadap permukaan cm, m
q = lajualiran panas yang melintasi permukaan pada arah normal kjdet T = temperatur
, F
C K = konduktifitas termal W cm K atau j cm sK
Universitas Sumatera Utara
Konduktivitas Termal Tetapan kesebandingan k adalah sifat fisik bahan atau material yang disebut
konduktivitas termal. Satuan yang digunakan dalam konduktivitas termal adalah kalcm Sk. Untuk mengubah satuan ini ke Btuft jam ºR dikalikan dengan 242,9 dan
untuk mengubah menjadi W cm K atau J cm Sk dikalikan dengan 4,1866. Berdasarkan rumusan itu maka dapatlah dilaksanakan pengukuran dalam percobaan
untuk menentukan konduktifitas termal berbagai bahan. Pada umumnya konduktivitas termal itu sangat tergantung pada suhu.
Daftar Tabel 2.1 Konduktivitas Termal Berbagai Bahan pada C
Konduktivitas termal
Bahan C
m W
. Btuh . ft . ºF
logam perak murni
tembaga murni aluminium murni
nikel murni besi murni
Baja karbon, 1 C Timbal murni
baja karbon-nikel 18 cr, 8 ni
410 385
202 93
73 43
35 16,5
237 223
117 54
42 25
20,3 9,4
Universitas Sumatera Utara
bukan logam kuarsa sejajar sumbu
magnesit marmar
batu pasir Kaca, jendela
Kayu maple atau ek Serbuk gergaji
Wol kaca Zat cair
Air-raksa Air
Amonia Minyak lumas, SAE 50
Freon 12,
2 2
F CCI
Gas Hidrogen
Helium Udara
Uap air jenuh Karbon dioksida
41,6 4,15
2,08-2,94 1,83
0,78 0,17
0,059 0,038
8,21 0,556
0,540 0,147
0,073 0,175
0,141 0,024
0,0206 0,0146
24 2,4
1,2-1,7 1,06
0,45 0,096
0,034 0,022
4,74 0,327
0,312 0,085
0,042
0,101 0,081
0,0139 0,0119
0,00844
Sumber: Lit. 3. halaman, 7
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Perpindahan Kalor Konveksi
Perpindahan panas terjadi secara konveksi dari pelat ke sekeliling atau sebaliknya. Perpindahan panas konveksi dibedakan menjadi dua yaitu konveksi bebas
dan konveksi paksa.
Gambar 2.4 Perpindahan Panas Konveksi
Konveksi Pelat Pada konveksi pelat akan mendingin lebih cepat dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 2.5 Konveksi Paksa
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: Flow
= Aliran
mdetik U
= Koefisien Perpindahan Panas ,
2
C m
W U
= Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh
,
2
C m
W q
= Laju Perpindahan Panas kjdet atau W Tw
= Temperatur Dinding ,
F C
o
T = Temperatur Sekeliling
, F
C
o
Persamaan Dasar Konveksi T
W
T
q = h A Tw – T
Keterangan : q
= laju perpindahan panas kjdet atau W h
= koefisien perpindahan panas konveksi ,
2
C m
W A
= luas permukaan
2 2
m atau
ft Tw = temperature dinding
, ,
K F
C
o
T = temperature sekeliling
, ,
K F
C
o
Universitas Sumatera Utara
Prinsip Perpindahan kalor Secara Konveksi Panas yang dipindahkan pada peristiwa konveksi dapat berupa panas laten dan
panas sensible. Panas laten adalah panas yang menyertai proses perubahan fasa, sedang panas sensible adalah panas yang berkaitan dengan kenaikan atau penurunan
temperature tanpa perubahan fasa.
Jenis Konveksi Menurut Proses Aliran Fluida Jika proses aliran fluida diinduksi oleh pompa atau sistem sirkulasi yang lain,
maka peristiwa konveksi paksa. Jika aliran fluida yang disebabkan oleh pemanasan, maka proses tersebut disebut peristiwa alamiah.
