1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama di dunia pada tahun 2011. Menurut data World Health Organization WHO, penyakit
ini menyebabkan 1,7 juta kematian pada tahun 2011, hal ini menunjukkan bahwa 3 dari 10 kematian di dunia disebabkan oleh penyakit kardiovaskular.
Bahkan, WHO memprediksi akan terjadi peningkatan kematian akibat penyakit kardiovaskular dari 17 juta jiwa menjadi 23,4 juta jiwa pada tahun
2030.
1
Pada tahun 2004, penyakit kardiovaskular yakni penyakit jantung iskemik menyebabkan 7,2 juta 12,2 kematian dari seluruh penyebab
kematian di dunia.
2
Prevalensi penyakit kardiovaskular di Indonesia sebanyak 7,2 dengan angka kematian sebesar 5,1 pada Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS
tahun 2007.
3
Pada tahun 1980, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian ketiga di Indonesia. Kemudian, 1986 mengalami peningkatan
sehingga menjadi peringkat kedua penyebab kematian dan tahun 1992, menjadi urutan nomor satu pada kelompok usia lebih dari 45 tahun.
4
Pada Intensive Coronary Care Unit ICCU Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
pada tahun 2011, mortalitas salah satu penyakit jantung iskemik yaitu sindrom koroner akut selama menjalani perawatan sebesar 17,5.
5
Data tersebut menunjukkan bahwa sindrom koroner akut berhubungan dengan
kejadian kematian. Sindrom koroner akut SKA merupakan kondisi mengancam nyawa yang
bisa terjadi setiap saat pada pasien dengan penyakit jantung koroner. SKA terdiri dari Angina Pektoris Tidak Stabil APTS, Infark miokard tanpa ST
elevasi NSTEMI dan Infark Miokard dengan ST elevasi STEMI, dimana bentuk dari SKA tersebut bergantung kepada derajat oklusi arteri koroner dan
hubungannya dengan kejadian iskemia. Oklusi trombus parsial berhubungan dengan sindrom APTS dan NSTEMI. Sedangkan oklusi trombus total
berhubungan dengan iskemia berat dan terjadinya nekrosis luas yang bermanifestasi sebagai STEMI.
6
Major Adverse Cardiac Events MACE merupakan hasil akhir dari kejadian kardiovaskular yang terdiri dari kematian kardiovaskular dan non
kardiovaskular, infark miokard berulang, tindakan intervensi perkutaneus koroner ulang dan stroke yang dialami pasien.
7
Pada Gobal Registry Acute Coronary Events GRACE, kejadian MACE selama perawatan di rumah
sakit sebesar 4,6.
8
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yan dkk mengenai nilai prognostik dari CKMB dan Troponin. Didapatkan odds ratio untuk CKCKMB itu
sendiri yaitu OR = 1.34 dan Troponin itu sendiri OR = 1.93 dengan prediksi 1 tahun kematian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan Troponin
secara independen berhubungan dengan MACE pada 1 tahun.
9
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ang, dkk didapatkan hasil bahwa pasien
SKA dengan peningkatan hs Troponin T 15-2070 ngL memiliki risiko terjadinya MACE 6 kali lebih besar dibandingkan dengan 7 ngL selama 7
hari perawatan di rumah sakit dengan Risiko Relatif sebesar 6,11.
10
Selain faktor penanda serum jantung, dari penelitian Kaul dkk, didapatkan gambaran
depresi segmen ST yang menunjukkan adanya gejala iskemia, akan meningkatkan risiko MACE 6 kali lebih besar pada pasien SKA OR 5,9.
11
Penelitian ini ingin mengetahui enzim jantung seperti CKMB dan Troponin T serta gambaran ST deviasi dapat menjadi prediksi terjadinya
MACE karena enzim jantung dan gambaran ST deviasi merupakan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis SKA. Meskipun
penelitian mengenai kadar CKMB, Troponin T dan ST Deviasi yang dihubungkan dengan kejadian MACE pada pasien sindrom koroner akut
sudah banyak dilakukan, namun penelitian tersebut masih terpisah-pisah. Penelitian yang menggabungkan antara kadar CKMB, Troponin T dan
gambaran ST deviasi dengan prognosis kejadian MACE pada pasien sindrom koroner akut akan lebih menggambarkan seberapa jauh kemungkinan untuk
terjadinya MACE di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah