Pengaruh Perilaku Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Pada Pelajar Smu Methodist Medan Tahun 2009

(1)

PENGARUH PERILAKU MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA PELAJAR SMU METHODIST MEDAN

TAHUN 2009

TESIS

Oleh R U M I D A 077033028/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH PERILAKU MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA PELAJAR SMU METHODIST MEDAN

TAHUN 2009

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh R U M I D A 077033028/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul : PENGARUH PERILAKU MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA PELAJAR SMU METHODIST MEDAN TAHUN 2009

Nama Mahasiswa : Rumida Nomor Induk Mahasiswa : 077033028

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing:

(Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes) (Dra. Syarifah, M.S) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji pada Tanggal : 29 Juni 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes Anggota : 1. Dra. Syarifah, M.S

2. Dra. Jumirah, Apt. M.Kes 3. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PERILAKU MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA PELAJAR

SMU METHODIST MEDAN TAHUN 2009

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacukan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Mei 2010


(6)

ABSTRAK

Salah satu masalah gizi adalah obesitas yang timbul oleh karena kelebihan konsumsi makan yang berasal dari makanan sumber energi yang tinggi, seperti kelebihan karbohidrat dan lemak, tanpa diikuti aktivitas yang cukup. Berdasarkan pengamatan di SMU Methodist Medan melalui survey awal dan pengamatan secara fisik maka peneliti mendapat gambaran banyaknya siswa yang mengalami obesitas, sehingga peneliti berasumsi bahwa perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada pelajar di SMU Methodist Medan Tahun 2009.

Jenis penelitian ini adalah kasus-kontrol dengan sampel penelitian adalah anak sekolah menengah umum yang berusia 14-19 tahun kelas X, XI, XII sebanyak 88 sampel masing-masing : 44 kasus dan 44 kontrol. Data diperoleh melalui kuesioner, formulir food frequency, formulir food recall (24 jam) dan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Analisis data dilakukan dengan uji statistik multivariat (regresi logistik).

Hasil penelitian analisa pada bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sikap (p=0,033; OR=1,582), tindakan (pola makan) (p=0,049; OR=1,762) dan aktivitas fisik (p=0,005; OR=2,217) terhadap kejadian obesitas pada pelajar SMU Methodist Medan. Hasil uji regresi logistik sebagai variabel yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah variabel aktivitas fisik (OR=5,152).

Sesuai dengan hasil penelitian disarankan pihak sekolah untuk melakukan kegiatan promosi kesehatan melalui kegiatan UKS untuk meningkatkan pengetahuan serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pola makan yang sehat dan aktivitas fisik secara teratur.


(7)

ABSTRACT

One of the nutritious problems was obesity by over-consumption of high energy of food, such as consuming carbohydrate and fat without adequate activities. Obesity not only affected adults, but also teenagers. It could be seen from the obesity rate in many big cities. Based on the preliminary survey and observation at the Methodist Senior High School and the data and evidence in the field, it was considered necessary to do some research in order to analyze the influence of the eating behavior and the physical activities of the students who suffered from obesity at the Methodist Senior High School, Medan, in 2009.

The type of the research was observational analysis with Case Control design. The research was done at the Methodist Senior High School, Medan,. The sample was divided into case and control with 44 respondents each. The data were analyzed with univatriate, bivatriate, and multivatriate (logistic regression).

The result of the bivatriate analysis showed that there was a significant relationship between the attitude of eating pattern (p=0.033; OR=1.582), eating pattern (p=049;OR=1.762), and physical activities (p=0.005; OR=2.217) and the obesity of the students. The most influential variable of obesity was physical activities (OR=5.152). The next influential variable was the attitude of eating pattern (OR=3.284), and the eating pattern (OR=2.957).

It was recommended that the school management should promote health to the students in order to increase their knowledge and foster their awareness of the importance of eating healthful food and doing physical activities routinely; such as doing the extracurricular activities. It was also recommended that the school management should give information regularly to the students about nutrition; for example, how to prevent and to handle over-nutritious problem and its effect, to choose healthful snacks, to know healthful consumption, and to realize the habit of doing physical exercises.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “Pengaruh Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Obesitas pada Pelajar SMU Methodist Medan Tahun 2009”.

Dengan ketulusan hati, penulis menyampaikan terima kasih, semoga sukses dan bahagia selalu dalam lindungaNya kepada : Dr.Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes dan Dra.Syarifah, M.S selaku pembimbing yang telah memberikan perhatian, dukungan dan pengarahan sejak awal penulisan hingga selesai tesis ini.

Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan bantuan dari beberapa pihak, dalam kesempatan ini izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M selaku Sekretaris Minat


(9)

Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, serta seluruh jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan dorongan selama penulis mengikuti pendidikan.

3. Kepala Sekolah, para guru SMU yang telah memberikan izin dan seluruh siswa siswi SMU Methodist Kelas 1,2,3 yang telah bersedia menjadi responden untuk penelitian ini.

4. Para teman sejawat dan rekan-rekan mahasiswa di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat.

5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis.

Secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan rasa syukur kepada suami yang kukasihi Sabar Sihotang, S.K.M, M.Si yang telah memberikan dukungan doa, perhatian dan semangat, bagi penulis dan anakku tersayang Grace Paulina Sharapova Sihotang serta seluruh keluarga atas perhatian dan dukungannya baik moral maupun materil yang tak terbatas kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

Akhirnya ucapan terimakasih kusampaikan kepada Tuhanku Yesus Kristus karena anugrahMu sehingga penulis dapat menyelesaikan semua ini, bukan karena kuat dan gagahku tapi oleh kasih karunia.


(10)

Penulis menyadari tesis ini jauh dari sempuna, oleh karenanya saran untuk perbaikan sangat diperlukan. Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi akademik Universitas Sumatera Utara dan Poltekkes Dep.Kes RI Medan, khususnya jurusan Gizi di Lubuk Pakam.

Medan, Mei 2010


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rumida yang dilahirkan di Medan, pada tanggal 13 April 1962, anak keempat dari lima orang bersaudara dari pasangan Alm. Sarman Purba dan Almh. Kasiana Sipayung, beragama Kristen dan bertempat tinggal Jl. Yos Sudarso No. 18 C Medan.

Penulis menamatkan Sekolah Dasar GKPS Medan pada tahun 1974, tahun 1977 lulus SLTP Swasta Methodist Medan, kemudian pada tahun 1981 lulus SLTA Swasta Methodist Medan, tahun 1983 lulus Sekolah Pembantu Ahli Gizi Departemen

Kesehatan Lubuk Pakam, tahun 1992 lulus Fakultas Pertanian Pangan dan Gizi di Universitas Katolik St. Thomas Medan.

Diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil pada tahun 1984 dan bekerja di bagian

Instalasi Gizi RS. Dr. Pirngadi Medan hingga tahun 1992, kemudian pindah tugas ke Akademi Gizi Depkes RI Lubuk Pakam sebagai tenaga pengajar hingga tahun

1997. Penulis menjadi tenaga detasering di Puslitbang Gizi Bogor dari tahun 1997 – 2002. Kemudian pindah tugas ke Poltekkes Medan Jurusan Gizi di Lubuk Pakam sebagai dosen hingga sekarang.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Hipotesis ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Perilaku ... 9

2.1.1 Konsep Perilaku ... 9

2.1.2 Bentuk Perilaku... 9

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku ... 14

2.2. Prilaku Makan Remaja... 15

2.3 Pola Makan ... 17

2.4 Pola Makan Remaja ... 18

2.5 Aktivitas Fisik Remaja... 20

2.6 Gizi Remaja ... 22

2.7. Berbagai Pengertian Obesitas ... 23

2.8. Penyebab Obesitas ... 24

2.9. Resiko Obesitas Pada Remaja ... 25

2.10. Cara Penentuan Obesitas... 26

2.11 Kerangka Teori ... 28

2.12 Kerangka Konsep ... 29

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 30

3.1. Jenis Penelitian ... 30

3.2. Tempat dan Waktu penelitian ... 31

3.2.1 Tempat Penelitian ... 31

3.2.2 Waktu Penelitian ... 31


(13)

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 31

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 33

3.6. Metode Pengukuran ... 34

3.7. Metode Analisis Data... 39

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 41

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 41

4.2. Karakteristik Responden... 42

4.3. Distribusi Responden berdasarkan Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik ... 43

4.3.1 Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan tentang Pola Makan ... 43

4.3.2 Distribusi Responden berdasarkan Sikap tentang Pola Makan... 45

4.3.3 Distribusi Responden berdasarkan Asupan Zat Gizi. 47 4.3.4 Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Makanan yang Dikonsumsi... 48

4.3.5 Distribusi Responden berdasarkan Frekuensi Makan 49 4.3.6 Distribusi Responden berdasarkan Pola Makan ... 51

4.3.7 Distribusi Responden berdasarkan Aktivitas Fisik.... 51

4.4 Hubungan Perilaku Makan dengan Kejadian Obesitas ... 52

4.4.1 Hubungan Pengetahuan tentang Pola Makan dengan Kejadian Obesitas ... 52

4.4.2 Hubungan Sikap tentang Pola Makan dengan Kejadian Obesitas ... 53

4.4.3 Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas ... 53

4.4.4 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas 54 4.5...Pe ngaruh Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas ... 55

