Kerangka Teori Kerangka Konsep Definisi Operasional

lainnya. Selain itu, dalam penelitian ini ditemukan bahwa pasien dengan ST segmen depresi ≥ 2 mm pada lebih dari satu regio dapat terjadi risiko kejadian MACE lebih tinggi daripada pasien yang hanya memiliki ST segmen depresi ≥ 2 mm pada satu regio saja. Hal ini dikarenakan jumlah pembuluh darah yang mengalami iskemik semakin banyak maka akan memicu kejadian MACE pada pasien ACS. 29

2.2. Kerangka Teori

2.3. Kerangka Konsep

2.4. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Pengukuran Skala Pengukuran 1 Sindrom Koroner Akut Spektrum sindrom klinis yang disebabkan oleh sumbatan mendadak pada arteri koroner akibat ruptur plak aterosklerosis.  Sesuai tertulis dalam rekam medis  Diagnosis dibagi menjadi STEMI, NSTEMI dan UAP berdasar anamnesis, EKG dan pemeriksaan enzim Nominal CKMB Deviasi Segmen ST Troponin T MACE Sindrom Koroner Akut  Infark miokard akut dengan elevasi ST segmen ST elevation myocardial infarction = STEMI Anamnesis: keluhan nyeri dada khas EKG: elevasi ST segmen Lab: kenaikan enzim jantung  Infark miokard akut tanpa elevasi ST segmen Non ST elevation myocardial infarction = NSTEMI Anamnesis: keluhan nyeri dada khas EKG: non- elevasi ST segmen Lab: kenaikan enzim jantung  Angina pektoris tak stabil unstable angina pectoris = UAP. Anamnesis: keluhan nyeri dada khas EKG: non elevasi ST segmen ST Lab: tanpa kenaikan enzim jantung 2 Angina Pektoris tidak Stabil Pasien yang dirawat memiliki rekam medis dengan beberapa serial EKG dan profil biokimia. Memiliki 1 dari 3 kriteria:  Angina yang muncul pada saat istirahat istirahat dan diperpanjang, biasanya selama 10 menit  Angina onset Sesuai dengan Rekam Medis Nominal baru yang memiliki tingkat keparahan klasifikasi III CCS Akselerasi angina yang direfleksikan oleh peningkatan derajat keparahan CCS kelas III. Pasien harus memiliki bukti biokimia dari nekrosis miokard 3 Infark Miokard dengan ST Elevasi Indikasi bila ada elevasi segmen ST baik baru terjadi maupun yang sudah diduga sebelumnya, LBBB baru, atau infark miokard inferobasal yang terisolasi sebelum adanya dilakukannya prosedur apapun maupun yang tidak lebih dari 24 jam pasca gejala awal. Sesuai dengan Rekam Medis Nominal 4 Infark Miokard tanpa ST Elevasi Pasien yang mengalami oklusif thrombus parsial ada gejala seperti angina pektoris tidak stabil dengan positif biomarkers serum. Pada Sesuai dengan Rekam Medis Nominal pemeriksaan EKG tidak ditemukan adanya elevasi ST 5 MACE Major adverse cardiac event selama perawatan merupakan hasil endpoint yang terdiri dari kematian oleh sebab apapun, infark miokard berulang, tindakan intervensi perkutaneus koroner ulang dikarenakan adanya gejala, stroke yang dialami pasien setelah mengalami SKA Sesuai dengan Rekam Medis Nominal 6 CKMB Indikasi nilai awal CKMB. Nilai sampel yang diperoleh pada 24 jam pertama ketika perawatan atau dari rumah sakit sebelum pasien tersebut dirujuk. Pemeriksaan laboratorium Normal: nilai CKMB bila ≤ 24 UL Meningkat: nilai CKMB bila 24 UL Nominal 7 Troponin T Indikasi hasil dari sampel pada 24 jam pertama ketika perawatan atau dari rumah sakit sebelum Pemeriksaan laboratorium Normal : nilai Troponin T bila ≤ Nominal pasien tersebut dirujuk. Tipe T menunjukkan sensitivitas tinggi. 14 pgmL Meningkat : nilai Troponin T bila 14 pgmL 8 Deviasi Segmen ST Adanya deviasi segmen ST lebih dari atau sama dengan 2 mm pada minimal dua lead yang sesuai Elektrokardiografi, - Gambran Elevasi segmen ST Gambaran Depresi segmen ST Nominal 23

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian kohort retrospektif berdasarkan penelitian prognostik. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari rekam medis.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di ICCU RSUPN Cipto Mangunkusumo dalam rentang waktu Januari – April 2014.

3.3. Populasi dan Sampel penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi target penelitian adalah pasien dengan sindrom koroner akut. Sedangkan populasi terjangkau adalah pasien sindrom koroner akut yang dirawat di ICCU RSUPN Cipto Mangunkusumo pada Januari 2011 – Desember 2013. Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi pemilihan subyek penelitian. 3.3.2. Sampel 3.3.2.1. Besar Sampel Besar sampel dihitung menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian prognostik, yaitu menggunakan rule of Thumb dengan patokan jumlah variabel independen yang diteliti. Keterangan : n = Besar sampel