Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kita sedang hidup dalam suatu masyarakat industri yang fondasi dasarnya adalah ekonomi. Disini jelas, ekonomi memainkan peran yang sangat penting sehingga tidak mungkin ada kemajuan atau pembangunan tanpa mengadopsi dengan baik kebijakan-kebijakan ekonomi. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk menelaah resep-resep Islam mengenai persoalan ini. Kita harus bisa menafsirkan dengan kreatif prinsip-prinsip dan doktrin-doktrin tertentu yang telah digariskan islam berkaitan dengan problem sosial-ekonomi karena hal itu akan membantu kita menyingkirkan kesulitan-kesulitan dizaman industri ini. Akan tetapi, satu kata perhatian sangat layak dikemukakan disini. Al- qur’an, sumber prinsipil ajaran islam, merupakan kitab keagamaan yang utama, dan bukan buku ilmu fisika atau ilmu sosial. Ia memberikan garis pedoman yang luas mengenai aspek-aspek spiritual dan materiil. Ia juga memberikan kepada kita konsep tentang masyarakat. Dengan bantuan konsep tentang masyarakat dan garis pedoman kita yang luas ini kita bisa menyimpulkan petunjuk ketuhanan, jika perlu dengan menyusun dan memformulasikan.kembali beberapa konsep yang secara sah telah diterima oleh para pakar teologi pada aman-zaman sebelumnya. 2 Ajaran-ajaran Al- qur’an mempunyai relevansi kontekstual sekaligus transdental. Islam lahir dalam lingkungan perdagangan Mekah dan karena itu didalam konteks sosial-ekonomi ini, ia menekankan kebijakan-kebijakan perdagangan dan kemudian menempatkan posisi seorang pedagang yang jujur setelah nabi syuhada yang mati dijalan Allah. Pada saat yang sama, ia menghukum berat para pedagang dan saudagar-saudagar yang melakukan praktek tidak jujur dan berusaha memperoleh kekayaan dengan cara yang tidak adil. Hal yang menarik adalah mengenai relevansi dari konsep dasar ekonomi islam tersebut terhadap berbagai perubahan kondisi sosio ekonomi masyarakat Islam saat ini termasuk perekonomian mayoritas umat muslim di Indonesia. Kondisi dimana masih terdapat kecurangan maupun eksploitasi dalam strukturnya dari masyarakat industri maupun pemerintah sebagai penentu kebijakan ekonomi nasional. Ali Ashgar Engineer sebagai salah satu pemikir sekaligus pemikir ekonomi Islam memiliki konsep tersendiri mengenai masalah kebijakan ekonomi dan keadilan distribusi. Dalam bukunya Islam dan Teologi Pembebasan, beliau menjelaskan bahwa kebijakan ekonomi hendaknya melahirkan keuntungan bagi semua pihak bukan hanya orang-orang yang memiliki kuasa terhadap harta.Sehingga tidak ada lagi bentuk penyimpangan seperti penimbunan harta maupun eksploitasi. Solusi terhadap masalah ini adalah adanya keadilan distribusi. 1 1 Santoso, listiyono, epistemologi kiri, penerbit ar-ruzz media:Jogjakarta, 2003.hal.297 3 Ketika dunia sedang tertidur, ia dengan mata terbuka lebar menulis buku, artikel, kolom, mengonsep memorandum tenteng hak-hak sipil, atau merancanakan langkah selanjutnya melawan pimpinan bohras. Banyak orang yang terlantar dan hidup terkatung-katung dalam ketidak pastian disebabkan meletusnya kerusuhan kota yang mengerikan yang telah menggugahnya untuk mendengar jeritan kesengsaraan keluarga-keluarga yang diserang, berbicara dengan para polisi,merekam para kesaksian para aktivis politikdan sosial,serta merinci pengalaman-pengalaman dalam mingguan politik dan eknomi Bombay. Sangat banyak figure kota dalam ulasannya tentang berbagai kerusuhan komunal pada masa pasca kemerdekaan India. Memulai sebagai seorang pembela perubahan dan perbaikan diantara kekuasaan bohras pada akhir tahun 1970-an, Asghar mempertahankan langkah hidupnya dengan menggunakan dua ruangan kecil apartemen yang diperlengkapi perabot yang sangat terbatas untuk melakukan kegiatan intelektualnya. Inisiatif- inisiatif reformisnya muncul karena ia telah dianiaya dan disrang secara fisik dalam kampanye-kampanye publiknya melawan komunalisme. Banyak dari cita- citanya yang masih belum terpenuhi , yaitu agenda reformasinya yang belum sepenuhnya membebaskan daerahnya dari keterkungkungngan, meskipn ia memunyai waktu dan terdorong pula oleh tindakan-tindakan yang melampaui batas yang telah dilakuka oleh imam besar Bohras. Bagi Asghar, para cendekiawan Muslim telah bersikap kurang tangap dalam merespon misinya 2 . 2 Santoso, listiyono, epistemologi kiri, penerbit ar-ruzz media:Jogjakarta, 2003.hal.297-298 4 Meskipun Asghar harus melintasi kerasnya hidup sebagai seorang pembela sendirian, namun ia tetap bersikukuh memutuskan dirri untuk memerangi obskurantisme, intoleransi, dan kemunafikan religius. Selama hampir dua dekade, ia bergulat dalam pergerakan. Eksistansinya betul-betul menggaggu status quo dan merupakan ancaman bagi kemapanan Muslim, politik dan agama. Keprihatinan dan kegelisahan Asghar mendorongnya untuk menggugat segala bentuk kemapanan yang menindas dan membodohi kaum yang lemah, sekalipun harus berhadapan dengan pemimpin teras spiritual. Semangat revolusioner Asghar cenderung bersifat praktis daripada teoritis. Hal itu tampak dari gugatan epistemologi-liberatifnya yang terdapat dalam hampir seluruh karyanya. Atas dasar pemaparan di atas, maka peneliti bermaksud menuangkan pemikiran dari Asghar Ali Engineer ke dalam skripsi dengan judul “KEADILAN DISTRIBUSI MENURUT ASGHAR ALI ENGINEER DALAM PERSPEKTIF EKONOMI INDONESIA ”

B. Pembatasan dan perumusan masalah