31
3.4 Identifikasi Sampel
Identifikasi sampel dilakukan oleh bagian Herbarium Bogoriense Bidang
Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor.
3.5Pembuatan Pereaksi 3.5.1 Larutan HNO
3
1:1 vv
Larutan HNO
3
1:1 dibuat dengan mengencerkan 500ml HNO
3
65 bv dengan aqua demineralisata hingga 500 ml Issac, 1990.
3.5.2 Larutan Asam Pikrat 1 bv
Larutan asam pikrat 1 bv dibuat dengan melarutkan 1 gram asam pikrat dalam aqua demineralisatahingga 100 ml Ditjen POM; 1979.
3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposif yang dikenal juga sebagai sampling pertimbangan dimana sampel ditentukan atas
pertimbangan bahwa populasi sampel yang diambil mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel yang sedang diteliti.
3.6.2 Penyiapan Sampel 3.6.2.1 Sampel Daun Kumis Kucing Segar dan JamuDaun Kumis Kucing
Daun kumis kucing segar dibersihkan dari pengotoran, dicuci dengan aquadest kemudian dibilas dengan aqua demineralisata. Kemudian ditiriskan
dandikeringkan di udara terbuka terhindar dari sinar matahari lalu dihaluskan dengan cara dirajang kemudian ditimbang teliti sebanyak 1,5 gr. Untuk jamudaun
32 kumis kucing dikeluarkan dari kertas filter kemudian ditimbang sebanyak 10 gr
kemudian langsung dilakukan proses destruksi kering.
3.6.2.2 Sampel Infus Daun Kumis Kucing Segar dan Seduhan Jamu Daun Kumis Kucing
Daun kumis kucing segar dibersihkan dari pengotoran, dicuci dengan aquadest kemudian dibilas dengan aqua demineralisata. Kemudian ditiriskan dan
dikeringkan di udara terbuka terhindar dari sinar matahari lalu dihaluskan dengan cara dirajang kemudian ditimbang teliti sebanyak 1,5 gr. Kemudian dimasukkan
ke dalam panci infus yang berisi 300 ml aqua demineralisata kemudian dipanaskan sampai suhu 90
C sambil sesekali diaduk, ditunggu selama 15 menit kemudian serkai selagi panas dengan kain flanel kemudian ditambahkan air panas
secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus 300 ml. Untuk pembuatan seduhan jamu daun kumis kucing dikerjakan sesuai yang tertera pada
kemasan yaitu diseduh dengan air panas 300 ml dengan tidak membuka kertas filternya selama ± 5 menit.
3.6.2.3 Proses Destruksi Basah pada Infusa
Hasil infusa dimasukkan kedalam erlenmeyer, ditambahkan 10 ml asam nitrat 65 vv Bader, 2011. Didiamkan selama 24 jam, dan kemudian
dipanaskan pada suhu 80 ˚C selama ± 2 jam hingga diperoleh larutan bening.
Selanjutnya disaring dengan kertas saring Whatman no.42 dimana sebanyak 5 ml filtrat pertama dibuang untuk menjenuhkan kertas saring, filtrat selanjutnya
ditampung ke dalam botol Setyaningrum dan Sukesi, 2013.
3.6.2.4 Proses Destruksi Kering pada Sampel
Sampel daun kumis kucing segar yang telah dihaluskan ditimbang di dalam kurs porselen sebanyak 1,5 gr dan untuk jamudaun kumis kucing langsung
33 ditimbang teliti setelah dikeluarkan dari kertas filter, diarangkan di atas hot
plate,lalu diabukan di tanur dengan temperatur awal 100 C dan perlahan-lahan
temperatur dinaikkan menjadi 500 C dengan interval 25
C setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 72 jam dihitung saat suhu sudah 500
C, lalu setelah suhu tanur ±27
C, krus poselen dikeluarkan dan dibiarkan dingin pada desikator. Abu ditambahkan 5 ml HNO
3
1:1 secara hati-hati. Kemudian diuapkan padahot platedengan suhu 100-120
C sampai kering. Krus porselen dimasukkan kembali ke dalam tanur dan diabukan selama 1 jam dengan suhu 500
C, kemudian didinginkan Helrich, 1990.
3.6.2.5 Pembuatan Larutan Sampel
Hasil destruksi dilarutkan dalam 5 ml HNO
3
1:1 hingga diperoleh larutan bening. Kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan krus porselen
dibilas dengan aqua demineralisata sebanyak 3 kali. Hasil pembilasan dimasukkan ke dalam labu tentukur. Setelah itu dicukupkan volumenya dengan aqua
demineralisata hingga garis tanda. Lalu disaring dengan kertas saring Whatman No.42 dengan membuang 5 ml larutan pertama hasil penyaringan selanjutnya
ditampung ke dalam botol Issac, 1990. Larutan ini digunakan untuk uji kualitatif dan kuantitatif kalium.
3.6.3 Analisa Kualitatif 3.6.3.1 Uji Nyala NiCr