Epidemiologi Akne Vulgaris Etiologi Akne Vulgaris

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Akne Vulgaris Secara Umum 2.1.1. Pengertian Akne Vulgaris Akne vulgaris adalah peradangan folikel sebasea yang ditandai oleh komedo, papula, pustula, kista, dan nodulus di tempat predileksinya, yaitu wajah, leher, badan atas, dan lengan atas Wasitaatmadja, 2002. Penyakit ini terutama terjadi pada remaja dan biasanya berinvolusi sebelum usia 25 tahun namun bisa berlanjut sampai usia dewasa. Akne vulgaris terutama timbul pada kulit yang berminyak berlebihan akibat produksi sebum berlebihan di tempat dengan glandula sebasea yang banyak Yuindartanto, 2009.

2.2.2. Epidemiologi Akne Vulgaris

Akne vulgaris dianggap penyakit kulit fisiologis karena hampir semua orang pernah menderita penyakit ini. Insidens akne vulgaris 85-100 Harper, 2008 dan biasanya terjadi pada usia dewasa muda, yaitu umur 14-17 tahun pada wanita, dan 16- 19 tahun pada pria Yuindartanto, 2009. Berdasarkan penelitian Goodman 1999, prevalensi tertinggi yaitu pada umur 16-17 tahun, dimana pada wanita berkisar 83- 85 dan pada pria berkisar 95-100. Meskipun demikian, akne vulgaris dapat pula terjadi pada usia lebih muda atau lebih tua dari pada usia tersebut Efendi, 2003. Kadang-kadang pada wanita akne vulgaris menetap sampai dekade umur 30- an atau bahkan lebih. Meskipun pada pria akne vulgaris lebih cepat berkurang, namun pada penelitian terdahulu diketahui bahwa gejala berat justru terjadi pada pria. Diketahui pula bahwa ras Oriental Jepang, Cina, Korea lebih jarang menderita akne vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia Eropa, Amerika, dan lebih sering terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada Negro Wasitaatmadja, 2002. Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

2.2.3. Etiologi Akne Vulgaris

Faktor penyebab akne sangat banyak multifaktorial, antara lain genetik, endokrin, faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea sendiri, faktor psikis, musim, infeksi bakteri Propionibacterium acnes, kosmetika, dan bahan kimia lainnya. Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor yang berpengaruh, seperti: a. Sebum. Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Akne yang keras selalu disertai pengeluaran sebore yang banyak b. Bakteri. Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah Corynebacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, dan pityrosporum ovale. c. Herediter. Faktor herediter sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar palit glandula sebasea. Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas akne, kemungkinan besar anaknya akan menderita akne. d. Endokrin, di antaranya: Hormon androgen. Hormon ini memegang peranan yang penting karena kelenjar palit sangat sensitif terhadap hormon ini. Hormon androgen berasal dari testis dan kelenjar anak ginjal adrenal. Hormon ini menyebabkan kelenjar palit bertambah besar dan produksi sebum meningkat. Pada penyelidikan Pochi, Frorstrom dkk. Lim James didapatkan bahwa konsentrasi testosteron dalam plasma penderita akne pria tidak berbeda dengan yang tidak menderita akne. Berbeda dengan wanita, kadar testosteron plasma sangat meningkat pada penderita akne. Estrogen. Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh terhadap produksi sebum. Estrogen dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum. Progesteron. Progesteron dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efek pada efektivitas terhadap kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi, akan tetapi kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan akne premenstrual. Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009. Hormon-hormon dari kelenjar hipofisis. Pada tikus, hormon tirotropin, gonadotropin, dan kortikotropin dari kelenjar hipofisis diperlukan untuk aktivitas kelenjar palit. Pada kegagalan dari kelenjar hipofisis, sekresi sebum lebih rendah dibandingkan dengan orang normal. Penurunan sebum diduga disebabkan oleh adanya suatu hormon sebotropik yang berasal dari bagian tengah lobus intermediat kelenjar hipofisis. e. Diet. Diet tidak begitu berpengaruh terhadap timbulnya akne. Pada penderita yang makan banyak karbohidrat dan zat lemak, tidak dapat dipastikan akan terjadi perubahan pada pengeluaran sebum atau komposisinya karena kelenjar lemak bukan alat pengeluaran lemak yang kita makan. f. Iklim. Sinar ultraviolet UV mempunyai efek membunuh bakteri pada permukaan kulit. Selain itu, sinar ini juga dapat menembus epidermis bagian bawah dan bagian atas dermis sehingga berpengaruh pada bakteri yang berada di bagian dalam kelenjar palit. Sinar UV juga dapat mengadakan pengelupasan kulit yang dapat membantu menghilangkan sumbatan saluran pilosebasea. g. Faktor psikis. Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi akne. Mekanisme yang pasti mengenai hal ini belum diketahui. Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi akne-nya secara mekanis sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi yang beradang yang baru, teori lain mengatakan bahwa eksaserbasi ini disebabkan oleh meningkatnya produksi hormon androgen dari kelenjar anak ginjal dan sebum, bahkan asam lemak dalam sebum pun meningkat. h. Kosmetika. Jenis kosmetika yang dapat menimbulkan akne tidak tergantung pada harga, merk, dan kemurnian bahannya. Penyelidikan terbaru di Leeds tidak berhasil menemukan hubungan antara lama pemakaian dan jumlah kosmetika yang dipakai dengan hebatnya akne. i. Bahan-bahan kimia. Beberapa macam bahan kimia dapat menyebabkan erosi yang mirip dengan akne acneform eruption, seperti iodida, kortikosteroid, INH, Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009. obat anti konvulsan difenilhidantoin, fenobarbital, dan trimetandion, tetrasiklin, vitamin B 12 . j. Reaktivitas. Di samping faktor-faktor diatas masih ada faktor X pada kulit yang merupakan faktor penting yang menentukan hebatnya akne.

2.2.4. Patogenesis Akne Vulgaris