Laju Perpindahan kalor
Untuk menyatakan laju perpindahan panas dinyatakan sebagai fluks kalor perhitungannya Didasarkan atas luas perpindahan panas sehingga fluks kalor
didefenisikan sebagai laju perpindahan panas persatuan luas dengan satuan Btu jam s atau Watt m
2
atas dasar luas bidang tempat berlangsung-nya aliran kalor.
2
Selanjutnya, fluks kalor dihubungkan dengan perbedaan temperature yang ditentukan melalui koefisien perpindahan panas konveksi konduktans konveksi h yang
didefenisikan sebagai berikut :
A q
= h T
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
A q
= fluks kalor h = koefisien perpindahan panas konveksi
T = perbedaan temperatur jika h dan t diketahui , maka
A
q dapat dihitung. Untuk sebuah tahanan
termal dalam peristiwa konveksi didefinisikan sebagai berikut : R =
h 1
Dimana : R = tahanan termal konvektif h = konduktan konvektif
Daftar Tabel 2.2 Nilai Kira - Kira Koefisien Perpindahan – Kalor Konveksi h
Modus C
m W
2
. F
ft Btu
2
. .
Konveksi bebas, ΔT =
o
30 Plat vertical, tinggi 0,3 m
1 ft di udara Silinder horizontal, diameter 5 cm
di udara Silinder horizontal, diameter 2 cm
4,5
6,5 0,79
1,14
Universitas Sumatera Utara
dalam air Konveksi paksa
Aliran udara 2 ms di atas plat bujur sangkar 0,2 m
Aliran udara 35 ms di atas plat bujur sangkar 0,75 m
Udara 2 atm mengalir di dalam tabung diameter 2,5 cm,
kecepatan 10 ms Air 0,5 kgs mengalir di dalam
tabung 2,5 cm Air udara melintas silinder
Diameter 5 cm, kecepatan 50 ms
Air mendidih Dalam kolam atau bejana
Mengalir dalam pipa Pengembunan uap air, 1 atm
Muka vertical Di luar tabung horizontal
890
12
75
26
3500
180
2500-35.000 5000-100.000
4000-11.300 9500-25.000
157
2,1
13,2
11,4
616
32
440-6200 880-17.600
700-2000 1700-4400
Sumber: Lit. 3. Halaman, 12
Universitas Sumatera Utara
2.5.3 Perpindahan Kalor Radiasi
Perpindahan panas oleh perjalanan foton yang tak terorganisasi. Setiap benda- benda terus-menerus memancarkan foton secara serampangan didalam arah,waktu,
dan energi netto yang dipindahkan oleh foton tersebut, diperhitungkan sebagai panas.
Persamaan Dasar Radiasi : q =
A T
1
- T
2
4 4
Keterangan :
q = laju perpindahan panas Kj menit
A = luas permukaan
2
cm
= ketetapan Stefan boltzman
2
s rad
T
1
,T
2
= temperature permukaan F
C
2.5.4 Gabungan Konduksi, Konveksi Radiasi
Apabila perpindahan panas secara konduksi, konveksi, dan radiasi digabungkan maka akan terjadi seperti pada gambar berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6 Gabungan Konveksi, Konduksi, Dan Radiasi
Hubungan Persamaan Kalor Yang Dikonduksi = Kalor Radiasi + Kalor Konveksi
- k A dX
dT = F
E
F
G
A T
W 4
-T
S 4
+ h A T
W
-T
Keterangan :
T
W
= temperatur dinding T
S
= temperatur sekitar T
= temperatur fluida F
E
= faktor emisivitas F
G
= faktor bentuk
Universitas Sumatera Utara
2.6 Analogi Aliran Panas Dan Aliran Listrik
Analogi aliran panas dan aliran listrik adalah sumber penyebab-penyebab terjadinya perindahaan kalor.
Rumus aliran panas dan aliran listrik:
Listrik Panas
i = Re
V
A q
= Rth
T
Keterangan : i
= Arus Listrik Ampere qA
= Arus panas F
C
V = Beda Potensial Volt
T = Beda Temperatur
F C
Re
= Tahanan Listrik ohm atau VA R
= Tahanan Panas ohm
2.7 Prinsip Dasar Mesin Pendingin
Pada dasarnya tiap-tiap mesin pendingin terdiri atas: Motor penggerak
Kompresor Saringan
Universitas Sumatera Utara
Pipa kapilerkeran expansi Pipa penguapan evaporator dan
Refrigerant
2.7.1 Motor pengerak motor listrik
Dalam sitim kerja mesin pendingin motor listrik sebagai penggerak pada kompresor, sedangkan kompresor bertugas untuk menghisap dan menekan refrigerant
sehingga refrigerant beredardalam unit mesin pendingin. Di sini kompresor dan motor listrik benar-benar menjadi satu unit yang tertutup rapat.
Prinsip kerja mesin pendingin ialah jika motor penggerak berputar maka akan memutar kompresornya. Dengan berputarnya kompresor maka refrigerant yang
dalam wujud gas akan naik suhu maupun tekanannya. Hal ini disebabkan molekul- molekul dari refrigerant bergerak lebih cepat dan saling bertabrakan akibat adanya
kompresi. Disini berlaku hukum Boyle, pada saat terjadinya kompresi volume gas diperkecil.
Gas dimampatkan, maka tekanan gas akan naik. Volume gas berbanding terbalik terhadap tekanannya pada temperatur konstan.
tan tan
2 2
1 1
kons T
kons V
P V
P
Dapat disimpulkan bahwa dengan kompresor, suhu dan tekanan gas refrigeran akan naik.
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Saringan
Biasanya saringan terdiri atas silica gel dan screen. Silica gel fungsinya untuk menyerap kotoran, air, sedangkan screen yang terdiri dari kawat kasa yang halus
gunanya untuk menyaring kotoran dalam sistim, umpamanya potongan timah, karat dan lain sebagainya. Jadi dalam sistim tidak ikut mengalir: air, asam, serbuk-serbuk
atau kotoran-kotoran. Pada kompresor apa bila motornya terbakar, saringan harus diganti yang baru. Apabila kotoran-kotoran akibat kawat yang terbakar tersebut
melewati pipa kapiler atau keran expansi, akan mengakibatkan saluran buntutersumbat.
Apabila pipa kapilerkeran expansi refrigerant control buntu maka tidak akan terjadi proses pendinginan. Waktu menyambung saringan dengan pipa kapilerkeran
expansi, bagian saringan yang disambung dengan refrigerant control letaknya sebaiknya lebih rendah dibandingkan dengan bagian saringan yang disambung
dengan kondensor agar hanya refrigerant cair saja yang mengalir masuk ke refrigerant control.
2.7.3 Pipa Kapiler keran expansi
Pipa kapiler ini gunanya untuk menurunkan tekanan dan mengatur jumlah cairan refrigerant yang mengalir, diameter dari pipa kapiler tergantung pada kapasitas
mesin pendinginnya. Penggunaan pipa kapiler pada mesin pendingin akan mempermudah pada waktu start
karna dengan menggunakan pipa kapiler pada saat mesin tidak bekerja tekanan pada kondensator dan evaporator cenderung sama. Hal
ini berarti meringankan tugas kompresor pada waktu start.
Universitas Sumatera Utara
Pada waktu keluar dari pipa kapiler sebelum masuk ke evaporator suhu dan tekanan dari refrigerant menjadi lebih rendah dari semula. Untuk lebih menurunkan suhu
cairan refrigerant maka dipergunakan sistim penukar panas Heat Exchanger.
2.7.4 Katup Ekspansi
Thermostatic Expansion Valve
Thermostatic expansion valve terdiri dari bagian-bagian yang hampir sama dengan automatic expansion valve. Tambahannya adalah jarum yang dihubungkan
dengan flexible metal bellowdiafragma kedudukannya diatur oleh sensing bulb yang peka terhadap pengaruh panas secara otomatis.
Sensing bulb tersebut dipasang pada suction line dihubungkan dengan expansion valvenya dengan perantaraan pipa kapiler, jika sensing bulb dingin maka tekanannya
rendah karena zat yang ada didalamnya sebagian berubah menjadi cair. Akibatnya diafragma, jarum bergerak keatas menutup aliran cairan refrigerant. Sebaliknya
apabila sensing bulb panas, sebagian dari control fluid menguap sehingga tekanannya naik, akibatnya diafragma jarum bergerak kebawah membuka aliran cairan
refrigerant.
2.7.5 Refrigeran
bahan pendingin
Bahan pendingin adalah suatu zat yang mudah dirubah bentuknya dari gas menjadi cair atau sebaliknya, dipakai untuk mengambil panas dari evaporator dan
membuangnya di kondensor.
Universitas Sumatera Utara
Syarat-syarat untuk bahan pendingin adalah: Tidak beracun
Tidak dapat terbakar atau meledak sendiri atau bila bercampur dengan udara, pelumas dan lain sebagainya.
Tidak menyebabkan korosi terhadap logam yang dipakai pada sistim pendingin.
Bila terjadi kebocoran mudah dicari. Mempunyai titik didih dan tekanan kondensasi yang rendah.
Mempunyai susunan kimia yang stabil, tidak terurai setiap kali dimampatkan, diembunkan dan diuapkan.
Perbedaan antara tekanan penguapan dan tekanan pengembusan kondensasi harus sekecil mungkin.
Mempunyai panas latent penguapan yang besar agar panas yang diserap evaporator besar jumlahnya, sebaliknya bahan pendingin sedikit.
Tabel. 2.3 Bahan pendingin didefinisikan dengan angka-angka tersebut dibelakang huruf R refrigerant
Nomor Refrigerant
Kode warna Cylinder
Nama dan rumus kimia
R-11 R-12
R-22 Orange
Putih Biru pucat
Trichloromonofluoromethane F
CCI
3
Dichlorodifluoromethane
2 2
F CCI
Monochlorodifluoromethane
2
CHCIF
Universitas Sumatera Utara
R-500 R-502
R-503 R-504
R-717 Kuning
Ungu muda Aqua marine
Tan Perak
Azeotropic mixture Azeotropic mixture
Azeotropic mixture Azeotropic mixture
Ammonia
3
NH
Sumber: Lit. 4. Halaman
Untuk setiap mesin pendingin refrigerant yang digunakan berbeda-beda tergantung penggunaanya kapasitas, jenis kompresor dan lain-lainnya. Kadang satu type
refrigerant cocok untuk penggunaan beberapa penggunaan. Domistic
refrigerator R-12,
R-22 Domistic food freezers
R-12, R-22, R-502 Automobile air conditioning
R-12 Home air conditioning
R-22, R-500 Publik building air conditioning
Low capasity
R-12, R-22
Medium capasity R-11, R-12, R-22
High capasity
R-11, R-12
Ship board air conditioning R-11, R-12, R-22
Frozen food delivery service R-22
Metal srinking
Nitrogen Industral
proces R-11
Universitas Sumatera Utara
Pemilihan type dari refigerant yang digunakan pada mesin pendingin sudah ditentukan oleh pabrik dengan beberapa pertimbangan. Selain pertimbangan
mengenai penggunaan kapasitas seperti telah dijelaskan diatas bahwa juga harus dipertimbangkan jenis kompresor yang dipakai.
2.8 Proses Pendinginan
Proses mesin pendingin melalui beberapa tahap sebagai berikut:
2.8.1 Kerja Kompresi
Kerja kompresi Btulb merupakan perubahan entalpy pada proses dibawah ini:
Gambar.2.7 Daur kompresi uap ideal dalam diagram tekanan-enthalpy
Universitas Sumatera Utara
Skema proses pendinginan dapat dilihat pada diagram aliran sebagai berikut:
Gambar.2.8 Diagram aliran
Hubungan ini diturunkan dari persamaan aliran energi tetap steady flow of energy
:
det
3 2
3 2
L h
h w
w h
q h
Keterangan: h
= Entalpi W ,
2
C m
q = Perpidahan kalor Kjdet
w = Kapasitas
Ldet
2.8.2 Laju pengeluran Kalor
Pelepasan kalor dalam Btulb adalah perpindahan kalor dari refrigeran pada proses kerja pendinginan. Pengetahuan ini juga berasal dari persamaan aliran energi
yang steady, dimana energi kinetik, energi potensial, dan kerja dikeluarkan. det
3 4
Kj h
h q
Universitas Sumatera Utara
2.8.3 Dampak Refrigerasi Re
Dampak refrigerasi dalam Btulb adalah kalor yang dipindahkan pada proses . Besarnya harga bagian ini adalah sangat penting diketahui karna proses ini
merupakan tujuan utama dari seluruh sistim.
2 1
h h
1 2
Re h
h
Keterangan: - Re
= Efek Refrigerasi Refrigration Effect
2.8.4 Koefisien Perstasi COP
Koefisien prestasi dari dayr kompresi uap ideal adalah dampak refrigerasi dibagi dengan kerja kompresi.
4 3
1 2
h h
h h
COP
Keteranagan : - COP
= Coefifisien Of Performance
Universitas Sumatera Utara
BAB III
Perencanaan Alat Pemanas dan Pendingin
3. 1 Casing
Untuk pembuatan casing direncanakan terbuat dari bahan triplek lapis. Casing ini berbentuk balok, direncanakan tinggi = 45 cm, lebar = 30 cm, panjang = 30 cm.
Pada bagian atas casing dibuat lubang yang berfungsi sebagai tempat dudukan. Pada lubang tersebut dibuat corong penampungan air dengan 3 lubang
saluran. Pada bagian sisi atas casing dilapisi dengan plat baja yang tahan karat
stainless. Pemakaian bahan stainless ini berfungsi untuk menjaga rembesan tumpahan air terhadap casing yang berbahan triplek lapis.
Gambar. 3.1 Casing alat pemanas dan pendingin air
Universitas Sumatera Utara
3. 2 Bagian Dari Alat Pemanas
Pada alat pemanas air membutuhkan daya sebesar 300 watt listrik, dengan
spesifikasi peralatan yang digunakan pada perencanaan alat pemanas adalah :
3.2.1 Tabung Pemanas
Tabung pemanas terbuat dari baja tahan karat, dengan dimensi yang direncanakan
Gambar. 3.2 Tabung Pemanas
- Diameter Tabung = 10 cm - Tinggi Tabung = 15 cm
Maka dapat diketahui volume tabung pemanas adalah : V =
∏ r
2
x t = 3.14 x 5
2
x 15
Universitas Sumatera Utara
= 1177.5
3
cm = 1.1775 L
Maka dalam hal ini perencanaan pada tabung pemanas direncanakan berkapasitas 1.2 L.
Pada tabung pemanas terdapat tiga saluran air, yakni : Saluran air masuk.
Saluran air masuk terdapat pada bagian bawah tabung pemanas dengan ukurannya : Tinggi = 2 cm
Diameter saluran = ½ inchi. Saluran air keluar.
Saluran air keluar terdapat pada bagian tutup atas tabung, saluran ini berfungsi untuk jalur keluarnya air yang telah dipanaskan menuju kran air.
