Pemanfaatan hasil wakaf produktif melalui program sosial keagamaan pada lembaga wakaf Al-Azhar

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)

Oleh:

KhusniyMubarok NIM: 1110 0463 00025

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

P R O G R A M S T U D I M U A M A L A T

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A


(2)

(3)

(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil hiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 Oktober 2014


(5)

i

Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H/ 2014 M.

Isi : xi + 71 halaman + lampiran.

Wakaf Produktif sebagai salah satu instrumen fiskal yang dimiliki oleh umat Islam, memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Potensi ini mendapatkan perhatian pula dari Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar dengan mendirikan Lembaga Wakaf Al-Azhar. Salah satu tugas yang dilakukan oleh Lembaga Wakaf Al-Azhar adalah mendistribusikan hasil dari wakaf produktif kepada yang berhak mendapatkannya dan juga untuk kemaslahatan umat Islam.

Pada penelitian ini, penulis melakukan penelitian di Lembaga Wakaf Al-Azhar, yang berlokasi di kompleks Masjid Agung Al-Azhar Jl. Sisingamangaraja Blok M, Jakarta Selatan. Data yang penulis gunakan yaitu data primer dan sekunder. Data primer di peroleh dari hasil wawancara dan penyebaran Kuisioner kepada nazhir Lembaga Wakaf Al-Azhar sedangkan data sekunder di peroleh dari majalah dan internet. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan metode regresi linier sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan pertama, mekanisme pemanfaatan hasil wakaf di Lembaga Wakaf Al-Azhar dibagi atas tiga alokasi utama yaitu dua puluh persen (20%) hasil wakaf digunakan untuk membiayai operasional nazhir wakaf Lembaga Wakaf Al-Azhar, tiga puluh persen (30%) digunakan untuk biaya maintenance/ perawatan asset wakaf produktif dan yang terakhir lima puluh persen (50%) diperuntukan bagi mauqufalaih/ penerima manfaat hasil wakaf yang direalisasikan melalui program beasiswa sawangan residence ideal. Kedua, pemanfaatan hasil wakaf produktif memiliki pengaruh terhadap keberhasilan program sosial keagamaan yang ada di Lembaga Wakaf Al-Azhar. Faktanya, dari hasil perhitungan menggunakan SPSS didapatkan R Square sebesar 0,727 yang artinya 72,7% variasi kenaikan atau keberhasilan program sosial keagamaan dijelaskan oleh variabel pemanfaatan hasil wakaf produktif.

Kata kunci : Pemanfaatan Hasil Wakaf Terhadap Keberhasilan Program Pembimbing : Dr. Hendra Kholid, M.A


(6)

ii

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas ridho dan rahmat-Nya-lah penulis dapat menyelesaikan skripsiini dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah pada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan umat Islam Nabi Muhammad SAW, beserta segenap keluarga, sahabat, dan juga umatnya. Yang Insya Allah kita termasuk di dalamnya. Didorong oleh semua itu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini berjudul “ Pemanfaatan Hasil Wakaf Produktif Melalui Program Sosial Keagamaan Pada Lembaga Wakaf Al-Azhar.”

Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis sangat menyadari bahwa dalam proses tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. J.M. Muslimin, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, M.H. Sebagai Kepala Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Hendra Kholid, MA. Selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu, pikiran, perhatiannya kepada penulis dalam memberikan pengarahannya.


(7)

iii

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Segenap Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen, Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan ilmu yang tidak ternilai, yang tidak pernah lelah membimbing saya sehingga saya dapat menyelesaikan studi di Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Staff Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum serta Perpustakaan Utama yang telah membantu dalam penulisan Skripsi ini.

7. Kepada pihak Lembaga Wakaf Al-Azhar yang bersedia memberikan waktu, data, dan informasi semoga kedepan menjadi lembaga wakaf yang berkembang pesat, amin.

8. Bapak Ustadz Muhammad Rofiq, selaku Direktur Eksekutif, dan Ustadz Abdul Rahman, selaku Marketing di Lembaga Wakaf Al-Azhar yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. 9. Almarhum Ayahanda H. Muslim dan Ibunda Tercinta Hj. Fathiyah yang tak

pernah lelah setiap harinya selalu memberikan semangat, motivasi dan

do’anya. Serta kakak-kakakku Widiastuti, Arif Rahman, Mf Amin Fauzi,

Hasan Alwi, Muhammad Lutfi, Sholachuddin Dan Aminah Tuzahra yang selalu menyemangati, mengubah kelelahan menjadi keceriaan serta mendo’akan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

iv

11.Keluarga Besar Manajemen Zakat dan Wakaf (ZISWAF), Sahabat seperjuangan yang sampai saat ini memberikan motivasi Heru wicaksono, Tasya Geby Amdini, Hani Tahliani, Siti Aisyah, Rizki Fauziah, Muhammad Heri, Luthfi Hidayat, Ahmad Haidir, Ahmad Ara Parhadi, Ahmad Firdaus, Dedaat Sadaam, Taher dll). Terimakasih untuk kalian yang tak pernah letih untuk memberikan motivasi, dorongan dan do’anya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12.Seluruh rekan-rekan yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat menjalani perkuliahan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Akhir kata hanya kepada Allah jualah penulis memanjatkan doa, semoga Allah memberikan balasan berupa amal yang berlipat kepada mereka, atas dorongan, dukungan, dan kontribusi mereka, saya hanyalah hamba yang

dhaif. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi orang banyak. Amin.

Jakarta, 6 Oktober2014


(9)

v

LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

E. Studi Review Terdahulu ... 8

F. Kerangka Teori Dan Konseptual ... 10

G. Metode Penelitian ... 12

H. Teknik Penulisan ... 15

I. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II WAKAF PRODUKTIF DAN LEMBAGA SOSIAL KEAGAMAAN A. Wakaf Produktif ... 18


(10)

vi

4. Pengelolaan Wakaf Produktif ... 24

5. Pemanfaatan Hasil Wakaf Produktif ... 25

B. Lembaga Sosial Keagamaan... 27

1. Pengertian Lembaga Sosial Keagamaan ... 27

2. Dasar Hukum Lembaga Sosial Keagamaan... 27

3. Tujuan Lembaga Sosial Keagamaan ... 28

4. Program Kesejahteraan Sosial Kegamaan ... 30

BAB III PENGHIMPUNAN DAN PENGELOLAAN WAKAF PADA LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR A. Sejarah dan Perkembangan Lembaga Wakaf Al-Azhar ... 35

B. Visi dan Misi Lembaga Wakaf Al-Azhar ... 38

C. Struktur Organisasi Pada Lembaga Wakaf Al-Azhar ... 38

D. Penghimpunan dan Pengelolaan Lembaga Wakaf Al-Azhar ... 41

BAB IV PEMANFAATAN HASIL WAKAF PRODUKTIF DI LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR A. Mekanisme Pemanfaatan Wakaf Produktif Melalui Program Sosial Keagamaan ... 47

B. Pemanfaatan Hasil Wakaf Produktif Terhadap Keberhasilan Program Sosial Keagamaan ... 52


(11)

vii

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(12)

viii

Tabel 4.2 Rencana pemanfaatan hasil wakaf produktif telah di setujui oleh dewan yangberwenang saat penyusunan rencana anggaran tahunan lembaga ... 53 Tabel 4.3 sejauh ini selama saya berada di lembaga wakaf al-azhar, implementasi selalu sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan oleh lembaga ... 53 Tabel 4.4 Saya selalu berpedoman pada rencana kerja tahunan saat akan mengeksekusi pekerjaan yang menjadi tanggung jawab saya ... 54 Tabel 4.5 konsep kegiatan pemanfaatan hasil wakaf produktif dipahami oleh

setiap nazhir lembaga wakaf al-azhar... 54 Tabel 4.6 semua nazhir lembaga wakaf al-azhar melakukan pekerjaan nya

dengan baik sesuai dengan tanggung jawabnya ... 55 Tabel 4.7 YPI al-azhar selalu mendukung dan berkontribusi dalam program kerja yang ditetapkan oleh lembaga wakaf al-azhar ... 55 Tabel 4.8 kegiatan usaha dalam pemanfaatan hasil wakaf produktif al-azhar dilakukan dengan baik ... 56 Tabel 4.9 hasil yang didapatkan dari pemanfaatan wakaf produktif lembaga


(13)

ix

Table 4.11 Terdapat pengaruh yang signifikan dari pemanfaatan hasil wakaf produktif terhadap keberhasilan program sosial keagamaan ... 58 Tabel 4.12 Setiap tahun terjadi peningkatan jumlah masyarakat yang diberdayakan melalui program lembaga wakaf al-azhar ... 59 Tabel 4.13 terjadi meningkatnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat

yang menjadi objek lembaga wakaf al-azhar ... 59 Tabel 4.14 terjadi peningkatan asset pada program-program yang dijalankan

oleh lembaga wakaf al azhar setiap pada tahunnya ... 60 Table 4.15 sejauh ini kelancaran cash flow lembaga wakaf al-azhar masih dapat tertangani dengan baik dalam pembiayaan program-program lembaga... 60 Tabel 4.16 seiring berjalannya program, banyak apresiasi yang diberikan pihak

luar terhadap lembaga wakaf al azhar terkait program-program yang dijalankan ... 61 Table 4.17 Dalam perjalanan pengelolaan program, terdapat adanya

keterlibatan berbagai pihak yang relevan dalam pelaksanaan program... 61 Tabel 4.18 lembaga wakaf al azhar senantiasa memberikan inovasi dan kontribusi agar keberlanjutan program dapat terus di jalankan... 62


(14)

x

Tabel 4.20 terdapat peningkatan jumlah asset wakaf setiap tahunnya yang

berasal dari keuntungan wakaf produktif ... 63

Table 4.21 Terjadi peningkatan jumlah wakif secara kuantitas dan kualitas yang berwakaf di lembaga wakaf al-azhar setiap tahunnya ... 63

Table 4.22 Program sosial keagamaan yang dijalankan oleh ypi al azhar dirasa cukup baik dan mampu mewakili citra lembaga wakaf al-azhar di mata masyarakat luas ... 64

Table 4.23 model summary ... 64

Table 4.24 pedoman interpretasi koefisien korelasi ... 65


(15)

(16)

1

A. Latar Belakang Masalah

Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan akan kesejahteraan ekonomi akhir-akhir ini, keberadaan lembaga wakaf menjadi sangat strategis. Di samping sebagai salah satu aspek ajaran islam yang berdimensi spiritual, wakaf juga merupakan ajaran yang menekankan pentingnya kesejahteraan ekonomi (dimensi sosial). Karena itu, pendefinisian ulang terhadap wakaf agar memiliki makna yang lebih relevan dengan kondisi riil persoalan kesejahteraan menjadi sangat penting.

Krisis ekonomi yang dialami bangsa Indonesia secara faktual telah meningkatkan jumlah penduduk miskin. Jumlah mereka dari waktu ke waktu semakin bertambah beriringan dengan terpuruknya kondisi ekonomi nasional yang masih terjadi sampai saat ini.

Salah satu alternatif yang masih memiliki harapan untuk mengatasi masalah ini adalah adanya partisipasi aktif dari masyarakat, khususnya masyarakat kaya yang memiliki kemampuan untuk membantu meringankan penderitaan masyarakat miskin. Apabila potensi masyarakat kaya ini dapat di


(17)

koordinasikan serta dikelola secara baik, maka hal ini dapat memberikan alternatif kontribusi penyelesaian positif atas masalah kemiskinan tersebut.1

Sebagai salah satu potensi yang mempunyai pranata keagaman yang bersifat ekonomis, wakaf harusnya dikelola dan dikembangkan menjadi suatu instrumen yang mampu memberikan jawaban riil di tengah problematika kehidupan masyarakat. Namun, dalam kenyataannya wakaf kurang dikenal dan kurang mendapat perhatian yang serius dari sebagian besar kalangan, baik pemerintah, masyarakat, ulama, dan lembaga-lembaga non pemerintah dalam hal ini yaitu lembaga swadaya masyarakat.2

Dalam sejarahnya di Indonesia institusi wakaf telah dapat menunjang perkembangan pendidikan Islam, lembaga keagamaan atau lembaga sosial lainnya. Namun di sisi lain wakaf merupakan suatu masalah sosial yang menjadi bagian dari kehidupan umat Islam yang pada realitanya tidak pernah lepas dari berbagai masalah yang muncul sebagai suatu konsekuensi dinamika zaman. Kondisi dimana terdapat lembaga wakaf yang bermula dari lembaga hukum Islam selanjutnya menjadi pranata Hukum Adat dan selanjutnya menjadi

1

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, (Jakarta : Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006), h. 86.

2

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, h. 87.


(18)

peraturan hukum positif Indonesia berupa Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik.3

Sepanjang sejarah Islam, wakaf memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi dan kebudayaan masyarakat Islam. Selain itu, keberadaan wakaf juga telah banyak memfasilitasi para sarjana dan mahasiswa dengan berbagai sarana dan prasarana yang memadai untuk melakukan riset dan pendidikan, sehingga dapat mengurangi ketergantungan dana pada pemerintah. Kenyataan menunjukan, institusi wakaf telah menjalankan sebagian dari tugas-tugas pemerintah. Berbagai bukti mudah kita temukan bahwa sumber-sumber wakaf tidak saja digunakan untuk membangun perpustakaan, ruang-ruang belajar, tetapi juga untuk membangun perumahan siswa (boarding), riset, jasa-jasa photo copy, pusat seni, usaha-usaha produktif dan lain-lain.4

Sebagai suatu lembaga yang telah diatur oleh Islam, wakaf telah dikenal dan dilaksanakan oleh umat islam sejak agama Islam masuk di Indonesia. Menurut Departemen Agama terakhir pada tahun 2012 terdapat kekayaan tanah wakaf di Indonesia sebanyak 420.003 lokasi dengan luas 3.492.045.754 M2. Dari

3

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2006), h.14.

4

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan dan pengembangan wakaf, h.79.


(19)

total jumlah tersebut 75% diantaranya sudah bersertifikat wakaf dan sekitar 10% memiliki potensi ekonomi tinggi, dan masih banyak lagi yang belum terdata.5

Hal lain yang cukup penting untuk diperhatikan adalah bahwa pengelolaan wakaf secara profesional dan bertanggung jawab oleh pengelola (nadzir) baik yang berbentuk perseorangan maupun badan hukum akan meningkatkan kepercayaan masyarakat dan juga akan kesadaran masyarakat untuk berwakaf.6

Kehadiran nadzir sebagai pihak yang diberikan kepercayaan dalam pengelolaan harta wakaf sangatlah penting. Walaupun para mujtahid tidak menjadikan nadzir sebagai salah satu rukun wakaf, namun para ulama sepakat bahwa wakif harus menunjuk nadzir wakaf, baik yang bersifat perseorangan maupun kelembagaan (badan hukum). Pengangkatan nadzir wakaf ini bertujuan agar harta wakaf tetap terjaga dan terurus, sehingga harta wakaf itu tidak sia-sia.7

Oleh sebab itu wakaf salah satu bagian yang sangat penting dari hukum Islam. Ia mempunyai jalinan hubungan antara kehidupan spiritual dengan bidang sosial ekonomi masyarakat muslim. Wakaf selain dimensi ubudiyah ilahiyah. Ia juga berfungsi sosial kemasyarakatan, ibadah wakaf merupakan manifestasi dari rasa keimanan seseorang yang mantap dan rasa sosialitas yang tinggi terhadap

5

Bimbingan masyarakat Islam, “Luas Tanah Wakaf di Indonesia”, artikel diakses pada 28 september 2013 dari http://bimasislam.kemenag.go.id/informasi/berita/35-berita/660-luas-tanah-wakaf-di-indonesia-3492045373754-m2.html.

6

Dadan Muttaqien dkk., Peradilan Agama dan Kompilasi Hukum Indonesia,

(Yogyakarta:UII Press, 1999), h. 298.

7

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia,( Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI,2007), h. 49.


(20)

sesama umat manusia. Wakaf sebagai perekat hubungan, “hablum minallah, wa hablum minanas”. Hubungan vertikal kepada Allah dan hubugan horisontal kepada sesama manusia.8

Upaya untuk mengembangkan cita-cita dari tujuan perwakafan tersebut, salah satu dari sekian banyak lembaga atau yayasan di Indonesia adalah Yayasan Pesantren Islam al- Azhar dengan total aset wakaf selama 3 tahun ini sebesar 37 milyar rupiah, yang mencoba mengelola dan mengembangkan wakaf sebagai wahana pengembangan umat, baik dengan cara pengembangan tempat-tempat peribadatan ataupun pengembangan pendidikan keagamaan dan pengembangan berbagai usaha ekonomi.

Dari sebagian besar program Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar adalah bersifat sosial dengan maksud untuk membantu masyarakat yang memerlukan bantuan baik itu di bidang pendidikan, dakwah maupun kesehatan. Selain itu, Al-Azhar juga meringankan masyarakat mampu dengan cara menyalurkan hartanya kepada program-program keagamaan yang di kelola oleh Yayasan Pesantren Islam Al-azhar.

Berdasarkan pemaparan di atas, penyusun tertarik meneliti lebih jauh

dalam skripsi ini mengenai : “PEMANFAATAN HASIL WAKAF

PRODUKTIF MELALUI PROGRAM SOSIAL KEAGAMAAN PADA LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR”.

8


(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan mengenai pemanfaatan hasil wakaf produktif melalui program sosial keagamaan pada Lembaga Wakaf Al-Azhar sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan program sosial keagamaan di Lembaga Wakaf Al-Azhar?

2. Bagaimanakah dampak pemanfaatan hasil wakaf terhadap kesejahteraan bagi penerima manfaat hasil wakaf produktif di Lembaga Wakaf Al-Azhar?

3. Apakah nazhir memiliki kemampuan dalam pengelolaan wakaf produktif? 4. Bagaimanakah cara lembaga wakaf Al Azhar mengevaluasi hasil wakaf

produktif?

5. Bagaimanakah peran serta masyarakat dalam mensukseskan program wakaf Al Azhar?

6. Bagaimanakah model pemberdayaan wakaf yang dilakukan oleh lembaga wakaf Al Azhar?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penyusun paparkan di atas agar lebih fokus dan tidak terjadi pelebaran dalam pembahasannya, maka penyusun membatasi permasalahan mengenai pemanfaatan hasil wakaf produktif melalui


(22)

program sosial keagamaan pada Lembaga Wakaf Al-Azhar.Diantaranya program dakwah dan beasiswa.

Adapun pokok masalah yang dapat diidentifikasikan agar mempermudah dalam menyusun skripsi ini adalah :

1. Bagaimana mekanisme pemanfataan hasil wakaf produktif melalui program sosial keagamaan di Lembaga Wakaf Al-Azhar?

2. Bagaimana pengaruh pemanfaatan hasil wakaf terhadap keberhasilan program sosial keagamaan di Lembaga Wakaf Al-Azhar?

D. Tujuan dan Manfaat penelitian

Setelah memperhatikan judul serta latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui mekanisme pemanfataan hasil wakaf produktif melalui program sosial keagamaan di Lembaga Wakaf Al-Azhar.

2. Mengetahui dampak pemanfaatan hasil wakaf terhadap keberhasilan program sosial keagamaan di Lembaga Wakaf Al-Azhar.

Adapun tujuan akhir dan manfaat dari penelitian ini diharapkan akan berguna :

1. Bagi Akademisi, sebagai asset pustaka yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh kalangan akademisi, baik itu dosen maupun mahasiswa, dalam upaya memberikan pengetahuan, informasi, dan sebagai proses pembelajaran mengenai mekanisme wakaf.


(23)

2. Bagi Praktisi, Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar para Nazhir di Lembaga Wakaf Al-Azhar Jakarta jangan pernah henti untuk mengembangakan ide-ide yang cemerlang agar tanah wakaf di Yayasan al-Azhar Jakarta tersebut selalu Produktif.

