10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Keadilan Sosial
Islam adalah agama yang ajarannya sangat komprehensif kaffah. Sebab, Islam mempunyai konsep yang mendasar dalam kehidupan manusia. Konsep itu
adalah aturan tentang hubungan manusia dengan Allah hablun minallah, hubungan manusia dengan manusia hablun minannas, dan hubungan manusia
dengan lingkungannya. Islam diturunkan oleh Allah kepada Muhammad Saw. sebagai rahmat bagi semesta alam dan menjadi pendobrak ketidakadilan sosial-
ekonomi. Ajaran-ajaran moral al- Qur’an itu merupakan bentuk reformasi sosial
Islam mengenai keadilan yang pada dasarnya berusaha meningkatkan posisi dan memperkuat kondisi kaum lemah agar menjadi lebih baik. Keberpihakannya
kepada kaum lemah tertindas sebagai perwujudan dari perjuangan menegakkan keadilan sosial ditunjukkan melalui praktek sosial Muhammad Saw. dalam
kehidupan sehari-hari. Pentingnya keadilan ini dalam pandangan Islam dapat dilihat dari pencapaian ketaqwaan dengan menegakkan keadilan sosial.
1
Guna mendapatkan gambaran yang jelas dan mempermudah pemahaman mengenai keadilan ini, terlebih dahulu akan didefinisikan sebagai berikut: Kata
“adil” dalam bahasa Indonesia, berasal dari bahasa arab. Kata ini adalah serapan dari kata
‘adl dan dalam bahasa Inggris disebut sebagai justice, yang artinya sama
1
Al- Qur’an, 5: 8
11
dengan yang dimaksud oleh kata adil, dalam bahasa Indonesia. Namun, dalam Al- Qur’an, pengertian adil atau justice tidak selamanya menggunakan kata al-‘adl,
melainkan juga menggunakan sinonimnya, yaitu al qisth.
2
Kata adil atau keadilan mempunyai arti yang luas. Dengan demikian, keadilan dapat dipahami secara logis dengan menengok ke
dalam nilai “keadilan” yang secara universal. Misalnya bisa dilihat dari segi kehidupan sosial, politik,
ekonomi atau yang lainnya. Sehingga kata adil memiliki definisi yang bervariatif. Teorisasi keadilan sosial erat kaitannya dengan gerakan-gerakan sosial
yang khususnya marak selama tahun-tahun 1950-an dan 1960-an, yang mengusung berbagai agenda, sejak dari hak-hak sipil, antirasis, perdamaian,
hingga emansipasi perempuan. Seiring dengan berkembangnya agenda yang diperjuangkan, istilah keadilan social pun menjadi istilah payung bagi ide-ide
progresif tentang hak-hak asasi manusia, kesetaraan, pluralisme, demokrasi, dan sebagainya. Demikian pula, istilah ini bersiafat netral ideologis karena bias
diklaim oleh kalangan manapun, baik yang paling kiri, paling kanan, atau moderat sekalipun, selama masih bertujuan melakukan perubahan social.
Karena luasnya spectrum keadilan social, istilah tersebut sering diperdebatkan dan dipertarungkan oleh berbagai kelompok dan ideologi. Hal ini
wajar karena sosial lahir dalam rahim masyarakat dengan ideologi, nilai-nilai dan
2
M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al- Qur’an Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep
Kunci, Jakarta: Paramadina, cet. II, 2002, hlm. 369. lebih lanjut, Dawam menyatakan bahwa katayang artinya “keadilan” ‘adl maupun qisth itu mula-mula diturunkan dalam al-Qur’an, Surat al-A’rof 7:29,
159, 181. Kata adl dalam al- Qur’an disebut sebanyak 14 kali sedangkan kata qisth sebanyak 15 kali.
12
pandanganyang beragam. Di samping itu, keadilan sosial acap diadopsi dari kepentingan politik yang berbeda-beda, dan sering pula dihubungkan dengan
peran Negara, pasar, dan individu. Karena itu, masing-masing masyarakat bias jadi memiliki pendekatan dan gagasan yang berbeda tentang “sebuah masyarakat
yang lebih adil”. Hal demikian pula yang ditegaskan Rawls bahwa persoalan menentukan
prinsip-prinsip keadilan social dipengaruhi oleh interpretasi atas situasi-situasi dimana individu dan masyarakat tersebut berada. Di samping itu, argument
mengapa prinsip keadilan social tersebut yang dipilih juga menjadi poin penting dalam sebuah teori keadilan. Walaupun secara tegas memberikan ruang bagi
interprestasi terhadap keadilan sosial, Rawls memberikan bahasan mendalam tentang prinsip-prinsip umum yang menurutnya bertolak dari prinsip fairness.
B. Prinsip-Prinsip Keadilan Sosial