. PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PENGAMAN PADA SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI RECLOSER PADA SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI KESIMPULAN PENGAMAN PADA SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI

Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010.

I.5. Tujuan Penulis.

Tujuan penulis Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui sistem pengaman pada sistem jaringan distribusi 20 KV, aliran tenaga listirk yang sewaktu – waktu dapat terjadi gangguan pada jaringan distribusi dan penyebab gangguan. Dan lebih akan memahami prinsip kerja peralatan pengaman recloser pada jaringan distribusi. Dan untuk memenuhi persyaratan kelulusan sarjana di Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatra Utara.

I.6. Sistematika Tugas Akhir.

Tugas akhir ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut : 1. Bagian pendahuluan tugas akhir yang berisikan halaman judul, halaman pengesahan, pernyataan, intisari, abstrak, dan persembahan, kata pengantar, dafatar isi, dan daftar gambar. 2. Bagian isi sikripsi yang terdiri atas lima bab, yaitu :

BAB I . PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan : Pendahuluan

BAB II. LANDASAN TEORI

Dalam bab ini berisikan : Landasan teori

BAB III. PENGAMAN PADA SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI

Dalam bab ini berisikan : Sistem pengamanan pada jaringan distribusi.

BAB IV. RECLOSER PADA SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI

Dalam bab ini berisikan : Fungsi dan kegunaan recloser pada jaringan distribusi.

BAB V. KESIMPULAN

Dalam bab ini berisikan : Kesimpulan Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010.

BAB II LANDASAN TEORI

II.1. Sistem Jaringan Distribusi.

2 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang paling banyak mengalami gangguan, sehingga masalah utama dalam Operasi Sistem Distribusi adalah mengatasi gangguan. Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat – pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan step up transformator yang ada pada pusat listrik. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi GI maka sampailah tenaga listrik ke Gardu Induk untuk diturunkan tegangannya melalui transformator penurun tegangan step down transformator menjadi tegangan menengah atau juga yang disebut sebagai tegangan distribusi primer. Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20 KV, 12 KV dan 6 KV. Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa tegangan distribusi primer PLN yang berkembang adalah 20 KV. Jaringan setelah keluar dari GI bisa disebut jaringan distribusi, sedangkan jaringan antara Pusat Listrik dengan GI bisa disebut jaringan transmisi. Setelah tenaga listrik disalurkan memlalui jaringan distribusi primer maka kemudian tenaga listrik diturunkan tegangannya dalam gardu – gardu distribusi menjadi tegangan rendah dengan tegangan 380220 Volt 220110 Volt, kemudian disalurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah JTR untuk selanjutnya disalurkan ke rumah – rumah pelanggan konsumen PLN. Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010. Pelanggan – pelanggan yang mempunyai daya tersambung besar tidak dapat disambung melalui jaringan tegangan rendah melainkan disambung langsung pada jaringan tegangan menengah bahkan ada pula yang disambung pada jaringan tegangan tinggi, tergantung besarnya daya tersambung.

II.2. Bentuk Jaringan.

2 Masalah utama dalam operasi sistem Distribusi adalah bagaimana mengatasi gangguan dengan cepat karena gangguan yang terbanyak dalam sistem tenaga listrik terdapat dalam sistem distribusi Jaringan Distribusi tegangan menengah atau juga disebut Jaringan Distribusi Primer. Gangguan pada SUTM jumlahnya lebih banyak dan kebanyakan bersifat temporer sedangkan pada Kabel tanah jumlah ganguannya lebih sedikit tetapi kebanyakan bersifat sementara. Oleh karenanya banyak dipakai penutup balik recloser untuk SUTM. Ada beberapa bentuk sistm distribusi yang umum dipergunakan untuk dipergunakan untuk menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik yaitu : sistem radial, sistem Ring dan sistem Spindel. Pemilihan dari masing – masing jaringan distribusi tersebut tergantung pada keperluan dan keandalan system yang di inginkan, seperti kontiniutas penyalur pelayanan tenaga listrik, perkembangan beban dan factor ekonomis yang di inginkan. Khusus dalam pembahasan disini, uraian mengenai bentuk jaringan distribusi akan dibatasi, akan di bahas antara lain : 1. Jaringan Radial 2. Jaringan Ring 3. Jaringan Spindel Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010.

II.2.1. Jaringan Radial

Sistem radial merupakan bentuk sistem jaringan distribusi yang paling sederhana dan yang paling umum dipakai untuk menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik. Sistem ini dikatakan karena dari kenyataan bahwa jaringan ini ditarik secara radial dari gardu ke pusat-pusat beban konsumen yang dilayaninya. Sistem ini terdiri dari saluran utama dan saluran cabang. Pelayanan tenaga listrik untuk suatu daerah beban tertentu dilaksanakan dengan memasang trasformator pada sembarang titik pada jaringan yang sedekat mungkin dengan daerah beban yang dilayaninya. Transformator ini berguna untuk menurunkan tenaga sistem agar dapat dikonsumsikan pada beban konsumen. Untuk daerah beban yang menyimpang jauh dari saluran utama atu saluran cabang maka akan ditarik lagi saluran tambahan yang dicabangkan pada saluran tersebut. Ditinjau dari besarnya penampang saluran ,maka penampang yang terdekat dengan sumber daya akan memiliki penampang terbesar,kemudian akan berangsur-angsur mengecil kearah ujung saluran. Hal ini disebabkan karena semakin dekat dengan sumberdaya distribusi kerapatan arusnya akan semakin besar. Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010. BULK POWER SOURCE SUB TRANSMISION DISTRIBUTION SUB STATION FRIMARI FEEDER DISTRIBUTION TRANSFORMER SECONDARIES CONSUMERS SERVICE Gambar II.2.1. Bentuk Jaringan Tipe Radial Kelemahan yang dimiliki oleh sistem radial ini adalah voltage dropnya cukup besar dan bila terjadi ganguan pada sistem akan dapat mengakibatkan jatuhnya sebagian atau keseluruhan bagian sistem. Sistem radial ini kurang cocok dipergunakan untuk mensupplay beban seperti rumah sakit, instalasi militer atau beban lainnya yang memerlukan tingkat keandalan yang cukup tinggi. Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010.

II.2.2. Jaringan Ring.

Sistem ini disebut rangkaian tertutup, karena saluran primer yang menyalurkan daya sepanjang daerah beban yang dilayaninya membentuk suatu rangkaian tutup gambar II.2. menujukkan bentuk umum dari sistem rangkaian tertutup. Pada gambar tampak bahwa pada bagian – bagian tertentu dari sistem rangkaian tertutup dipasang peralatan pemisah penghubung untuk memerlukan saluran bagian seksi-seksi, guna melokalisir gangguan yang mungkin terjadi pada sistem. Antara saluran primer yang satu dengan saluran primer lainnya juga dipasang peralatan pemutus seksi otomatis yang berfungsi sebagai Loop switch. Untuk memisahkan saluran secara otomatis bila saat salah satu salurannya mengalami gangguan. Pengoperasian dari peralatan pemutus ini juga akan menentukan pengoperasian normally open NO maka sistem akan bekerja sebagai Loop terbuka, sedangkan untuk pengoperasian normali closed NC maka sistem akan bekerja sebagai loop tertutup. Sistem rangkai tertutup banyak digunakan untuk mensupplay daerah beban dengan kerapatan beban yang cukup tinggi, seperti beban – beban industri, beban komersial, rumah sakit dan sebagainya. Sifat – sifat lain yang memiliki olek sistem rangkaian tertutup adalah drop tegangannya cukup rendah. Tingkat keandalan cukup tinggi dan cukup baik perluasan jaringan. Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010. DISTRIBUTION SUB STATION LOW VOLTAGE BUS LOOP PRIMARY FEEDER DISTRIBUTION TRANFORMER a b Gambar II.2.2. Bentuk Jaringan Tipe Ring II.2.3. Sistem Spindel Sistem spindel ini sebetulnya merupakan perkembangan dari sistem jaringan Loop – Radial. Beberapa feeder utama keluar dari sebuah gardu induk dan kemudian bertemu ujung – ujungnya pada sebuah gardu hubung bus – refleksi . Jaringan spindel ini normalnya adalah radial, rel daya pada gardu induk mensupplai daya kemasing – masing kabel kerja feeder utama. Jika terjadi gangguan di suatu seksi, pemutus daya akan feeder yang bersangkutan akan terbuka. Setelah gangguan diisolir, sementara disconnect – switch yang normaly – open pada bus refleksi dimasukkan, sehingga daya akan mengalir dari gardu induk Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010. melalui kabel cadangan exprees - feeder , masuk ke bus refleksi, kemudian mensuppli kabel sisanya. Sebuah pola spindel terdiri dari beberapa kabel kerja dan sebuah kabel cadangan express-feeder. Gardu – gardu trafo distribusi disambungkan hanya kabel – kabel kerja. Jadi kabel cadangan hanya berfungsi untuk menyaluran daya listrik kesepanjang kabel kerja yang masih sehat, setelah daerah gangguan dipisahkan dari jaringan yang dipisahkan dari jaringan yang beroperasi. Untuk dipergunakan setiap saat, disini perlunya kabel cadangan selalu bertegangan agar kerusakan yang mungkin terjadi pada kabel ini dengan segera dapat diketahui. Sistem spindel sangat baik digunakan untuk memenuhi kebutuhan : - peningkatan keandalan kontiniutas pelayanan sistem - Penurunan penekanan rugi – rugi akibat gangguan pada sistem. - Sangat baik dipergunakan untuk mensupplai daerah beban yang memiliki kerapatan yang cukup tinggi. - Perluasan jaringan dapat dilakukan dengan mudah baik. Tingkat keandalan dari sistem spindel adalah yang paling baik diantara sistem jaringan distribusi lainnya, namun kerugian adalah biaya investasi awalnya cukup tinggi dibandingkan dengan sistem jaringan sebelumnya. Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010. Gambar II.2.3. Bentuk Jaringan Tipe Spindel. II.3. Penutup Balik Otomatis Auto Circuit Recloser . 2,,3,5