BAB 5 PEMBAHASAN... 57

5.1 Hubungan Perilaku Makan dengan Kejadian Obesitas ... 57

5.1.1 Hubungan Pengetahuan tentang Pola Makan dengan Kejadian Obesitas... 57

5.1.2 Hubungan Sikap tentang Pola Makan dengan Kejadian Obesitas ... 58

5.1.3 Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas ... 60

5.1.4 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas .. 63

5.2 Pengaruh Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas... 65


(14)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 67

6.1 Kesimpulan... 67

6.2 Saran ... 67


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 2.1. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Remaja per Kelompok

Umur ... 23 3.1. Aspek Pengukuran Jenis Makanan (dalam gram)... 36 3.2. Aspek Pengukuran Frekuensi Makanan (dalam porsi rumah

tangga)... 37 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur

di SMU Methodist Medan... 42 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Pola

Makan pada Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun 2009 . 43 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan

Tentang Pola Makan pada Pelajar SMU Methodist Medan pada

Tahun 2009 ... 44 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Pola Makan

pada Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun 2009 ... 45 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sikap Tentang

Pola Makan pada Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun

2009... 46 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Zat Gizi pada

Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun 2009... 47 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Makanan yang

Dikonsumsi pada Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun

2009... 48 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan pada

Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun 2009... 50 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pola Makan pada Pelajar


(16)

4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik pada Pelajar

SMU Methodist Medan pada Tahun 2009 ... 51 4.11. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Tentang Pola Makan

dengan Kejadian Obesitas pada Pelajar SMU Methodist Medan

pada Tahun 2009 ... 52 4.12. Tabulasi Silang Hubungan Sikap Tentang Pola Makan dengan

Kejadian Obesitas pada Pelajar SMU Methodist Medan pada

Tahun 2009 ... 53 4.13. Tabulasi Silang Hubungan Pola Makan dengan Kejadian

Obesitas pada Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun

2009... 54 4.14. Tabulasi Silang Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian

Obesitas pada Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun

2009... 54 4.15. Hasil Uji Regresi Logistik untuk Mengetahui Seberapa Besar

Pengaruh Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas pada Pelajar SMU Methodist Medan pada


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.1. Kerangka Teori... 28 2.2. Kerangka Konsep ... 29 3.1. Desain Penelitian... 30


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian... 72

2. Master Data... 81

3. Output SPSS ... 84

4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 95

5. Standard CDC Laki-laki Usia 14-20 Tahun ... 96


(19)

ABSTRAK

Salah satu masalah gizi adalah obesitas yang timbul oleh karena kelebihan konsumsi makan yang berasal dari makanan sumber energi yang tinggi, seperti kelebihan karbohidrat dan lemak, tanpa diikuti aktivitas yang cukup. Berdasarkan pengamatan di SMU Methodist Medan melalui survey awal dan pengamatan secara fisik maka peneliti mendapat gambaran banyaknya siswa yang mengalami obesitas, sehingga peneliti berasumsi bahwa perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada pelajar di SMU Methodist Medan Tahun 2009.

Jenis penelitian ini adalah kasus-kontrol dengan sampel penelitian adalah anak sekolah menengah umum yang berusia 14-19 tahun kelas X, XI, XII sebanyak 88 sampel masing-masing : 44 kasus dan 44 kontrol. Data diperoleh melalui kuesioner, formulir food frequency, formulir food recall (24 jam) dan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Analisis data dilakukan dengan uji statistik multivariat (regresi logistik).

Hasil penelitian analisa pada bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sikap (p=0,033; OR=1,582), tindakan (pola makan) (p=0,049; OR=1,762) dan aktivitas fisik (p=0,005; OR=2,217) terhadap kejadian obesitas pada pelajar SMU Methodist Medan. Hasil uji regresi logistik sebagai variabel yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah variabel aktivitas fisik (OR=5,152).

Sesuai dengan hasil penelitian disarankan pihak sekolah untuk melakukan kegiatan promosi kesehatan melalui kegiatan UKS untuk meningkatkan pengetahuan serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pola makan yang sehat dan aktivitas fisik secara teratur.


(20)

ABSTRACT

One of the nutritious problems was obesity by over-consumption of high energy of food, such as consuming carbohydrate and fat without adequate activities. Obesity not only affected adults, but also teenagers. It could be seen from the obesity rate in many big cities. Based on the preliminary survey and observation at the Methodist Senior High School and the data and evidence in the field, it was considered necessary to do some research in order to analyze the influence of the eating behavior and the physical activities of the students who suffered from obesity at the Methodist Senior High School, Medan, in 2009.

The type of the research was observational analysis with Case Control design. The research was done at the Methodist Senior High School, Medan,. The sample was divided into case and control with 44 respondents each. The data were analyzed with univatriate, bivatriate, and multivatriate (logistic regression).

The result of the bivatriate analysis showed that there was a significant relationship between the attitude of eating pattern (p=0.033; OR=1.582), eating pattern (p=049;OR=1.762), and physical activities (p=0.005; OR=2.217) and the obesity of the students. The most influential variable of obesity was physical activities (OR=5.152). The next influential variable was the attitude of eating pattern (OR=3.284), and the eating pattern (OR=2.957).

It was recommended that the school management should promote health to the students in order to increase their knowledge and foster their awareness of the importance of eating healthful food and doing physical activities routinely; such as doing the extracurricular activities. It was also recommended that the school management should give information regularly to the students about nutrition; for example, how to prevent and to handle over-nutritious problem and its effect, to choose healthful snacks, to know healthful consumption, and to realize the habit of doing physical exercises.


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Visi pembangunan bidang kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010, diharapkan akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat dan berperilaku hidup sehat. Indonesia Sehat 2010 dimaksudkan juga untuk mendorong agar masyarakat dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata guna mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Pangan dan gizi merupakan komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Komponen ini memberikan konstribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu berperan secara optimal dalam pembangunan. Pangan yang dikonsumsi manusia harus seimbang sebab berguna untuk tumbuh kembang dan mempertahankan kehidupan manusia agar berkualitas dan akhirnya berpengaruh terhadap pembangunan (Baliwati, dkk, 2004).

Keseimbangan gizi diperoleh dari hidangan sehari-hari dan sebaiknya beraneka ragam untuk memenuhi kebutuhan, seperti zat tenaga yang bersumber dari padi-padian, zat pengatur yang berasal dari sayur dan buah-buahan dan sumber zat pembangun yang berasal dari kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil olahannya (Depkes, 2002).

Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang, maupun negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang yang berhubungan dengan penyakit infeksi dan negara maju yang cenderung dengan masalah gizi lebih yang berhubungan dengan penyakit degeneratif seperti hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit diabetes, jantung


(22)

koroner, hati, dan kantung empedu. Sedangkan pada negara berkembang seperti Indonesia mempunyai masalah gizi ganda yakni perpaduan masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih.

Saat ini terbukti prevalensi obesitas meningkat sangat tajam di seluruh dunia yang mencapai tingkatan yang membahayakan. Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti negara-negara Eropa, USA dan Australia telah mencapai tingkatan epidemik. Hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, di beberapa negara berkembangpun obesitas justru telah menjadi masalah kesehatan yang lebih serius, sebagai contoh sebanyak 70% penduduk dewasa Polynesia di Samoa termasuk kategori obesitas (WHO, 1998).

Sebagai negara yang sedang berkembang dan sedang membangun, bangsa Indonesia masih memiliki beberapa ketertinggalan. Di beberapa daerah lain atau sekelompok masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar, masalah kesehatan masyarakat utama justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi dan kekurangan jika dibandingkan negara lain yang sudah lebih maju. Meningkatnya kejadian obesitas di beberapa daerah di Indonesia akan mendatangkan masalah baru yang mempunyai konsekuensi serius bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang kesehatan (Azwar, 2004).

Menurut data yang diperoleh, tingginya penderita obesitas terjadi di berbagai negara. Menurut laporan WHO 2003, 300 juta orang dewasa menderita obesitas. Di Amerika Serikat, 1 dari 3 orang penduduk adalah obesitas, di Inggris 16-17,3% penduduk menderita obesitas. Di Indonesia 1,5-5% menderita obesitas. Penelitian


(23)

yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 1996, pada 12 kota besar di Indonesia memperlihatkan bahwa 3,7% menderita obesitas. Penelitian pada tahun 1999, menyatakan bahwa 5,3% penderita obesitas terjadi di perkotaan dan 4,3 persen di pedesaan (Anonim, 2004). Hampir 10 dari setiap 100 orang penduduk kota besar, seperti Jakarta, menderita obesitas. Saat ini diperkirakan lebih dari 6 juta wanita Indonesia menderita obesitas (Depkes, 2004).

Hasil penelitian Sjarif (2002) di SMU Al Azhar Medan menyatakan kasus obesitas pada remaja wanita sebesar 10,2%. Hal ini perlu mendapat perhatian, karena banyak dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari kasus kegemukan pada remaja ini.

Dilihat dari faktor-faktor penyebab obesitas, salah satunya berhubungan dengan pola makan atau jenis makanan yang dikonsumsi dan jenis kegiatan yang dilakukannya. Ini berarti, jika individu dapat mengatur pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsinya, serta jenis kegiatan yang dilakukannya, maka dirinya dapat menanggulangi obesitas atau paling tidak dapat mengurangi dampak negatifnya (Wirakusumah).

Menurut Asdie (2005), kemajuan teknologi juga telah memacu perubahan kebiasaan hidup (gaya hidup), gaya hidup remaja cenderung lebih santai akibat perkembangan teknologi saat ini. Remaja memiliki aktifitas pasif seperti menonton televisi atau bermain komputer dan play station. Selain itu remaja memiliki kebiasaan berkumpul di cafe atau mall saat weekend daripada berolah raga secara rutin. Adanya lift atau escalator telah menggantikan fungsi tangga di berbagai sarana umum serta


(24)

alat transportasi seperti mobil pribadi atau mobil jemputan sekolah menyebabkan remaja malas bergerak.

Alat transportasi, alat-alat elektronik yang serba otomatis dapat digunakan dan dilakukan hanya dengan menekan tombol saja, menyebabkan aktifitas fisik menjadi sangat menurun. Berarti setiap hari terjadi kelebihan energi yang oleh tubuh disimpan sebagai lemak yang merupakan pangkal terjadinya obesitas, serta penyakit - penyakit lainnya (Asdie, 2005).

Aktivitas fisik yang sesuai, aman dan efektif dalam upaya menurunkan berat badan adalah dengan berolah-raga karena akan membantu memelihara berat badan yang optimal. Gerak yang dilakukan saat berolah-raga sangat berbeda dengan gerak saat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti berdiri, duduk atau hanya menggunakan tangan. Hal ini merupakan gerak anggota badan yang tidak seimbang (Wirakusumah, 2001).

Perubahan dalam gaya hidup, terutama di perkotaan, karena adanya perubahan pola makan. Pola makan tradisional yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat dan rendah lemak berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat dan tinggi lemak sehingga menggeser mutu makanan ke arah tidak seimbang. Perubahan gaya hidup pada golongan tertentu menyebabkan masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas (Almatsier, 2004).

Hasil penelitian Asniyanti (2004) tentang pola makan remaja dengan kejadian obesitas di SMP di kota Medan menunjukkan bahwa 31 siswi (51,6%) mengalami kegemukan dan obesitas dengan pola makan yang tidak sehat yaitu mengkonsumsi makanan jajanan cepat saji (fast food) yang tinggi karbohidrat dan lemak seperti KFC, humberger dan pizza. Perubahan pola makan remaja yang cenderung


(25)

mengkonsumsi kalori berlebihan disertai dengan kurangnya aktivitas fisik menyebabkan insiden berat badan lebih dan obesitas pada remaja cenderung semakin meningkat.

Berbagai penelitian menunjukkan kenaikan penghasilan secara bertahap dapat mempengaruhi pola makan dan kebiasaan makan. Kemampuan daya beli yang lebih mendorong untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan yang diinginkan (Arnelia, 2005).

Ditinjau dari pola makan, remaja merupakan kelompok yang peka terhadap pengaruh lingkungan luar seperti maraknya iklan makanan siap santap (fast food) yang umumnya mengandung kalori tinggi, kaya lemak, tinggi natrium dan rendah serat. Hal ini memungkinkan terjadinya kasus kegemukan di kalangan remaja (Leane, 2007).

Meningkatnya keadaan sosial ekonomi masyarakat sehingga mampu mengonsumsi makanan dengan kandungan kalori yang tinggi seperti hamburger dan pizza sebagai junk food yang lebih banyak mengandung lemak, gula, dan garam tinggi tetapi miskin serat. Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa sebesar 64% dari murid-murid sekolah dilaporkan memiliki pengalaman dalam mengonsumsi junk food dan hal ini berhubungan secara signifikan dengan kejadian obesitas (Rosenbaum, 1998).

Obesitas merupakan faktor resiko untuk berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi, penyakit kardiovaskuler, dan diabetes mellitus. Sebagai contoh wanita berpeluang mengalami tekanan darah tinggi jika bobot badannya 10 kg atau lebih


(26)

diatas bobot badan normalnya. Selanjutnya penderita diabetes beresiko terkena serangan jantung 3-7 kali lebih tinggi resiko pada wanita sebayanya yang tidak menderita diabetes. Pada anak-anak, obesitas dapat menyebabkan beberapa penyakit kronis meliputi: gangguan metabolisme Glukosa, resistensi insulin, hipertensi, dyslipidemia, steatosis hepatic gangguan gastro intestinal, dan obstruksi pernafasan pada waktu tidur. Obesitas pada remaja di kawasan Asia Pasifik berhubungan diabetes type 2. Selain kerugian kesehatan, obesitas juga menurunkan kepercayaan

diri, terutama pada kalangan remaja, berkaitan dengan tampilan ragawi (Mahoney, et al., 1996).

Proses kegemukan yang terjadi disebabkan oleh berbagai faktor antara lain konsumsi, genetik, sosio budaya, kejiwaan dan aktivitas fisik. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan adipose (adipocytes; jaringan lemak khusus yang disimpan tubuh) secara berlebihan (Wirakusumah, 2001).

Salah satu masalah gizi lebih adalah obesitas yang timbul oleh karena kelebihan konsumsi makan yang berasal dari makanan sumber energi yang tinggi, seperti kelebihan karbohidrat dan lemak, tanpa diikuti aktivitas yang cukup. Obesitas bukan hanya ditemukan pada orang dewasa, tetapi juga ditemukan pada remaja. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka obesitas pada remaja terutama di kota-kota besar (Wirakusumah, 2001).

Berdasarkan pengamatan sementara di SMU Methodist Medan yang adalah salah satu sekolah swasta yang siswinya berasal dari keluarga berstatus ekonomi menengah ke atas. Hal ini menyebabkan daya beli siswi yang besar terhadap makanan jajanan yang tinggi kandungan energi dan lemaknya. Oleh karena itu, siswi cenderung memiliki pola makan yang memungkinkan terjadinya kasus obesitas.


(27)

Berdasarkan survey awal yang dilakukan dan pengamatan secara fisik maka peneliti memperoleh data-data dan fakta di lapangan sehingga peneliti berasumsi bahwa perlu dilakukan penelitian terhadap obesitas dengan judul Pengaruh Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Pada Pelajar di SMU Methodist Medan Tahun 2009”.

1.2. Permasalahan

Tingginya obesitas pada remaja ada kecenderungan mengalami peningkatan, dengan pola makan yang sudah berubah serta aktivitas fisik yang kurang dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah: “Bagaimana Pengaruh Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Pada Pelajar di SMU Methodist Medan Tahun 2009”. 1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap, tindakan sebagai pola makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada pelajar di SMU Methodist Medan Tahun 2009”.

1.4. Hipotesis

1. Ada pengaruh sikap tentang pola makan pelajar terahdap kejadian obesitas. 2. Ada pengaruh perilaku makan pelajar terhadap kejadian obesitas.

3. Ada pengaruh aktivitas fisik pelajar terhadap kejadian obesitas.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah tentang karakteristik dan resiko obesitas pada pelajar di perkotaan.


(28)

2. Memberikan informasi ilmiah untuk mendukung program kesehatan dan gizi terutama di perkotaan.


(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Konsep Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan yang sangat luas sepanjang kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan seterusnya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo 2003).

2.1.2 Bentuk Perilaku

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya tiga ranah perilaku, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangakan menjadi tingkat ranah perilaku sebagai berikut :


(30)

a. Pengetahuan (knowledge) b. Sikap (attitude)

c. Tindakan (practice)

a. Perilaku dalam bentuk Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indramanusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau cognitive merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 1993).

Selain melalui pendidikan formal dan informal, pengetahuan tentang gizi dan pola makan yang baik dapat diperoleh melalui buku-buku pustaka, majalah, telivisi, radio, surat kabar dan orang lain seperti orangtua, dokter dan ahli gizi.

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat pengetahuan, yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesutau yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.


(31)

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secar benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan sebagai penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatau kemampuan seseorang untuk menjabarkan suatu

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan pada kemampuan seseorang untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyususn suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.


(32)

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).

b. Perilaku dalam bentuk Sikap

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berprestasi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek.

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimunus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat, dan emosi yang bersangkutan senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya.

Menurut Newcomb, yang dikutip Notoatmodjo (1993) salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.

Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu : 1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).


