LEMBAGA SOSIAL KEAGAMAAN WAKAF PRODUKTIF DAN LEMBAGA SOSIAL KEAGAMAAN

a. Undang-undang yang mengatur badan hukum dari yayasan: 1 Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 2 Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang perubahan Undang- Undang No. 16 Tahun 2001 3 Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2008 b. Undang-undang yang mengatur terkait organisasi masyarakat: 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1985 No. 44, Tambahan Lembaran Republik Indonesia No. 3298 2 Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 tentang Ormas. Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa lembaga sosial keagamaan di Indonesia biasanya bersandar pada regulasi terkait yayasan maupun organisasi masyarakat. Hal ini dikarenakan belum adanya regulasi yang mengatur dasar hukum terkait lembaga sosial keagamaan.

3. Tujuan Lembaga Sosial Keagamaan

Lembaga sosial keagamaan yang ada di Indonesia pada umumnya memiliki tujuan sebagai berikut: a. Memberdayakan dan meningkatkan kapasitas serta kualitas masyarakat yang menjadi objek dari lembaga sosial keagamaan. b. Memberikan pelayanan pendidikan bagi masyarakat khususnya di pedesaan yang berlatar sosial ekonomi lemah. c. Memberikan pelayanan dan kemudahan bagi umat beragama dalam melaksanakan ibadah. d. Mendorong serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan kehidupan beragama. e. Meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama bagi setiap individu, keluarga, masyarakat, dan penyelenggara negara. f. Memperkuat dasar-dasar kerukunan hidup intern dan antar umat beragama. g. Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional. h. Meningkatkan kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama bagi masyarakat guna meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta pembinaan akhlak mulia dan budi pekerti yang luhur. 27 i. Sebagai tempat untuk membahas dan menyelesaikan segala masalah yang menyangkut keagamaan. j. Menyalurkan aspirasi umat kepada pemerintah dan menyebarluaskan kebijakan pemerintah kepada umat. k. Wahana silaturahmi yang dapat menimbulkan rasa persaudaraan dan kekeluargaan. 28 27 Bappenas, “Pembangunan Bidang Agama” artikel diakses pada 24 September 2014 dari http:www.bappenas.go.idfiles781350226072narasi-bab-vi-pembangunan- bidang-agama.pdf 28 Zubaidah, ”Motivasi Lembaga Keagamaan Menggunakan Bank Dai Al Misbah dalam Penyiaran Agama Islam ,”. h. 15 Meskipun jumlah lembaga-lembaga sosial keagamaan terus meningkat, namun belum sepenuhnya mampu memerankan fungsi sebagai agen perubahan sosial dalam masyarakat. Lembaga-lembaga sosial keagamaan juga dinilai belum mampu berperan dalam mengurangi dampak negatif ekstrimisme yang dapat memicu terjadinya perselisihan antar kelompok baik dalam satu agama maupun dengan agama lain. Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa tujuan utama dari berdirinya lembaga sosial keagamaan adalah memberdayakan, memberikan pelayanan, mendorong serta meningkatkan kualitas diri masyarakat guna memenuhi kebutuhan pokoknya.

4. Program Kesejahteraan Sosial Keagamaan

Adapun beberapa program yang bisa menjadi alternatif dalam mencapai kesejahteraan sosial keagamaan: a. Memberdayakan pihak-pihak yang berkaitan dengan lembaga sosial keagamaan seperti kelompok jamaah keagamaan, majlis taklim, organisasi keagamaan dan pemuda masjid, Baitul Mal wat-Tamwil, Badan Amil Zakat, dan Nazir Wakaf. b. Memberikan bantuan block grant untuk penyelenggaraan lembaga pendidikan tradisional keagamaan, seperti pondok pesantren, madrasah diniyah, sekolah minggu, seminari, biara trapis, pasraman, novisiat, sekolah yayasan pendidikan Hindu dan sekolah yayasan pendidikan Budha. c. Memberikan bantuan subsidi dan imbal swadaya kepada lembaga pendidikan tradisional keagamaan, seperti pondok pesantren, madrasah diniyah, sekolah minggu, seminari, biara trapis, pasraman, novisiat, sekolah yayasan pendidikan Hindu dan sekolah yayasan pendidikan Budha. d. Meningkatkan kemampuan pengelola bagi lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan tradisional keagamaan, serperti pondok pesantren, madrasah diniyah, sekolah minggu, seminari, biara trapis, pasraman, novisiat, sekolah yayasan pendidikan Hindu dan sekolah yayasan pendidikan Budha. e. Menyediakan sarana prasarana, dan fasilitas untuk menunjang kegiatan sosial keagamaan. f. Mengembangkan sistem informasi bagi lembaga sosial keagamaan. g. Melanjutkan upaya untuk melakukan kajian dan pengembangan dalam rangka peningkatan mutu pembinaan lembaga-lembaga sosial keagamaan. Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. 29 Penyelenggara kesejahteraan sosial idealnya didasarkan kepada asas kesejahteraan sosial itu sendiri sesuai dengan yang dituliskan dalam undang- undang yaitu kesetiakawanan, keadilan, kemanfaatan, keterpaduan, kemitraan, keterbukaan, akuntabilitas, partisipasi, profesionalitas dan berkelanjutan serta sesuai dengan tujuannya yaitu: a. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas dan kelangsungan hidup. b. Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian. c. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial. d. Meningkatkan kemampuan, kepeduliaan dan tanggung jawab sosial dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan. e. Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan. f. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejateraan sosial. Kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai kondisi sejahtera, yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, 29 UU No. Tahun 2009 pasal 1 ayat 1-2 khususnya yang bersifat mendasar seperti makan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan. 30 Sejatinya kesejahteraan sosial juga menunjukan pada segenap aktifitas pengorganisasian dan pendistribusian pelayanan sosial bagi kelompok masyarakat, terutama kelompok yang kurang beruntung. Penyelenggaraan berbagai skema perlindungan sosial baik bersifat formal maupun informal adalah contoh aktivitas kesejahteraan sosial yang diselenggarakan oleh negara yang umumnya berbentuk bantuan sosial dan asuransi sosial, semisal tunjangan bagi orang cacat atau miskin, tunjangan pengangguran dan tunjangan keluarga. Pembangunan kesejahteraan sosial adalah usaha yang terencana dan melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi sosial dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial serta mempererat institusi-institusi sosial, tujuan pembangunan sosial adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara menyeluruh yang mencakup: a. Peningkatan standar hidup, melalui seperangkap pelayanan sosial dan jaminan sosial segenap lapisan masyarakat, terutama kelompok- kelompok masyarakat yang kurang beruntung dan rentan yang sangat memerlukan perlindungan sosial. 30 Edi Suharto, “Analisis Kebijakan Publik, Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial”, Bandung: Aldabeta, 2006 h. 201 b. Peningkatan keberdayaan melalui penetapan sistem dan kelembagaan ekonomi, sosial dan politik yang menjunjung harga diri dan martabat kemanusiaan. c. Penyempurnaan kebebasan melalui perluasan aksebilitas dan pilihan- pilihan kesempatan sesuai dengan aspirasi kemampuan dan standar kemanusiaan. 31 Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dan untuk mencapai kesejahteraan sosial dibutuhkan usaha-usaha ekstra yang berasal dari internal individu-individu tersebut maupun usaha eksternal yang berasal dari bantuan pihak luar. Demikianlah penjelasan diatas mengenai wakaf produktif dan lembaga sosial keagamaan yang meliputi: pengertian, dasar hukum, macam-macam wakaf, pengelolaan wakaf produktif, pemanfaatan hasil wakaf, pengertian, dasar hukum, tujuan lembaga sosial keagamaan, dan program kesejahteraan sosial keagamaan. 31 Edi Suharto, “Analisis Kebijakan Publik, Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial”, Bandung: Aldabeta, 2006 h. 3 37

BAB III PENGHIMPUNAN DAN PENGELOLAAN WAKAF

PADA LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR

A. Sejarah dan Perkembangan Lembaga Wakaf Al-Azhar

Titik awal sejarah berdirinya Lembaga Wakaf Al-Azhar dimulai pada tahun 1961, saat itu Syekh al-Azhar, Prof Dr Mahmoud Syaltout, seorang Syekh Jami al-Azhar Kairo, berkunjung ke Indonesia sebagai tamu negara. Beliau juga menyempatkan ziarah ke Masjid Agung Kebayoran dan melihat langsung aktivitas dakwah di masjid tersebut. Syekh Mahmoud Syaltout amat terkesan. Dalam pidatonya, Syekh al-Azhar itu menyampaikan sambutan yang menjadi babak baru Yayasan Pesantren Islam al-Azhar Jakarta. Beliau berkata bahwa mulai hari itu, beliau sebagai Syekh Jami al-Azhar memberikan nama al- Azhar bagi masjid tersebut, dan berharap al-Azhar di Jakarta menjadi sebagaimana al-Azhar di Kairo. 32 Sekarang, 50 tahun saat bersejarah itu telah berlalu. Sebagaimana doa Syekh Mahmoud Syaltout, YPI al-Azhar Jakarta telah berperan dalam pengembangan pendidikan dan dakwah di Indonesia melalui berbagai sekolah al- Azhar. Kualitas pendidikan di YPI al-Azhar diakui publik sebagai salah satu 32 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Rofiq, Direktur Eksekutif Lembaga Wakaf Al-Azhar. Jakarta, 11 Agustus 2014. yang terbaik. Tapi, untuk menuju cita-cita ideal sebagaimana al-Azhar Kairo, baru kita mulai. Dunia Islam mengakui keberhasilan Universitas al-Azhar Kairo, Mesir dalam menghimpun dan mengelola wakaf sehingga berdaya guna untuk kemaslahatan umat, terutama di bidang pendidikan. Hingga kini, tak kurang dari 400 ribu mahasiswa Muslim dari berbagai penjuru dunia dan dari berbagai bidang menerima beasiswa dari salah satu perguruan tinggi Islam tertua di dunia itu. Berbekal pengelolaan aset dan dana wakaf, Universitas al-Azhar telah mampu bertahan selama lebih dari 1.000 tahun. Perguruan tinggi yang didirikan Dinasti Fatimiah itu juga mampu memberikan insentif kepada 11 ribu dosen serta mengirim ribuan dai ke berbagai penjuru dunia. 33 Keberhasilan al-Azhar Kairo, Mesir mengelola dana wakaf telah menginspirasi banyak lembaga pendidikan Islam di Indonesia, seperti Universitas Islam Indonesia UII, Yogyakarta; Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Jawa Timur, serta Universitas Islam Negeri UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, Jawa Timur. Tidak ingin kalah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, YPI al-Azhar turut berikhtiar membangun peradaban melalui pendidikan dan dakwah dengan pengelolaan wakaf secara produktif. YPI al-Azhar melahirkan lembaga baru 33 http:www.wakafalazhar.comwakafdefaultlihatpostid5wakaf 20angkat20umat20dari20keterpurukan Wakaf al-Azhar untuk mewujudka pesan Syeikh Jami al-Azhar agar al-Azhar Jakarta seperti al-Azhar Kairo. Dengan Wakaf al-Azhar ini, terasa dekat al-Azhar menuju al-Azhar Mesir. 34 Wakaf Al-Azhar adalah Pengelola Wakaf yang dibentuk oleh Yayasan Pesantren Islam YPI Al-Azhar untuk mengembangkan serta mengelola wakaf produktif dalam mendukung aktiftas pendidikan dan dakwah.Beraktifitas dengan mendayagunakan sumber daya dan partisipasi masyarakat, berorientasi pada produktifitas wakaf untuk mendukung YPI Al-Azhar dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas serta pengembangan dakwah agar lebih mendunia. Dengan dukungan semua pihak YPI Al-Azhar berikhtiar mengembangkan wakaf produktif sebagai wujud pemberdayaan ekonomi ummat untuk masa depan Pendidikan dan Dakwah. Adapun dasar aktifitas pengelolaan wakaf yang dilakukan oleh Lembaga Wakaf Al-Azhar yaitu, berdasarkan surat keputusan Yayasan Pendidikan Islam Al Azhar nomor 10VIIKEPYPIA-P1431. 2010 yang ditetapkan di Jakarta pada tang gal 3 Sya’ban 1431 H atau 15 Juli 2010 oleh ketua umum YPI Al Azhar H. Hariri Hady dan sekertaris umum YPI Al Azhar H. Badruzzaman Busyairi. 35 Dapat disimpulkan dari penjelasan di atas bahwa sejarah kehadiran Lembaga Wakaf Al-Azhar didasari atas rasa tanggung jawab YPI Al Azhar untuk 34 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Rofiq. 35 Foundation Profile Lembaga Wakaf Al-Azhar.