3. Bagi Masyarakat, Menambah wawasan masyarakat mengenai wakaf yang berkembang.

E. Studi Riview Terdahulu

Sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut dan menyusunnya menjadi sebuah karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis terapkan adalah mengkaji terdahulu skripsi-skripsi yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis lakukan. Maksud dari pengkajian ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti berbeda dengan penelitian skripsi sebelumnya.

No

Nama penulis / Judul skripsi, jurnal / Tahun

Subtansi

Perbedaan dengan Penulis

1. Nurul Aini,” pengelolaan dana dan hasil wakaf tunai tabung wakaf

Dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hasil pengelolaan wakaf

Dalam penelitian ini

membahas tentang

hasil wakaf produktif Lembaga Wakaf


(24)

Al-indonesia (TWI) untuk

pengembangan layanan kesehatan cuma-cuma (LKC).”

Skripsi S1

Perbankan Syariah

UIN Syarif

Hidayatullah

Jakarta, Tahun 2011

tunai di tabung wakaf indonesia (TWI)

Azhar terhadap

penerima manfaat yang didalam nya membahas tentang dampak hasil wakaf produktif di Lembaga Wakaf

Al-Azhar. Sehingga

pendekatan yang

digunakan adalah

pendekatan kualitatif. 2. Achmad

Kurniawan,”

efektivitas

pengelolaan wakaf

uang dalam

pengembangan dan

pembinaan anak

yatim pada yayasan

rumah yatim

arrohman

indonesia.” Skripsi

Dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui

pengelolaan dana

wakaf uang di

yayasan rumah

yatim arrohman

indonesia.

Dalam penelitian ini

membahas tentang

hasil wakaf produktif Lembaga Wakaf

Al-Azhar terhadap

penerima manfaat yang didalam nya membahas tentang dampak hasil wakaf produktif di Lembaga Wakaf


(25)

S1 Ziswaf Jurusan Muammalah

Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2008

pendekatan yang

digunakan adalah

pendekatan kualitatif.

3. Marisa Rosiana ,” Pengelolaan dan Pengembangan Harta Wakaf Pada Pondok Pesantren Darunnajah II di

Wilayah Bogor.”

Skripsi S1 Ziswaf Jurusan Muammalah Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2013

Dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui

pengelolaan, pengembangan

wakaf dan

dampaknya terhadap ekonomi di Pondok Pesantren

Darunnajah II

Dalam penelitian ini

membahas tentang

hasil wakaf produktif Lembaga Wakaf

Al-Azhar terhadap

penerima manfaat yang didalam nya membahas tentang dampak hasil wakaf produktif di Lembaga Wakaf

Al-Azhar. Sehingga

pendekatan yang

digunakan adalah


(26)

F. Kerangka Konseptual

Pemanfaatan ialah pemakaian, pendayagunaan, penggunaan; eksploitasi.9 Penulis disini mengartikan bahwa, yang dimaksudkan pemanfaatan disini adalah proses pendayagunaan atau perbuatan memanfaatkan suatu sumber yang dikelola untuk diberikan hasilnya kepada masyarakat yang berhak.

Hasil ialah buatan, produk; rakitan.10 Penulis disini mengartikannya yaitu sesuatu produk yang diadakan oleh usaha pemanfaatan wakaf produktif yang dikelola dengan tujuan manfaatnya dapat dirasakan bagi yang membutuhkan.

Dalam peristilahan syara’ secara umum, wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan kepemilikan asal (tahbisul ashli), lalu menjadikan manfaatnya berlaku umum. Yang dimaksud tahbisul ashli ialah menahan barang yang diwakafkan agar tidak diwariskan , dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan dan sejenisnya. Sedangkan cara pemanfaatan nya adalah menggunakan sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif) tanpa imbalan.

Wakaf produktif juga dapat didefenisikan yaitu harta yang digunakan untuk kepentingan produksi baik dibidang pertanian, Perindustrian, perdagangan dan jasa yang menfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung, tetapi dari

9

Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia,(Gramedia Pustaka Utama, jakarta, 2006), h. 403.

10


(27)

keuntungan bersih dari hasil pengembangan wakaf yang diberikan kepada orang-orang yang berhak sesuai dangan tujuan wakaf. 11

Sosial ialah kemasyarakatan, baik, bersahabat; dermawan.12Maka penulis mengartikan sosial keagamaan yaitu suatu sifat dermawan atau memberi kepada orang yang bersifat religi/keimanan tanpa mengharapakan imbalan atau timbal balik.

Lembaga Wakaf Al-Azhar adalah Pengelola Wakaf yang dibentuk oleh Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar untuk mengembangkan serta mengelola wakaf produktif dalam mendukung aktiftas pendidikan dan dakwah.

Jadi, Pemanfaatan hasil wakaf produktif melalui program sosial keagamaan pada Lembaga Wakaf Al-Azhar yaitu tentang suatu usaha pendayagunaan program sosial keagamaan, yang dilakukan oleh lembaga Yayasan Pesantren Islam Azhar untuk menyalurkan manfaat dari hasil pengembangan Wakaf Al-azhar.

G. Metode penelitian

Metode penelitian pada dasarnya suatu cara atau teknis yang diharapkan mampu menemukan, merumuskan, dan menganalisis, atau pun memecahkan masalah-masalah dalam penelitian agar data-data yang diperoleh lengkap,

11

Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: Khalifa, 2007), h.5.

12


(28)

relevan, akurat dan nyata. Maka diperlukan metode yang tepat yang dapat diandalkan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data a. Pendekatan

Pendekatan ini menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, dimana pendekatan kuantitatif yakni sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis berupa kata-kata tertulis atau lisan dari para tokoh dan perilaku yang diamati.13 Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif studi kasus yaitu melakukan penelitian yang terinci tentang seseorang atau sesuatu unit selama kurun waktu tertentu.14

Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui ukuran pasti dari dampak yang ditimbulkan oleh variabel X terhadap variabel Y. Alat ukur yang di gunakan pada pendekatan kuantitatif ini adalah metode regresi, yakni metode yang mengukur seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel tetap.

13

Lexy J Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Karya, 1994), h.3.

14

Conseulo G Sevilla, dkk. Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta : UI Press, 1993), Penerjemah Alimuddin Tuwu, h.71-73.


(29)

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan atau dengan kata lain adalah (field research)untuk mengetahui secara langsung responden atau tanggapan dari responden. Karena melakukan penelitian langsung guna mendapatkan data yang jelas atau kesesuaian antara teori dan praktek perwakafan dan peranan Nadzir di Lembaga Wakaf Al-Azhar dalam masalah pengelolaan dan pengembangan tanah wakaf di wilayah tersebut.

2. Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis sumber data yaitu:

a. Data Primer

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media prantara). Data pokok yang tertulis atau tercatat yang digunakan sebagai bukti atau keterangan yang sah. Data primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini ialah: pertama, ayat-ayat Al-Qur'an yang berhubungan dengan pembahasan judul skripsi. Kedua, hadits yang berhubungan dengan permasalahan yang penulis teliti. Ketiga,tentang pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf.


(30)

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh penelitian secara tidak langsung melalui media, data sekunder yang berasal dari penelitian kepustakaan yang dapat memberikan landasan teori yang diperoleh dari buku-buku penunjang, jurnal-jurnal ilmiah, internet, serta sumber lainnya yang diperoleh dari laporan-laporan atas data-data yang diberikan oleh Lembaga Wakaf Al-Azhar.

3. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini : a. Observasi

Observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa pertolongan dan bantuan alat standar lain untuk keperluan itu. Dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan secara langsung kelokasi penelitian yaitu untuk mengetahui pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf.

b. Wawancara (Interview)

Yaitu data diperoleh dengan cara mencari keterangan tentang pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf. Penyusun mengajukan pertanyaan secara lisan dan bertatap muka langsung dengan Nadzir Lembaga Wakaf Al-Azhar.


(31)

c. Dokumentasi

Pengumpulan data-data yang diperlukan dengan cara memperoleh data dokumentasi tentang Lembaga Wakaf Al-Azhar dari lokasi penelitian serta mencari bahan pustaka/buku rujukan yang berkaitan dengan judul skripsi yang sedang di buat ini.

d. Kuisioner

Merupakan salah satu teknik pengambilan data dan informasi dengan cara memberikan angket berisi sejumlah pertanyaan kepada responden, guna memperoleh informasi mengenai pengaruh pemanfaatan hasil wakaf terhadap kesejahteraan masyarakat penerima manfaat wakaf produktif di Lembaga Wakaf Al-Azhar. Agar data kuesioner yang penulis buat dapat dianalisa secara kuantitatif maka kuesioner diberikan nilai (scoring) dengan skala likert.

H. Teknik Penulisan

Teknik penulisan serta penyusunan skripsi ini, semua berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Tahun 2012 yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press 2012.


(32)

I. Sistematika Penulisan

Di dalam pembuatan penelitian penulis akan memeberikan gambar mengenai hal apa saja yang akan ddilakukan, maka secara garis besar gambaran tersebut dapat dilihat dalam sistematika skripsi dibawah ini :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, pembatasan istilah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, yaitu yang terdiri dari metode pendekatan, jenis penelitian, jenis data, yang meliputi data primer dan sekunder, kemudian ada prosedur pengumpulan data, yang terdiri dari riset kepustakaan dan riset lapangan. Teknis analisis data, pedoman penulisan laporan, dan sistematika penulisan.

BAB II : WAKAF PRODUKTIF DAN LEMBAGA SOSIAL KEAGAMAAN

Pada bab ini menguraikan tentang pengertian wakaf, dasar hukum, macam-macam wakaf, syarat, rukun dan unsur wakaf. Selain itu, pada bab ini juga menerangkan tentang lembaga sosial keagamaan.

BAB III : LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR

Pada bab ini membahas mengenai sejarah dan perkembangan , visi dan misi, dasar hukum, struktur organisasi, serta penghimpunan dan pengelolaan nya.

BAB IV : PEMANFAATAN HASIL WAKAF PRODUKTIF DI LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR

Pada bab ini membahas tentang pemanfaatan di bidang pendidikan, bidang dakwah, bidang usaha, bidang sosial dan pengaruh pemanfaatan hasil wakaf terhadap keberhasilan program sosial keagamaan di Lembaga Wakaf Al-Azhar.


