BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Tujuan dari pembangunan nasional adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting
dalam peningkatan mutu dan daya saing sumber daya manusia Depkes RI, 2004. Modal dasar dalam pembentukan manusia yang berkualitas dimulai sejak bayi
dalam kandungan. Pemberian Air Susu Ibu ASI sejak dini, terutama ASI eksklusif yaitu pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan akan
memelihara pertumbuhan dan perkembangan otak bayi, sistem kekebalan dan fungsi tubuh secara optimal dan merupakan faktor yang vital untuk pencegahan penyakit
terutama diare dan infeksi saluran nafas. Menyusui menyebabkan pengeluaran hormon pertumbuhan, meningkatkan perkembangan mulut yang sehat dan
membangun hubungan saling percaya antara ibu dan bayi. Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan
persiapan generasi penerus di masa depan Depkes RI, 2002. Kajian World Health Organization WHO Tahun 2001 lebih dari 3000
penelitian menunjukkan pemberian ASI selama 6 bulan adalah jangka waktu yang paling optimal untuk pemberian ASI eksklusif. ASI mengandung semua nutrisi yang
1
Universitas Sumatera Utara
diperlukan oleh bayi untuk bertahan hidup pada 6 bulan pertama, mulai dari hormon, antibodi sistem kekebalan tubuh sampai dengan antioksidan mencegah radikal
bebas. Sejalan dengan hasil kajian WHO melalui Kepmenkes RI No. 450MENKES2004 menetapkan perpanjangan pemberian ASI eksklusif dari 4 bulan
menjadi 6 bulan Amiruddin, 2006. Program peningkatan ASI eksklusif merupakan program prioritas karena
dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan balita. Pada tahun 1999, setelah pengamatan 9 bulan, United Nations Children’s Fund UNICEF memberikan
klasifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Menyusui secara eksklusif merupakan cara pemberian makanan bayi yang
ilmiah, namun sering kali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi yang benar tentang manfaat ASI eksklusif Roesli, 2001.
Berdasarkan penelitian dari 100 ibu yang mengatakan produksi ASI-nya kurang, ternyata hanya dua ibu yang benar-benar kurang. Sisanya mempunyai cukup
ASI tetapi kurang mendapatkan informasi manajemen laktasi yang benar, posisi menyusui masih kurang tepat dan terpengaruh mitos-mitos menyusui sehingga
produksi ASI terhambat Danuatmaja, 2003. Pikiran negatif kian diperburuk dengan masih merebaknya mitos bahwa
menyusui akan membuat payudara menjadi tidak indah lagi serta membuat badan menjadi gemuk. Mitos ini sanggup membuat para ibu tidak mau atau berhenti
menyusui. Mereka takut ditinggalkan suaminya sebagaimana hasil survei Yayasan
Universitas Sumatera Utara
Lembaga Konsumen Indonesia YLKI pada tahun 1995 terhadap ibu-ibu se- Jabotabek Adiningsih, 2004.
Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif dapat juga disebabkan oleh kurangnya dukungan dari berbagai pihak, salah satunya dukungan suami.
Keberhasilan ASI eksklusif adalah keberhasilan suami. Mengingat faktor psikis sangat menentukan produksi ASI, suami dan istri harus sama-sama memahami betapa
pentingnya dukungan terhadap ibu yang sedang menyusui Tasya, 2008. Menurut penelitian Harahap 2006 yang dilakukan di Puskesmas Kota
Matsum Medan diketahui bahwa umur, pendidikan, jumlah anak, penghasilan, dan pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap partisipasi ayah dalam pemberian ASI
eksklusif. Partisipasi ayah dalam pemberian ASI eksklusif termasuk rendah yaitu hanya sebesar 19,5.
Menurut Kemalasari 2009 dalam penelitiannya, partisipasi suami dalam pemberian ASI eksklusif sebesar 58, demikian juga dengan kesempatan suami
untuk mendorong istri memberikan ASI eksklusif sebesar 59,75, kemampuan suami mendorong istri memberikan ASI eksklusif sebesar 64,3 dan rendahnya kemauan
suami membantu istri untuk memberikan ASI eksklusif sebesar 69,4. Kondisi tersebut secara kumulatif menunjukkan bahwa peran serta suami dalam tindakan istri
memberikan ASI eksklusif termasuk rendah. Menurut Menon, dkk dalam Kemalasari 2009, pengambilan keputusan
dalam pemberian ASI eksklusif oleh ibu salah satunya dipengaruhi oleh peran suami.