Adapun ukurannya : Tinggi = 2 cm
Diameter = ½ inchi Saluran kesetimbangan air
Saluran ini berfungsi sebagai media kontrol air yang masuk kedalam tabung, karena saluran ini memastikan bahwa tabung pemanas yang dioperasikan
benar-benar telah penuh dengan air. Perencanaan ukuran pada saluran kesetimbangan air :
Tinggi = 2 cm Diameter = ¼ inchi
Universitas Sumatera Utara
Saluran pembuangan air Saluran pembuangan air dirancang untuk membuang air yang tedapat didalam
tabung pemanas, manakala pada kita membersihkan tabung. Perencanaan ukuran dari saluran pembuangan air :
Tinggi = 2 cm Diameter = ¼ inchi
Kaki penyangga Kaki penyangga berfungsi sebagai penopang tabung pemanas didalam casing.
Kaki penyangga direncanakan dengan tinggi 8 cm.
3.2.2 Koil Pemanas
Koil pemanas terdapat didalam tabung pemanasan. Koil pemanas berbentuk 2 lilitan, dimana material dari koil pemanas tersebut direncanakan dari baja tahan karat.
Arus listrik yang dialirkan terhadap koil pemanas akan bereduksi panas, sehingga mengakibatkan perpindahan panas menyeluruh terhadap air didalam tabung
pemanasan.
3.2.3 Termostat.
Termostat adalah alat kontrol untuk mengatur suhu didalam tabung pada batas suhu yang tertentu dengan membuka dan menutup kontak listrik secara otomatik.
Thermostat ini sudah ditentukan sendiri dari pabrikannya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar. 3.3 Thermostat
Pada dinding tabung pemanas direncanakan dipasang 2 buah thermostat dengan spesifikasi :
Merek CQC Tipe KSD 30183
Thermostat 1 direncanakan sebagai pemutus arus listrik terhadap tabung pemanasan
Thermostat 2 direncanakan sebagai pemutus aliran lampu yang berfungsi sebagai display pada saat pemanasan.
Kedua thermostat ini akan segera memutuskan aliran listrik, apabila suhu didalam tabung pemanasan sudah mencapai 80
o
C. Adapun prinsip kerja thermostate adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Terminal Arus
R IN PUT
220-240V
Pegas
Gambar. 3.4 Prinsip Kerja Thermostate
Apa bila suhu mencapai 80 maka pegas akan memuai dan mendorong
terminal arus sehingga arus putus atau berhenti, dan sebaliknya apa bila suhu menjadi rendah maka pegas akan menyusut dan terminal arus akan terhubung kembali,
sehingga arus mengalir ke R Resistor. C
3.3 Bagian - Bagian Pada Alat Pendingin
Pada alat pendingin dibutuhkan daya sebesar 50 watt. Adapun peralatan yang digunakan dalam perencanaan pendinginan adalah :
Universitas Sumatera Utara
3.3.1
arena elemen pendingin ini berada pada kotak pendingin yang ipasangkan senyawa.
Kotak pendingin dan elemen pendingin .
Kotak pendingin dan elemen pendingin merupakan satu bagian alat yang telah jadi dari pabrikannya, k
d
Gambar 3.5 Tabung Pendingin
un spesifikasi dan dimensi dari kotak pendingin dan elemen
kotak pendingin.
etahui volume dari kotak pendinginan Adap
pendingin :
Dimensi Panjang = 8 cm
Lebar = 8 cm Tinggi = 12 cm
Maka dapat dik V = P x L x T
= 8 x 8 x 12
Universitas Sumatera Utara
= 768 cm
3
= 0.768 L Maka volume dari kotak pendingin dibula
tkan saja menjadi 0.8 L. Sedangkan, pada el
san batas dank arena itu juga pada karakte
kerja elemen pendingin dari pengaruh temper
ang masing-masing berfungsi :
½ inchi.
cm, diameter = ½ inchi.
Dengan dimensi tinggi = 2 cm, diameter = 14. inchi. emen pendingin berdimensi 4 cm x 4 cm.