a. Recloser.

Recloser merupakan suatu peralatan pengaman yang dapat mendeteksi arus lebih, karena hubung singkat antara fasa dengan fasa atau fasa dengan tanah, dimana rekloser ini memutus arus dan menutup kembali secara otomatis dengan selang waktu yang dapat diatur sesuai dengan setting interval recloser.

b. Kegunaan Recloser.

Pada suatu gangguan permanen, recloser berfungsi memisahkan daerah atau jaringan yang terganggu sistemnya secara cepat sehingga dapat memperkecil daerah yang terganggu pada gangguan sesaat, recloser akan memisahkan daerah gangguan sesaat sampai gangguan tersebut akan dianggap hilang, dengan demikian recloser akan masuk kembali sesuai settingannya sehingga jaringan akan aktif kembali secara otomatis. Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010.

c. Prinsip Kerja Recloser.

Recloser hampir sama dengan circuit breaker,hanya recloser dapat diseting untuk bekerja membuka dan menutup beberapa kali secara otomatis. Apabila feeder mendapat gangguan sementara, bila circuit breaker yang di gunakan untuk feeder yang mendapat gangguan sementaraa, akan menyebabkan hubungan feeder terputus. Tetapi jika recloser yang di gunakan diharapkan gangguan sementara tersebut tidak membuat feeder terputus, maka recloser akan bekerja beberapa kali sampai akhirnya recloser membuka.

d. Cara Kerja Recloser.

Waktu Membuka dan menutup pada recloser. 1. Arus yang mengalir normal bila tidak terjadi gangguan 2. Ketika terjadi sebuah gangguan, arus yang mengalir melalui recloser membuka kontak pada recloser. 3. Kontak recloser akan menutup kembali setelah beberapa detik, sesuai setting yang ditentukan. Tujuan memberikan selang waktu adalah memberi kesempatan agar ganguan tersebut hilang dari system, terutama gangguan yang bersifat temporer. 4. Apabila yang terjadi adalah gangguan permanent, maka recloser akan membuka dan balik sesuai setting yang ditentukan dan kemudian lock out. 5. Setelah gangguan permanen dibebaskan oleh petugas, baru dapat dikembalikan pada keadaan normal. Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010.

BAB III PENGAMAN PADA SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI

III.1. Umum. 2 Pada saat terjadi gangguan ketidak normalan pada system tenaga listrik, misalnya adanya arus lebih, tegangan lebih, dan sebagainya, maka perlu diambil suatu tindakan untuk mengatasi kondisi gangguan tersebut. Jika dibiarkan, gangguan itu akan meluas keseluruh sistem sehingga bisa merusakkan semua peralatan system tenaga listrik yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut, mutlak diperlukan suatu system pengaman yang andal. salah satu komponen yang penting untuk pengaman tenaga listrik adalah relai pengaman protective relay. Relai pengaman adalah susunan piranti, baik elektronik maupun magnetic yang direncanakan untuk mendeteksi suatu kondisi ketidak normalan pada peralatan listrik yang bisa membahayakan atau tidak diinginkan. Jika bahaya itu muncul maka relai pengaman akan secara otomatis memberikan sinyal atau perintah untuk membuka pemutus tenaga circuit breaker agar bagian yang terganggu dapat dipisahkan dari sistem yang normal. Relai pengaman dapat mengetahui adanya gangguan pada peralatan yang perlu diamankan dengan mengukur atau membandingkan besaran – besaran yang diterimanya, misalnya arus, tegangan, daya sudut fase, frekuensi, impedansi, dan sebagainya sesuai dengan besaran yang telah ditentukan. Alat tersebut kemudian akan mengambil keputusan seketika dengan perlambatan wakut membuka pemutus tenaga atau hanya memberikan tanda tanpa membuka pemutus tenaga. Pemutus tenaga dalam hal ini harus mempunyai kemampuan untuk memutus arus hubung singkat maksimum yang melewatinya Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010. dan harus mampu menutup rangkaian dalam keadaan hubung singkat yang kemudian membuka kembali. Di samping itu relai juga berfungsi untuk menunjukkan lokasi dan macam gangguannya. Berdasarkan data dari relai maka akan memudahkan kita dalam menganalisis gangguanya. III.2. Pengertian Pengaman. 1 Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik, seperti generator, bus bar, transformator, saluran udara tegangan tinggi, saluran kabel bawah tanah, dan lain sebagainya terhadap kondisi ab-normal operasi sistem tenaga listrik tersebut. III.3. Fungsi Pengaman. 1,2 Sistem proteksi tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada peralatan peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain. Dengan kata lain sistem proteksi itu bermanfaat untuk: 1. Menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan akibat gangguan kondisi abnormal operasi sistem. Semakin cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikit pengaruh gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat. 2. Cepat melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan, menjadi sekecil mungkin. Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010. 3. Dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada konsumen dan juga mutu listrik yang baik. 4. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik. Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe gangguan pada suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem, para operator yang merasakan adanya gangguan tersebut diharapkan segera dapat mengoperasikan circuit-circuit breaker CB yang tepat untuk mengeluarkan sistem yang terganggu atau memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat sulit bagi seorang operator untuk mengawasi gangguan gangguan yang mungkin terjadi dan menentukan CB mana yang dioperasikan untuk mengisolir gangguan tersebut secara manual. Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin dilakukan proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk mendeteksi keadaan keadaan yang tidak normal tersebut dan selanjutnya menginstruksikan circuit breaker yang tepat untuk bekerja memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu. Dan peralatan tersebut kita kenal dengan relai. III.4. Persyaratan Kualitas Sistem Proteksi. 1,2 Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu perencanaan sistem proteksi yang efektif, yaitu: a. Selektivitas dan Diskriminasi Efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari kesanggupan sistem dalam mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja. Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010. b. Stabilitas Sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona yang melindungi gangguan luar. c. Kecepatan Operasi Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin besar kemungkinan kerusakan pada peralatan. Hal yang paling penting adalah perlunya membuka bagian-bagian yang terganggu sebelum generator- generator yang dihubungkan sinkron kehilangan sinkronisasi dengan sistem. Waktu pembebasan gangguan yang tipikal dalam sistem-sistem tegangan tinggi adalah 140 ms. Dimana dimasa mendatang waktu ini hendak dipersingkat menjadi 80 ms sehingga memerlukan relai dengan kecepatan yang sangat tinggi very high speed relaying. d. Sensitivitas kepekaan Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat dinyatakan dengan besarnya arus dalam jaringan aktual arus primer atau sebagai prosentase dari arus sekunder trafo arus. e. Pertimbangan ekonomis Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis, oleh karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam suatu sistem transmisi justru aspek teknis yang penting. Proteksi relatif mahal, namun demikian pula sistem atau peralatan yang dilindungi dan jaminan terhadap kelangsungan peralatan sistem adalah vital. Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010. f. Realiabilitas keandalan Sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah tidak bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya mal operation. g Proteksi Pendukung Proteksi pendukung back up merupakan susunan yang sepenuhnya terpisah dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu apabila proteksi utama tidak bekerja fail. Sistem pendukung ini sedapat mungkin indenpenden seperti halnya proteksi utama, memiliki trafo-trafo dan rele-rele tersendiri. Seringkali hanya triping CB dan trafo -trafo tegangan yang dimiliki bersama oleh keduanya. Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona sistem daya tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona -zona yang berdekatan misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breaker-circuit breaker tidak dilindungi. III.5. Perlengkapan Pengaman Pada Jaringan Distribusi. 1,2,6,7 Jaringan distribusi yang baik adalah jaringan yang memiliki perlengkapan dan peralatan yang cukup lengkap, baik itu peralatan guna kontruksi maupun peralatan proteksi. Untuk jaringan distribusi sistem saluran udara, peratan- peralatan proteksi dipasangkan diatas tiang-tiang listrik berdekatan dekat letak pemasangan trafo, perlengkapan utama pada sistem distribusi tersebut antara lain: 1. Penghantar : Berfungsi sebagai penyalur arus listrik dari trafo daya pada gardu induk ke konsumen. Kebanyakan penghantar yang digunakan pada sistem distribusi . Begitu juga dengan beberapa kawat jaringan bawah tanah. Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010. 2. Recloser : Berfungsi untuk memutuskan saluran secara otomatis ketika terjadi gangguan dan akan segera menutup kembali beberapa waktu kemudian sesuai dengan setting waktunya. Biasanya alat ini disetting untuk dua kali bekerja, yaitu dua kali pemutusan dan dua kali penyambungan . Apabila hingga kerja recloser yang kedua keadaan masih membuka dan menutup, berarti telah terjadi gangguan permanen. 3. Fuse : Berfungsi untuk memutuskan saluran apabila terjadi gangguan beban lebih maupun adanya gangguan hubung singkat. 4. PMT : Berfungsi untuk memutuskan saluran secara keseluruhan pada tiap out put. Pemutusan dapat terjadi karena adanya gangguan sehingga secara otomatis PMT akan membuka ataupun secara manual diputuskan karena adanya pemeliharaan jaringan. 5. Tansformator : Berfungsi untuk menurunkan level tegangan sehingga sesuai dengan tegangan kerja yang diinginkan 6. Isolator : Berfungsi untuk melindungi kebocoran arus dari penghantar, menahan tegangan langsung. 7. Relai Arus Lebih : Berfungsi berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi suatu nilai pengaman tertentu dan jangka waktu tertentu. Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010. III.6. Gangguan. 