BAB 5 HASIL PENELITIAN
1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini akan menguraikan tentang karateristik data demografi responden, Gambaran tingkat demensia dan aktivitas sehari-hari pada lansia,
jumlah responden pada penelitian ini adalah 75 orang, yakni lansia Desa Batukarang dan bersedia menjadi responden.
1.1 Karakteristik Data Demografi Karateristik responden pada penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas
responden terbanyak berusia elderly 58,75, old 38,7, very old 2,7, berjenis kelamin perempuan 65,3, dan laki-laki 34,7, dan pekerjaan
terbanyak pertani 78,7, pensiunan PNS 14,7, wirausaha 6,7. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Presentasi Karakteristik Demografi Lansia di
Desa Batukarang n-75
Karateristik Demografi Frekuensi
1. Usia
60-74 Ederly 44 58,7 75-90 Old 29 38,7
90 Very old 2 2,7
2. Jenis kelamin Laki-laki 26 34,7
Perempuan 49 65,3 3. Pekerjaan
Petani 59 78,7 Pns 11 14,7
Wirausaha 5 6,7
1.2 Tingkat Demensia
Hasil analisa data tingkat Demensia pada lansia dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Presentasi Berdasarkan Kategori Tingkat
Demensia di Desa Batukarang Kec Payung n=75. Variabel Kategori Frekuensi
Tingkat Demensia Tidak Demensia 0-2 42 56,3 Ringan 3-5 10 13,3
Sedang 5-7 17 22,7 Berat 8-10 6 8,0
Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh data ada 42 lansia 56 termasuk dalam kategori tidak demensia dan hanya 8 orang lansia 8 yang termasuk dalam
kategori demensia berat. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Dan presentase Tingkat Demensia di Desa
Batukarang Kec Payung Kab n-75 No Pertanyaan Salah Benar
N N 1. Tanggal Berapakah Hari Ini
46 61,3 29 38,7 2. Bulan Berapakah Sekarang 22 29,9 53 70,7
3. Tahun Berapakah sekarang 19 25,3 56 74,7 4. Hari Apa Sekarang 14 18,7 61 81,3
5. Apa Nama Tempat Ini 10 13,3 65 86,7 6. Dimana Alamat Rumah BapakIbu 8 10,7 67 89,3
7. Berapa Umur BapakIbu 12 16,0 63 84,0
8. Siapakah Nama Presiden Kita 29 38,7 46 61,39 9. Siapa Nama Kecil Anda 24 32,0 51 68,0
10. Kurangi 3 dari 20 Terus Kurangi 3 38 50,7 37 49,3 Dari Masing-masing Angkanya
Sampe Habis
1.3 Aktivitas Sehari-hari Hasil analisa data dari aktivitas sehari-hari pada lansia dapat dilihat
pada tabel berikut. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Dan Presentasi Berdasarkan Kategori Aktivitas
Sehari-Hari Pada Lansia Di Desa Batukarang Kec Payung.
Tabel 5.4 menujukkan gambaran aktivitas sehari-hari lansia di Desa Batukarang ketergantungan 13 orang 17,3 dan mandiri 62 orang 82,7.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Dan Presentasi Aktivitas Sehari-Hari Pada Lansia Di Desa Batukarang Kec Payung n-75
No Pertanyaan Tergantung
N Mandiri
N
1. Mempersiapkan makan dan alat makan 11 14,7 64 85,3 2. Bersosialisasi atau bergaul dengan 13 17,3 62 82,7
tetangga dan masyarakat sekitar rumah 3. Melakukan Pekerjaan rumah tangga 18 24,0 57 76,0
Menyapu rumah,mencuci piring 4. Memperbaiki barang keperluan 41 54,7 34 45,3
Sehari-hari yang rusak 5. Menggunakan sarana transportasi umum 37 49,3 38 50,7
Untuk berpergian ke suatu tempat 6. Menggunakan Uang dan menyimpan 30 40,0 45 60,0
Dengan baik 7. Berpergian dengan sendiri tanpa ditemani 36 48,0 39 52,0
Oleh keluarga atau orang lain 8. Mandi sendiri 14 18,7 61 81,3
Mempesipkan alat mandi dan baju ganti 9. Buang air besar 11 14,7 64 85,3
masuk dan keluar kamar mandi 10. Buang air kecil 11 14,7 64 85,3
Variabel Katagori
Frekuensi Aktivitas Sehari-hari Tergantung 14-21
Mandiri 22-28 19
56 25,3
74,7
Table 5.5 Lanjutan No Pertanyaan Tergantung Mandiri
N N 11. Duduk dan berdiri 16 21,3 59 78,7
12. Mengkonsumsi obat secara benar 26 34,7 49 65,3 Sesuai dengan aturan dan
dosis yang diberikan
13. Mengikuti kegiatan rohani 18 24,0 57 76,0 14. Menghadiri acara di luar rumah 23 30,7 52 69,3
2. Pembahasan 2.1 Tingkat Demensia
