7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pasar
Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall,
plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Menurut Rismayani 1999 pada dasarnya pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk
melakukan pertukaran atas barang dan jasa. Selain itu, pasar dapat pula diartikan sebagai himpunan para pembeli aktual dan potensial dari suatu produk. Dalam hal
demikian pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan dan keinginan tertentu yang sama. Dimana setiap konsumen bersedia dan mampu
melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Pasar secara fisik adalah tempat pemusatan beberapa pedagang tetap dan tidak
tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka atau tertutup atau sebagian badan jalan. Selanjutnya pengelompokkan para pedagang eceran tersebut menempati
bangunan-bangunan dengan kondisi bangunan temporer, semi permanen ataupun permanen Sujarto dalam Sulistyowati, 1999.
Berdasarkan pengertian pasar sebagaimana telah dikemukakan di awal, yakni tempat bertemunya pembeli dan penjual, maka dapat dilihat secara umum
instrumen pasar terdiri dari perspektif pengelola, maka pasar di satu sisi dapat dilaksanakan oleh pemerintah dan dapat juga dilaksanakan oleh pihak swasta.
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari instrument pengelolaan ini, yang digolongkan dengan pasar modern adalah seperti Mall, Plaza, Supermarket maupun Mega Market Bustaman, 1999.
Pasar tradisional cenderung memiliki kondisi fisik yang kurang baik. Namun bagi para konsumen yang masih setia, pasar tradisional masih memilki daya tarik
tersendiri. Daya tarik yang ada pada pasar tradisional adalah harga yang lebih murah, harga yang bisa ditawar, lokasi yang biasanya dekat dengan tempat
tinggal, banyak pilihan makanan dan produk segar serta menyediakan segala kebutuhan, terutama kebutuhan harian masyarakat Sulistyo dan Cahyono, 2010.
Pada pasar modern tidak terjadi interkasi secara langsung antara konsumen dan pedagang. Menurut Subandi 2005 dalam Devi 2012, pasar modern memiliki
kelebihan pada penerapan konsep profesionalisme dan kualitas pelayanan untuk menarik konsumen sebanyak-banyaknya sehingga desain tata bangunan sejak
awal telah dipertimbangkan keterpaduan dan kenyamanan, dengan penyediaan lahan parker, ruang yang nyaman, kemudahan akses dengan transportasi umum,
pemilihan jenis barang, dan pelayanan dari pramuniaga yang sangat memanjakan konsumen.
Secara umum peningkatan jumlah pasar khususnya pasar modern terjadi di daerah perkotaan. Hal ini mengakibatkan semakin ketat persaingan dikalangan pedagang
eceran. Meskipun jumlah pasar tradisional masih lebih besar dibandingkan pasar modern tetapi pertumbuhan pasar modern semakin meningkat. Pada saat ini pasar
tradisional yang lokasinya berdekatan dengan malhypermarket mengakibatkan pasar tradisional mulai kehilangan pembeli sehingga dapat mengganggu
perkembangan usaha pelaku perdagangan eceran di pasar tradisional yang
Universitas Sumatera Utara
umumnya pelaku usaha mikro dan dapat mematikan usaha pedagang Fadhil, 2006.
Pasar modern dan pasar tradisional bersaing di sektor yang sama yaitu industri ritel. Di satu sisi, pasar modern dikelola dengan tangan profesional dan fasilitas
yang serba lengkap. Sedangkan di sisi yang lain pasar tradisional masih terkungkung pada masalah klasik, pengelolaan yang masih jauh dari profesional,
hingga ketidaknyamanan dalam berbelanja. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini sudah
menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkemabng di masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tetapi sudah merambah sampai
kota kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai Minimarket, Supermarket bahkan Hypermarket di sekitar tempat tinggal kita. Tempat-tempat tersebut
menjanjikan tempat belanja yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Namun dibalik kesenangan tersebut ternyata telah membuat para
peritel kelas menengah da kecil mengeluh. Mereka dengan tegas memprotes ekspensi yang sangat agresif dari peritel kelas atas Esther dan Dikdik, 2003.
Untuk beberapa alasan perubahan gaya hidup konsumen saat ini tidaklah mengejutkan. Pertama, melalui skala ekonominya, pasar modern dapat menjual
lebih banyak produk yang lebih berkualitas dengan harga yang lebih murah. Kedua, informasi daftar harga setiap barang tersedia dan dengan mudah diakses
publik. Ketiga, pasar modern menyediakan lingkungan berbelanja yang lebih nyaman dan bersih dengan jam buka yang lebih panjang, dan menawarkan aneka
pilihan pembayaran seperti kartu kredit dan menyediakan layanan kredit untuk
Universitas Sumatera Utara
peralatan rumah tangga berukuran besar. Keempat, produk yang dijual di pasar modern, seperti bahan pangan, telah melalui pengawasan mutu dan tidak akan
dijual bila telah kadaluwarsa Setiadi. N, 2003 Ritel modern mampu menyediakan segala kebutuhan dengan harga yang relatif
tidak kalah dengan pasar tradisional dari segala jenis barang, dengan kualitas bisa lebih baik. Kalau selama ini pasar tradisional dianggap unggul dalam memberikan
harga relatif lebih rendah untuk banyak komoditas, dengan fasilitas berbelanja yang jauh lebih baik skala ekonomis pengecer modern yang cukup luas dan akses
langsung mereka terhadap produsen dapat menurunkan harga pokok penjualan mereka sehingga mereka mampu menawarkan harga yang lebih rendah.
Sebaliknya para pedagang pasar tradisional, mereka umumnya mempunyai skala yang kecil dan menghadapi rantai pemasaran yang cukup panjang untuk membeli
barang yang akan dijualnya. Keunggulan biaya rendah pedagang tradisional kini mulai terkikis.
2.2 Landasan Teori