BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Lanjut usia 1.1. Defenisi lansia
Suhartini 2010 lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan, pada tahap ini individu tersebut mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ tubuh.
WHO menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang tersebut dikatakan lanjut usia.
Menjadi tua aging merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus yang dialami manusia pada semua tingkatan umur dan waktu, usia lanjut
old age adalah istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan tersebut. Semua mahluk hidup memiliki siklus kehidupan menuju tua yang diawali dengan proses
kelahiran, kemudian tumbuh menjadi dewasa dan berkembang biak, selanjutnya menjadi semakin tua dan akhirnya meninggal. Laslett Caselli dan Lopez,1996
1.2. Teori-Teori penuaan Nugroho, 2008 Setiap orang akan mengalami penuaan, tetapi penuaan pada setiap individu
akan berbeda bergantung faktor heriditer, steresor lingkungan dan sejumlah besar faktor yang lainnya. Efek penuaan pada manusia, meliput aspek biologis,
fisiologis, psikologis dan aspek rohani. Penuaan merupakan sesuatu yang normal, dimana terjadinya suatu perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan
dapat terjadi pada semua orang saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis menentu. Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa
penuaian bisa terjadi dapat diuraikan sebagai berikut.
1.2.1. Teori Biologis
Teori genetic clock, merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses
penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu jam
genetikjam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini
berhenti berputar, iya akan mati. Teori mutasi somatik, menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena adanya
mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadinya kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA
proteinenzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel ada
saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel Suhana, 1994;
Constantinides, 1994 1.2.2. Teori Nongenetik
Teori penurunan sistem imun tubuh auto-immune theory. Teori ini menjelaskan bahwa mutasi yang berulang-ulang dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri self recognition. Jika mutasi yang merusak membran sel, akan menyebabkan sistem
imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Hal ini lah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia Goldstein, 1989. Dalam proses
metabolisme tubuh, diproduksinya suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan
sakit. Teori kerusakan akibat radikal bebas free radical theory. Teori radikal
bebas dapat terbentuk di alam bebas dan didalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas
merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai elekton yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul
lainnya sehingga menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas kelompok atom mengakibatkan oksidasi oksegen
bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel tidak dapat beregenerasi Halliwel, 1994. Radikal bebas
dianggap sebagai penyebab terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti: asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat
pengawet makanan, radiasi, sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.
Teori menua akibat metabolisme. Pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjan umur, sedangkan perubahan
asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur Bahri dan Alem, 1989; Boedhi Darmojo, 1999
Teori rantai silang cross link theory. Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat molekul kolagen
bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang
menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.
Teori fisiologis merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas teori oksidasi stres dan teori yang dipakai wear and tear theory. Terjadinya kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel tubuh lelah terpakai regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal.
1.2.3. Teori Sosiologis Teori aktivitas atau kegiatan, teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yamg
sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut-serta dalam kegiatan sosial. Lansia akan merasakan kepuasaan bila dapat melakukan aktivitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Ukuran optimum pola hidup dilanjutkan pada cara hidup lansia. Mempertahankan hubungan antara
sistem sosial dan individu, agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.
Teori kepribadian berlanjut continuity theory. Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan sebelumnya. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan alam siklus kehidupan lanjut usia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia
menjadi lanjut usia. Dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun iya telah lanjut usia. Nugroho, 2008
Teori pembebasanpenarikan diri disangagement theory, teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan
kemunduran individu dengan individu lainnya. Dimana pada pria, kehilangan
peran hidup utama terjadi pada masa pensiun, sedangkan pada wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak dewasa dan
meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah. Bertambahnya umur seorang lansia menyebabkan secara berangsur-angsur
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehinggan sering lanjut usia megalami kehilangan ganda triple loss, kehilangan peran loss of role, hambatan kontak
sosial restriction of contact and relationship, berkurangnya komitmen reduced commitment to social mores and values, menurut teori ini, seorang lanjut usia
dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu, dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan
mempersiapkan diri menghadapi kematiannya. Selain itu, peranan faktor risiko yang datang dari luar eksogen tidak boleh
dilupakan, yaitu faktor lingkungan dan budaya gaya hidup yang salah. Banyak faktor yang mempengaruhi proses menua antara lain hereditergenetik,
nutrisimakanan, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan, dan sters. Jadi, proses menua bukanlah suatu penyakit, karena orang meniggal bukan karena tua,
orang muda pun bisa meninggal dan bayi pun bisa meninggal.