(33)

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Mengahargai (valuing)

Menghargai diartikan subjekatau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespons. 4. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek yang bersangkutan.Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “ tidak setuju “ terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu. c. Perilakudalam bentuk Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap ,menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apayang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut pratik (practice) kesehatan.

Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kwalitasnya, yakni :


(34)

1. Praktik terpimpin (guided response)

Apabila suatu subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

2. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mem[praktikan sesuatu hal secara otomatis, maka disebut praktik atau tindakan mekanis. 3. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,atau bulan yang lalu (recall). Pengkuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2005).

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Green bahwa factor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :

1. Faktor-faktor redisposisi (disposing factors), adalah faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.


(35)

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

2.2 Perilaku Makan Remaja

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman secara instansi manusia dengan lingkungan yang berwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.

Perilaku makan adalah cara seseorang berfikir, berpengetahuan dan berpandangan tentang makanan. Apa yang ada dalam perasaan dan pandangan itu dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih makanan. Jika keadaan itu terus menerus berulang maka tindakan tersebut akan menjadi kebiasaan makan (Khumaidi, 1994).

Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Pada usia ini fisik seseorang terus berkembang, demikian pula aspek sosial maupun

psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja banyak ragam gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makan apa yang

dikonsumsi yang sangat berpengaruh terhadap keadaan gizi seorang remaja.

Ketika memasuki masa remaja, khususnya masa pubertas, remaja sangat peduli atas pertambahan berat badan mereka. Terjadi perubahan


(36)

fisiologis tubuh yang kadangkala menggangu. Biasanya hal ini lebih sering dialami oleh remaja putri daripada remaja putra. Bagi remaja putri mereka mengalami pertambahan jumlah jaringan lemak sehingga

mereka akan mudah gemuk apabila mengonsumsi makanan yang berkalori tinggi (Raymond, 2000).

Adapun perilaku makan (dalam hal pola makan) yang ditunjukkan remaja adalah mengonsumsi makanan fast food (cepat saji). Kini makanan fast food telah menjadi bagian dari perilaku sebagian anak sekolah dan remaja di luar rumah diberbagai kota. Jenis makanan siap santap (fast food)yang berasal dari negara barat seperti KFC, hamburger, pizza dan berbagai jenis makanan berupa kripik (junk food) sering dianggap sebagai lambang kehidupan modern oleh para remaja. Padahal fast food dan junk food mempunyai kandungan tinggi kalori, karbohidrat dan lemak, jika makanan fast food dan junk food dikonsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan obesitas ( Mudjianto, 1993).

Berdasarkan hasil penelitian Padmiari (2005) terhadap konsumsi fast food di Denpasar. Ternyata prevalensi obesitas di Denpasar cukup tinggi (13,6%). Prevalensi obesitas lebih tinggi di sekolah swasta (18,2%) daripada di sekolah negeri (12,4%). Semakin beranekaragaman jenis fast food yang dikonsumsi, semakin tinggi pula resiko seseorang menderita obesitas. Anak yang memperoleh intake energi dari fast food sebanyak 75% lebih berpeluang untuk menjadi obesitas daripada anak yang memperoleh intake energi yang dikonsumsi dari fast food, semakin tinggi resiko obesitas seseorang.


(37)

2.3 Pola Makan

Ada beberapa definisi mengenai pola makan menurut beberapa pakar, yaitu Yayuk Farida Baliwati, dkk (2004:69) mengatakan pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Sedangkan Soegeng Santosa dan Anne Lies Ranti (2004 : 89) mengungkapkan bahwa pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

Pendapat dua pakar yang berbeda-beda dapat diartikan secara umum bahwa pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makan yang berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup.

Kebiasaan makan sangat dipengaruhi gaya hidup. Faktor-faktor yang merupakan input bagi terbentuknya gaya hidup keluarga adalah penghasilan, pendidikan, lingkungan hidup kota atau desa, susunan keluarga, pekerjaan, suku bangsa, kepercayaan dan agama, pendapat tentang kesehatan, pendidikan gizi, produksi pangan dan ditribusi, serta sosial politik (Almatsier, 2003).

Pengukuran konsumsi makanan untuk tingkat individu dapat dilakukan metode food recall 24 jam, estimated food record, penimbangan makanan, dietary history dan food frequency (Cameron, 1988 dan Supariasa dkk, 2002).


(38)

2.4 Pola Makan Remaja

Menurut Hoang (1985) berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Makanan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahannya. Di masyarakat dikenal pola makan dan kebiasaan makan di mana seseorang atau sekelompok orang tinggal. Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok memilih pangan dan mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologi sosial dan budaya (Soehardjo, 1996).

Kebiasaan makan menurut Guthe dan Mead (dalam Khumaidi, 1994) adalah cara-cara individu dan kelompok individu memilih, mengkonsumsi dan menggunakan makanan-makanan yang tersedia yang

didasarkan kepada faktor-faktor social dan budaya dimana ia/mereka hidup. Khumaidi lebih lanjut menyimpulkan, bahwa kebiasaan makan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi asosiasi emosional, keadaan jasmani dan rohani

yang sedang sakit dan penilaian yang lebih terhadap makanan. Faktor ektrinsik meliputi lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya, dan agama.

Berdasarkan hasil penelitian Frank Ge yang dikutip oleh Moeji (1992), mengatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan makan anak dengan ukuran tubuhnya. Makan siang dan makan malam remaja menyediakan 60% intake kalori, sementara makanan jajanan menyediakan 25%. Anak obesitas ternyata akan sedikit makan pada waktu pagi dan lebih banyak makan pada waktu siang dibandingkan dengan anak kurus pada umur yang sama.


(39)

Menurut Arnelia (2005), ada beberapa pola makan remaja yang sangat khas dan berbeda dibandingkan usia lainnya, yaitu :

1. Tidak makan terutama makan pagi atau sarapan.

2. Kegemaran makan snacks dan kembang gula serta softdrinks. Snacks (makanan kecil) umumnya dikonsumsi pada waktu sore hari setelah pulang dari sekolah. 3. Makanan cepat saji sangat digemari, baik yang langsung dibeli atau makanan

yang dibawa dari rumah. Makanan modern ini dikonsumsi sebagai bagian dari life style (gaya hidup). Makanan ini mengandung zat gizi yang tinggi energi, lemak, serta protein.

4. Gemar mengonsumsi minuman ringan (soft drink).

Banyak remaja memiliki kebiasaan tidak sarapan pagi. Mereka sering menggantikan makan pagi dengan makan siang yang berlebih atau memakan makanan kecil yang tinggi lemak dan kalori dalam jumlah yang relatif banyak. Berdasarkan hasil penelitian Djoyonegoro (1995) yang dikutip Khomsan (2003), bahwa ada sekitar 60% anak Indonesia tidak sarapan pagi sebelum berangkat kesekolah dan itu menjadi perhatian penuh, sebab sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral.

Selain kebiasaan tidak sarapan pagi, saat ini remaja lebih menyukai mengonsumsi makanan jajanan cepat saji (fast food). Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1999, menunjukkan bahwa persentase pengeluaran rata-rata per kapita penduduk


(40)

perkotaan untuk makanan jajanan (termasuk fast food) meningkat dari 9,13% pada tahun 1996 menjadi 11,37% pada tahun 1999. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta pengeluaran untuk makanan jadi lebih besar yaitu seperempat dari total pengeluaran pangan (Asdie, 2005).

2.5 Aktivitas Fisik Remaja

Aktivitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan seseorang mulai dari bangun sampai tidur kembali. Aktivitas fisik berarti menggunakan otot untuk

menggerakkan badan. Perbaikan tingkat hidup dan kemajuan teknologi telah memacu perubahan pola kebiasaan hidup atau gaya hidup. Dalam kehidupan masyarakat modern dengan dukungan teknologi dan sarana yang mutakhir,

meyebabkan menurunnya aktivitas fisik. Penggunaan elevator telah menggantikan fungsi tangga diberbagai sarana umum. Adanya remote kontrol juga

menyebabkan remaja kurang bergerak dan tidak perlu beranjak dari tempat menonton televisi. Penggunaan alat transportasi bermotor juga telah menggeser peran sepeda (Nadesul, 1997).

Aktivitas fisik yang sesuai, aman dan efektif dalam upaya menurunkan berat badan adalah dengan berolah-raga, karena akan membantu memelihara berat badan yang optimal. Gerak yang dilakukan saat berolah-raga berbeda dengan gerak saat menjalamkan aktivitas sehari-hari seperti berdiri, duduk atau hanya menggunakan tangan, hal ini merupakan gerak anggota badan yang tidak seimbang.


(41)

Gaya hidup yang kurang menggunakan aktivitas fisik akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang. Aktivitas fisik tersebut diperlukan untuk membakar energi dari dalam tubuh. Apabila pemasukan energi berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik akan memudahkan seseorang memiliki berat badan berlebih. Aktivitas (kegiatan) fisik biasanya dibagi menjadi tiga golongan, yaitu (Khumaidi, 1994) :

1. Ringan: 75% waktu untuk duduk atau berdiri, 25% waktu untuk berdiri sambil bergerak.

2. Sedang: 40% waktu untuk duduk atau berdiri, 60% waktu untuk melakukan pekerjaan khusus.

3. Berat: 25% waktu untuk duduk dan berdiri, 75% waktu untuk melakukan pekerjaan khusus.

Menurut Leane (2007), saat berangkat sekolah remaja lebih menyukai menggunakan alat transportasi ketika berangkat sekolah, daripada menggunakan sepeda atau berjalan kaki. Selain itu banyak diantaranya yang malas mengikuti kegiatan ekskul kalau tidak ada yang mengantar. Mereka merasa lebih nyaman dengan mendekam dikamar sambil main play station atau menonton televisi. Remaja lebih menyukai pergi ke mal sewaktu weekend, padahal di mal jarang ada resto yang menyediakan makanan sehat. Hal tersebut yang menyebabkan tidak adanya output energi atau sedikit sekali kalori yang dibakar akibat aktifitas fisik yang minim.


(42)

2.6 GiziRemaja

Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan pangan remaja. Meski asupan kalori dan potein sudah tercukupi, namun elemen lain seperti besi, kalsium dan beberapa vitamin ternyata masih kurang.

Ketidakseimbangan asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga ke dewasa, dan lansia. Sementara obesitas itu sendiri merupakan satu faktor resiko penyakit kantong empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi pernapasan, dan berbagai gangguan kulit.

Masa remaja adalah masa yang menyenangkan, namun juga merupakan masa yang kritis dan sulit, karena merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial (Dariyo, 2004). Berkaitan dengan pertumbuhan fisik tersebut, bentuk tubuh yang ideal dan wajah yang menarik merupakan hal yang diidam-idamkan hampir oleh semua orang, apalagi bagi banyak remaja yang mulai mengembangkan konsep diri dan juga hubungan heteroseksual. Untuk itu kecenderungan menjadi gemuk atau obesitas, dapat mengganggu sebagian anak pada masa puber dan manjadi sumber keprihatinan selama tahun-tahun awal masa remaja (Hurlock, 2004).

Oleh karena itu, konsumsi pangan remaja sangat penting diperhatikan karena kebiasaan para remaja mengonsumsi makanan fast food. Kebiasaan makan remaja 40% terdiri dari snack yang berkalori tinggi seperti hamburger, pizza dan junk food.


(43)

Di samping itu konsumsi makanan remaja sangat penting diperhatikan karena pada masa ini merupakan masa pertumbuhan sel-sel yang sangat cepat. Adapun kebutuhan akan zat gizi pada golongan remaja sesuai dengan kecukupan gizi yang dianjurkan dikhususkan pada kecukupan kalori dan protein dapat digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Remaja per Kelompok Umur Golongan Umur

(tahun)

Berat Badan

Tinggi Badan

Energi (kkalori)

Protein (Gr)

Pria 10-12 30 135 2000 45

13-15 45 150 2400 66 16-19 56 160 2500 66

Wanita 10-12 35 140 1900 54

13-15 46 153 2100 62 16-19 50 154 2000 51

Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. LIPI. Jakarta, 2004. Sedangkan kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO

menganjurkan komsumsi lemak sebanyak 15-30% dari kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak (Almatsier, 2002).

2.7 Berbagai Pengertian Obesitas

Kegemukan dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Namun, keduanya sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak yang berlebihan didalam tubuh, yang ditandai dengan peningkatan nilai indeks massa diatas normal. Penderita obesitas mengalami penumpukan lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan penderita kegemukan untuk jangka waktu yang lama, berisiko lebih tinggi untuk terkena beberapa penyakit degeneratif (Asdie, 2005).


(44)

Kegemukan berhubungan dengan kelebihan berat badan daripada berat badan yang diinginkan. Obesitas berhubungan dengan kelebihan lemak tubuh. Obesitas biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 20% berat badan ideal (BBI) atau berat badan yang diinginkan.

Obesitas merupakan keadaan patologik dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Dari sudut ilmu gizi, defenisi obesitas yang baik adalah bila tercakup pengertian terjadinya

penimbunan trigliserida yang berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh (Moehji S, 2003).

Obesitas terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obesitas) yang disebabkan penumpukan adipose (adipocytes : jaringan lemak khusus yang disimpan tubuh) secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat badan yang lebih dibandingkan berat badan yang idealnya yang disebabkan terjadinya penumpukan lemak tubuhnya (Mutadin, 2002).

Kelebihan berat badan (overweight) merupakan suatu keadaan terjadinya penimbunan lemak secara berlebih, yang menyebabkan kenaikan berat badan. Seseorang dikatakan mengalami kegemukan (obesitas) jika terjadi kelebihan berat badan sebesar 20% dari berat badan ideal (Wirakusumah, 2001).

2.8 Penyebab Obesitas

Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan seseorang menderita kelebihan berat beadan atau kegemukan. Beberapa faktor tersebut yaitu faktor genetik, difungsi salah satu bagian otak. Pola makan yang berlebih, kurang gerak, olahraga, emosi dan faktor lingkungan (Mutadain, 2002).


(45)

Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya di dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya seringkali dijumpai orangtua yang gemuk cenderung memiliki anak-anak yang gemuk pula. Dalam hal ini

nampaknya faktor genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur sel dalam lemak tubuh. Hal ini dimungkinkan karena pada saat ibu yang obesitas sedang hamil maka unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara otomatis akan diturunkan kepada sang bayi selama dalam

kandungan. Maka tidak heranlah bila bayi lahirpun memiliki unsur lemak tubuh yang relatif sama besar.

Orang yang kegemukan lebih responsif dibandingkan dengan orang berberat badan normal terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa bau makanan, atau saatnya waktu makan. Orang yang gemuk cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan saat ia lapar. Pola makan berlebih ini yang menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kegemukan jika sang individu tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan.

Faktor lingkungan juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk adalah simbol kemakmuran dan kehindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Selama pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang obesitas tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan kegemukan.

2.9 Resiko Obesitas pada Remaja

Telah diketahui bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas bersifat multi faktor dan apabila tidak cepat dicegah serta dilakukan upaya penanggulangannya, maka akan terjadi resiko-resiko yang berhubungan dengan kesehatan.

Resiko-resiko yang terjadi bila obesitas tidak segera dicegah adalah :

1. Pertumbuhan dan perkembangan fisik akan lebih cepat matang, misalnya pertumbuhan rambut kelamin dan ketiak, anak mendapat menstruasi menard (haid pertama kali) pada usia yang lebih dini.


(46)

2. Gangguan psikososial, yaitu keterbatasan dalam pergaulan dan partisipasi dalam berbagi jenis kegiatan olah raga. Anak lebih suka menyendiri dan memuaskan dirinya dengan santai dan makan.

3. Berlanjut menjadi obesitas dewasa yang merupakan faktor resiko timbulnya beberapa penyakit seperti penyakit jantung koroner, hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia, diabetes mellitus, hipertensi, batu empedu dan penyakit kanker.

4. Rendahnya daya tahan tubuh sehingga mudah mendapat gangguan pernapasan dermatitis, sehingga tidak disukai oleh teman dan pergaulannya.

2.10 Cara Penentuan Obesitas

Cara untuk menentukan seseorang menderita obesitas perlu dilakukan penilaian status gizinya. Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi atau kondisi yang dapat diukur. Penilaian status gizi apat dilakukan dengan dua cara yaitu cara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisika, sedangkan secara tidak langsung dibagi menjadi tiga cara yaitu survei konsumsi, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2002).

Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal ditentukan berdasarkan nilai body mass indeks (BMI). Di Indonesia istilah BMI diterjemahkan menjadi indeks massa tubuh (IMT). Khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang.


(47)

Dengan mengukur IMT akan diketahui apakah berat seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk dengan menggunakan rumus :

Batasan ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan, dan penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berusia diatas 18 tahun. Tetapi timbullah masalah yang diterapkan oleh WHO NCHS dengan keterbatasan tinggi badan yakni, laki-laki maksimal 145 cm dan perempuan maksimal137 cm. Dengan keterbatasan satu hal di atas, maka dibutuhkan batas ambang IMT yang dapat ditentukan berdasarkan baku IMT meurut umur (CDC 2000) yang membedakan batas ambang untuk remaja laki-laki dan perempuan (Anonim, 2000).

Sedangkan untuk menghitung konsumsi zat-zat gizi, seperti energi digunakan suatu metode. Metode yang sering dipakai adalah metode recall, yang dilakukan dalam waktu 24 jam dan sebaiknya dilakukan 2 (dua) hari berturut-turut. Metode food recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jmlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Selain mudah dilakukan, murah dan cepat. Metode ini juga memberi gambaran yang nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.

Berat badan (kg) IMT =


(48)

2.11 Kerangka Teori

Dari beberapa teori maupun hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat disusun gambaran terjadinya obesitas dalam

bentuk kerangka teoritis sebagai berikut :

Error!

Gambar2.1 Kerangka Teori Karakteristik

- Pengetahuan - Sikap

- Pola makan - Aktivitas fisik

Obesitas pada anak SMU


(49)

2.12 Kerangka Konsep

Perilaku makan meliputi pengetahuan, sikap dan pola makan sebagai tindakan. Pengetahuan dan sikap dapat mempengaruhi pola makan, sedangkan aktivitas fisik juga dapat mempengaruhi pola makan. Pola makan dan aktivitas fisik dapat mempengaruhi timbulnya obesitas.

Variabel yang diteliti adalah: Perilaku Makan, Aktivitas Fisik, dan Obesitas.

Perilaku Makan : - Pengetahuan - Sikap

- Pola Makan

Aktivitas Fisik : - Ringan

- Sedang - Berat

Obesitas pada anak SMU


(50)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini analisa observasional, dimana menguji suatu kejadian (penyakit) dengan paparan atau resiko tertentu. Design penelitian yang digunakan adalah CaseControl (Rothman, 1995).

3.2 Tempatdan Waktu penelitian

Kasus

Kontrol

Perilaku makan: - pengetahuan

- sikap + - tindakan

Aktivitas fisik

Perilaku makan: - pengetahuan

- sikap - - tindakan

Aktivitas fisik

Perilaku makan: - pengetahuan

- sikap + - tindakan

Aktivitas fisik

Perilaku makan : - pengetahuan

- sikap - - tindakan

Aktivitas fisik


(51)

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMU Methodist di Medan, dengan pertimbangan berdasarkan survei awal dengan pengamatan fisik yang telah dilakukan di sekolah tersebut ada 44 siswa dan siswi yang memiliki badan gemuk (obesitas).

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan bulan Agustus 2008 sampai Agustus 2009 mulai dari penelusuran pustaka, konsultasi dengan pembimbing, survei pendahuluan, pembuatan proposal, kolokium dan pelaksanaan penelitian.

3.3 Populasidan Sampel

Populasi adalah siswa-siswa SMU Methodist di Medan yang berdasarkan pengamatan memiliki kondisi fisik yang gemuk (obesitas) dengan jumlah 44 orang, yang diambil dari kelas X, XI dan XII, pada tahun ajaran 2009/2010.

Sampel dalam penelitian ini terbagi dalam case dan control. Case adalah seluruh siswa yang obesitas dengan jumlah 44 orang, sedangkan control adalah 44 orang siswa lainnya yang tidak obesitas dengan karakteristik jenis kelamin dan umur yang sama dengan case.

3.4 Metode Pengumpulan Data Data primer mencakup data:

1. Data tentang obesitas yang dikumpulkan dengan cara melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan injak merk Elektronik Personal scale yang berkapasitas 150 kg dengan ketelitian 0,1 kg. Sampel diukur pada posisi


(52)

berdiri tegak tepat ditengah timbangan dan tanpa menggunakan alas kaki. Pembacaan angka dilakukan setelah angka petunjuk tidak bergerak. Sedangkan data tinggi badan diukur dengan menggunakan alat ukur Mikrotoise berskala 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm. Sample diukur dalam posisi tegak, muka lurus kedepan dan tanpa menggunakan tutup kepala. Besi pengukur yang vertical diturun naikkan hingga batang pengukur yang horizontal menyentuh tepat diatas kepala sample. Posisi sample membelakangi alat ukur dan pembacaan dilakukan dari salah satu sisi badan sample.

2. Pengetahuan dan sikap dengan menggunakan kuesioner terstruktur.

3. Data pola makan (asupan zat gizi, jenis makanan, frekwensi makan) diperoleh berdasarkan dengan cara wawancara langsung pada responden dengan menggunakan kwesioner penelitian, food frequency questionaire dan melalui recall (tanya ulang) konsumsi selama 24 jam. Data konsumsi makanan ditampilkan dalam bentuk tingkat kecukupan energi, protein dan

lemak yang diperoleh dari perbandingan zat gizi yang dikonsumsi dengan yang dianjurkan (AKG) dikali 100 %.

4. Data tentang aktivitas dilakukan dengan mengisi daftar aktivitas pelajar selama 24 jam.

5. Pengumpulan data dikerjakan oleh peneliti dan dibantu dengan 10 (sepuluh) orang mahasiswa D3 jurusan Gizi Lubuk

Pakam yang sudah diseleksi sebelum pelaksanaan penelitian. Tenaga pengumpul data sebelumya dilatih terlebih dahulu


(53)

Data sekunder mencakup data sekolah sebagai gambaran umum SMU Methodist Medan yang diperoleh dari bagian administrasi sekolah.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel penelitian terdiri dari variable bebas (independent variabel) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi: perilaku makan, pengetahuan, sikap, tindakan (pola makan), asupan zat gizi, jenis makanan, frekuensi makan, dan aktivitas fisik sedangkan variabel terikat adalah obesitas.

Adapun definisi operasional tiap variabel adalah sebagai berikut:

1. Perilaku makan adalah cara siswa berpikir dan berpandangan tentang pemilihan makan yang dikonsumsi meliputi pengetahuan, sikap dan pola makan sebagai tindakan.

2. Pengetahuan adalah sesuatu hal yang diketahui pelajar tentang pola makan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Sikap adalah tanggapan dari siswa tentang pola makan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Tindakan (pola makan) adalah pola kebiasaan makan atau tindakan dari responden dalam hal pemilihan atau penentuan makanan yang dimakan yang dilihat dari jumlah asupan zat gizi, jenis makanan dan frekuensi makan

5. Asupan zat gizi adalah banyaknya nilai energi (kalori) dan protein, lemak yang terkandung dalam bahan makanan pada makanan yang dikonsumsi dalam sehari


(54)

6. Jenis makanan adalah keragaman makanan yang yang dikonsumi siswa setiap kali makan yang meliputi: makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan dan susu.

7. Frekuensi makan adalah seringnya mengonsumsi bahan makanan oleh siswa/i yang disajikan dalam satuan: tiap hari, 2-3 x seminggu, 1 x seminggu, dan 1 x. sebulan.

8 Aktivitas (kegiatan) fisik adalah jumlah waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan oleh responden selama 24 jam yang dikelompokkan menjadi aktivitas ringan dan aktivitas berat sesuai dengan pedoman CDC.

9. Obesitas adalah tingkat kegemukan siswa yang dinyatakan dalam IMT berdasarkan umur (Centre for Desease Control and Prevention / CDC, 2000).

3.6 Metode Pengukuran

A. Perilaku makan dinilai dari skor pengetahuan, sikap dan tindakan remaja terhadap pola makan yang baik dapat diketahui dari kuesioner.

1. Pengetahuan diukur melalui pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan. Jawaban yang paling benar diberi nilai 3 dan yang paling rendah diberi nilai 1. Tingkat pengetahuan dibedakan atas 2 kategori:

- Tidak baik, jika < 75% dijawab benar dengan total nilai < 22 - Baik, jika >75% dijawab benar dengan total nilai >22

2. Sikap diukur melalui pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan. Jawaban yang paling benar diberi nilai 3 dan yang paling rendah diberi nilai 1. Tingkat sikap dibedakan atas 2 kategori :


(55)

- Baik, jika >75% dijawab benar dengan total nilai >18

3. Tindakan pola makan diukur dengan indikator asupan zat gizi (3 indikator), jenis makanan (7 indikator), frekwesi makan (7 indikator), yang dilakukan dengan cara wawancara yang dipandu dengan menggunakan kuesioner. Dengan 17 indikator ini pola makan, bila indikator tersebut tidak baik diberi skor 1 dan apabila baik diberi skor 2. Dengan mentotalkan skor pola makan dapat dibedakan menjadi 2 kategori sebagai berikut :

- Tidak baik, jika < 75% dari total skor atau dengan nilai < 25 - Baik, jika >75% dijawab benar dengan total nilai >25

Berikut adalah rincian indikator pola makan:

a. Asupan zat gizi diukur melalui banyaknya nilai energi (kkal) dan protein yang dikonsumsi dalam sehari dihitung, hasilnya dibandingkan dengan zat gizi yang dianjurkan (AKG) dikali 100 % :

% 100 x KC

K TK =

Keterangan : TK : tingkat kecukupan K : konsumsi

KC : kecukupan yang dianjurkan

Setelah tingkat kecukupan diperoleh dalam bentuk persen, selanjutnya persentase tersebut dikategorikan atas: tidak baik (< 90% atau >110%), baik (> 90% atau < 110%).


(56)

Sedangkan untuk asupan lemak yang dikonsumsi dalam sehari dihitung dengan perbandingan persentase konsumsi lemak dengan angka kecukupan energi. Selanjutnya persentase tersebut dikategorikan atas : tidak baik (> 25%), baik (< 25%).

b. Jenis makanan adalah sejumlah jenis makanan yang dikonsumsi dalam sehari sebagai sumber energi , protein, lemak berdasarkan standar angka kebutuhan gizi .

Jenis makanan dikategorikan berdasarkan anjuran makanan rata-rata satu hari yang dikonsumsi, sebagai berikut :

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Jenis Makanan (dalam gram)

Jenis Kelamin

Kategori Nasi Lauk Pauk Daging Tempe

Sayuran Buah Minyak Gula

Anjuran 800 120 150 150 300 50 40 Tidak Baik <720, >880 <108, >132 <135, >135 <135, >165 <270, >330 <45, >55 <36, >44 Laki-laki

Baik 720 - 880 108 - 132 135 - 165 135 - 165 270 - 330 45 - 55 36 – 44 Anjuran 500 120 150 150 300 50 40 Tidak Baik <450, >550 <108, >132 <135, >135 <135, >165 <270, >330 <45, >55 <36, >44 Perempuan

Baik 450 - 550 108 -132 135 - 165 135 - 165 270 - 330 45 - 55 36 – 44

c. Frekuensi makan adalah jumlah kali makan yang dikonsumsi sebagai sumber energi, protein dan lemak dalam 1 bulan terakhir yang dikumpulkan melalui wawancara langsung pada responden dengan menggunakan kuesioner penelitian, food frequency questioner dan melalui recall (tanya ulang) konsumsi selama 1 minggu.


(57)

Frekuensi makan dikategorikan berdasarkan anjuran porsi makanan rata-rata satu hari yang dikonsumsi, sebagai berikut :

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Frekuensi Makan (dalam porsi rumah tangga)

Kategori Nasi Lauk Pauk

Daging Tempe

Sayuran Buah Minyak Gula

Tidak Baik < 2, > 4 < 2, > 4 < 2, > 4 < 1,5 < 3 < 4, > 6 < 3, > 5

Baik 3 3 3 >1,5 >3 5 4

B. Obesitas diukur dengan menggunakan antropometri berdasarkan IMT, yang diperoleh dengan membandingkan berat badan (kg) dengan tinggi badan(m). Data berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) diperoleh dengan melakukan pengukuran secara langsung. Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,001 kg. Sedangkan tinggi badan diukur dengan menggunakan pengukur microtoise tinggi badan dengan memiliki ketelitian 0,1 cm. Setelah data berat badan dan tinggi badan siswa diperoleh, maka IMT masing-masing dapat dihitung sebagai berikut: berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m2).

Kemudian hasilnya disesuaikan dengan batas ambang IMT menurut umur (CDC, 2000) dengan kategori:

- Obesitas dengan IMT > 25 - Tidak obesitas dengan IMT < 25

C. Aktivitas fisik : Untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas dilakukan dengan mengajukan pertanyaan terbuka dalam betuk kuesioner


(58)

tentang pola kebiasaan-kebiasaan aktivitas fisik yang sering dilakukan oleh pelajar. Data aktivitas fisik dicatat frekwensi dan durasinya berdasarkan jenis aktivitas sehari-hari.

Berbagai aktivitas tesebut lalu dikelompokkan menjadi aktivitas ringan, aktivitas sedang dan aktivitas berat sesuai dengan pedoman CDC (2000).

- Aktivitas fisik ringan antara lain : duduk naik motor, naik angkutan, antar jemput les di sekolah, les diluar sekolah, les bahasa Inggris, mengasuh adik, mencuci piring, aktivitas nonton TV, aktivitas main play station, main komputer, belajar di rumah.

- Aktivitas fisik sedang antara lain : bermain di sekolah, berjalan, bersepeda, mengikuti kegiatan pramuka, bermain musik, paduan suara, band, palang merah, bola volli, remaja, tennis meja, mencuci pakaian, mencuci mobil, memasak, menyapu menyiram tanaman, membersihkan tempat tidur, setrika.

- Aktivitas fisik berat antara lain : menari, drumband, bela diri, aero modeling, sepak bola, basket, renang, badminton, tennis lapangan, taekwondo, aerobic, lari, skipping, sit up, kasti mengepel, menimba air (CDC-NCHS/2000).

Untuk aktivitas 1 hari dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

- Aktivitas ringan : apabila aktivitas ringan 75 % dan 25 % aktivitas sedang dan berat

- Aktivitas sedang : apabila aktivitas ringan 40% dan 60% aktivitas sedang dan berat

- Aktivitas berat : apabila aktivitas ringan 25% dan 75% aktivitas sedang dan berat. Adapun Instrumen Penelitian adalah :


(59)

2. Formulir food recall 24 jam 3. Alat timbang badan (weight scale) 4. Alat pengukur tinggi badan (microtise)

5. Kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mengukur pengetahuan, sikap tentang makanan dan daftar aktivitas (kegiatan) fisik.

3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan dengan komputer, dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Pengeditan, yaitu memeriksa apakah pertanyaan sudah terisi dan dapat dibaca dan tidak ada lagi kekeliruan yang dapat mengganggu proses pengolahan data. 2. Pengkodean, yaitu memberi kode atau angka-angka tertentu pada kuisioner. 3. Pemasukan data.

4. Untuk data konsumsi makanan yang telah dikumpulkan dihitung jumlah asupan zat gizinya (energi, protein dan lemak) dengan menggunakan Nutrisurvey. Hasilnya diolah dalam bentuk persen dan dikategorikan.

3.7.2 Analisis Data

Untuk analisis data dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian, maka pendekatan analisis yang dilakukan adalah analisis statistic, sebagai berikut :

1. Analisis univariat, analisis ini dilakukan secara deskriptif dengan distribusi frekuensi variabel pengetahuan tentang pola makan, sikap tentang pola


(60)

makan, asupan energi, asupan protein, asupan lemak, jumlah makanan yang dikonsumsi, frekuensi makan, dan aktivitas fisik.

2. Analisis bivariat, untuk melihat hubungan dan odds ratio antara variabel bebas (pengetahuan tentang pola makan, sikap tentang pola makan, asupan energi, asupan protein, asupan lemak, jumlah makanan yang dikonsumsi, frekuensi makan, dan aktivitas fisik) dengan variabel terikat (obesitas) dengan uji Chi Square.

3. Analisis multivariat, untuk melihat variabel bebas yang telah dinyatakan layak untuk dilanjutkan dalam analisa ini untuk melihat variable yang paling berpengaruh terhadap variabel terikat (obesitas) digunakan uji regresi logistik.


(61)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

3.5 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMU Swasta Methodist I Medan, merupakan sekolah swasta perguruan Kristen yang telah berdiri sejak tahun 1958. Sekolah ini berdiri ditanah yang memiliki luas lebih kurang 1064 m2 di Jalan Hang Tuah No. 8 Kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia.

SMU Swasta Methodist I Medan, merupakan sekolah yang memiliki akreditasi A dan diklasifikasikan sebagai sekolah mandiri. Dengan 54 orang staf pengajar dan 720 orang pelajar yang terbagi dalam 18 kelas.

Proses belajar mengajar dilakukan pada pagi hari mulai dari pukul 07.30 hingga 13.30 siang harinya. Sore harinya kegiatan sekolah diisi dengan aktivitas ekstrakulikuler bagi pelajar dengan memilih beberapa alternatif kegiatan yang telah disediakan sekolah, sesuai minat dan bakat pelajar. Aktivitas ekstrakulikuler ini terdiri dari kegiatan olah raga, seni, pramuka dan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).

SMU Methodist Medan yang adalah salah satu sekolah swasta mandiri yang besar di Medan. Daya beli pelajar yang besar terhadap makanan jajanan yang tinggi kandungan energi dan lemaknya. Oleh karena itu, pelajar cenderung memiliki pola makan yang memungkinkan terjadinya kasus obesitas.


(62)

4.2 Karakteristik Responden

Hasil  penelitian  terhadap  88  pelajar  SMU  Methodist  Medan,  berdasarkan  karakteristiknya sebagai berikut: 

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur di SMU Methodist Medan

Kasus Kontrol Total

Karakteristik

n % n % n %

Jenis Kelamin

- Laki-laki 26 59,1 26 59,1 52 59,1

- Perempuan 18 40,9 18 40,9 36 40,9

Total 44 100,0 44 100,0 88 100,0

Umur

- 14 1 2,3 1 2,3 2 2,3

- 15 14 31,8 14 31,8 28 31,82

- 16 14 31,8 14 31,8 28 31,8

- 17 11 25,0 11 25,0 22 25,0

- 18 4 9,1 4 9,1 8 9,1

Total 44 100,0 44 100,0 88 100,0

Responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 52 orang (59,1%) sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 36 orang (40,9%). Sebagian besar responden 28 orang, (31,8%) berada pada umur 15 dan 16 tahun, sedangkan kelompok umur paling sedikit pada umur 14 tahun yaitu sebanyak 2 orang (2,3%), jumlah antara kasus dan kontrol yang sama.


