15
b. Aktivitas fisik memliki efek yang bermanfaat bagi metabolisme substrat. Metabolisme substrat tersebut
bergantung pada peningkatan lemak, dan secara relatif terhadap karbohidrat. Metabolisme substrat tersebut
berguna untuk penggunaan energi.
12
2.1.9 Perilaku Makan Pemicu Terjadinya Obesitas
Faktor asupan makanan dan pola makan bisa mempengaruhi kasus obesitas, pengaruh positif terkait dengan asupan makanan yang berlebih
yaitu bisa menyebabkan atau memperparah obesitas dan pengaruh negatif asupan makanan yang cukup bisa menurunkan kemungkinan terjadinya
obesitas. Pola makan yang berubah seiring dengan perkembangan zaman, ditenggarai sebagai
faktor pencetus tersering timbulnya obesitas. Penurunan harga minyak sayur dan gula merupakan salah satu faktornya,
dengan mudahnya mengakses bahan-bahan makanan tersebut maka akan terjadi peningkatan pengkonsumsian energi.
14
Populasi dunia saat ini menjadi lebih urban dan pendapatan perkapita tiap negara mulai meningkat. Hal tersebut menjadikan
masyarakat semakin meningkat konsumsi gula, lemak terutama berasal dari junk foods, dan produk-produk hewani sehingga asupan karbohidrat
kompleks serta serat menurun, akibatnya terjadi peningkatan konsumsi energi. Apabila peningkatan konsumsi energi tersebut tidak diimbangi
dengan pengeluaran energi yang sesuai maka akan terjadi keseimbangan energi positif yang artinya energi sisa tersebut akan disimpan dan hal
inilah yang merupakan faktor terjadinya obesitas.
1,14
Selain itu, tingkat stress akibat pekerjaan juga mempengaruhi kebiasaan makan seseorang,
seseorang yang stress cenderung menjadi lebih banyak makan sehingga keseimbangan energi positif akan terjadi pada kasus ini jika tidak
diimbangi dengan pengeluaran energi yang sesuai.
15
Maka dari itu, perilaku makan seseorang merupakan faktor yang paling mudah untuk
dikontrol sehingga melalui faktor inilah bisa dilakukannya pencegahan
16
dari obesitas.
16
Perilaku makan yang bisa menyebabkan terjadinya obesitas di antaranya yaitu :
14
a. Frekuensi memakan snack yang tidak terkontrol Memakan snack di antara waktu makan memang bisa mencegah
terjadinya hipoglikemia, akan tetapi konsumsi snack saat menonton televisi atau setelah makan besar, bisa menyebabkan peningkatan
konsumsi energi yang signifikan. Tidak hanya frekuensinya saja, kandungan bahan-bahan yang ada dalam snack pun menjadi salah
satu faktornya. b. Makan di luar rumah
Makanan yang bisa didapatkan di luar rumah cenderung memiliki tingkat energi, kadar lemak, lemak jenuh, kolesterol, dan sodium
lebih tinggi daripada makanan rumahan. Selain itu porsi makanan yang disajikan biasanya lebih besar dan tidak sesuai dengan porsi
tiap individu. Porsi yang lebih besar meningkatkan konsumsi energi per harinya, sehingga timbul keseimbangan energi positif
dan memicu terjadinya obesitas. c. Komposisi kandungan makanan tidak sesuai
Komposisi kandungan makanan berperan penting pada proses timbulnya obesitas. Makanan yang mengandung lemak jenuh
tinggi bisa berpotensi menimbulkan obesitas dan penyakit lainnya. Makanan yang mengandung gula buatan memiliki kadar indeks
glikemik yang tinggi sehingga proses lapar menjadi lebih cepat dan seseorang akan makan lagi dalam waktu yang berdekatan.
Kurangnya karbohidrat kompleks dan serat juga cepat memicu terjadinya lapar sehingga orang akan cenderung makan dalam
waktu yang berdekatan juga.
17
2.1.10 Proses Lapar dan Kenyang
Proses di dalam otak yang melibatkan sensor fisiologis mengenai makanan serta proses regulasi lapar dan kenyang yang sangat progresif
perkembangannya. Di otak, terdapat mekanisme pengontrolan nafsu makan, akan tetapi pengontrolan itu tidak bergantung pada otak saja,
terdapat berbagai faktor yang meningkatkan stimulasi dari proses tersebut, diantaranya adalah hormon dan faktor lingkungan.
11
Faktor kimiawi juga memegang peranan penting dalam regulasi ini, banyak lemak yang
tersimpan dalam tubuh misalnya atau status kenyang dan lapar. Akibat faktor sinyal molekuler yang multipel ini, perilaku makan akhirnya
disesuaikan dengan kebutuhan energi jangka panjang dan jangka pendek tubuh. Dalam regulasi jangka pendek, informasi yang digunakan untuk
membantu mengontrol fungsi dan frekuensi makan. Sedangkan dalam regulasi jangka panjang, asupan kalori total dan pengeluaran energi total
baik maka kandungan energi total tubuh relatif konstan.
1
a. Faktor endokrin dan interaksinya dengan sistem yang lebih tinggi : Gambar 2.1.10.1
a.1. Peran nukleus arkuatus : NPY dan melanokortin. Hipotalamus berperan penting dalam kontrol keseimbangan
energi dan asupan makanan, bagian dari hipotalamus yaitu nukleus arkuatus. Nukleus arkuatus berperan dalam kontrol
jangka panjang keseimbangan energi dan berat tubuh serta kontrol jangka pendek asupan makanan sehari-hari. Nukleus
arkuatus mengeluarkan dua subset yaitu NPY dan melanokortin yang mempunyai fungsi yang berlawanan. NPY
berperan dalam peningkatan asupan makanan sehingga terjadi pertambahan berat badan. Melanokortin merupakan hormon
untuk menentukan warna kulit, akan tetapi α melonocyte
stimulating hormone yang ada pada manusia berfungsi untuk menekan nafsu makan.
1