2. Dasar Hukum Wakaf
Adapun ayat Al Quran dan Hadits yang biasa menjadi rujukan dalam mengerjakan wakaf adalah sebagai berikut:
a. Al Quran Pelaksanaan wakaf tersebut didasarkan atas: Firman Allah SWT
dalam Surah Ali Imran 3: 92 :
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan
apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”.
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kita untuk selalu berbuat baik, salah satu perbuatan baik yang dimaksud adalah menafkahkan
harta benda yang terbaik yang kita punya. Perbuatan menafkahkan harta benda terbaik yang kita punya bahkan merupakan sebuah anjuran
yang bertujuan untuk menyempurnakan amalan kita. Setiap perbuatan baik yang kita lakukan sejatinya akan mendapatkan balasan dari Allah.
Orang selalu menyebut hobby, yaitu kata asing tentang kesukaan seseorang. Apa hobby si anu dan apa pula hobby si fulan. Kata hobby
diambil langsung dari bahasa arab, yaitu hubb, yang berarti cinta.
Maka apabila cinta seseorang telah terpusat kepada allah, tidaklah akan ada hobbynya yang lain lagi, sehingga belumlah dia merasa puas
berbuat baik kalau belum diberikannya barang yang paling dicintainya. Kita semuanya mengaku, bahwa ini memang berat. Tetapi akan
berbahagialah kita apabila kita terlepas dari latihan menghadapinya yang berat itu.
16
Selain surat Ali Imran yang telah dijelaskan diatas terdapat surat Al-
Qur’an lain yang menganjurkan untuk berwakaf. Terdapat dalam firman-Nya dalam surat Al- Baqarah 2 : 261 yang berbunyi:
“Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki.
Dan Allah Maha Luas karunia-
Nya lagi Maha Mengetahui”.
Buya Hamka, pada kitab Tafsir Al-Azhar berpendapat “Perumpamaan orang-orang yang membelanjakan harta benda mereka
pada jalan allah adalah laksana satu biji menumbuhkan tujuh arai .”
pangkal ayat 261. Ingatlah arai pinang atau arai kelapa. Dan kalau
16
Buya Hamka, Tafsir Al- Azhar Juzu’ 1, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982, h. 11
pada padi disebut tangkai. “Pada tiap-tiap satu aria ada seratus biji.” Dengan demikian diberikanlah targhib bahwasannya satu kebajikan
ditanamkan akan bergandalah hasilnya sampai tujuh kali seratus. Dengan demikian dijelaskanlah bahwasannya pengurbanan harta
menegakkan jalan allah bukanlah merugikan, tetapi memberikan untung. Dimisalkan sebagai seorang hartawan-dermawan mendirikan
sebuah Sekolah Dasar dalam sebuah desa atau kampung yang miskin, sehingga anak-anak tak usah belajar ke tempat jauh, dapat belajar
dikampung mereka sendiri. Beratus anak dikirimkan orang menjadi murid tiap-tiap tahun dan beratus pula yang melanjutkan sekolahnya
kepada yang lebih atas, dan beratus pula yang telah berkecimpung dalam masyarakat. Kadang-kadang orang yang mendirikan bermula itu
telah lama meninggal, tetapi bekas tangan nya sebuah rumah sekolah sebagai biji yang pertama, telah menghasilkan buah berpuluh ataupun
beratus, bahkan beribu dari tahun ke tahun. Kalau tuhan mengatakan bahwa hasil itu ialah tujuh ratus, bukanlah mesti persis tujuh ratus,
melainkan beribu-ribu.
17
b. Al Hadits
Selain dari ayat-ayat yang mendorong manusia berbuat baik
untuk kebaikan orang lain dengan membelanjakan Menyedekahkan
17
Buya Hamka, Tafsir Al- Azhar Juzu’ 4, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983, h. 41
hartanya tersebut diatas, menurut Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim berasal dari Abu Hurairah :
مْلعْوأ يراج ق ص ثاث ْ م َّإ هل ع عطقْا اسْإْا ام ا إ هل ْوعْ ي حل اص لو ْوأ هب عفْي
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasannya Rasulullah saw bersabda: Apabila anak Adam manusia meninggal dunia, maka putuslah
pahala semua amalnya, kecuali tiga macam amal yaitu: sedekah jariyah wakaf, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang
selalu mendoakan orang tuanya
Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa ada beberapa firman Allah dan Hadits yang sangat menganjurkan betapa
pentingnya berwakaf. Karena dengan berwakaf banyak keuntungan yang bisa kita dapat. Allah SWT. menjanjikan pahala yang tidak
terputus dan keberkahan harta kita didunia.