1.3. Perubahan yang Terjadi Akibat Proses Penuaan a. Perubahan Fisik
Perubahan fisik seorang lanjut usia disebabkan karena terjadi proses deklenasi seksual walaupun tidak nampak dari luar tubuhnya, selain itu juga
terjadi perubahan penurunan pada produksi secret dan spermatogenesis. Pada laki- laki biasanya timbul kecemasan dan ragu mengenai kemampuan seksual,
sedangkan pada perempuan biasanya hal yang ditakuti seperti menopause atau berhentinya haid sehingga menimbulkan gangguan psikologis. Wahyunita
Fitrah 2010 b. Psikologis dan Hubungan sosial
Dari segi kejiwaan, individu yang menginjak lanjut usia biasanya bersifat labil apabila mendapatkan penolakan, penghinaan atau rasa kasihan yang tidak
sesuai dengan keadaanya, oleh karena itu bisanya lansia memilih tidak tergantung dengan orang lain dan berusaha sendiri, walaupun tidak menjadi jaminan bagi
lansia untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini dilakukan kerana ingin dihargai, dicintai, diinginkan kehadirannya, ingin hidup lebih bermakna dan bermanfaat
bagi orang lain dimasa tuanya. Pada lansia akan muncul sikap yang tidak disadari oleh dirinya sendiri, seperti cerewet, pelupa, sering mengeluh, bersikap egois,
berkurangnya kelenturan dalam menghadapi perubahan.
1.4. Masalah-Masalah Pada Lanjut Usia a. Aktivitas yang berkurang
Masalah yang muncul pada lansia biasanya disebabkan oleh faktor internal maupun dalam tubuh individu itu sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari
lingkungan, Mengakibatkan aktivitas tubuh menjadi tidak maksimal, biasanya dipengaruhi oleh gangguan tulang karena osteoporosis, sendi, dan otot tubuh,
penyakit kardiovaskuler dan pembuluh darah. Wahyunita dan Fitrah 2010 b. Ketidakseimbangan Tubuh
Pada lansia keluhan-keluhan sering muncul dikarenakan menurunya fungsi organ tubuh didalam dirinya maupun faktor luar tubuh seperti lingkungan, dan
pengaruh konsumsi obat-obatan. Keluhan yang sering muncul pada lansia merupakan gangguan dari dalam tubuh lansia tersebut. Namun hal ini juga dapat
disebabkan oleh faktor dari luar tubuh seperti, faktor lingkungan, sebagai contoh iyalah seorang lansia yang terjatuh. Walaupun tidak beresiko berat bagi lansia
tersebut tetapi dapat menyebabkan hilangnya rasa kurang percaya diri pada lansiat dan menimbulkan trauma yang lama sehingga lansia merasa takut melakukan hal-
hal untuk melakukan aktivitasnya.Wahyunita Fitrah 2010 c. Incontinence Urin Dan Incontinence Alvi
Incontinence uri merupakan masalah umum yang sering muncul pada lanjut usia. Incontinence uri Merupakan ketidakmampuaan menahan air kencing atau
sering disebut dengan beser. Walaupun hal ini bukan termasuk hal yang berat dan dianggap normal tetapi berdampak dalam kesehatan seperti batu ginjal
Selain masalah dari BAK masalah lain yang juga sering muncul adalah buang air besar BAB yang sering disebut dengan incintinence alvi yang
merupakan keluarnya feses yang tidak disadari oleh lansia, hal ini dikarenakan ketidakmampuan mengendalikan fungsi ekskretoriknya.WahyunitaFitrah 2010
d. Infeksi Faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi biasanya berasal dari faktor
internal maupun eksternal. Faktor dari dalam tubuh biasanya disebabkan karena mulai berkurangnya daya tahan tubuh individu tersebut dikarenakan menurunya
fungsi organ tubuh, sehingga menyebabkan kekurangan zat-zat giji karena faktor infeksi itu sendiri
e. Gangguan Saraf dan otot Gangguan saraf dan otot menyebabkan gangguan berkomunikasi secara
verbal, dan juga menyebabkan gangguan pada kulit berupa berkurangnya elastisitas kulit atau pun berkurangnya hormon kolagen sehingga kulit kelihatan
kering, rapuh dan rusak. f. Sulit Buang Air Besar
Sulitnya buang air besar pada lansia biasanya disebabkan oleh kurangnya hormon motilitas dari usus itu sendiri. Dapat juga disebabkan oleh makanan,
kurangnya aktivitas tubuh, dehidrasi atau pengaruh obat g. Penurunan Imunitas Tubuh
Penurunan imunitas tubuh muncul karena pengaruh penurunan fungsi organ tubuh, kekurangan asupan giji seimbang, penyakit yang menahun ataupun
pengunaan dari obat.
h. Penuaan Kulit Penuaan kulit dapat menyebabkan perubahan kulit pada seorang lansia,
seperti kulit keriput, kering yang tampak didagu, diwajah dan dileher. Hal ini terjadi karena menipisnya kulit yang desertai dengan semakin meningkatnya
jumlah umur serta semakin longgarnya lapisan lemak dibawah kulit. WahyunitFitrah 2010
2. Demensia 2.1. Pengertian Demensia
Demensia adalah sindrom klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan ingatanmemori sedemikian berat sehingga dapat menyebabkan disfungsi
hidup sehari-hari. Secara garis besar manifestasi kliniknya iyalah akibat penyakit yang bertahan biasanya beberapa bulan atau tahun, dan biasanya tidak terdapat
gangguan kesadaran penderita tetap sadar. Darmajo Martono,2006 Ketika seseorang memasuki usia lanjut akan terjadi perubahan dalam
hidupnya. Terjadi penurunan fungsi ingatan seorang lansia, kesulitan dalam mengekspresikan sesuatu secara verbal dan penurunan fungsi kognitif. Terjadinya
penurunan dalam memproses ini, diakui banyak mempengaruhi aspek kognitif di usia lanjut. seperti penurunan efisiensi dalam berfikir, perhatian, penurunan dalam
memproses informasi, starategi memori, dan pengungkapan kembali memori jangka panjang. Darmajo Martono, 2006.
Menurut charness Qualls dan Abeles, 2000:109 menyatakan bahwa fungsi kognitif seperti ingatan perhatian dan kecacatan memproses semua mengalami
penurunan. Departemen kesehatan RI 1998 menyatakan bahwa seseorang yang tua akan ditandai oleh kemunduran-kemunduran kognitif antara lain ditandai
sebagai berikut: 1. Mudah lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik
2. Ingatan kepada hal-hal pada masa muda lebih baik dari pada kepada hal- hal yang baru terjadi baru terjadi, yang pertama dilupakan adalah nama-
nama. 3. Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruangantempat
mundur, karena daya ingat sudah dan juga karena penglihatan biasanya sudah mundur.
4. Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman, skor yang dicapai dalam tes integlensi menjadi lebih rendah.
5. Tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru. Namun proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan demensia.
Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimia di susunan saraf pusat. Pada lansia biasanya terjadi penurunan daya ingat, gangguan
psikomotor, lebih sulit mempelajari informasi baru, menurunnya kemampuan mengingat kembali, menurunya ketepatan untuk membuat kode dan mendapatkan
kembali informasi-informasi yang ada, disebut sebagai sifat pelupa benign akibat penuaan benign senescent forgetfullness. Keadaan ini lah menyebabkan
gangguan aktivitas sehari-hari pada lansia.Stanley Beare 2006
Pada penderita demensia juga sering mengalami depresi dan konfusio. Apabila demensia semakin parah dapat menyebabkan hal yang makin memburuk
dan akan terlihat jelas pada prilakunya seperti, keluyuran tanpa tujuan, gangguan orientasi terhadap siang dan malam, sangat kehilangan selera makan, atau
memakan makanan yang tidak tepat, ingin memakan makanan yang aneh dan menjijikkan dari pada makanan biasanya seperti memakan makanan binatang, pot
tanaman dari tanah dan kotoran. Watson, 2003 Menurut Depkes tahun 2025, jumalah penderita demensia di Asia Pasifik
akan meningkat dua kali lipat lebih cepat dari pada di negara barat. Pada umumnya penyakit demensia sangat berkaitan dengan usia. Semakin tua
populasinya semakin tinggi akan kejadiannya. Angka prevelensi ini bertambah dua kali lipat pada setiap pertambahan lima tahun setelah usia 65 tahun. Lima
persen dari seluruh populasi usia 65 tahun di negara barat adalah penderita demensia, 16 terdapat pada kelompok usia 85 tahun dan 32 terdapat pada
kelompok usia 90 tahun.
2.2. Gejala-Gejala Demensia Berbagai gejala-gejala Demensia Watson, 2003
a. Meningkatnya kesulitan dalam melaksankan kegiatan sehari-hari. b. Mengabaikan kebersihan diri.
c. Sering lupa akan kejadian-kejadian yang di alami, teman maupun keluarga
d. Pertanyaan atau kata-kata sering diulang-ulang
e. Tidak mengenal demensia waktu, misalnya bangun pada malam hari f. Tidak dapat mengenal dimensia ruang dan tempat.
g. Sifat dan prilaku berubah menjadi keras kepala dan cepat marah. h. Menjadi depresi dan menangis tanpa alasan yang jelas.
2.3. Tingkat Demensia Pada Lansia a. Tingkat Ringan: Gejala awal sering diabaikan dan disalah artikan
sebagaian lanjut usia atau sebagai bagian normal dari proses otak menua, oleh para profesional, anggota keluarga, dan orang terdekat penyandang demensia.
Karena prose ini berjalan sangat lambat, Sulit sekali menetukan kapan proses ini dimulai. Biasanya klien menunjukkan gejala sebagi berikut, seperti Kehilangan
memori sulit mendapatkan informasi, menunujukkan penilaian yang buruk, terdapat kesulitan dalam hal angka membayar tagihan, mengatur uang,
spontanitas yang berkurang, perubahan kepribadian halus, diorentasi waktu dan tanggal. Watson, 2003
b. Tingkat Sedang: Proses penyakit berlanjut dan masalah semakin nyata. Pada stadium ini klien mengalami kesulitan melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari, kehidupan sehari-hari menunjukkan gejala sebagai berikut: lansia tersebut menjadi sangat mudah lupa, terutama untuk peristiwa baru dan nama
orang, lansia juga tidak dapat mengelola kehidupan sendiri tanpa timbul masalah, tidak dapat memasak, membersihkan rumah, ataupun belanja, sangat tergantung
pada orang lain, membutuhkan bantuan untuk kebersihan diri ketoilet, mandi dan berpakaian, semakin sulit berbicara, senang mengembarnyeluyur tanpa
tujuan,terjadi perubahan prilaku, adanya gangguan kepribadian, sering tersesat
walaupun jalan tersebut telah dikenal, dapat juga menunjukkan adanya halusinasi. Watson, 2003
c. Tingkat tiga: Kurus, lupa makan, ketidakmampuan untuk berkomunikasi, inkontinensia urine dan fekal, perilaku menyerang, ketidakmampuan mengenali
keluarga dan teman teman, penurunan nafsu makan, gangguan mobilitas dengan hilangnya kemampuan untuk berjalan, kaku otot. Watson, 2003
2.4 Pengkajian Status KognitifAfektif Status Mental Pemeriksaan status mental memberika sampel prilaku dan kemampuan
mental dalam fungsi intelektual. Pemeriksaan singkat terstandardisasi digunakan untuk mendeteksi gangguan kognitif sehingga fungsi intelektual dapat diuji
melalui satu dua pertanyaan untuk masing-masing area. Mengkaji status Kognitif Afektif dengan menggunakan Short Portable Mental Status Quetionnaire
SPMSQ, Mini-Mental State Exam MMSE, Inventaris Depresi Beck IDB Kushariady, 2006
Short Portable Mental Status Ouestionnaire SPMSQ adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual. Dimana
pengujian terdiri dari 10 pertanyaan yang berkenan dengan orientasi, riwayat pribadi, memori dengan hubungan dengan kemampuan perawatan diri, memori
jauh, dan kemampuan matematis atau perhitungan Pfeiffer,1975. Selanjutnya pada masing-masing pertanyaan akan diberi nilai benar dan salah. Dan setiap
responden dinilai benar tanpa referensi kalender, surat kabar, sertifikat kelahiran atau bantuan untuk mengingat.
3. Aktivitas Sehari-hari 3.1 Aktivitas Sehari-hari
Aktivitas sehari-hari merupakan aktivitas pokok bagi keperawatan diri. ADL merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri. Fungsi dari pengkajian status fungsional pada lansia sangat penting, terutama ketika terjadi hambatan pada kemampuan lansia dalam
melaksanakan fungsionalnya, hal ini harus dipertahankan secara mandiri mungkin, juga mengetahui keterbatasan fisik pada lansia. Penentuan kemandirian
fungsional dilakukan untuk mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien serta menciptakan pemilihan intervensi yang tepat. Adapun kegiatan dari ADL
meliputi antara lain: ketoilet, makan, berpakaian berdandan, mandi dan berpindah tempat. Dimana ADL berfungsi untuk mengetahui tingkat
ketergantungan seseorang, dengan kata lain besarnya bantuan yang diperluakan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, serta menyusun rencana keperawatan
jangka panjang. Tamher Noorkasiani, 2009 Literatur menjelaskan terdapat juga ADL instrumental, merupakan aktivitas
yang lebih kompleks dan mendasar bagi situasi kehidupan lansia dalam bersosialisasi. Yang termasuk dari ADL insrumental iyalah termasuk dari kegiatan
belanja, masak, kegiatan rumah tangga, mencuci, telepon, menggunakan sarana transportasi, mampu menggunakan obat secara benar, serta menejemen keuangan,
skala yang digunakan terdiri dari 2 mandiri dan tergantung . Dimana penilaian terhadap instrumen ini sangat penting untuk menetapkan level bantuan bagi lansia
dalam tingkat ketergantungan penuh atau sedang, Pengukuran dari ADL biasanya
menggunakan yang dikembangkan oleh Barthel dan Kats. Dimana indeks ini didasari oleh evaluasi terhadap tingkat kemandirian,yaitu tingkat ketergantungan
secara fungsional. Indeks ini terdiri dari 7 tingkat sebagai penilaian terhadap perihal melakukan kegiatan mandi, berpakaian, ke toilet, beranjak, kontinensia,
dan makan. Tamher Noorkasiami, 2009 Dan menurut penelitian yang dilakukan Desyi Napitupu didapatkan bahwa lansia
yang tergantung dalam melakukan aktivitas sehari-hari, terdapat 82,8 lansia mampu melakukan transfer secara mandiri, 17,2 mampu berjalan secara
mandiri, 28,1 mampu toileting secara mandiri, 64,1 mampu membersihkan diri secara mandiri, 39,1 kontinen teratur untuk BAB, 23,4 mampu mandi
secara mandiri, 21,9 mandiri dalam berpakaian, 20,3 mampu makan secara mandiri, 9,4 mampu naik turun tangga.
3.2 Macam-Macam Aktivitas Sehari-Hari Pada Lansia a. Mandi
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian seperti punggungestremitas yang tidak mampu mandi secara
sepenuhnya. Tergantung
: Bantuan lebih dari satu bagian tubuh, bantuan diberikan saat masuk dan keluar dari bak mandi, tidak mandi sendiri.
b. Berpakaian Mandiri
: Mengambil baju dari kloset dan laci berpakaian, melepaskan pakaian, mengikat mengatur pengikat,
melepas ikatan sepatu Tergantung : Tidak memakai baju sendirisebagian masih tidak
menggunakan pakaian. c. Ke kamar kecil
Mandiri : Ke kamar kecill masuk dan keluar dari kamar kecil,
merapikan baju, membersihkan organ ekskresi, dapat mengatur bedpan sendiri yang digunakan hanya malam hari
dan dapattidak dapat menggunakan dukungan mekanisme Tergantung
: Menggunakan bedpan atau menerima bantuan saat masuk dan menggunakan toilet.
d. Berpindah Mandiri
: Berpindah ke dan dari tempat tidur secara mandiri serta berpindah duduk dan bangkit dari kursi secara mandiri
dapattidak dapat menggunakan dukungan mekanis. Tergantung
: Bantuan dalam berpindah naikturun dari tempat tidur danatau kursi tidak melakukan satu atau lebih
perpindahan
e. Kontinen Mandiri
: Berkemih dan defekasi dikontrol sendiri. Tergantung
: Inkontinensia parsial atau total pada perkemihan defekasi kontrol total atau parsial dengan enema, kateter, atau
penggunaan urinalbedpan teratur. f. Makan
Mandiri : Mengambil makanan dari piringketepatan memasukkan
ke mulut, memotong daging dan menyiapkan makanan. Tergantung
: Bantuan dalam hal makan, tidak makan sama sekalimakan per parental. Kushariyadi, 2011
3.3 Instrumen Pengkajian Aktivitas Sehari-Hari
NO Item Yang Dinilai
SKOR 1 Kemampuan menggunakan telepon.
a. Mengoperasikan telepon atas inisiatif sendiri : mencari dan menghubungkan nomor telepon, dan seterusnya.
b.Menghubungi beberapa nomor telepon yang telah dikenal dengan baik.
c.Menjawab telepon tetapi tidak menghubungi. d.Tidak menggunakan telepon sama sekali.
1 1
1
2 Berbelanja. a.Mengurus semua keperluan belanja secara mandiri.
b.Berbelanja secara mandiri untuk pembelian yang kecil. c.Perlu ditemani pada setiap kegiatan belanja.
d.Tidak mampu berbelanja sama sekali. 1
3 Persiapan makanan a.Merencanakan, menyiapkan, dan menyajikan makanan yang
cukup secara mandiri. b.Menyiapkan makanan yang adekuat jika bahan-bahan untuk
membuatnya telah disediakan . c.Memanaskan dan menyajikan makanan yang disiapkan, atau
menyiapkan makanan tetapi tidak mempertahankan diet yang adekuat.
d.Memerlukan makanan yang telah disiapkan dan disajikan. 1
4 Memelihara Rumah a.Memelihara rumah sendiri atau kadang-kadang dengan
bantuan misalnya bantuan untuk pekerjaan rumah yang berat b.Melaksanakan tugas ringan sehari-hari, seperti mencuci piring
dan merapikan tempat tidur c.Melaksanakan tugas ringan sehari-hari, tetapi tidak
memelihara tingkat kebersihan yang dapat diterima d.Perlu bantuan untuk semua tugas pemeliharaan rumah.
e.Tidak berpartisipasi dalam setiap tugas pemeliharaan rumah 1
1 1
1
5 Mencuci Pakaian a.Apakah mencuci pakaian pribadi sepenuhnya
b.Mencuci barang-barang yang kecil , kaos kaki , stocking, dan lain-lain
c.Memerlukan semua cucian dikerjakan orang lain. 1
1
6 Model Transportasi a.Berpergian secara mandiri dengan transportasi umum atau
mengemudi mobil pribadi. b.Melakukan perjalanan sendiri dengan menggunakan taksi
tetapi tidak jika menggunakan transportasi umum c.Berpergian dengan transportasi umum walaupun dibantu atau
ditemani oleh orang lain d.Berpergian terbatas hanya menggunakan mobil atau taksi
dengan bantuan orang lain e.Tidak berpergian sama sekali
1 1
1
7 Tanggung Jawab Untuk Pengobatan Sendiri a.Apakah bertanggung jawab untuk minum obat dalam dosis b
benar atau waktu yang benar b.Mengambil tanggung jawab jika pengobatan telah disiapkan
lebih dahulu dalam dosis terpisah. c.Apakah tidak mampu untuk menggunakan pengobatan
miliknya sendiri 1
8 Kemampuan untuk menangani keuangan a.Mengatur berbagai masalah keuangan secara mandiri
anggaran, menulis cek, membayar uang sewa dan tagihan lainnya, pergi ke bank, mengumpulkan dan mempertahankan
sumber-sumber pendapatan. b.Mengatur pembelian sehari-hari tetapi perlu bantuan
berkenaan dengan perbankan, pembelian yang besar, dan sebagainya.
c.Tidak mampu untuk menangani keuangan. 1
1
Sumber: Disadur dari Lawton,M,and Brody ,EM: Assessment of older people:Self – maintaining and instrumental activities of daily living.Gerontologis 9;179,1969.
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN