Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum. Syafruddin Sulung Hasibuan, S.H., M.Hum., DFM.

Telah Diuji Pada Tanggal: 13 September 2008 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. Anggota : 1. Notaris Syahril Sofyan, S.H., M.Kn.

2. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum.

3. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum.

4. Syafruddin Sulung Hasibuan, S.H., M.Hum., DFM.

Amelya Zuharni: Perlindungan Hukum Pemilik Paten Dalam Lisensi Wajib, 2008. USU e-Repository © 2008 ABSTRAK Dalam Pasal 1 angka 13 UU Paten dirumuskan lisensi sebagai izin yang diberikan oleh pemegang paten kepada pihak lain berdasarkan perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi darisuatu paten yang diberi perlindungan dalam jangka waktu dan syarat tertentu. Selain melalui perjanjian lisensi, pengalihan paten dapat dilakukan melalui lisensi wajib yang sesuai Pasal 74 sebagai lisensi untuk melaksanakan Paten yang diberikan berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal HaKI atas dasar permohonan untuk melaksanakan paten yang telah dilindungi. Oleh karena itu menjadi permasalahan tentang hak eksklusif paten bagi pemegang lisensi wajib, syarat-syarat dan tata cara peralihan hak paten melalui lisensi wajib, dan perlindungan hukum pemilik paten dalam lisensi wajib. Sifat penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif yaitu melakukan studi kepustakaan atau kajian terhadap UU No. 14 Tahun 2001 tentang Paten dalam hal perlindungan hukum pemilik paten dalam lisensi wajib. Berdasarkan hasil penelitian diketahui hak eksklusif paten bagi pemegang lisensi wajib terbatas pada jangka waktu yang ditetapkan Direktorat Jenderal HKI. Hak eksklusif paten bagi lisensi wajib tidak dapat dialihkan, kecuali karena pewarisan yang tetap terikat oleh syarat pemberiannya dan ketentuan lain terutama mengenai jangka waktu, dan harus dilaporkan kepada Direktorat Jenderal HKI untuk dicatat dalam Daftar Umum Paten dan diumumkan dalam Berita Resmi Paten. Lisensi-wajib dilaksanakan berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal HKI atas dasar permohonan dari setiap pihak kepada Direktorat Jenderal untuk melaksanakan Paten yang bersangkutan setelah lewat jangka waktu 36 tiga puluh enam bulan terhitung sejak tanggal pemberian Paten dengan membayar biaya, dengan alasan bahwa Paten yang bersangkutan tidak dilaksanakan atau dilaksanakan tidak sepenuhnya di Indonesia oleh Pemegang Paten. Permohonan lisensi-wajib dapat pula diajukan setiap saat atas alasan bahwa Paten telah dilaksanakan oleh pemegang Paten atau penerima lisensi dalam bentuk dan dengan cara yang merugikan kepentingan masyarakat. Namun, sampai saat ini belum pernah dilaksanakan lisensi wajib di Indonesia. Selain peraturan pemerintah yang belum ada, juga masih terbatasnya kemampuan atau fasilitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan lisensi wajib atas produk yang dibutuhkan tersebut. Perlindungan hukum hak eksklusif pemegang Paten terhadap lisensi wajib di dalam ketentuan UU Paten ditegaskan lisensi wajib dapat berakhir sesuai Pasal 84 karena selesainya jangka waktu yang ditetapkan atau karena pembatalan, atau penerima lisensi-wajib menyerahkan kembali lisensi yang diperolehnya. Dengan berakhirnya lisensi-wajib, maka menurut Pasal 85 berakibat pulihnya hak pemegang atas Paten terhitung sejak tanggal pencatatannya. Selain itu, dalam hal lisensi wajib pemegang paten tidak setuju terhadap besarnya imbalan yang ditetapkan oleh Pemerintah, maka sesuai ketentuan Pasal 102 pemegang paten dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Niaga. Dalam rangka melindungi pemegang paten, maka tindakan tegas dari pemerintah dalam mencegah terjadinya pelanggaran hak paten itu berupa ganti kerugian bagi pemegang paten yang telah digunakan oleh pihak lain tanpa seizin pemegang paten, dan memerintahkan si pelanggar menghentikan kegiatannya memproduksi barang yang telah dipatenkan, dan juga pemerintah segera menerbitkan Peraturan Pemerintah sebagai peraturan pelaksanaan lisensi paten. Kemudian, kepada para pihak yang melakukan pengalihan atas paten, walaupun dalam Pasal 66 UU Paten tidak secara tegas ditentukan perjanjian pengalihan paten harus dituangkan dalam akta notaris, maka demi kesempurnaan dari perjanjian itu sebaiknya dilakukan di hadapan notaris sebagai pejabat umum pembuat akta otentik. Kata kunci: Paten; Lisensi Wajib; Amelya Zuharni: Perlindungan Hukum Pemilik Paten Dalam Lisensi Wajib, 2008. USU e-Repository © 2008 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah terlebih dahulu dipanjatkan kehadirat ALLAH SWT, berkat rahmat-Nya penulis dapat menyusun tesis dengan judul ”PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK PATEN DALAM LISENSI WAJIB”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang hatis dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan MKn pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan, dimana penulisan ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan dan bantuan semua pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya. Pada kesemparan ini penulis sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Komisi Pembimbingan yang terhormat Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, MHum, Bapak Notaris Syahril Sofyan, SH, MKn, dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum yang berkat bimbingan, petunjuk dan arahan yang diberikan kepada penulis sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada Dosen Penguji diluar Komisi Pembimbing Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MH, Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum, yang telah banyak memberikan masukan, petunjuk dan arahan yang konstruktif terhadap penyempurnaan penulisan tesis ini sejak tahap seminar proposal, seminar hasil dan hingga selesainya penulisan tesis ini. Selanjutnya penulis mengucapan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTMH., Sp.AK, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana