BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. INFERTILITAS 1. Definisi
Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan setelah menikah 1 tahun atau lebih
dengan catatan pasangan tersebut melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa adanya pemakaian kontrasepsi.
1
World Health Organization WHO memberi batasan
1,3
: a. Infertilitas primer adalah belum pernah hamil pada wanita yang telah berkeluarga
meskipun hubungan seksual dilakukan secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi untuk selang waktu paling kurang 12 bulan.
b. Infertilitas sekunder adalah tidak terdapat kehamilan dalam waktu 1 tahun atau lebih pada seorang wanita yang telah berkeluarga dengan hubungan seksual
secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi sebelumnya pernah hamil.
2. Insiden
Insiden infertilitas berkisar antara 10 – 15 dari pasangan usia subur. Insidensi
infertilitas meningkat sejak 40 tahun terakhir ini. Sumapraja, dalam penelitiannya mendapatkan insiden infertilitas sebesar 20 dari PUS, sedangkan Southan
menyebutkan insiden infertilitas sebesar 10 – 25 dari PUS.
8,14
8
M. Oky Prabudi: Peranan Dan keberhasilan Histeroskopi Pada Wanita Infertil USU e-Repository © 2008.
3. Etiologi
1,6
Secara statistik penyebab pasangan infertil dari faktor suami 40-45 dan faktor
istri 40. Dari pihak istri penyebabnya adalah : Permasalahan dari pihak istri adalah ovulasi 20-40, endometriosis 10, tuba 20-40, defek fase luteal
8-10, endometrium 10, mioma uteri 5, faktor psikis 8, dan faktor- faktor lain 15-25. Sedangkan dari pihak suami penyebabnya sebagian besar
adalah ooligozoospermia. Kombinasi antara keduanya 15-20. Secara umum infertilitas dapat disebabkan oleh :
a. Gangguan pada hubungan seksual b. Jumlah sperma dan transportasinya yang abnormal
c.Gangguan ovulasi dan hormonal termasuk pada tingkat reseptor hormon reproduksi.
d. Kelainan pada tempat implantasi dan uterus. e. Kelainan jalur transportasituba fallopii.
f. Gangguan peritoneum. g. Gangguan immunologik.
Unexplained Infertility dapat diartikan sebagai ketidakmampuan untuk hamil setelah 1 tahun tanpa ditemukannya suatu abnormalitas menggunakan prosedur
pemeriksaan ginekologis rutin. Dibawah ini merupakan faktor-faktor yang banyak
9
M. Oky Prabudi: Peranan Dan keberhasilan Histeroskopi Pada Wanita Infertil USU e-Repository © 2008.
ditemukan pada pasangan ”unexplained infertility” dan kemungkinan mempunyai korelasi terhadap infertilitas
14
: 1.
faktor ovarium dan endokrin 2.
faktor peritoneal 3.
faktor tuba 4.
faktor endometrium 5.
faktor serviks 6.
faktor imunitas 7.
faktor suami 8.
faktor embriologi
Infertilitas pada wanita dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : a. Nutrisi
Hipovitaminosis, defisiensi protein dan anemia.
6
b. Endokrinologi 1. Hipofise
Ovulasi dan kehamilan tergantung pada produksi normal dari thyrotropin, adrenokortikotropin dan gonadotropin FSH, LH, LTH. Gangguan ovarium
sekunder terjadi bila fungsi hipofise menurun atau meningkat. Hipopituarisme dapat menyebabkan kolaps pembuluh darah karena perdarahan atau nekrosis
kelenjar hipofise sindroma Sheehan, granuloma, kista dan tumor serta anemia penyakit Simmond sangat jarang dijumpai pada adenoma jinak.
9
10
M. Oky Prabudi: Peranan Dan keberhasilan Histeroskopi Pada Wanita Infertil USU e-Repository © 2008.
2. Tiroid Hipotiroidisme
dapat menyebabkan anovulasi dan infertilitas. Pada
hipertiroidisme yang berat juga dapat menyebabkan infertilitas yang terjadi amenorrhea.
12
3. Adrenal Hiperaktivitas kelenjar adrenokortikal sindroma cushing dapat menurunkan
terjadinya ovulasi. Kegagalan kelenjar adrenal penyakit Addison menyebabkan atropi gonad.
12
c. Infertilitas karena faktor serviks Serviks berfungsi sebagai barier terhadap mikrobiologi infeksius dan merupakan
saluran sperma ke dalam uterus. Serviks akan memberi respon secara imunologis bila bertemu dengan mikrobiologi infeksius namun tidak memberi respon secara
imunologik bila bertemu dengan antigen permukaan spermatozoa. Sekresi serviks menyebabkan bagian proksimal vagina bersifat basa pH = 8.5 dibandingkan
bagian distal pH = 3 – 5.
12,14
Kelainan serviks yang dapat menyebabkan infertilitas adalah
9
: 1.
Perkembangan serviks yang abnormal sehingga dapat mencegah migrasi sperma atau tidak mampu mempertahan produk kehamilan .
2. Tumor serviks polip, mioma dapat menutupi saluran sperma atau
menimbulkan discharge yang mengganggu spermatozoa.
11
M. Oky Prabudi: Peranan Dan keberhasilan Histeroskopi Pada Wanita Infertil USU e-Repository © 2008.
3. Servisitis yang menghasilkan asam atau sekresi purulen yang bersifat toksin
terhadap spermatozoa. Streptococcus, staphylococcus, gonococcus, tricomonas dan infeksi campuran merupakan penyebab terbanyak.
d. Infertilitas karena faktor tuba
20
Tuba fallopii dapat tersumbat, berkelok-kelok atau mengalami perlengkatan. Penyebab utama gangguan ini adalah karena adanya penyakit peradangan pelvik.
e. Infertilitas karena faktor uterus
12,14
Kelainan uterus yang menyebabkan infertilitas antara lain : 1.
Septum uteri Hal ini dapat menghambat maturasi normal embrio karena kapasitas uterus yang
kecil. Septum uteri menurut tingkatan berdasarkan ukuran septum dibagi menjadi 3 kelompok yakni :
- Stadium I : 0 – 1 cm
- Stadium II : 1 - 3 cm
- Stadium III : 3 cm
2. Tumor uterus polip dan mioma menyebabkan perdarahan discharge, merubah
vaskularisasi dan mengurangi kapasitas uterus.
3. Kelainan endometrium, seperti adanya polip, endometritis, hiperplasia dan
perlengketan intrauterin sindroma Asherman.
12
M. Oky Prabudi: Peranan Dan keberhasilan Histeroskopi Pada Wanita Infertil USU e-Repository © 2008.
Sindroma Asherman terjadi oleh karena dilakukannya dilatasi dan kuretase yang merupakan blind procedure sehingga terjadi interuterine scar dan akhirnya
menjadi sinekhia intrauterin.
Bozdag dkk, mengatakan bahwa penyebab utama dari sindroma Asherman adalah
dilakukannya dilatasi dan kuretase yang mana merupakan blind method, yang secara respektif persentase insiden terjadinya sindroma Asherman akibat kuretase
adalah 14 – 36.
35
American Fertility Society membagi sindroma Asherman menurut derajatnya adhesinya dapat dibagi menjadi 3 bagian yakni
24
: I.
Mild : 13 bagian dari kavum uteri yang terlibat adhesi II.
Moderate : 13 - 23 bagian dari kavum uteri yang terlibat adhesi III.
Severe : 23 bagian dari kavum uteri yang terlibat adhesi
f. Infertilitas karena gangguan faktor ovulasi
5,6
Gangguan ovulasi dapat berupa : 1.
Anovulasi kronik Disini walaupun produksi gonadotropin dan steroid normal, namun tetap terjadi
ovulasi. Gambaran klinisnya berupa oligomenorhea, kadar estrogen yang tinggi pada epitel vagina dan mucus serviks dan terjadi perdarahan withdrawal setelah
pemberian progestin.
13
M. Oky Prabudi: Peranan Dan keberhasilan Histeroskopi Pada Wanita Infertil USU e-Repository © 2008.
2. Oligo ovulasi
Merupakan varian dari ovulasi kronik, secara klinik dan uji laboratorik sama, namun fungsi fertilitas sebelumnya pernah normal. Bila ovulasi merupakan
satu-satunya penyebab infertilitas maka dalam tiga bulan akan terjadi kehamilan setelah induksi ovulasi.
g. Gangguan fase luteal
5,6,9
Defek fase luteal diartikan sebagai keterlambatan dua hari atau lebih perkembangan endometrium secara histologis dibandingkan dengan siklus
menstruasi, kemungkinan karena disebabkan oleh sekresi aksi progesteron yang tidak adekuat. Meskipun defek fase luteal secara langsung sering disebabkan oleh
penurunan produksi hormon oleh korpus luteum, penyebab yang sering mendasarinya bermacam-macam, antara lain :
1. Penurunan kadar FSH pada fase folikular
2. Pola abnormal sekresi LH
3. Penurunan kadar LH dan FSH saat ovulasi
4. Penurunan respon endometrium terhadap progesteron
14
M. Oky Prabudi: Peranan Dan keberhasilan Histeroskopi Pada Wanita Infertil USU e-Repository © 2008.
h. Infertilitas karena endometriosis
5,6,12
Endometriosis dapat menyebabkan infertilitas karena perlengketan sehingga menghambat motilitas tuba dan ovum pick up. Selain itu pada endometriosis yang
ringanpun dapat menyebabkan infertilitas melalui beberapa mekanisme, yaitu : 1.
Produksi prostaglandin sehingga mempengaruhi motilitas tuba atau folikulogenesis dan fungsi korpus luteum.
2. Melalui makrofag peritoneum, ditemukan peningkatan aktifitas makrofag
yang akan memfagosit sperma. 3.
Dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan folikel, disfungsi ovulasi dan kegagalan perkembangan embrio.
i. Infeksi
14
Terdapat dua mikroba patogen yang sangat potensial menyebabkan infeksi, yaitu Chlamydia trachomatis dan mycoplasma species. Chlamydia merupakan
penyebab PID sekitar 20, juga menyebabkan infeksi asimtomatik terhadap organ genitalia wanita dan diyakini sebagai penyebab “silent tuba infection” yang
dapat menyebabkan kerusakan tuba. Mycoplasma hominis dan ureaplasma ureatikum ditemukan lebih banyak pada mucus serviks dan semen pada pasangan
infertil. Penyebab lain yang sering juga menimbulkan infeksi adalah gonorrheae.
j. Faktor imunologi
12,14
Etilogi terjadinya antibodi antisperma belum diketahui secara jelas, kemungkinan oleh karena multifaktorial. Pada wanita munculnya antibodi antisperma
15
M. Oky Prabudi: Peranan Dan keberhasilan Histeroskopi Pada Wanita Infertil USU e-Repository © 2008.
kemungkinan berhubungan dengan trauma atau kerusakan pada epitel vagina saat berhubungan seks.
4. Penanganan Infertilitas Pada Wanita
1,9
Penanganan infertilitas diarahkan kepada penyebab infertilitas itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan kejelian dalam langkah-langkah pemeriksaan dalam
mencari penyebabnya.
Secara praktis pemeriksaan pada kasus infertilitas pada 3 tahapan.
a. Tahap Pertama Fase I
1,9,12
1. Pemeriksaan riwayat infertilitas anamnesis. Anamnesis masih merupakan cara terbaik untuk mencari penyebab
infertilitas pada wanita. Faktor-faktor penting yang berkaitan dengan infertilitas yang harus ditanyakan kepada pasien adalah mengenai usia
pasien, riwayat kehamilan sebelumnya, panjang siklus haid, riwayat penyakit sebelumnya dan sekarang, riwayat operasi, frekuensi koitus dan
waktu koitus.
Perlu juga diketahui pola hidup dari pasien mengenai alkohol, merokok dan stress. Hal ini semua dapat mempengaruhi terjadinya infertilitas.
16
M. Oky Prabudi: Peranan Dan keberhasilan Histeroskopi Pada Wanita Infertil USU e-Repository © 2008.
2. Pemeriksaan fisik Disini perlu diperiksakan indeks massa tubuh, pemeriksaan kelenjar tiroid,
hirsutisme, akne sebagai pertanda hiperandrogenisme. Adanya galaktorea merupakan tanda dari hiperprolaktinemia. Disini juga dilakukan
pemeriksaan pelvik untuk mengetahui apakah ada kelainan di vagina, serviks dan uterus.
3. Penilaian ovulasi Cara sederhana untuk mengetahui ovulasi adalah dengan mengukur suhu
badan basal SBB. SBB juga dapat digunakan untuk menentukan kemungkinan hari ovulasi. Cara lain yang dapat digunakan untuk penilaian
ovulasi adalah dengan pemeriksaan USG transvaginal dan pemeriksaan hormon progesteron darah. Pada pemeriksaan dengan USG transvaginal
dapat dilihat pertumbuhan folikel, bila diameternya mencapai 18-25 mm berarti menunjukkan folikel yang matang dan akan terjadi ovulasi.
4. Uji pasca senggama UPS Merupakan cara pemeriksaan yang sederhana tetapi dapat memberi
informasi tentang interaksi antara sperma dengan getah serviks. UPS dilakukan 2 – 3 hari sebelum perkiraan ovulasi dimana “spin barkeit” dari
getah serviks mencapai 5 cm atau lebih.
17
M. Oky Prabudi: Peranan Dan keberhasilan Histeroskopi Pada Wanita Infertil USU e-Repository © 2008.
Pengambilan getah serviks dari kanalis endo-serviks dilakukan setelah 2 – 12 jam senggama. Pemeriksaan dilakukan di bawah mikroskop. UPS
dikatakan positif, bila ditemukan paling sedikit 5 sperma perlapangan pandang besar LPB. UPS dapat memberikan gambaran tentang kualitas
sperma, fungsi getah serviks dan keramahan getah serviks terhadap sperma.
b. Tahap Kedua Fase II
1,9,12
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan HSG untuk menilai patensi tuba. Uji ini dilakukan pada paruh pertama siklus haid dimana sebelum tindakan
dilakukan pasien dianjurkan tidak senggama paling sedikit 2 hari sebelumnya. HSG dilakukan oleh ahli radiologi dengan menyuntikkan
larutan radio-opaque melalui kanalis serviks ke uterus dan tuba fallopii.
c. Tahap Ketiga Fase III
1,12
Akhir-akhir ini laparoskopi dianggap cara terbaik untuk menilai fungsi tuba fallopii. Kedua tuba dapat dilihat secara langsung dan potensinya dapat diuji
dengan menyuntikkan larutan metilen blue atau Indigokarmin dan dengan melihat pelimpahannya ke dalam rongga peritoneum. Dengan laparoskopi
dapat sekaligus melihat kelainan yang kemungkinan terhadap di dalam rongga peritoneal, seperti endometriosis, perlengketan pelviks dan patologi
ovarium.
18
M. Oky Prabudi: Peranan Dan keberhasilan Histeroskopi Pada Wanita Infertil USU e-Repository © 2008.
B. HISTEROSKOPI PADA INFERTILITAS