(33)

BAB V :PENUTUP

Penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan, saran-saran dan dilengkapi dengan daftar pustaka.


(34)

19

A. WAKAF PRODUKTIF 1. Pengertian Wakaf

Dalam buku-buku fiqh, para ulama berbeda pendapat dalam memberi pengertian wakaf. Definisi wakaf menurut ahli fiqh adalah sebagai berikut :

a. Imam Abu Hanifah mengartikan wakaf sebagai menahan suatu benda yang menurut hukum tetap milik si waqif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan. Definisi wakaf tersebut menjelaskan bahwa kedudukan harta wakaf masih tetap tertahan atau terhenti di tangan waqif itu sendiri. Dengan kata lain, waqif masih menjadi pemilik harta yang diwakafkannya, bahkan diperbolehkan menarik kembali dan menjualnya. Si waqif apabila meninggal maka harta wakaf menjadi harta warisan bagi ahli warisnya, jadi yang timbul

dari wakaf tersebut hanyalah “menyumbangkan manfaat”.

b. Madzhab Maliki berpendapat, wakaf itu tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan waqif, akan tetapi wakaf tersebut mencegah waqif melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan waqif

berkewajiban menyedekahkan manfaatnya serta tidak boleh menarik kembali wakafnya. Maka dalam hal ini wakaf tersebut mencegah waqif


(35)

menggunakan harta wakafnya selama masa tertentu sesuai dengan keinginan waqif ketika mengucapkan akad (sighat). Jadi pada dasarnya perwakafan ini berlaku untuk suatu masa tertentu, dan karenanya tidak boleh disyaratkan sebagai wakaf kekal (selamanya).

c. Syafi’iyah dan Ahmad bin Hambal berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan waqif, setelah sempurna prosedur perwakafan. Maka dalam hal ini wakaf secara otomatis memutuskan hak pengelolaan yang dimiliki oleh waqif untuk diserahkan kepada nadzir yang dibolehkan oleh syariah, dimana selanjutnya harta wakaf itu menjadi milik Allah.15

Sedangkan wakaf produktif adalah harta benda atau pokok tetap yang diwakafkan untuk dipergunakan dalam kegiatan produksi dan hasilnya di salurkan sesuai dengan tujuan wakaf. seperti wakaf tanah untuk digunakan bercocok tanam, Mata air untuk dijual airnya dan lain – lain.

Dari beberapa pengertian wakaf diatas dapat disimpulkan bahwa harta wakaf yang diwakafkan haruslah: Pertama, benda yang kekal zatnya (tahan lama wujudnya), tidak cepat musnah setelah dimanfaatkan. Kedua,lepas dari kekuasaan orang-orang yang berwakaf. Ketiga,tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, baik dengan jalan jual-beli, dihibahkan ataupun diwariskan. Keempat, untuk keperluan amal kebajikan sesuai dengan ajaran islam.

15

Mulyani, ”Pengelolaan Wakaf Produktif di Yayasan Perguruan Tinggi Nahdatul Ulama Surakarta,” (Skripsi S1 Jurusan Syariah, Sekolah Tinggi Islam Negri Salatiga, 2012) h.


(36)

2. Dasar Hukum Wakaf

Adapun ayat Al Quran dan Hadits yang biasa menjadi rujukan dalam mengerjakan wakaf adalah sebagai berikut:

a. Al Quran

Pelaksanaan wakaf tersebut didasarkan atas: Firman Allah SWT dalam Surah Ali Imran (3): 92 :







“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”.

Dalam ayat ini Allah memerintahkan kita untuk selalu berbuat baik, salah satu perbuatan baik yang dimaksud adalah menafkahkan harta benda yang terbaik yang kita punya. Perbuatan menafkahkan harta benda terbaik yang kita punya bahkan merupakan sebuah anjuran yang bertujuan untuk menyempurnakan amalan kita. Setiap perbuatan baik yang kita lakukan sejatinya akan mendapatkan balasan dari Allah.

Orang selalu menyebut hobby, yaitu kata asing tentang kesukaan seseorang. Apa hobby si anu dan apa pula hobby si fulan. Kata hobby diambil langsung dari bahasa arab, yaitu hubb, yang berarti cinta.


(37)

Maka apabila cinta seseorang telah terpusat kepada allah, tidaklah akan ada hobbynya yang lain lagi, sehingga belumlah dia merasa puas berbuat baik kalau belum diberikannya barang yang paling dicintainya. Kita semuanya mengaku, bahwa ini memang berat. Tetapi akan berbahagialah kita apabila kita terlepas dari latihan menghadapinya yang berat itu.16

Selain surat Ali Imran yang telah dijelaskan diatas terdapat surat Al-Qur’an lain yang menganjurkan untuk berwakaf. Terdapat dalam firman-Nya dalam surat Al- Baqarah (2) : 261 yang berbunyi:



















Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.

Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

Buya Hamka, pada kitab Tafsir Al-Azhar berpendapat

“Perumpamaan orang-orang yang membelanjakan harta benda mereka pada jalan allah adalah laksana satu biji menumbuhkan tujuh arai.” (pangkal ayat 261). Ingatlah arai pinang atau arai kelapa. Dan kalau

16


(38)

pada padi disebut tangkai. “Pada tiap-tiap satu aria ada seratus biji.” Dengan demikian diberikanlah targhib bahwasannya satu kebajikan ditanamkan akan bergandalah hasilnya sampai tujuh kali seratus. Dengan demikian dijelaskanlah bahwasannya pengurbanan harta menegakkan jalan allah bukanlah merugikan, tetapi memberikan untung. Dimisalkan sebagai seorang hartawan-dermawan mendirikan sebuah Sekolah Dasar dalam sebuah desa atau kampung yang miskin, sehingga anak-anak tak usah belajar ke tempat jauh, dapat belajar dikampung mereka sendiri. Beratus anak dikirimkan orang menjadi murid tiap-tiap tahun dan beratus pula yang melanjutkan sekolahnya kepada yang lebih atas, dan beratus pula yang telah berkecimpung dalam masyarakat. Kadang-kadang orang yang mendirikan bermula itu telah lama meninggal, tetapi bekas tangan nya sebuah rumah sekolah sebagai biji yang pertama, telah menghasilkan buah berpuluh ataupun beratus, bahkan beribu dari tahun ke tahun. Kalau tuhan mengatakan bahwa hasil itu ialah tujuh ratus, bukanlah mesti persis tujuh ratus, melainkan beribu-ribu.17

b. Al Hadits


Selain dari ayat-ayat yang mendorong manusia berbuat baik untuk kebaikan orang lain dengan membelanjakan (Menyedekahkan)

17


(39)

hartanya tersebut diatas, menurut Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim berasal dari Abu Hurairah :

مْلعْوأ يراج ق ص ثاث ْ م َّإ هل ع عطقْا اسْإْا ام ا إ

هل ْوعْ ي حل اص لو ْوأ هب عفْي

"Dari Abu Hurairah r.a. bahwasannya Rasulullah saw bersabda: Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah pahala semua amalnya, kecuali tiga macam amal yaitu: sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang selalu mendo'akan orang tuanya"

Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa ada beberapa firman Allah dan Hadits yang sangat menganjurkan betapa pentingnya berwakaf. Karena dengan berwakaf banyak keuntungan yang bisa kita dapat. Allah SWT. menjanjikan pahala yang tidak terputus dan keberkahan harta kita didunia.

3. Macam-macam Wakaf

Di kalangan muslimin, wakaf yang terkenal ada dua macam, yaitu: a. Wakaf ahli atau wakaf keluarga, ialah wakaf yang diperuntukkan

khusus kepada orang-orang tertentu, seorang atau lebih, keluarga wakif atau bukan. Karena wakaf ini adalah wakaf yang diperuntukkan bagi orang-orang khusus atau orang-orang tertentu, maka wakaf ini disebut pula dengan wakaf khusus.19

18

Muhammad Nasiruddin Albani, Mukhtashar Shahih Muslim, (Maktabah Al

Ma’arif, Riyadh, Saudi Arabia .1997) h. 702 19


(40)

b. Wakaf khairi ialah wakaf yang sejak semula manfaatnya diperuntukkan untuk kepentingan umum tidak dikhususkan untuk orang-orang tertentu, seperti mewakafkan tanah untuk mendirikan masjid, mewakafkan sebidang kebun yang hasilnya dapat dimanfaatkan untuk membina suatu pengajian dan sebagainya.20

Dalam definisi diatas, wakaf ada dua macam yaitu wakaf ahli dan wakaf khairi yaitu wakaf ahli atau wakaf khusus yang dimaksudkan adalah wakaf yang diperuntukan untuk orang-orang tertentu sedangkan wakaf khairi adalah wakaf umum tidak diperuntukan untuk kepada satu orang saja tetapi untuk umum atau untuk semua orang.

4. Pengelolaan Wakaf

Untuk mengelola harta wakaf maka dibutuhkan pengelola atau dalam fiqh disebut dengan nadzir. Nadzir berasal dari kata kerja bahasa Arab nadzara-yandzuru nadzaran yang mempunyai arti, menjaga, memelihara, mengelola dan mengawasi. Adapun nadzir adalah dapat diartikan dalam bahasa Indonesia dengan pengawas (penjaga). Sedangkan nadzir wakaf atau biasa disebut nadzir adalah orang yang diberi tugas untuk mengelola wakaf.

Nadzir wakaf adalah orang atau badan hukum yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sesuai dengan wujud dan

20


(41)

tujuan wakaf tersebut.21 Sedangkan menurut undang-undang nomor 41 tahun 2004 pasal 1 ayat (4) tentang wakaf menjelaskan bahwa Nadzir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.

Wakaf yang dikelola dengan sistem dan manajemen yang amanah, profesional dan integrated dengan bimbingan dan pengawasan dari pemerintah dan masyarakat akan menjadi pemacu gerak perekonomian msyarakat dan menyehatkan tatanan sosial sehingga makin mengurangi kesenjangan antara kelompok masyarakat yang mampu dan kelompok masyarakat yang kurang mampu.22

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa pengelola wakaf disebut juga dengan Nazhir. Nazhir wakaf dapat berupa perorangan maupun lembaga. Pengelolaan wakaf oleh nazhir haruslah sesuai dengan peruntukan wakaf tersebut dan berpedoman dengan regulasi yang berlaku di Indonesia, yaitu UU. No. 41 tahun 2004.