System teknik pendinginannya ialah pendinginan transpirasi atau pemeluhan Transpiration cooling. Dimana sebuah plat rata berpori diberi arus aliran kecepatan
tinggi. Sementara, fluida fluida didorong melalui plat pelapisan batas. Proses injeksi membawa energi tambahan keluar dari daerah yang dekat dengan permukaan plat,
yaitu tambahan diatas energi yang biasanya dihantar kelapisan batas. Hal ini akan memberi pengaruh profil kecepatan lapi
ristik serek-gesek Frictional-Drag. Kotak pendingin dibugkus dengan steroafoam atau gabus. Sterofoam ini
berfungsi untuk meningkatkan efesiensi ature panas luar dari dalam casing.
Pada kotak pendingin terdapat 3 saluran air y Saluran masuk air kedalam kotak pendinginan.
Dengan dimensi tinggi = 2 cm, diameter = Saluran keluar air yang telah didinginkan.
Dengan dimensi tinggi = 2 Saluran pembuangan air.
Universitas Sumatera Utara
3
ensor thermal harus ditempatkan pada daerah atau titik yang suhunya akan diatur.
.3.2 Sensor thermal.
Sensor thermal berbentuk tabung atau pipa kapiler dapat dipasang pada semua sisi, tetapi harus membuat kontak yang baik dengan bagian yang suhunya sedang
diatur. S
Gambar.3.6 Sensor Thermal
3.3.3
p panas an dingin. Alat tersebut menggunakan arus searah DC positif dan negatif .
Elemen Pendingin Elektronik Peltier
Pada perancangan alat pendingin ini tidak menggunakan kompresor,refrigeran untuk proses pendinginan, tetapi menggunakan alat pendingin elektronik PELTEIR.
Pelteir adalah sebuah elemen pendingin elektronik, alat tersebut bisa menyera d
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.7 Elemen Pendingin Elektronik peltier
3.3.4 Sirip pendingin.
Sirip pendingin berfungsi untuk mempercepat perpindahan laju kalor yang berasal dari elemen pendingin agar tidak mempengaruhi suhu air yang dihasilkan dan
juga memaksimalkan kinerja dari elemen pendingin. Adapun dimensi dari sirip pendingin yang digunakan adalah 9.5 cm x 10 cm.
Sirip yang digunakan pada alat pendingin ini berjenis sirip longitudinal dengan profil parabola. Adapun bahan dari sirip ini adalah aluminium.
Gambar. 3.8. Sirip Pendingin
Universitas Sumatera Utara
3.3.5 Kipas
. Untuk lebih meningkatkan efisiensi kerja dari elemen pendingin maka hawa
dingin akan ditarik oleh kipas untuk dibuang keluar
kipas yang digunakan pada alat pendingin, yaitu : - Merek Comwinton Electric
- Diameter kipas 3.5 inchi - Jumlah daun kipas = 7 buah
- Tipe = PLG 2 S 12 M - DC = 12 V, I = 0.20 A
panas yang diserap oleh sirip pen kalor panasnya.
Adapun spesifikasi dari
Gambar. 3.9 Kipas
Universitas Sumatera Utara
3.4 Rangkaian kontrol listrik
Kontrol listrtk adalah suatu alat yang bekerja memakai daya listrik dan dapat mengatur arus listrik. Alat control listrik diantaranya terdiri dari saklar, solenoid,
kontaktor, pengaman motor listrik, lampu sinyal dan transformator.
Gambar. 3.10 Alat Pengontrol Pada Pendingin
3.5 Saklar listrik.
Pada perancangan alas pemanas dan pendingin ini digunakan 2 saklar utama yang langsung terhubung dengan arus listrik. Saklar ini ditempatkan pada bagian
belakang sisi atas casing.
Gambar.3.11 Saklar
Universitas Sumatera Utara
3. 6 Lampu LED
Lampu LED berfungsi sebagai lampu sinyal pada saat alat pemanas maupun ng dioperasikan.
. 8 Selang Karet
ng karet digunakan sebagai saluran keluar masuknya air. Selang karet
3.9 Keran