Dari penelitian yang sudah dilakukan di Desa Batukarang Kec Payung Kab Karo bahwa dari 75 responden penelitian lebih dari setengah lansia yang ada di
desa tersebut tidak demensia yaitu 42 orang 56,3, dikatakan demikian karena dari beberapa pertanyaan yang diajukan kepada lansia tersebut lebih banyak
lansia yang dapat menjawab dengan benar pertanyaan yang ditanyakan oleh peneliti. Hal ini dapat disebabkan karena rata-rata responden yang berada pada
kategori tidak demensia dan menjawab dengan benar ini berumur 60-74 tahun yaitu 44 orang 58,7 sehingga angka terjadinya demensia juga masih sangat
kecil, hal ini disebabkan juga karena mayoritas lansia yang bekerja di desa Batukarang tersebut adalah petani terdapat 59 orang 78,7, Dan lansia yang
bekerja sebagai petani sangat aktif dalam melakukan kegiatan sehari-hari dimana mereka sangat semangat bekerja keladang pada pagi hari dan pulang dari ladang
pada sore hari, mereka juga jarang sekali mengeluh tentang pekerjaan mereka
dan berpikir bahwa pekerjaan yang mereka lakukan adalah sebagai olahraga bagi kesehatan fisik mereka dan jika mereka tidak pergi ke ladang mereka merasa
suntuk dirumah dan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, lansia juga merasa lebih sehat apalabila berpegian ke ladang setiap hari. Oleh karena itu
lansia banyak melakukan aktivitas setiap harinya, dimana aktivitas yang dilakukan lansia tersebut dapat menghambat terjadinya proses penuaan otak.
Menurut Turana 2013 program kegiatan lansia dilapangan dapat menjadi kegitan stimulus otak dan menjadikan lansia lebih berperan aktif dan produktif,
bukan hanya sekedar menghambat proses kemunduran otak namun juga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dan orang sekitarnya, adapun kegiatan yang
dapat melatih stimulus otak pada lansia yaitu aktivitas fisik, stimulasi mental, dan aktivitas sosial. Menurut Noorkasiani 2009 menyatakan bahwa lansia pada
umur 65- 74 tahun hanya 3 mengalami demensia 75-80 tahun mengalami demensia sedang dan 80 tahun ke atas meningkat sampai 47 mengalami
demensia. Sedangkan menurut Akter,et,al 2012 lansia yang berumur 65-69 usia 75-79 tahun, 5,8 pada usia 80-82 tahun, 11 pada usia 82-84 tahun, dan
22,3 pada usia 85 tahun. Menurut Nugroho, 2008 semakin tua populasinya semakin tinggi angka
terjadinya demensia. Proses menua tidak sendirinya dapat menyebabkan demensia. Demensia diperkirakan akan terus meningkat dua kali lipat, dan angka
kejadian penyakit demensia sangat berkaitan dengan usia. Semakin tua populasinya, semakin tinggi angka kejadinnya. Angka prevalensi akan
bertambah dua kali lipat pada setiap pertumbuhan lima tahun setelah usia 65
tahun. lima persen dari seluruh populasi usia 65 tahun adalah penderita demensia, 16 terdapat pada usia 85 tahun, dan 32 terdapat pada usia 90
tahun. Pada lansia tingkat demensia ringan yang ada pada desa tersebut terdapat 10
orang 13,3 yang mengalami demensia ringan, tetapi masih banyak lansia yang melakukan aktivitas dan sebagian dari mereka sadar bahwa adanya
penurunan daya ingat dan kadang-kadang mereka membutuhkan keluarga untuk mengingatkan kembali hal-hal yang mereka lupa untuk dikerjakan atau ada
pertemuan acara-acara diluar rumah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryantoro 2012, 36,7 lansia
tingkat ringan aktif melakukan aktifitas sehari-hari dengan bantuan tingkat ringan hal ini dikarenakan responden masih aktif dalam bekerja dan masih aktif
melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri. Lansia yang mengalami demensia tingkat ringan akan terjadi perubahan-perubahan kognisi yang tiba-
tiba. Hilangnya memori terbaru menyebabkan sulitnya mendapatkan informasi baru, juga dapat menunujukkan pola penilaian yang buruk, terdapat kesulitan
dalah hal angka, membayar tagihan, menyeimbangkan buku cek, mengatur uang dan dan menelepon dapat menjadi hal yang menyulitkan, terjadinya perubahan-
perubahan kepribadian, kurang inisiatif dan menjadi lebih menarik diri, kebingungan terhadap orientasi waktu dan jarak, kesulitan menyebutkan nama
benda. Stanley Beare,2006 Pada lansia demensia tingkat sedang terdapat 17 orang 22,7 yang
mengalami demensia ringan, kebanyakan lansia sudah tidak dapat melakukan
aktivitas secara mandiri atau dengan kata lain lansia tersebut membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan lansia tersebut
lebih banyak tinggal bersama keluarga atau tidak tinggal sendirian. Hal ini didukung dengan data bahwa sebagian responden yang demensia ringan masih
bekerja seperti biasa dan responden yang mengalami demensia sedang sebagian besar bekerja di dalam rumah atau sudah tidak bekerja seperti waktu muda. Pada
tahap ini terjadinya ingatan pada saat ini dan ingatan masa lampau memburuk, apraksia atau ketidakmampuan melakukan gerakan yang bertujuan, meskipun
sistem sensori dan motoriknya utuh juga terjadi, membutuhkan bantuan dalam aktivitas sehari-hari, agnosia atau ketidakmampuan untuk mengenali objek yang
umum, agresivitas, ansietas, mengeluyur dan gangguan aktivitas lain, perilaku yang tidak tepat secara total, gangguan irama diurnal, delusi, paranoid,
halusinasi, kesulitan dalam bahasa, peningkatan tonus otot, perubahan gaya berjalan dan keseimbangan, dan gangguan persepsi terhadap kedalaman yang
dapat menyebabkan resiko terjadinya jatuh, nafsu makan yang baik. Stanley Beare, 2006
Lansia yang mengalami demensia tingkat berat dari 75 responden hanya terdapat 6 orang 8,0 terjadi pada umur 85 tahun, dan pada saat dilakukan
penelitian responden yang ditanyakan lebih banyak tidak tau dalam menjawab pertanyaan yang ditanyakan dan mereka seperti tidak mendengarkan peneliti
dalam bertanya, asal-asalan dalam menjawab dan seperti orang yang kebingungan saat melihat orang yang belum mereka kenal, bahkan keluarga atau
menantunya yang tidak tinggal serumah dengan dia sendiri pun lansia tersebut
tidak ingat apabila tidak dijelaskan kepadanya. Kebanyakan pada mereka juga mengalami penurunan penglihatan, dan lansia tersebut juga lebih banyak di
tempat tidur dari pada di luar rumah ini disebabkan karena terjadinya penurunan ekstremitas dan mereka ditemanidirawat oleh keluarga atau perawat untuk
membantu mereka dalam melakukan aktivitas dan memenuhi kebutuhan yang diperlukan lansia tersebut.
Menurut Setiono Hidayati 2005 demensia adalah salah satu penyakit yang ditandai dengan gangguan daya pikir dan daya ingat yang bersifat progesif.
Lansia ini menderita penyakit seperti, pembicara tergangu mungkin sama sekali hilang, tidak mengenali diri sendiri atau orang lain yang dikenalnya,
tampak terus-menerus apatik, berbaring di tempat tidur, penurunan nafsu makan, terjadinya penurunan berat badan, siklus tidur-bangun juga sanangat berubah,
tidak peduli terhadap lingkunagn sosial, inkontinen baik urin maupun alvi, gejala berat dari gerak langkah, tonus otot dan gambaran yang mengarah pada
sindrom Kluver-Bucy apati, ganggguan pengenalan, gerak mulut tak terkontrol, hiperseksualitas, amnesia, dan bulimia Martono,2006. pada umumnya lansia
yang semakin tinggi tingkat demensia akan mempengaruhi fungsi kognitif sehingga mempengaruhi kemampuan aktivitas. Dari Penelitian yang dilakukan
oleh Suryantoro 2012 menjelaskan bahwa adanya hubungan tingakat demensia dan aktivitas sehari-hari pada lansia dijelaskan bahwa responden yang
mengalami gejala demensia masih banyak yang dapat melakukan aktivitas sehari-hari, namun responden yang mengalami demensia sedang atau berat akan
semakin membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari- hari.
Menurut Hartati dan Wardani 2010 menjelaskan bahwa lansia yang berusia 85 tahun ke atas resiko mengalami demensia semakin besar 25-47.
Selain itu bertambah majunya penderita demensia dibutuhkan berbagai macam skrining terhadap penderitanya. Skrining tersebut diperlukan agar dapat
diberikan pengobatan yang lebih dini untuk memperlambat demensia. Menurut penelitian yang sudah dilakukan Dani Setiawan 2014 bahwa lansia yang
mengalami demensia yaitu 11 orang 40,7 lebih sedikit dari pada lansia yang tidak mengalami demensia yang berjumlah 16 orang 59,3.
Hampir semua orang lansia yang mengalami kemunduran fungsi mentalnya secara mudah disebut sebagai telah mengalami demensia. Dan dalam
kenyataannya belum tentu lansia sudah mengalami demensia dan mungkin hanya baru dalam taraf predemensia namun istilah ini belum begitu dikenal
dalam masyarakat, namun keadaan demensia pada lansia tidak terjadi secara tiba-tiba tetapi
secara berangsur-angsur melalui sebuah rangkaian kesatuan dimulai dari Senescence berkembang menjadi senelity yang disebut sebagai pre-demensia
dan selanjutnya menjadi demensia Kuntjoro, 2002. Seseorang yang mengalami demensia akan mengalami kelemahan kognisi secara bertahap, juga akan
mengalami kemunduran aktivitas hidup sehari-hari Adl dan ini pun terjadi secara bertahap dan dapat di amati. Kusumoputro, 2006.
2.2 Aktivitas sehari-hari
Aktivitas kehidupan sehari-hari fungsional lansia adalah aktivitas fungsional yang penting bagi perawatan diri sendiri meliputi mandi, makan, toileting,
berpakaian dan berpindah dan aktivitas instrumental kehidupan sehari-hari termasuk hal-hal yang dapat memfasilitasi atau meningkatkan pelaksanaan
IADL yaitu bersosilisasi, berbelanja, masak, pekerjaan rumah tangga, mencuci, telepon, menggunakan sarana transportasi, mampu menggunakan obat secara
benar, serta menejemen keuangan . Oleh kerana itu bagi lansia yang tinggal dikomunitas pengkajian IADL perlu dilakukan untuk memastikan bahwa tersedia
pelayanan yang memadai untuk memberikan kemampuan kepada mereka agar dapat berfungsi secara mandiri dan tergantung Noorkasiani, 2009
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lansia yang tergantung 19 orang 25,3 dimana dikatakan tergantung apabila seorang lansia tersebut
membutuhkan bantuan sepenuhnya atau sedikit bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dari hasil penelitian yang sudah dilakukan bahwa lansia
tersebut memang sangat membutuhkan keluarga dalam melakukan pemenuhan keperluannya, baik secara fisik maupun kebutuhan sehari-harinya, sedangkan
apabila tidak ada keluarga yang menemani mereka maka mereka sangat kesusahan dan tidak bisa mendapatkan sesuatu yang mereka perlukan dan
butuhkan. Faktor- faktor yang menyebabkan lansia tidak dapat melakukan imobilisasi
yaitu fraktur ekstremitas, nyeri pada pergerakan seperti artritis, paralis dari penyakit serebro vaskuler, penyakit kardiovaskuler yang menyebabkan
kelelahan estremitas selama latihan, sehingga kaki tidak terpelihara secara adekuat. Selain itu penyebab imobilisasi termasuk persarafan, seperti gejala
tumor dan ketidakmampuan untuk berjalan Watson, 2003. Tingkat Ketergantungan adalah derajat ketidakmampuan perawatan diri akibat
kelemahan pada ekstremitas dan penurunan fungsi mobilitas yang dapat menghambat pemunuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari yang merupakan
aktivitas sehari. Fadluloh, 2014 Mayoritas responden mandiri 56 orang 74,7 dalam melakukan aktivitas
sehari-sehari seperti dalam mempersiapkan makan dan alat makan, bersosilisasi atau bergaul dengan masyarakat sekitar rumah, melakukan pekerjaan rumah
tangga, memperbaiki barang keperluan sehari-hari yang rusak, menggunakan sarana transportasi umum untuk berpergian ke suatu tempat, menggunakan uang
dan menyimpan dengan baik, berpergian dengan sendiri tanpa ditemani oleh keluarga dan orang lain, mandi sendiri, buang air besar, buang air kecil, duduk
dan berdiri mengkonsumsi obat dengan benar sesuai dengan dosis dan aturan yang diberikan, mengikuti kegiatan rohani, mengikuti acara di luar rumah.
Dikatakan juga mandiri apabila lansia tersebut tidak membutuhkan bantuan orang lain sedikit pun dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan kebanyakan
pada lansia ini aktif dan masih banyak melakukan pekerjaan seperti bertani dan mereka juga sangat senang melakukan aktivitas apabila mereka tidak bekerja
mereka merasa bosan dirumah dan tetap berusaha untuk melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa dibantu orang lain.
Hal ini dapat didukung juga oleh Kuntjoro, 2002, dalam suryani, 2008 bahwa lansia dengan mandiri sering menolak pertolongan atau bantuan dari
orang lain namun memiliki banyak teman. Lansia yang memiliki tipe kemandirian selalu mengandalkan dirinya sendiri karena dapat mengatasi
kesulitan yang mereka alami dalam beraktivitas. Demikian juga dari hasil penelitian Theresia, 2005 dalam suryani, 2008 bahwa lansia termotivasi
melakukan sendiri aktivitas untuk mengurangi beban oran lain. Menurut Nugroho 1995 dan Oswari 1958 bahwa lanjut usia dapat beraktivitas secara
maksimal tanpa pertolongan orang lain, dan banyak lansia yang masih tetap sehat dan segar dihari tuanya sehingga mereka cenderung melakukan
aktivitasnya dan tidak tergantung orang lain keluarga. Kobayasi 2009 menyatakan bahwa 64 lansia memiliki tingkat
kemandirian yang tinggi dalam melakukan ADL. Berdasarkan hasil penelitian Rinajumita 2011 yang dilakukan pada 90 responden menunjukkan sebagian
besar lansia mandiri dalam melakukan aktivitasnya sendiri dimana mandiri yaitu 87,78. Kemandirian pada lansia tergantung pada status fungsional dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lansia iyalah usia imobilisasi dan mudah jatuh Lueckenotte, 1996.
Menurut Marlina Napitupu semakin tinggi aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh lansia maka successful aging pada lansia akan semakin tinggi,
sebaliknya apabila aktivitas sehari-hari yang dilakukan pada lansia rendah maka successful aging menurun atau rendah. Perubahan status sosial dan perubahan
fungsional individu juga memperlihatkan bahwa lansia akan merasakan
kepuasannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari menjadi jauh lebih penting dari pada kuantitas dari aktivitas yang dilakukannya, misalnya mengujungi
saudara atau teman, melakukan aktivitas keagamaan, mengikuti aktivitas kelompok lansia, melakukan kegiatan membaca atau menulis, musik, seni,
menjalankan hobi, berkebun, menanam tanaman, mengikuti kegitan warga atau sosial, membersihkan halaman rumah, kerja bakti warga dan lain-lainya. Contoh
kegiatan diatas mampu memberikan kesempatan pada lansia terus terlibat aktif dalam berbagai kegiatan, terus bekerja memberikan kontribusi bagi kepuasan
dan kebahagiaan hidup secara berarti bagi usia lanjut. Suardiman, 2011 Dari penelitian yang dilakukan bahwa lebih dari separuh lansia yang berusia
85 tahun atau lebih akan memerlukan bantuan aktivitas hidup sehari-hari dikarenakan mereka kehilangan kemandirian baik secara fisik, diantaranya
keterbatasan gerak, maupun secara psikologis, yaitu depresi atau kerusakan kognitif dan kebanyakan pada lansia ini juga hanya di rumah atau di tempat
tidur. Perubahan-perubahan akan terjadi pada manusia sejalan dengan semakin meningkatnya usia.Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia
lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Masa lansia sering dimaknai dengan masa kemunduran, terutama pada fungsi-fungsi fisik dan psikologis,
seorang lansia akan mengalami kendala atau ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu, berarti tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan
orang lain-lain, baik sebagian dibantu ketergantungan ringan atau sedang maupun ketergantungan seluruhnya ketergantungan total atau berat.
Dengan menurunya fungsi gerak pada lansia akan memberikan dampak apabila kebiasaan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari Permana,2009
Dan dari hasil penelitian juga diketahui bahwa lansia juga tetap memaksakan dirinya dalam melakukan aktivitas-sehari tanpa harus meminta
bantuan keluarga, Eka ediawati 2012 menyatakan bahwa lansia tetap memaksa untuk melakukan aktivitas ADL nya secara mandiri seperti lansia tetap berusaha
pergi ke toilet meskipun sudah tidak mampu berjalan dengan normal. Pada beberapa lansia, mereka juga tetap berusaha untuk makan secara mandiri
walaupun mereka sudah tidak mampu memasukkan lebih banyak lagi nasi ke mulut oleh karena penyakit dan kelemahan yang mereka miliki.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN