29
BAB III BIOGRAFI ASGHAR ALI ENGINEER
A. Riwayat hidup Asghar Ali Engineer
Asghar Ali Engineer adalah pemikir dari india,
1
merupakan satu dari sekian banyak nama penulis muslim yang cukup produktif dan ia menuliskan
karya-karyanya dalam bahasa Inggris dengan bagus. Ia dianggap banyak memberi inspirasi bagi sebuah gerakan pembebasan dan penyadaran masyarakat tertindas
mustad’afin berhadapan dengan kaum penindas mustakbirin. Di kalangan aktivis gerakan feminis muslim pun nama Engineer juga bisa disejajarkan dengan
nama-nama aktivis feminis muslim lainnya, seperti Fatima Mernisi, Amina Wadud Muhsin, dan yang lainnya.
2
Asghar Ali Engineer dilahirkan dalam keluarga muslim yang taat pada 10 Maret 1939 di Salumba, Rajasthan, dekat Udiapur, dimana Sheikh Qurban
Husain, ayahnya, menjadi seorang amil pegawai yang bekerja di Masjid yang mengelola semacam zakat pada waktu itu. Asghar telah diberi pelajaran
mengenai tafsir al qur ’an komentar atau penjelasan tentang firman tuhan, ta’wil
makna ayat al qur’an yang tersembunyi, fiqh yurisprudensi, dan hadist
perkataan nabi. Sewaktu belajar tafsir dan Ta’wil Al-Qur’an, fiqh, dan hadist, ia
1
Listiono Santoso, Epistimologi Kiri, Jogjakarta: Ar-Ruzz Press, 2003, hal. 297
2
Arif Zamhari, Islam dan Kesadaran Historis: Analisi Pertumbuhan Sosio-Ekonomi, dalam Pemikiran-pemikiran Revolusioner, Averroes Press, Malang; 2003, hal. 173-174.
30
juga banyak membaca karya-karya Bettrand Russel dan Karl Marx. Ia mengaku telah membaca buku Das Kapital karya Marx. Bacaan ini terbukti sangat
berpengaruh dalam cara dia menganalisis dan membahasakan gagasannya dengan bahasa-
bahasa “khas kiri” seperti ketidakadilan, penindasan, revolusi, perubahan radikal, dan sebagainya.
3
Ayahnya, Syekh Qurbain Husain adalah seorang alim yang mengabdi kepada pemimpin keagamaan Bohra. Ia dikenal sebagai orang yang punya sikap
liberal, terbuka dan sabar. Sikap open minded seperti ini menjadikannya kerap kali terlibat diskusi dan berbagai pengalaman keagamaan dengan pemeluk agama
lain, misalnya dengan seorang Hindu Brahma. Dalam lingkungan sosial keagamaan seperti itulah Engineer dibesarkan.
Asghar juga belajar bahasa arab dari ayahnya, dan selanjutnya ia menekuni serta mengembangkan sendiri. Ia telah diajarkan seluruh karya utama
dari Fatimi Da’wah oleh Sayedna Hatim, Sayedna Qadi nu’man, Sayedna Muayyad Shirazi, Sayedna Hamiduddin Kirmani, Sayedna Hatim al-Razi,
Sayedna Jafar Mansyur al-Yaman dan sebagainya. Asghar juga mendapatkan pendidikan secular, disamping pendidikan
agama. Ia adalah lulusan teknik sipil dari Indore M.P dengan tanda kehormatan, serta mengabdi selama dua puluh tahun sebagai seorang insinyur di Koperasi
Kota Praja Bombay dan kemudian mengundurkan diri secara sukarela untuk menerjunkan dirinya kedalam gerakan reformasi Bohra. Ia mulai memainkan
3
Listiono Santoso, Epistimologi Kiri, hal. 299
31
dalam gerakan reformasi dari tahun 1972, ketika terjadi pemberontakan di Udiapur. Asghar telah menulis beberapa artikel tentang gerakan reformasi
dibeberapa koran India terkemuka seperti The Times of India, Indian express, Statesman, Telegraph, The Hindu dan sebagainya. Ia terpilih dengan suara bulat
sebagai Sekretaris Umum Dewan Pengurus Pusat Masyarakat Dawoodi Bohra dalam konfrensi pertamanya di Udiapur pada tahun 1977. Ia mencurahkan waktu
dan pikirannya demi urusan besar pada waktu itu, yaitu gerakan reformasi dan menginternasionalisasi-kan gerakan reformasi, baik melalui tulisan-tulisan
maupun ceramah-ceramahnya. Asghar juga menghasilkan karya atas masalah yang tak kalah berat, yaitu
tentang kekerasan komunial dan komunialisme di India sejak pecahnya kerusuhan besar pertama di Jabalpur, India, pada tahun 1961. Karyanya ini dipertimbangkan
sebagai pelopor dan telah diakui oleh Universitas Calcutta yang kemudian menganugerahkan gelar kehormatan D.Lit padanya pada bulan februari 1983.
4
Asghar diakui sebagai seorang sarjana Islam terkemuka dan di undanguntuk koferensi-koferensi international tentang Islam oleh berbagai pihak,
baik oleh pemerintah maupun universitas. Asghar juga memberi kuliah di beberapa universitas terkemuka di Amerika, Kanada, Indonesia, Malaysia,
Jerman, Prancis, Thailand, Pakistan, Sri Langka, Yaman, Meksiko, Lebanon, Mesir, Jepang, Uzbekistan, Rusia, dan sebagainya. Ia juga mengajar di seluruh
universitas di India.
4
Listiono Santoso, Epistimologi Kiri, hal. 300
32
Asghar telah menerima beberapa penghargaan atas karyanya tentang pemahaman interrelegius. Ia pernah mendapatkan Penghargaan Harmony antar-
agama oleh Pemimpin Baru, Komite, dan Chennai. Ia yakin dengan menunjukan rasa hormat yang sama kepada semua agama dan mempertimbangkan keyakinan
beragama sebagai yang sangat penting bagi kehidupan yang bermakna. Bagaimanapun, ia tidak meyakini secara buta dalam menerima dogma-dogma
yang diwariskan oleh masa silam. Ia percaya dengan selalu memikirkan ulang rethinking isu-isu dan mereinterprestasikan Islam untuk menjaganya dalam
konteks waktu yang senantiasa berubah. Menurut pendapatnya, inilah kewajiban kita untuk mendapatkan pelajaran Islam dan merefleksikannya secara lebih
mendalam ketimbang hanya membebek secara buta.
5
Dia juga dianugerahi penghargaan Hakim Khan Sur untuk integrasi nasional oleh Maharana Mewar Foundation, Udaipur, Rajasthan. Pada Hari
Republik India, Asghar juga di beri penghargaan National Communal Harmony Award pada tahun 1997 oleh pemerintah India dalam pengakuannya atas karya
Asghar dalam mempromosikan harmoni komunal kepada dunia. Asghar adalah seorang pemikir sekaligus aktivis, dan pemimpin salah satu
kelompok Syi’ah Islama’iliyah, Daudi Bohras Guzare Daudi yang berpusat di Bombay, India. Dengan keilmuan yang dimilikinya, Asghar ingin menerapkan
gagasan-gagasannya. Ia harus menghadapi reaksi generasi tua yang cenderung konservatif dan mempertahankan kemapanan.
5
Listiono Santoso, Epistimologi Kiri, hal. 301
33
Agar dapat menyingkap latar belakang keagamaan Asghar menjadi lebih jelas, maka penting untuk mengenal terlebih dahulu kelompok Daudi Bohras ini.
Para pengikut Daudi Bohras dipimpin oleh imam sebagai pengganti nabi yang dijuluki Amir al-
Mu’minin. Mereka mengenal dua puluh satu orang imam. Maulana Abu al-Qasim al
–Thayyib adalah imam mereka yang terakhir yang menghilang pada tahun 526 H. Tapi mereka percaya bahwa ia masih hidup hingga
sekarang. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh para da’i dari perkataan itu berasal
ungkapan Daudi yang selalu berhubungan dengan imam terakhir itu. Untuk diakui sebagai seorang
da’i tidaklah mudah. Ia harus memiliki sembilan puluh empat kulifikasi yang diringkas dalam empat hal pokok, yaitu kualifikasi : 1
pendidikan; 2 administrative; 3 moral dan teoritikal; serta 4 keluarga dan kepribadian.
Da’i juga harus tampil sebagai pembela umat yang tertindas dan berjuang melawan kezaliman. Asghar sendiri adalah seorang
da’i. Dengan memahami posisi ini, tidak heran mengapa Asghar Ali sangat
peduli dalam menyoroti kezaliman dan penindasan. Baginya, orang yang benar- benar religius akan sensitive terhadap penderitaan orang lain, terutama
penderitaan orang-orang yang tertindas. Seorang religius akan menentang ketidakadilan. Orang yang diam dan membisu ketika melihat ketidakadilan dan
penindasan, menurut Asghar tidak pantas disebut religius. Dari telaah kesejarahan Asghar Ali menyimpulkan bahwa Nabi Muhammad sebagai sosok yang religius,
adalah seorang revolusioner yang berjuang untuk melakukan perubahan- perubahan secara radikal dalam struktur masyarakat pada zamannya.
34
B. Karya-karyanya