Universitas Sumatera Utara
Peran suami merupakan bagian integral dari peran keluarga. Pentingnya dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif sudah direkomendasikan pada Konferensi
Tingkat Tinggi tentang kesejahteraan anak 1990, bahwa semua suami mengetahui arti pentingnya dukungan terhadap wanita dalam tugas pemberian ASI saja pada 4
sampai 6 bulan pertama kehidupan anak dan memenuhi kebutuhan makan anak berusia muda pada tahun-tahun rawan.
Hasil penelitian Owens dalam Kemalasari 2009, mengungkapkan bahwa kurangnya dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif adalah karena menyusui
menyebabkan ibu menjadi jelek, tidak menarik dan dapat menghambat atau meninggalkan hubungan seks antara suami dan istri.
Smet 1994, mengatakan bahwa dengan pemberian dukungan sosial individu akan mendapat pengalaman yang positif, meningkatkan rasa percaya diri dan mampu
mengontrol perubahan-perubahan di lingkungannya. Menurut Sarafino yang dikutip oleh Siswanto 1999, membagi empat jenis dukungan sosial antara lain 1 dukungan
emosional, 2 dukungan penghargaan, 3 dukungan instrumental, dan 4 dukungan informatif.
Menurut Safino dalam Smet 1994, secara umum orang-orang akan merasa mereka menerima penghiburan, perhatian dan pertolongan yang mereka butuhkan
dari seseorang atau kelompok biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang mendapat dukungan sosial.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Roesli 2000, menyusui bukan semata proses ibu dan bayi saja tetapi sang ayah pun ikut terlibat. Pada waktu bayi mulai mengisap puting ibu akan
terjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI keluar yaitu refleks produksi ASI refleks prolaktin dan refleks pengaliran ASIlet down refleks refleks oxytocin. Pada
refleks oxytocin inilah peran suami sungguh besar sebab refleks ini sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu, ini kadarnya berbeda pada setiap
ibu, tergantung pengaruh emosional bisa sampai 75 dalam menghambat pengeluaran ASI. Tampak jelaslah bahwa kelancaran menyusui memerlukan kondisi
kesetaraan antara suami dan istri tetapi kenyataannya hingga saat ini masih sangat sedikit keinginan suami untuk ikut berperan serta dalam perawatan anaknya termasuk
mendukung aktivitas menyusui. Secara umum kerja hormon oxytocin dalam memproduksi ASI dipengaruhi oleh : 1 Kondisi lingkungan sosial, masyarakat dan
keluarga yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pemberian ASI. 2 Pengetahuan suami dalam memahami proses laktasi. 3 Sikap suami dalam mendukung aktivitas
menyusui. Keyakinan tentang menyusui bayi khususnya di kota-kota besar, kelihatannya
sudah mulai luntur. Di Indonesia, khususnya di kota-kota besar, terlihat adanya tendensi penurunan pemberian ASI yang dikhawatirkan akan meluas ke pedesaan.
Penurunan pemberian ASI di negara berkembang atau di pedesaan terjadi karena adanya kecenderungan dari masyarakat untuk meniru sesuatu yang dianggapnya
modern dari negara maju atau yang datang dari kota besar. Di Indonesia 80-90 dari ibu-ibu di daerah pedesaan masih menyusui bayinya sampai umur lebih dari satu
Universitas Sumatera Utara
tahun, tetapi di kota-kota besar ASI sudah banyak diganti dengan susu formula. Banyak faktor yang menyebabkan penurunan penggunaan ASI ini. Di kota-kota besar
banyak ibu-ibu ikut bekerja untuk mencari nafkah sehingga tidak dapat memberikan ASInya dengan baik dan teratur. Faktor lain adalah pengaruh kosmetik, pemakaian pil
Keluarga Berencana KB, gengsi agar kelihatan lebih modern dan yang tidak kalah pentingnya pengaruh dari iklan-iklan Soetjiningsih, 1997.