3. Macam-macam Wakaf
Di kalangan muslimin, wakaf yang terkenal ada dua macam, yaitu: a. Wakaf ahli atau wakaf keluarga, ialah wakaf yang diperuntukkan
khusus kepada orang-orang tertentu, seorang atau lebih, keluarga wakif atau bukan. Karena wakaf ini adalah wakaf yang diperuntukkan bagi
orang-orang khusus atau orang-orang tertentu, maka wakaf ini disebut pula dengan wakaf khusus.
19
18
Muhammad Nasiruddin Albani, Mukhtashar Shahih Muslim, Maktabah Al Ma’arif, Riyadh, Saudi Arabia .1997 h. 702
19
Departemen Agama, Ilmu Fiqih 3,cet.II, Jakarta: Depag,1986, h.220
b. Wakaf khairi ialah wakaf yang sejak semula manfaatnya diperuntukkan untuk kepentingan umum tidak dikhususkan untuk
orang-orang tertentu, seperti mewakafkan tanah untuk mendirikan masjid,
mewakafkan sebidang
kebun yang
hasilnya dapat
dimanfaatkan untuk membina suatu pengajian dan sebagainya.
20
Dalam definisi diatas, wakaf ada dua macam yaitu wakaf ahli dan wakaf khairi yaitu wakaf ahli atau wakaf khusus yang dimaksudkan adalah
wakaf yang diperuntukan untuk orang-orang tertentu sedangkan wakaf khairi adalah wakaf umum tidak diperuntukan untuk kepada satu orang saja tetapi
untuk umum atau untuk semua orang.
4. Pengelolaan Wakaf
Untuk mengelola harta wakaf maka dibutuhkan pengelola atau dalam fiqh disebut dengan nadzir. Nadzir berasal dari kata kerja bahasa Arab
nadzara-yandzuru nadzaran yang mempunyai arti, menjaga, memelihara, mengelola dan mengawasi. Adapun nadzir adalah dapat diartikan dalam
bahasa Indonesia dengan pengawas penjaga. Sedangkan nadzir wakaf atau biasa disebut nadzir adalah orang yang diberi tugas untuk mengelola wakaf.
Nadzir wakaf adalah orang atau badan hukum yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sesuai dengan wujud dan
20
Ibid.
tujuan wakaf tersebut.
21
Sedangkan menurut undang-undang nomor 41 tahun 2004 pasal 1 ayat 4 tentang wakaf menjelaskan bahwa Nadzir adalah pihak
yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
Wakaf yang dikelola dengan sistem dan manajemen yang amanah, profesional dan integrated dengan bimbingan dan pengawasan dari
pemerintah dan masyarakat akan menjadi pemacu gerak perekonomian msyarakat dan menyehatkan tatanan sosial sehingga makin mengurangi
kesenjangan antara kelompok masyarakat yang mampu dan kelompok masyarakat yang kurang mampu.
22
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa pengelola wakaf disebut juga dengan Nazhir. Nazhir wakaf dapat berupa perorangan maupun
lembaga. Pengelolaan wakaf oleh nazhir haruslah sesuai dengan peruntukan wakaf tersebut dan berpedoman dengan regulasi yang berlaku di Indonesia,
yaitu UU. No. 41 tahun 2004.
5. Pemanfaatan Hasil Pengelolaan Wakaf Produktif
Secara umum, semua lembaga wakaf dibentuk atau didirikan adalah untuk mengelola sebuah atau sejumlah kekayaan wakaf, agar manfaatnya
21
Suparman usman. Hukum perwakafan di Indonesia. 1994. Serang, Darul Ulum Press. Hal. 33
22
direktorat pemberdayaan Wakaf, perkembangan pengelolaan Wakaf di Indonesia, Jakarta: 2006 h.84
maksimalnya dapat dicapai untuk kesejahteraan umat umumnya, dan mungkin menolong mereka yang kurang mampu khususnya.
23
Untuk memanfaatkan hasil wakaf tersebut, dalam tujuan wakaf disyariatkan beberapa hal berikut:
a. Membantu yayasan pendidikan umum atau khusus, kelompok profesi, yayasan islam, perpustakaan umum atau khusus.
b. Membantu pelajar atau mahasiswa untuk belajar di dalam dan luar negeri.
c. Membantu yayasan riset ilmiah Islam. d. Memelihara anak yatim, janda dan orang-orang lemah.
e. Memelihara orang tua jompo dan membantu yayasan yang memberi pelayanan kepada mereka.
f. Melindungi anak-anak, ibu-ibu dan keluarga lemah. g. Membantu fakir miskin dan semua keluarga yang berpenghasilan pas-
pasan. h. Memberikan pelatihan teknis dan workshop bagi yang membutuhkan
untuk meningkatkan pendapatan mereka. i. Memberikan pelayanan umum berupa air dan listrik, pelayanan
kesehatan, penyebrangan dan lainnya. j. Membantu penerangan jalan.
23
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, Departemen Agama RI, Jakarta, 2006, h. 110.
k. Memberi bantuan keuangan dengan syarat yang ringan kepada pengusaha kecil yang memerlukan tambahan modal.
l. Membangun masjid dan memberi perlengkapannya. m. Tidak untuk tujuan maksiat yang diharamkan oleh syariat, atau
undang-undang atau tradisi yang berlaku. n. Tidak bertentangan dengan undang-undang dan tradisi yang berlaku.
24
Itulah beberapa contoh cara memanfaatkan harta wakaf untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Pengelolaan dana wakaf ini juga
harus disadari merupakan pengelolaan dana publik. Untuk itu tidak saja pengelolaannya yang harus dilakukan secara profesional, akan tetapi budaya
tranparansi merupakan satu faktor yang wajib di wujudkan juga. Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa pemanfaatan
hasil wakaf produktif harus sesuai dengan peruntukannya dan sesuai dengan tutunan ajaran agama Islam.
B. LEMBAGA SOSIAL KEAGAMAAN
1. Pengertian Lembaga Sosial Keagamaan
Pengertian istilah lembaga sosial dalam bahasa Inggris adalah social institution, namun social institution juga diterjemahkan sebagai pranata
sosial. Hal ini dikarenakan social institution merujuk pada perlakuan
24
Mundzir qahaf, Manajemen Wakaf Produktif,Dar Al-Fikr, Damaskus, Syiria, 2000, h. 160.
mengatur perilaku para anggota masyarakat. Adapun pengertian lembaga keagamaan adalah organisasi yang dibentuk umat beragama dengan maksud
untuk memajukan kepentingan keagaman umat yang bersangkutan di dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.
25
Dikutip dari Peraturan Menteri Keuangan No.33 Tahun 2012 yang dimaksud dengan lembaga sosial keagamaan adalah lembaga sosial
yang bertujuan mengembangkan dan membina kehidupan beragama.
26
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa lembaga sosial keagamaan adalah lembaga sosial yang memiliki tugas mengatur
perilaku masyarakat berdasarkan nilai-nilai agama dari anggota masyarakat yang bersangkutan.
2. Dasar Hukum Lembaga Sosial Keagamaan
Berkaitan dengan dasar hukum bagi lembaga sosial keagamaan, di Indonesia sendiri tidak ditemukan regulasi yang mengatur secara mendetail
mengenai lembaga sosial keagamaan. Namun umumnya lembaga sosial keagamaan di Indonesia memiliki badan hukum berupa yayasan dan
organisasi masyarakat. Adapun regulasi terkait yayasan dan organisasi masyarakat sebagai berikut:
25
Zubaidah, ”Motivasi Lembaga Keagamaan Menggunakan Bank Dai Al Misbah dalam Penyiaran Agama Islam
,” Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Sunan Kali Jaga, 2010 h. 14.
26
Pasal Satu 1 Ayat 16 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 33PMK.062012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara
a. Undang-undang yang mengatur badan hukum dari yayasan: 1 Undang-Undang No. 16 Tahun 2001
2 Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang perubahan Undang- Undang No. 16 Tahun 2001
3 Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2008 b. Undang-undang yang mengatur terkait organisasi masyarakat:
1 Undang-Undang No.
8 Tahun
1985 tentang
Organisasi Kemasyarakatan Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1985
No. 44, Tambahan Lembaran Republik Indonesia No. 3298 2 Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 tentang Ormas.
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa lembaga sosial keagamaan di Indonesia biasanya bersandar pada regulasi terkait yayasan
maupun organisasi masyarakat. Hal ini dikarenakan belum adanya regulasi yang mengatur dasar hukum terkait lembaga sosial keagamaan.
3. Tujuan Lembaga Sosial Keagamaan
Lembaga sosial keagamaan yang ada di Indonesia pada umumnya memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Memberdayakan dan meningkatkan kapasitas serta kualitas masyarakat yang menjadi objek dari lembaga sosial keagamaan.
b. Memberikan pelayanan pendidikan bagi masyarakat khususnya di pedesaan yang berlatar sosial ekonomi lemah.