1,2, Yang dimaksud dengan gangguan dalam operasi sistem tenaga listrik adalah kejadian yang menyebabkan bekerjanya relai dan menjatuhkan Pemutus Tenaga yang melalui PMT diluar kehendak operator, sehingga menyebabkan putusnya aliran daya yang melalui PMT tersebut. Untuk bagian sistem yang tidak dilengkapi PMT misalnya yang diamankan dengan sekering, maka gangguan adalah kejadian yang menyebabkan putusnya hubungan bekerjanya sekering. Ditinjau dari sifatnya, ada gangguan yang bersifat temporer dan ada yang bersifat permanent. Yang bersifat Temporer ditandai dengan normalnya kerja PMT setelah dimasukkan kembali. Yang bersifat permanent ditandai dengan kerjanya kembali PMT untuk memutus daya listrik dalam praktek dikatakan PMT trip kembali. Gangguan permanen baru dapat diatasi setelah sebab Gangguanya dihilangkan sedangkan pada Gangguan temporer sebab Gangguan hilang dengan sendirinya setelah PMT trip. Gangguan permanent bisa disebabkan karena ada kerusakan peralatan sehingga gangguan ini baru hilang setelah kerusakan ini diperbaiki atau karena ada sesuatu yang mengganggu secara permanen misalnya dahan yang menimpa kawat fasa dari saluran udara dan dahan ini perlu diambil terlebih dahulu untuk dapat memasukkan kembali PMT secara normal dalam arti bahwa PMT tidak akan trip kembali. Gangguan temporer yang terjadi berkali – kali dapat menyebabkan timbulnya kerusakan peralatan dan akhirnya menimbulkan gangguan yang permanent sebagai akibat timbulnya kerusakan pada peralatan tersebut. Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010. III.7. Usaha – Usaha Mengurangi Jumlah Gangguan. 2 Karena gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah hal yang tidak diinginkan tetapi tidak dapat dihindarkan, maka perlu dilakukan usaha – usaha untuk mengurangi jumlah gangguan dengan memperhatikan hasil analisa gangguan seperti telah diuraikan dalam pasal – pasal terdahulu. Usaha – Usaha untuk mengurangi jumlah gangguan dapat dilakukan dengan : a. Merencanakan dan melaksanakan pemeliharaan peralatan sesuai dengan buku Instruksi pemeliharaan, sehingga terjadinya Forced Outage dapat sebanyak mungkin dicegah. b. Membuat rencan operasi yang mencakup butir a serta juga memperhatikan agar tidak akan ada bagian – bagian instalasi yang mengalami beban lebih. c. Memeriksa alat – alat pengaman Relay – relay secara periodic dan juga segera setelah ada laporan yang menyatakan keraguan atas kerjanya suatu relai. Kerjanya relay yang baik diperlukan untuk mencegah kerusakan peralatan maupun untuk mencegah luasnya gangguan. d. Dalam Operasi Real Time mengikuti perkembangan cuaca khususnya yang menyangkut petir karena menyebab gangguan terbesar adalah petir. Jika diketahui bahwa daerah suatu SUTT sedang banyak petir, diusahakan mengurangi bebannya selama ini mungkin dilakukan dengan mengatur alokasi pembangkitan dalam sistem sehingga apabila SUTT tersebut mengalami gangguan diharapkan tidak menimbulkan Gangguan Kaskade. Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010. e. Menandakan analisis gerakan untuk menemukan sebab gangguan dengan tujuan sedapat mungkin mencegah atau mengurangi kemungkinan terulangnya gangguan yang serupa. f. Mengembangkan sistem seirama dengan pertumbuhan beban sehingga dapat dicegah terjadinya beban lebih dalam sistem. Untuk ini diperlukan analisa dan evaluasi secara terus menerus mengenai perkembangan sistem. g. Karena salah satu sumber gangguan yang utama adalah kesalahan montage pemasangan peralatan maka perlu ada pendidikan dan latihan secara terus menerus dengan tujuan agar kesalahan montage peralatan maka perlu ada pendidikan dan latihan secara terus menerus dengan tujuan agar kesalahan montage peralatan dapat dihindarkan. h. Pada SUTM dan SUTR, tanaman juga merupakan sumber gangguan yang utama karena SUTM dan SUTR tidak mempunyai jalur khusus yang bebas tanaman seperti halnya pada SUTT 150 KV,70 KV dan 30 KV sehingga untuk SUTM dan SUTR perlu ada pemeliharaan yang intensif agar pada jalurnya tidak terdapat tanaman yang menyentuh penghantar. III.8. Akibat-Akibat Gangguan. 2 Gangguan bisa disebabkan adanya peralatan yang rusak yang merupakan akibat gangguan. Gangguan sesungguhnya merupakan peristiwa hubung singkat baik antar fasa maupun antara fasa denga tanah. Apabila peristiwa hubung singkat ini tidak segera dihilangkan maka hal ini bisa merusak peralatan seperti kawat penghantar putus, isolator pecah, transformator arus terbakar bahkan mungkin juga, transformator tenaga atau generator dapat terbakar. Yang bertugas menghentikan peristiwa hubung singkat ini adalah Relay dan PMT. PMT adalah Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010. alat yang bertugas langsung memutus arus hubung singkat maka PMT memerlukan pemeriksaan dan pemeliharaan rutin khususnya apabila sudah sering memutus arus hubung singkat yang besar agar PMT tidak mengalami kerusakan - kerusakan sebagai akibat gangguan. Abraham Silaban : Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistim Jaringan Distribusi 20 KV, 2010.

BAB IV RECLOSER PADA SISTEM DISTRIBUSI