5. Pemanfaatan Hasil Pengelolaan Wakaf Produktif

Secara umum, semua lembaga wakaf dibentuk atau didirikan adalah untuk mengelola sebuah atau sejumlah kekayaan wakaf, agar manfaatnya

21

Suparman usman. Hukum perwakafan di Indonesia. 1994. Serang, Darul Ulum Press. Hal. 33

22

direktorat pemberdayaan Wakaf, perkembangan pengelolaan Wakaf di Indonesia, ( Jakarta: 2006 ) h.84


(42)

maksimalnya dapat dicapai untuk kesejahteraan umat umumnya, dan mungkin menolong mereka yang kurang mampu khususnya.23

Untuk memanfaatkan hasil wakaf tersebut, dalam tujuan wakaf disyariatkan beberapa hal berikut:

a. Membantu yayasan pendidikan umum atau khusus, kelompok profesi, yayasan islam, perpustakaan umum atau khusus.

b. Membantu pelajar atau mahasiswa untuk belajar di dalam dan luar negeri.

c. Membantu yayasan riset ilmiah Islam.

d. Memelihara anak yatim, janda dan orang-orang lemah.

e. Memelihara orang tua jompo dan membantu yayasan yang memberi pelayanan kepada mereka.

f. Melindungi anak-anak, ibu-ibu dan keluarga lemah.

g. Membantu fakir miskin dan semua keluarga yang berpenghasilan pas-pasan.

h. Memberikan pelatihan teknis dan workshop bagi yang membutuhkan untuk meningkatkan pendapatan mereka.

i. Memberikan pelayanan umum berupa air dan listrik, pelayanan kesehatan, penyebrangan dan lainnya.

j. Membantu penerangan jalan.

23

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, (Departemen Agama RI, Jakarta, 2006), h. 110.


(43)

k. Memberi bantuan keuangan dengan syarat yang ringan kepada pengusaha kecil yang memerlukan tambahan modal.

l. Membangun masjid dan memberi perlengkapannya.

m.Tidak untuk tujuan maksiat yang diharamkan oleh syariat, atau undang-undang atau tradisi yang berlaku.

n. Tidak bertentangan dengan undang-undang dan tradisi yang berlaku.24 Itulah beberapa contoh cara memanfaatkan harta wakaf untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Pengelolaan dana wakaf ini juga harus disadari merupakan pengelolaan dana publik. Untuk itu tidak saja pengelolaannya yang harus dilakukan secara profesional, akan tetapi budaya tranparansi merupakan satu faktor yang wajib di wujudkan juga.

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa pemanfaatan hasil wakaf produktif harus sesuai dengan peruntukannya dan sesuai dengan tutunan ajaran agama Islam.

B. LEMBAGA SOSIAL KEAGAMAAN 1. Pengertian Lembaga Sosial Keagamaan

Pengertian istilah lembaga sosial dalam bahasa Inggris adalah social institution, namun social institution juga diterjemahkan sebagai pranata sosial. Hal ini dikarenakan social institution merujuk pada perlakuan

24

Mundzir qahaf, Manajemen Wakaf Produktif,(Dar Al-Fikr, Damaskus, Syiria, 2000), h. 160.


(44)

mengatur perilaku para anggota masyarakat. Adapun pengertian lembaga keagamaan adalah organisasi yang dibentuk umat beragama dengan maksud untuk memajukan kepentingan keagaman umat yang bersangkutan di dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.25

Dikutip dari Peraturan Menteri Keuangan No.33 Tahun 2012 yang dimaksud dengan lembaga sosial keagamaan adalah lembaga sosial yang bertujuan mengembangkan dan membina kehidupan beragama. 26

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa lembaga sosial keagamaan adalah lembaga sosial yang memiliki tugas mengatur perilaku masyarakat berdasarkan nilai-nilai agama dari anggota masyarakat yang bersangkutan.

2. Dasar Hukum Lembaga Sosial Keagamaan

Berkaitan dengan dasar hukum bagi lembaga sosial keagamaan, di Indonesia sendiri tidak ditemukan regulasi yang mengatur secara mendetail mengenai lembaga sosial keagamaan. Namun umumnya lembaga sosial keagamaan di Indonesia memiliki badan hukum berupa yayasan dan organisasi masyarakat. Adapun regulasi terkait yayasan dan organisasi masyarakat sebagai berikut:

25

Zubaidah, ”Motivasi Lembaga Keagamaan Menggunakan Bank Dai Al Misbah dalam Penyiaran Agama Islam,” (Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Sunan Kali Jaga, 2010) h. 14.

26

Pasal Satu (1) Ayat 16 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 33/PMK.06/2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara


(45)

a. Undang-undang yang mengatur badan hukum dari yayasan: 1) Undang-Undang No. 16 Tahun 2001

2) Undang No. 28 Tahun 2004 tentang perubahan Undang-Undang No. 16 Tahun 2001

3) Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2008

b. Undang-undang yang mengatur terkait organisasi masyarakat:

1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1985 No. 44, Tambahan Lembaran Republik Indonesia No. 3298)

2) Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 tentang Ormas.

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa lembaga sosial keagamaan di Indonesia biasanya bersandar pada regulasi terkait yayasan maupun organisasi masyarakat. Hal ini dikarenakan belum adanya regulasi yang mengatur dasar hukum terkait lembaga sosial keagamaan.

3. Tujuan Lembaga Sosial Keagamaan

Lembaga sosial keagamaan yang ada di Indonesia pada umumnya memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Memberdayakan dan meningkatkan kapasitas serta kualitas masyarakat yang menjadi objek dari lembaga sosial keagamaan.

b. Memberikan pelayanan pendidikan bagi masyarakat khususnya di pedesaan yang berlatar sosial ekonomi lemah.


(46)

c. Memberikan pelayanan dan kemudahan bagi umat beragama dalam melaksanakan ibadah.

d. Mendorong serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan kehidupan beragama.

e. Meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama bagi setiap individu, keluarga, masyarakat, dan penyelenggara negara.

f. Memperkuat dasar-dasar kerukunan hidup intern dan antar umat beragama.

g. Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional.

h. Meningkatkan kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama bagi masyarakat guna meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta pembinaan akhlak mulia dan budi pekerti yang luhur.27

i. Sebagai tempat untuk membahas dan menyelesaikan segala masalah yang menyangkut keagamaan.

j. Menyalurkan aspirasi umat kepada pemerintah dan menyebarluaskan kebijakan pemerintah kepada umat.

k. Wahana silaturahmi yang dapat menimbulkan rasa persaudaraan dan kekeluargaan.28

27

Bappenas, “Pembangunan Bidang Agama” artikel diakses pada 24 September

2014 dari http://www.bappenas.go.id/files/7813/5022/6072/narasi-bab-vi-pembangunan-bidang-agama.pdf

28

Zubaidah, ”Motivasi Lembaga Keagamaan Menggunakan Bank Dai Al Misbah dalam Penyiaran Agama Islam,”. h. 15


(47)

Meskipun jumlah lembaga-lembaga sosial keagamaan terus meningkat, namun belum sepenuhnya mampu memerankan fungsi sebagai agen perubahan sosial dalam masyarakat. Lembaga-lembaga sosial keagamaan juga dinilai belum mampu berperan dalam mengurangi dampak negatif ekstrimisme yang dapat memicu terjadinya perselisihan antar kelompok baik dalam satu agama maupun dengan agama lain.

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa tujuan utama dari berdirinya lembaga sosial keagamaan adalah memberdayakan, memberikan pelayanan, mendorong serta meningkatkan kualitas diri masyarakat guna memenuhi kebutuhan pokoknya.

4. Program Kesejahteraan Sosial Keagamaan

Adapun beberapa program yang bisa menjadi alternatif dalam mencapai kesejahteraan sosial keagamaan:

a. Memberdayakan pihak-pihak yang berkaitan dengan lembaga sosial keagamaan seperti kelompok jamaah keagamaan, majlis taklim, organisasi keagamaan dan pemuda masjid, Baitul Mal wat-Tamwil, Badan Amil Zakat, dan Nazir Wakaf.

b. Memberikan bantuan (block grant) untuk penyelenggaraan lembaga pendidikan tradisional keagamaan, seperti pondok pesantren, madrasah diniyah, sekolah minggu, seminari, biara trapis, pasraman, novisiat, sekolah yayasan pendidikan Hindu dan sekolah yayasan pendidikan Budha.


(48)

c. Memberikan bantuan subsidi dan imbal swadaya kepada lembaga pendidikan tradisional keagamaan, seperti pondok pesantren, madrasah diniyah, sekolah minggu, seminari, biara trapis, pasraman, novisiat, sekolah yayasan pendidikan Hindu dan sekolah yayasan pendidikan Budha.

d. Meningkatkan kemampuan pengelola bagi lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan tradisional keagamaan, serperti pondok pesantren, madrasah diniyah, sekolah minggu, seminari, biara trapis, pasraman, novisiat, sekolah yayasan pendidikan Hindu dan sekolah yayasan pendidikan Budha.

e. Menyediakan sarana prasarana, dan fasilitas untuk menunjang kegiatan sosial keagamaan.

f. Mengembangkan sistem informasi bagi lembaga sosial keagamaan. g. Melanjutkan upaya untuk melakukan kajian dan pengembangan dalam

rangka peningkatan mutu pembinaan lembaga-lembaga sosial keagamaan.

Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan setiap


(49)

warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.29

Penyelenggara kesejahteraan sosial idealnya didasarkan kepada asas kesejahteraan sosial itu sendiri sesuai dengan yang dituliskan dalam undang-undang yaitu kesetiakawanan, keadilan, kemanfaatan, keterpaduan, kemitraan, keterbukaan, akuntabilitas, partisipasi, profesionalitas dan berkelanjutan serta sesuai dengan tujuannya yaitu:

a. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas dan kelangsungan hidup. b. Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian.

c. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial.

d. Meningkatkan kemampuan, kepeduliaan dan tanggung jawab sosial dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan.

e. Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan.

f. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejateraan sosial. Kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai kondisi sejahtera, yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup,

29


(50)

khususnya yang bersifat mendasar seperti makan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan.30

Sejatinya kesejahteraan sosial juga menunjukan pada segenap aktifitas pengorganisasian dan pendistribusian pelayanan sosial bagi kelompok masyarakat, terutama kelompok yang kurang beruntung. Penyelenggaraan berbagai skema perlindungan sosial baik bersifat formal maupun informal adalah contoh aktivitas kesejahteraan sosial yang diselenggarakan oleh negara yang umumnya berbentuk bantuan sosial dan asuransi sosial, semisal tunjangan bagi orang cacat atau miskin, tunjangan pengangguran dan tunjangan keluarga. Pembangunan kesejahteraan sosial adalah usaha yang terencana dan melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi sosial dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial serta mempererat institusi-institusi sosial, tujuan pembangunan sosial adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara menyeluruh yang mencakup:

a. Peningkatan standar hidup, melalui seperangkap pelayanan sosial dan jaminan sosial segenap lapisan masyarakat, terutama kelompok-kelompok masyarakat yang kurang beruntung dan rentan yang sangat memerlukan perlindungan sosial.

30

Edi Suharto, “Analisis Kebijakan Publik, Panduan Praktis Mengkaji Masalah


(51)

b. Peningkatan keberdayaan melalui penetapan sistem dan kelembagaan ekonomi, sosial dan politik yang menjunjung harga diri dan martabat kemanusiaan.

c. Penyempurnaan kebebasan melalui perluasan aksebilitas dan pilihan-pilihan kesempatan sesuai dengan aspirasi kemampuan dan standar kemanusiaan.31

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dan untuk mencapai kesejahteraan sosial dibutuhkan usaha-usaha ekstra yang berasal dari internal individu-individu tersebut maupun usaha eksternal yang berasal dari bantuan pihak luar.

Demikianlah penjelasan diatas mengenai wakaf produktif dan lembaga sosial keagamaan yang meliputi: pengertian, dasar hukum, macam-macam wakaf, pengelolaan wakaf produktif, pemanfaatan hasil wakaf, pengertian, dasar hukum, tujuan lembaga sosial keagamaan, dan program kesejahteraan sosial keagamaan.

31

Edi Suharto, “Analisis Kebijakan Publik, Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan


(52)

37

A. Sejarah dan Perkembangan Lembaga Wakaf Al-Azhar

Titik awal sejarah berdirinya Lembaga Wakaf Al-Azhar dimulai pada tahun 1961, saat itu Syekh al-Azhar, Prof Dr Mahmoud Syaltout, seorang Syekh Jami' al-Azhar Kairo, berkunjung ke Indonesia sebagai tamu negara. Beliau juga menyempatkan ziarah ke Masjid Agung Kebayoran dan melihat langsung aktivitas dakwah di masjid tersebut. Syekh Mahmoud Syaltout amat terkesan.

Dalam pidatonya, Syekh al-Azhar itu menyampaikan sambutan yang menjadi babak baru Yayasan Pesantren Islam al-Azhar Jakarta. Beliau berkata bahwa mulai hari itu, beliau sebagai Syekh Jami' Azhar memberikan nama al-Azhar bagi masjid tersebut, dan berharap al-al-Azhar di Jakarta menjadi sebagaimana al-Azhar di Kairo.32

Sekarang, 50 tahun saat bersejarah itu telah berlalu. Sebagaimana doa Syekh Mahmoud Syaltout, YPI al-Azhar Jakarta telah berperan dalam pengembangan pendidikan dan dakwah di Indonesia melalui berbagai sekolah al-Azhar. Kualitas pendidikan di YPI al-Azhar diakui publik sebagai salah satu

32

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Rofiq, Direktur Eksekutif Lembaga Wakaf Al-Azhar. Jakarta, 11 Agustus 2014.


(53)

yang terbaik. Tapi, untuk menuju cita-cita ideal sebagaimana al-Azhar Kairo, baru kita mulai.

Dunia Islam mengakui keberhasilan Universitas al-Azhar Kairo, Mesir dalam menghimpun dan mengelola wakaf sehingga berdaya guna untuk kemaslahatan umat, terutama di bidang pendidikan. Hingga kini, tak kurang dari 400 ribu mahasiswa Muslim dari berbagai penjuru dunia dan dari berbagai bidang menerima beasiswa dari salah satu perguruan tinggi Islam tertua di dunia itu.

Berbekal pengelolaan aset dan dana wakaf, Universitas al-Azhar telah mampu bertahan selama lebih dari 1.000 tahun. Perguruan tinggi yang didirikan Dinasti Fatimiah itu juga mampu memberikan insentif kepada 11 ribu dosen serta mengirim ribuan dai ke berbagai penjuru dunia.33

Keberhasilan al-Azhar Kairo, Mesir mengelola dana wakaf telah menginspirasi banyak lembaga pendidikan Islam di Indonesia, seperti Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta; Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Jawa Timur, serta Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang, Jawa Timur.

Tidak ingin kalah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, YPI al-Azhar turut berikhtiar membangun peradaban melalui pendidikan dan dakwah dengan pengelolaan wakaf secara produktif. YPI al-Azhar melahirkan lembaga baru

33

http://www.wakafalazhar.com/wakaf/default/lihatpost/id/5/wakaf %20angkat%20umat%20dari%20keterpurukan


(54)

Wakaf al-Azhar untuk mewujudka pesan Syeikh Jami' al-Azhar agar al-Azhar Jakarta seperti al-Azhar Kairo. Dengan Wakaf al-Azhar ini, terasa dekat al-Azhar menuju al-Azhar Mesir.34

Wakaf Al-Azhar adalah Pengelola Wakaf yang dibentuk oleh Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar untuk mengembangkan serta mengelola wakaf produktif dalam mendukung aktiftas pendidikan dan dakwah.Beraktifitas dengan mendayagunakan sumber daya dan partisipasi masyarakat, berorientasi pada produktifitas wakaf untuk mendukung YPI Al-Azhar dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas serta pengembangan dakwah agar lebih mendunia.

Dengan dukungan semua pihak YPI Al-Azhar berikhtiar mengembangkan wakaf produktif sebagai wujud pemberdayaan ekonomi ummat untuk masa depan Pendidikan dan Dakwah.

Adapun dasar aktifitas pengelolaan wakaf yang dilakukan oleh Lembaga Wakaf Al-Azhar yaitu, berdasarkan surat keputusan Yayasan Pendidikan Islam Al Azhar nomor 10/VIIKEP/YPIA-P/1431. 2010 yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3 Sya’ban 1431 H atau 15 Juli 2010 oleh ketua umum YPI Al Azhar H. Hariri Hady dan sekertaris umum YPI Al Azhar H. Badruzzaman Busyairi.35

Dapat disimpulkan dari penjelasan di atas bahwa sejarah kehadiran Lembaga Wakaf Al-Azhar didasari atas rasa tanggung jawab YPI Al Azhar untuk

34

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Rofiq. 35


(55)

ikut berkontribusi dalam upaya mengembangkan dan mengelola wakaf produktif, yang hasilnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

B. Visi dan Misi Lembaga Wakaf Al-Azhar

1. Visi Lembaga Wakaf Al-Azhar

Menjadi institusi pengelola wakaf yang profesional, transparan dan dipercaya masyarakat serta mempunyai kemampuan dan integritas untuk mengembangkan perwakafan nasional.

2. Misi Lembaga Wakaf Al-Azhar

Menjadikan Wakaf Al-Azhar sebagai lembaga profesional yang mampu mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta wakaf untuk mendukung kepentingan pendidikan dan dakwah ditingkat nasional serta internasional.36

Dapat dijelaskan dari penjelasan di atas mengenai visi dan misi yang menjadi harapan bagi Lembaga Wakaf Al-Azhar yaitu menjadi lembaga pengelola yang amanah dan profesional, sehingga menjadi lembaga pengelola wakaf kepercayaan umat. Serta upaya mengembangkan eksistensi Lembaga Wakaf Al-Azhar sehingga menjadi lembaga wakaf yang sukses mengembangkan wakaf nasional dan internasional.

36


(56)

C. Struktur Organisasi Pada Lembaga Wakaf Al-Azhar

Struktur adalah cara sesuatu disusun/dibangun.37 Sedangkan organisasi adalah pola tata hubungan yang mantab diantara unsur-unsur organisasi.38 Sedangkan struktur organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal.39

Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan. Hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian ataupun posisi maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi Kerangka kerja organisasi disebut sebagai desain organisasi (organizational design). Bentuk spesifik dari kerangka kerja organisasi dinamakan dengan struktur organisasi (organizational structure).40 Maka untuk menunjang visi, misi, dan tujuannya, Lembaga Wakaf Al-Azhar menetapkan struktur organisasi sebagai berikut41:

1. Dewan pengawas syariah

Ketua : H. Shobahussurur

Anggota : H. Nasroul Hamzah

: H. Amliwazir Saidi : H. Yusuf Mansur

37

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, Cet. Ke-Empat), h. 1342.

38

Ibid., h. 1342. 39

Stephen P Robbins, Perilaku Organisasi Buku 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), h. 214

40 Nuwrieardkhiyari, “Struktur Organisasi”, artikel diakses pada 23 Agustus 2014 dari http://nuwrileardkhiyari.blogdetik.com/2013/09/28/struktur-organisasi/

41


(57)

: H. Anwar Sani 2. Dewan Pengurus

Ketua : H. Muhammad Suhadi

Sekretaris : H. Syamsir Kamaludin Bendahara : H. Suhaji Lestiadi 3. Dewan Pelaksana Harian

Direktur Eksekutif : Muhammad Rofiq Direktur Program : Suryaningsih Direktur Marketing : Hendra Yulianto Direktur Keuangan : Abdur Rochman Ka.Bag. Keuangan : Ninik Sanjaya Administrasi Keu. : Diah Ayu Anggraini Penerimaan Keu. : Sri Yulianti

IT : Satrio Arditama

: Doni Maulana

Markom : Adhes Satria Segestian

Marketing : Abdul Rahman Desain Grafis : Mardhani Bagian Umum : Ade Sanusi Customer Service : Dian Ameliawati

Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa Lembaga Wakaf Al-Azhar telah memiliki struktur organisasi yang jelas, sehingga program kerja yang


(58)

ditetapkan oleh lembaga bisa dijalankan dengan maksimal karena wewenang dan tanggung jawab telah didistribusikan dengan baik.

D. Penghimpunan dan Pengelolaan Lembaga Wakaf Al-Azhar

Adapun cara penghimpunan yang disediakan oleh Lembaga Wakaf Al-Azhar untuk memberikan kemudahan bersedekah kepada wakif (orang yang berwakaf), antara lain42:

1. Transfer via rekening

Lembaga Wakaf Al-Azhar menyiapkan rekening berbagai bank untuk kemudahan donasi para wakif. Donasi dapat di transfer antara lain ke

a. BCA: 070 301 4663

b. BMT Al-Azhar: 101 00100289 c. BTN Syariah: 738 1000 121

d. Bank Syariah Mandiri: 701 500 5558 e. CIMB Niaga: 517 01 0000 8009 f. Mandiri: 126 000 711 1155 g. Muamalat: 324 000 1240

42

Wakaf Al-Azhar, “Donasi Wakaf”, artikel diakses pada 17

September 2014 dari


(59)

2. Gerai Wakaf

Fasilitas layanan penerimaan wakaf langsung di kantor pusat dari Lembaga Wakaf Al-Azhar serta di berbagai event kegiatan Lembaga Wakaf Al-Azhara.

3. Wakaf via EDC Machine

Transaksi wakaf dengan menggunakan Kartu Debit/Kredit dari berbagai bank di Kantor Pusat Lembaga Wakaf Al-Azhar.

4. Internet Banking

Transaksi sedekah melalui fasilitas layanan transaksi perbankan melalui jaringan internet selama 24 jam 7 hari seminggu, bagi Nasabah Bank tertentu yang memiliki jasa layanan Internet Banking

5. Jemput wakaf

Layanan jemput wakaf disediakan untuk wakif yang ingin wakafnya dijemput langsung oleh petugas wakaf al azhar dengan menghubungi nomor telepon (021) 7234624

6. SMS Center

Wakif juga bisa menggunakan layanan sms center untuk keperluan informasi mengenai wakaf al azhar di nomer 0812 8887 3488

Setelah dana wakaf telah terkumpul dari masyarakat, selanjutnya lembaga wakaf berkewajiban untuk menjalankan amanah dari para wakif dengan cara menjalankan program pengelolaan wakaf produktif yang telah disepakati dalam


(60)

akad sebelumnya. Begitu pula dengan Lembaga Wakaf Al-Azhar, yang memiliki kewajiban untuk menjalankan program-program pengelolaan wakafnya.

Program pengelolaan wakaf yang dijalankan oleh Lembaga Wakaf Al-Azhar antara lain, yaitu43:

1. Wakaf Khairi

Wakaf khairi adalah wakaf patungan dengan cara menitipkannya kepada pengelola wakaf untuk dibelikan aset baik alat transportasi atau property atau usaha pertanian maupun perkebunan, agar kemudian aset tersebut dikelola dan diambil manfaatnya. Cara penyerahan wakaf dari wakif kepada pengelola, ada 3 (tiga) cara, yaitu secara kontan, berjangka (bertahap) atau seumur hidup.

2. Wakaf Dinar Dirham

Produk wakaf Al Azhar, dengan cara mewakafkan harta dalam nilai yang mutlak melalui dinar dan dirham sebagai patungan untuk wakaf produktif dalam investasi di bidang transportasi, property, pertanian, perkebunan mulai dari 0.7 misqal dinar (setara 1 dirham), mulai Rp.1.375.360,00 0.7 misqal dinar (setara 1 dirham).

43

Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf”, artikel diakses pada 17 September 2014 dari http://www.wakafalazhar.com/index.php/gerai/produk/index


(61)

3. Wakaf Perkebunan

Produk wakaf ini bertujuan untuk membantu masyarakat di sekitar perkebunan (kelapa sawit, karet, dll) dengan lapangan pekerjaan baru, dengan Rp. 15.000,- /m2 (Rp 10.000,-/m2 tanah + Rp 5.000,- operasional). 4. Wakaf Pohon Jabon

Salah satu produk Wakaf Al Azhar, yaitu wakaf pohon jabon(jati kebon). Produk ini adalah salah satu bentuk upaya memproduktifkan lahan wakaf agar segera berdaya guna bagi masa depan pendidikan dan dakwah sesuai dengan cita-cita besar Wakaf Produktif Al Azhar yang berada dibawah naungan Yayasan Pesatren Al Azhar.

Teknis pelaksanaannya melalui kerjasama Agribisnis penanaman pohon jabon(jati kebon) dan Singkong di tanah wakaf yang berlokasi di Ciseeng Bogor, yang kesepakatannya telah ditandatangani pada bulan Oktober 2012. Kerjasama ini akan berlangsung selama delapan tahun dimana penanaman pohon jabon(jati kebon) dan singkong akan dilakukan secara tumpang sari selama kurun 5-8 tahun dan 2 tahun.

Sebagai permulaan, Wakaf Al Azhar telah mendayagunakan tanah Wakaf Al Azhar yang terletak di Desa Cibentang Kecamatan Parung Kabupaten Bogor seluas lebih kurang 2 hektar untuk ditanami 2.500 pohon jabon (jati kebon) dan 31.250 tanaman singkong.


(62)

5. Wakaf Family

Produk wakaf family bertujuan untuk mengakomodir berbagai manfaat dan perlindungan dunia akhirat bagi seluruh anggota keluarga tercinta.

6. Wakaf Manfaat

Wakif dapat menjanjikan kepada Wakaf Al Azhar untuk mewakafkan "Manfaat" dari aset yang sedang diusahakannya, seperti mobil, rumah, ruko atau apartemen yang sedang disewakannya.

7. Wakaf Transportasi

Produk wakaf Al Azhar yang memproduktifkan harta benda wakaf dengan cara membeli saham yang nantinya diwakafkan untuk pembelian alat-alat transportasi, seperti bus, kapal, dan pesawat.

8. Wakaf Wasiat Polis Asuransi

Wakaf Polis Asuransi adalah mewakafkan sebagian nilai yang akan diterima jika polis asuransi yang wakif miliki telah dicairkan.

Wakaf Polis Asuransi yang diserahkan kewakaf Al – Azhar menggunakan dua akad :

Akad Wakaf untuk wakaf produktif sebagaian dari nilai Polis Asuransi yang meliputi Uang Pertanggungan (UP) dan Nilai Tunai saat jatuh tempo.


(63)

Akad Amal Kebaikan / Charity ; untuk kepentingan wakif, keluarga wakif, kepentingan umum, sebagaian dari nilai Polis Asuransi (UP dan Nilai Tunai) saat jatuh tempo.

9. Wakaf Wasiat Property

Wakaf wasiat property adalah salah satu produk wakaf Al Azhar, dimana wakif dapat mewakafkan asset/property yang dimilikinya, akan tetapi tidak melebihi 1/3 dari total asset/property yang dimiliki oleh si wakif.

10.Wakaf Wasiat Perusahaan

Produk wakaf wasiat perusahaan tujuannya adalah mengajak para wakif yang memiliki perusahaan/saham untuk mewakafkan hartanya, dengan nilai maksimal 1/3.

Dari penjalasan diatas penulis menyimpulkan bahwa seluruh produk wakaf Al Azhar tujuannya adalah untuk di produktifkan dan untuk kesejahteraan masyarakat. Hal ini sesuai dengan UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf yang tertera pada Pasal 42 yang berbunyi Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya.

Demikianlah penjelasan diatas mengenai penghimpunan dan pengelolaan wakaf pada Lembaga Wakaf Al-Azhar yang meliputi sejarah dan perkembagan, visi dan misi, struktur organisasi, penghimpunan dan pengelolaan pada Lembaga Wakaf Al-Azhar.


(64)

49

A. Mekanisme Pemanfaatan Wakaf Produktif Melalui Program Sosial Keagamaan

15 juli 2010, Lembaga Wakaf Al-Azhar resmi didirikan di Jakarta, hal tersebut menandai dimulainya pengelolaan wakaf secara profesional dibawah naungan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar Indonesia. Pendirian Lembaga Wakaf Al-Azhar juga menjadi babak baru dari harapan dan doa yang di ucapkan oleh Syekh Jami Al-Azhar yaitu Prof. Dr. Mahmoud Syaltout yang juga merupakan sahabat dari Buya Hamka sekitar 60 tahun yang lalu.

Beliau yang saat itu memberikan sambutan saat kunjungannya, memberikan nama Masjid Al-Azhar, dimana sebelumnya Masjid tersebut bernama Masjid Kebayoran Baru, yang didasari pada lokasi pendiriannya. Pemberiaan nama Al-Azhar sebagai nama masjid tersebut, diharapkan Masjid Al-Azhar di Indonesia bisa berkembang dan menjadi pionir peradaban Islam di dunia seperti Al-Azhar yang ada di Kairo Mesir.

Universitas A-Azhar Mesir yang sudah berdiri sejak ribuan tahun yang lalu mampu memberikan ribuan beasiswa kepada mahasiswa dari seluruh dunia setiap tahunnya dan telah mengirim ribuan dai ke berbagai negara. Hal tersebut menjadi latar belakang dari didirikannya Lembaga Wakaf Al-Azhar, dimana diharapkan


(65)

dapat menyediaan pendidikan yang berkualitas dan memberikan kontribusi bagi berkembangnya dakwah Islam seperti yang dilakukan oleh Al-Azhar Kairo Mesir. Hal itulah yang menjadi tugas pokok yang di berikan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar kepada Lembaga Wakaf Al-Azhar.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar telah mendirikan beberapa sekolah serta sebuah Universitas yang berkualitas. Namun kualitas yang diberikan oleh sekolah-sekolah Al-Azhar tersebut berbanding lurus dengan biaya pendidikannya yang cukup mahal. Sehingga sangat sulit dijangkau oleh masyarakat luas. Dan hal ini lah yang menjadi tugas Lembaga Wakaf Al-Azhar untuk menyediakan sarana pendidikan yang berbasis beasiswa namun memiliki kualitas yang sama dengan sekolah-sekolah Al-Azhar yang sudah ada.

Pada struktur organisasi Lembaga Wakaf Al-Azhar, masing-masing divisi memiliki tanggung jawab masing-masing, dimana pada proses penghimpunan dana wakaf dilakukan oleh divisi marketing. Selanjutnya setelah dana wakaf dihimpun, dilakukan proses rekapitulasi oleh divisi keuangan. Selanjutnya dana wakaf yang dihimpun dialokasikan sesuai dengan peruntukkannya. Setelah dana diputar pada program wakaf produktif maka didapat keuntungan yang disebut hasil wakaf produktif. Sedangkan tanggung jawab pengelolaan hasil wakaf merupakan program kerja dari divisi program.44

44

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Rofiq, Direktur Eksekutif Lembaga Wakaf Al-Azhar. Jakarta, 11 Agustus 2014.


(66)

Untuk proporsi pemanfaatan hasil wakaf pada Lembaga Wakaf Al-Azhar sendiri, telah di tetapkan sebagai berikut45:

Gambar.4.1

Proporsi Pemanfaatan Hasil Wakaf

Dua puluh persen (20%) hasil wakaf produtif di gunakan untuk operasional nazhir dari Lembaga Wakaf Al-Azhar. Operasional nazhir meliputi sewa kantor, biaya listrik, biaya telepon, pembelian perangkat komputer, ATK, biaya Internet, pengadaan transportasi dan akomodasi nazhir. Namun alokasi dua puluh persen (20%) operasional nazhir tersebut bukan ditujukan untuk membayar gaji pegawai/ nazhir Lembaga Wakaf Al-Azhar, hal tersebut dikarenakan nazhir wakaf Azhar mendapatkan gaji langsung dari Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar.

45

Wawancara Pribadi dengan Abdur Rochman, Direktur Keuangan Lembaga Wakaf Al-Azhar. Jakarta, 2 September 2014.

Oprasional Nazhir 20%

Maintenance Asset 30%


(67)

Tiga puluh persen (30%) dari hasil wakaf produktif digunakan oleh Lembaga Wakaf Al-Azhar untuk menunjang maintenance asset atau perawatan asset wakaf produktif yang menjadi program dari Lembaga Wakaf Al-Azhar.

1. Wakaf transportasi

Saat ini Lembaga Wakaf Al-Azhar telah memiliki 5 unit bus pariwisata, alokasi pemanfaatan hasil wakaf juga digunakan untuk maintenance dari armada bus meliputi biaya service rutin, penggantian ban bus dan oli mobil secara berkala, peremajaan bus dan gaji dari pengemudi/ supir.

2. Wakaf perkebunan

Wakaf perkebunan merupakan program wakaf produktif yang digulirkan oleh Lembaga Wakaf Al-Azhar yang bertujuan untuk pengadaan lahan untuk ditanami komuditi kelapa sawit dan karet yang tersebar di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Pemanfaatan hasil wakaf yang ada, juga digunakan untuk operasional dari program perkebunan yang meliputi biaya pupuk, bibit, dan upah pekerja kebun.

3. Wakaf pohon jabon

Wakaf pohon jabon ini adalah salah satu bentuk dan upaya memproduktifkan lahan wakaf agar segera berdaya guna bagi masa depan pendidikan dan dakwah sesuai dengan cita-cita besar wakaf produktif Al-Azhar. Pada teknisnya program ini berupa penanaman pohon jati kebon dan singkong di wilayah Ciseeng Bogor. Dan kini setidaknya Lembaga


(68)

Wakaf Al-Azhar telah memiliki lahan seluas 2 hektare yang telah ditanami 2.500 pohon jabon dan 31.250 pohon singkong. Pemanfaatan hasil wakaf yang ada, digunakan untuk operasional dari program pohon jabon yang meliputi biaya pupuk, bibit, dan upah pekerja.

Lima puluh persen (50%) hasil wakaf produktif dari Lembaga Wakaf Al-Azhar yang ada diperuntukan untuk mauqufalaih/ penerima manfaat wakaf yang ada pada kegiatan dakwah dan pendidikan, sebagaimana cita-cita dari pendirian Lembaga Wakaf Al-Azhar oleh YPI Al-Azhar. Namun karena Lembaga Wakaf Al-Azhar baru berdiri tahun 2010 maka rencana tersebut belum terealisasi dengan maksimal. Sehingga untuk pendistribusian hasil wakaf baru diberikan kepada tiga orang mauqufalaih/ penerima manfaat wakaf yang berstatus pelajar. Program ini baru terlaksana sekitar tiga tahun dengan nama Program Beasiswa Sawangan Residence Ideal.

Program Beasiswa Sawangan Residence Ideal merupakan pemberian beasiswa bagi anak yang kurang mampu, dan di berikan hingga mereka duduk di perguruan tinggi. Dana yang ada tidak diberikan secara langsung kepada mauqufalaih/ penerima manfaat wakaf , melainkan ditransfer ke rekening sekolah pasing-masing siswa sebagai pembayaran biaya pendidikan. Sehingga beasiswa


(69)

yang didapatkan oleh siswa berbeda-beda, sesuai dengan biaya sekolahnya. Adapun rinciannya sebagai berikut46:

Tabel.4.1 Mauqufalaih/ penerima

manfaat wakaf Sekolah Beasiswa/ bulan

Crysandya Vic Rajendra SD Pangudi Luhur Rp. 625.000/ bln M. Abrar Haryanto SDI Al- Azhar Pamulang Rp. 680.000/ bln

Raffi Andhika Putra Yayasan Ar-Ridho Rp. 700.000/ bln

Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa mekanisme pemanfaatan hasil wakaf di Lembaga Wakaf Al-Azhar dibagi atas tiga alokasi, yaitu dua puluh persen (20%) diperuntukan untuk operasional nazhir wakaf, tiga puluh persen (30%) untuk maintenance/ perawatan aset wakaf, dan lima puluh persen (50%) diperuntukan bagi mauqufalaih/ penerima manfaat wakaf yang direalisasikan melalui Program Beasiswa Sawangan Residence Ideal.

B. Pemanfaatan hasil wakaf produktif terhadap keberhasilan program sosial keagamaan

Sebelum dilakukan pengolahan data dan penyajian hasil penelitian. Terlebih dahulu secara ringkas akan dideskripsikan karakteristik responden. Responden dari penelitian ini merupakan nazhir tatap dari Lembaga Wakaf

46

Wawancara Pribadi dengan Suryaningsih, Direktur Program Lembaga Wakaf Al-Azhar. Jakarta, 2 September 2014.


(70)

azhar yang berjumlah 12 orang. Setiap nazhir diberikan kuisioner yang berisi 21 point pernyataan dengan menggunakan skala likert untuk mengukur pengaruh variabel pemanfaatan hasil wakaf produktif terhadap variabel keberhasilan program sosial keagamaan. Setiap variabel masing-masing diwakili oleh tiga indikator. Penjabaran hasil jawaban responden atas pertanyaan sebagai berikut:

1. Variabel pemanfaatan hasil wakaf produktif (x)

a. Indikator kesesuaian rencana dengan implementasi pada variabel pemanfaatan hasil wakaf produktif

Tabel. 4.2

Rencana Pemanfaatan Hasil Wakaf Produktif Telah Disetujui Oleh Dewan Yang Berwenang Saat Penyusunan Rencana Anggaran Tahunan Lembaga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4.00 3 25.0 25.0 25.0

5.00 9 75.0 75.0 100.0

Total 12 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas diketahui responden menjawab 25% menyatakan setuju, dan 75% menyatakan sangat setuju bahwa rencana pemanfaatan hasil wakaf produktif telah disetujui oleh dewan yang berwenang saaat penyusunan rencana anggaran tahunan lembaga.


(71)

Tabel 4.3

Sejauh ini selama saya berada di Lembaga Wakaf al azhar, implemtasi selalu sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan oleh lembaga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4.00 6 50.0 50.0 50.0

5.00 6 50.0 50.0 100.0

Total 12 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas diketahui responden menjawab 50% menyatakan setuju, dan 50% menyatakan sangat setuju bahwa sejauh ini selama mereka berada di Lembaga Wakaf al azhar, implemtasi selalu sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan oleh lembaga.

Tabel 4.4

Saya selalu berpedoman pada rencana kerja tahunan saat akan mengeksekusi pekerjaan yang menjadi tanggung jawab saya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4.00 5 41.7 41.7 41.7

5.00 7 58.3 58.3 100.0

Total 12 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas diketahui responden menjawab 41,7% menyatakan setuju, dan 58,3% menyatakan sangat setuju bahwa mereka selalu berpedoman pada rencana kerja tahunan saat akan mengeksekusi pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka.


(72)

b. Indikator kegiatan usaha pada variabel pemanfaatan hasil wakaf produktif

Tabel 4.5

Konsep kegiatan pemanfaatan hasil wakaf produktif dipahami oleh setiap nazhir Lembaga Wakaf al azhar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4.00 4 33.3 33.3 33.3

5.00 8 66.7 66.7 100.0

Total 12 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas diketahui responden menjawab 33,3% menyatakan setuju, dan 66,7% menyatakan sangat setuju bahwa konsep kegiatan pemanfaatan hasil wakaf produktif dipahami oleh setiap nazhir Lembaga Wakaf al azhar.

Tabel 4.6

Semua nazhir Lembaga Wakaf Al Azhar melakukan pekerjaannya dengan baik sesuai dengan tanggung jawabnya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4.00 5 41.7 41.7 41.7

5.00 7 58.3 58.3 100.0

Total 12 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas diketahui responden menjawab 41,7% menyatakan setuju, dan 58,3% menyatakan sangat setuju bahwa semua nazhir Lembaga Wakaf Al Azhar melakukan pekerjaannya dengan baik sesuai dengan tanggung jawabnya.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)