Sesuai dengan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun Tahun 2008 dapat dilihat jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif sebagai berikut :
Tabel 1.1. Jumlah Bayi yang diberi ASI Eksklusif di Kabupaten Simalungun Tahun 2008
No .
Kecamatan Puskesmas
Jumlah Jumlah bayi diberi ASI
Eksklusif Bayi
Jumlah 1
Silimakuta Seribu Dolok
576 31
5.38 2
P. Silimakuta -
- -
- 3
Raya Pematang
Raya 729
72 9.88
4 Tanah Jawa
Tanah Jawa 896
121 13.50
5 Huta Bayu Raja
Raja Maligas 225
19 8.44
Huta Bayu 462
6 Panei
Pane Tongah 580
35 6.03
7 Sidamanik
Tiga Bolon 591
12 2.03
8 Dolok Pardamean
Sipintu Angin 312
11 3.53
9 Dolok Panribuan
Tiga Dolok 468
6 1.28
10 Bandar Perdagangan
1106 55
4.97 11 Pematang Bandar
P. Bandar 268
7 2.61
Kerasaan 476
2 0.42
12 Raya Kahean Sindar Raya
185 72
38.92 13 Siantar
Batu Anam 1010
50 4.95
Simarimbun 230
14 Jorlang Hataran Tiga Balata
325 15 Girsang Sipangan
Parapat 252
16 Purba Tiga Runggu
313 17 Silau Kahean
Negeri Dolok 318
35 11.01
Universitas Sumatera Utara
18 Bosar Maligas Bosar Maligas
554 19 Ujung Padang
Ujung Padang 852
20 Dolok Silau Saran Padang
247 9
3.64 21 Dolok Batu. N
Serbelawan 785
6 0.76
22 Tapian Dolok Tapian Dolok
660 51
7.73 23 H. Horison
Haranggaol 120
24 P. Sidamanik Sidamanik
441 25 Hantonduhan
Hatonduhan 436
11 2.52
26 Panombean Pane P. Pane
421
27 Gunung Malela Bangun
599 10
1.67
28 Gunung Maligas Gunung
Maligas 444
8 1.80
29 Jawa Maraja Bah
Jambi Jawa Maraja
Bah Jambi 378
30 Bandar Huluan Bandar Huluan
585 7
1.20 31 Bandar Masilam
Bandar Masilam
507 26
5.13 Jumlah
16,351 656
4.01 Sumber : Sub Dinas Binkesmas Kab. Simalungun
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bangun Kecamatan Gunung Malela masih di bawah standar pencapaian
ASI eksklusif yang telah ditetapkan oleh Depkes 2004 yaitu sebesar 80. Nilai 0 pada data tersebut adalah karena tidak adanya laporan dari Puskesmas. Puskesmas
Bangun Kecamatan Gunung Malela adalah Puskesmas ke 5 lima yang memiliki data terendah. Sesuai dengan data tersebut, penulis akan melakukan penelitian di
Puskesmas Bangun Kecamatan Gunung Malela, di mana data jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif hanya 10 1,67 dari 599 orang bayi.
Hasil survei awal di Puskesmas Bangun Kecamatan Gunung Malela, peneliti melakukan diskusi secara langsung dengan kepala Puskesmas Bangun dan didapat
keterangan bahwa pencapaian program ASI eksklusif sangat rendah disebabkan oleh
Universitas Sumatera Utara
sebagian besar ibu menyusui kurang mendapatkan dukungan dalam pemberian ASI terutama ASI eksklusif baik dari pihak keluarga terutama suami di mana faktor
penyebabnya adalah mitos yang kuat bahwa menyusui hanya urusan ibu bukan urusan suami, selain itu juga disebabkan karena pengetahuan yang kurang tentang
ASI eksklusif. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti akan melihat bagaimanakah
pengaruh dukungan sosial suami dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental terhadap pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas Bangun
Kabupaten Simalungun Tahun 2010.
1.2. Perumusan Masalah