(63)

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik 4.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Pola Makan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap terhadap 88 pelajar SMU Methodist Medan, dapat diketahui distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang pola makan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Pola Makan pada Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun 2009

No Pengetahuan Jumlah Persentase

1. Tidak Baik 28 31,8

2. Baik 60 68,2

Total 88 100,0

Pada Tabel di atas terlihat bahwa responden yang berpengetahuan baik tentang pola makan sebanyak 60 orang (68,2%), sedangkan yang berpengetahuan tidak baik sebanyak 28 orang (31,8%).

Pengetahuan responden tentang pola makan diukur dengan menanyakan sebanyak 10 pertanyaan. Distribusi jawaban responden berdasarkan tiap pertanyaan yang diajukan dapat dilihat pada tabel berikut:


(64)

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan Tentang Pola Makan pada Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun 2009

No Indikator Pengetahuan Jumlah %

1. Pengertian makanan yang baik adalah

a. Makanan yang memenuhi kebutuhan zat gizi, aman dan tidak

mengandung cemaran zat-zat berbahaya

b. Makanan yang mengandung karbohidrat, protein dan lemak

c. Makanan yang bersih dan sehat

26 47 15 29,5 53,4 17,0

2. Manfaat makanan yang Anda makan adalah :

a. Memenuhi kebutuhan gizi, sumber tenaga, pengatur dan pembangun

b. Sumber vitamin

c. Supaya Kenyan

52 31 5 59,1 35,2 5,7

3. Menu makanan yang bergizi seimbang adalah :

a. Menu makanan yang terdiri dari sumber karbohidrat, protein,

vitamin dan mineral

b. Menu makanan yang terdiri dari sumber karbohidrat dan protein

c. Menu makanan yang terdiri dai makanan yang mahal

62 23 3 70,5 26,1 3,4

4. Pengaruh kecukupan gizi terhadap kualitas sumber daya yang

dimilikinya

a. Sangat mempengaruhi

b. Mempengaruhi

c. Tidak mempengaruhi

46 39 3 52,3 44,3 3,4

5. Pengertian obesitas adalah :

a. Kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak

b. Keseimbangan porsi tubuh yang kelihatannya gemuk

c. Tidak tahu

42 44 2 47,7 50,0 2,3

6. Penyebab obesitas adalah ;

a. Faktor makanan yang tidak seimbang

b. Makan teratur dengan olahraga yang tidak teratur

c. Tidak tahu

47 36 5 53,4 40,9 5,7

7. Kelebihan makanan sumber karbohidrat dapat menyebabkan :

a. Terbentuknya lemak sebagai cadangan energi dan obesitas

b. Kekenyangan dan malas bergerak

c. Tidak tahu

18 66 4 20,5 75,0 4,5

8 Akibat obesitas adalah :

a. Pemicu terjadinya penyakit jantung

b. Mengganggu kesehatan tubuh dan dapat mengantuk

c. Tidak tahu

48 38 2 54,5 43,2 2,3

9. Sumber makanan yang dapat menyebabkan obesitas adalah :

a. Makanan sumber karbohidrat dan protein

b. Sering makan gorengan dan minuman ringan

c. Tidak tahu

48 36 4 54,5 40,9 4,5

10. Lemak dalam tubuh terutama berfungsi untuk :

a. Cadangan energi dalam bentuk jaringan lemak

b. Memberikan panas tubuh

c. Tidak tahu

54 33 1 61,4 37,5 1,1


(1)

Sikap * Obesitas

Crosstab

26 16 42

59.1% 36.4% 47.7%

18 28 46

40.9% 63.6% 52.3%

44 44 88

100.0% 100.0% 100.0% Count

% within Obesitas Count

% within Obesitas Count

% within Obesitas tidak baik

baik Sikap

Total

ya tidak Obesitas

Total

Chi-Square Tests

4.555b 1 .033

3.689 1 .055

4.595 1 .032

.054 .027

4.503 1 .034

88 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21. 00.

b.

Risk Estimate

2.528 1.070 5.970 1.582 1.028 2.436 .626 .399 .981

88 Odds Ratio for Sikap

(tidak baik / baik) For cohort Obesitas = ya For cohort Obesitas = tidak

N of Valid Cases

Value Lower Upper 95% Confidence


(2)

Pola Makan * Obesitas

Crosstab

37 29 66

84.1% 65.9% 75.0%

7 15 22

15.9% 34.1% 25.0%

44 44 88

100.0% 100.0% 100.0% Count

% within Obesitas Count

% within Obesitas Count

% within Obesitas tidak baik

baik Pola Makan

Total

ya tidak Obesitas

Total

Chi-Square Tests

3.879b 1 .049

2.970 1 .085

3.949 1 .047

.084 .042

3.835 1 .050

88 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11. 00.

b.

Risk Estimate

2.734 .985 7.585 1.762 .922 3.368 .644 .434 .956

88 Odds Ratio for Pola

Makan (tidak baik / baik) For cohort Obesitas = ya For cohort Obesitas = tidak

N of Valid Cases

Value Lower Upper 95% Confidence


(3)

Aktivitas Fisik * Obesitas

Crosstab

37 25 62

84.1% 56.8% 70.5%

7 19 26

15.9% 43.2% 29.5%

44 44 88

100.0% 100.0% 100.0% Count

% within Obesitas Count

% within Obesitas Count

% within Obesitas Ringan

Sedang Aktivitas

Fisik

Total

ya tidak Obesitas

Total

Chi-Square Tests

7.861b 1 .005

6.605 1 .010

8.091 1 .004

.009 .005

7.772 1 .005

88 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13. 00.

b.

Risk Estimate

4.017 1.472 10.966 2.217 1.139 4.312 .552 .376 .809

88 Odds Ratio for Aktivitas

Fisik (Ringan / Sedang) For cohort Obesitas = ya For cohort Obesitas = tidak

N of Valid Cases

Value Lower Upper 95% Confidence


(4)

Logistic Regression

Case Processing Summary

88 100.0

0 .0

88 100.0

0 .0

88 100.0 Unweighted Casesa

Included in Analysis Missing Cases Total

Selected Cases

Unselected Cases Total

N Percent

If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

a.

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

0 44 .0

0 44 100.0

50.0 Observed

ya tidak Obesitas

Overall Percentage Step 0

ya tidak

Obesitas Percentage Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut value is .500 b.

Variables in the Equation

.000 .213 .000 1 1.000 1.000 Constant

Step 0

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variables not in the Equation

3.352 1 .067

4.555 1 .033

3.879 1 .049

7.861 1 .005

17.080 4 .002 Pgt

Skp PM AF Variables

Overall Statistics Step

0


(5)

Block 1: Method = Forward Stepwise (Conditional)

Omnibus Tests of Model Coefficients

8.091 1 .004

8.091 1 .004

8.091 1 .004

6.302 1 .012

14.393 2 .001 14.393 2 .001

3.915 1 .048

18.308 3 .000 18.308 3 .000 Step

Block Model Step Block Model Step Block Model Step 1

Step 2

Step 3

Chi-square df Sig.

Model Summary

113.903a .088 .117 107.601a .151 .201 103.686a .188 .250 Step

1 2 3

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001. a.

Classification Tablea

37 7 84.1

25 19 43.2

63.6

23 21 52.3

5 39 88.6

70.5

34 10 77.3

19 25 56.8

67.0 Observed

ya tidak Obesitas

Overall Percentage ya tidak Obesitas

Overall Percentage ya tidak Obesitas

Overall Percentage Step 1

Step 2

Step 3

ya tidak

Obesitas Percentage Correct Predicted

The cut value is .500 a.


(6)

Model if Term Removeda

-61.012 8.121 1 .004 -56.981 6.361 1 .012 -58.750 9.900 1 .002 -54.995 6.304 1 .012 -53.812 3.939 1 .047 -56.795 9.904 1 .002 Variable

AF Step 1

Skp AF Step 2

Skp PM AF Step 3

Model Log Likelihood

Change in -2 Log

Likelihood df

Sig. of the Change

Based on conditional parameter estimates a.

Variables not in the Equation

2.451 1 .117

6.138 1 .013

3.932 1 .047

10.120 3 .018

.317 1 .573

3.852 1 .050

4.201 2 .122

Pgt Skp PM Variables

Overall Statistics Step 1

Pgt PM Variables

Overall Statistics Step 2

Score df Sig. Variables in the Equation

1.391 .512 7.366 1 .007 4.017

-1.783 .681 6.854 1 .009 .168

1.168 .481 5.903 1 .015 3.216

1.608 .547 8.632 1 .003 4.992

-3.845 1.156 11.068 1 .001 .021

1.189 .493 5.825 1 .016 3.284

1.084 .564 3.700 1 .044 2.957

1.639 .559 8.614 1 .003 5.152

-5.268 1.433 13.522 1 .000 .005

AF Constant Step

1 a

Skp AF Constant Step

2 b

Skp PM AF Constant Step

3 c

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variable(s) entered on step 1: AF. a.

Variable(s) entered on step 2: Skp. b.

Variable(s) entered on step 3: PM. c.