Rudi Anto Sinaga : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Kopi Sidikalang Kabupaten Dairi, 2009.
USU Repository © 2009
Ada berbagai faktor psikologis dan ekonomis yang perlu kita perhatikan dalam mengkaji selera konsumen. Kalau dikaji lebih mendalam, dapat disimpulkan bahwa ada
4 faktor yang mendorong orang untuk membeli suatu komoditi yaitu: 1.
Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 2.
Memenuhi keinginan pribadi. 3.
Terpengaruh lingkungan dan rangsangan promosi. 4.
Kemampuan daya beli. Dari keempat faktor diatas, ada dua hal yang perlu kita kaji lebih mendalam.
Pertama, bagaimana pemahaman antara kebutuhan dan keinginan. Kedua, pengaruh kemampuan daya beli terhadap pemenuhan kebutuhan dan keinginan.
2.4. Deskripsi Tanaman Kopi
2.4.1. Gambaran Umum Tanaman Kopi
Kopi adalah sejenis minuman, biasanya dihidangkan panas, dan dipersiapkan dari biji tanaman kopi yang dipanggang. Tanaman kopi merupakan salah satu genus dari
Famili Rubiaceae. Genus kopi ini memiliki sekitar 100 spesies, namun dari 100 spesies itu hanya 2 jenis yang memiliki nilai ekonomis, yaitu Robusta dan Arabika
.
Tanaman kopi umumnya berasal dari benua afrika yang termasuk famili rabiaceae dan jenis
kelamin coffea. Kopi bukan produk homogen. Ada banyak varietes dan beberapa cara pengolahannya. Diseluruh dunia kini terdapat sekitar 4500 jenis kopi yang dapat dibagi
dalam 4 kelompok besar yakni : 1.
Coffea Canephora, yang salah satu jenis varietesnya menghasilkan kopi dagang robusta.
Rudi Anto Sinaga : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Kopi Sidikalang Kabupaten Dairi, 2009.
USU Repository © 2009
2. Coffea Arabica menghasilkan kopi dagang Arabica
3. Coffea Excelsa menghasilkan kopi dagang Excelsa
4. Coffea Liberica menghasilkan kopi dagang Liberica
Dari segi produksi yang paling menonjol dalam kwalitas dan kwantitas adalah jenis arabica. Andilnya dalam pasokan dunia tak kurang dari 70, jenis robusta yang
mutunya dibawah arabica mengambil bagian 24 produksi dunia. Sedangkan Liberica dan Ekcelsia masing-masing 3. Arabica dianggap lebih baik dari pada robusta karna
rasanya lebih enak dan jumlah kafeinnya lebih rendah. Maka arabika lebih mahal dari pada robusta
Berbeda dengan penghasil kopi lainnya, coffea arabika telah diganti dengan coffea canephoke vak robusta. Ini disebabkan karena timbulnya penyakit daun kopi
Hemileia Vastatrix yang menghancurkan coffea arabica. Maka penanamannya di dataran rendah tidak dimungkinkan lagi. Jadi hannya beberapa kebun di dataran tinggi
jenis ini masih terdapat di Indonesia. Kopi mempunyai rasa pahit-pahit sedap menyegarkan karena kandungan zat
kafein itu kurang lebih sebagai berikut : Kafeina 1 sampai 25, minyak astiri 10 sampai 16, asam clorogen 6 sampai 10, Zat gula 4 sampai 12, selulosa 22
sampai 27. Selain kopi digunakan sebagai minuman kenikmatan, juga dibutuhkan untuk penyedap berbagai makanan, dari mulai tarmoka atau kue hingga es buah serta
eskrim moka, yang terkenal dan disukai masyarakat. Itulah sebabnya komoditi kopi dalam dunia perdagangan internasional digolongkan kedalam komoditi ”Pangan
Kenikmatan” Spillane, 1990.
Rudi Anto Sinaga : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Kopi Sidikalang Kabupaten Dairi, 2009.
USU Repository © 2009
Pada tahun 2005, produksi kopi diperkirakan hanya meningkat sekitar 1,1 sehingga pada tahun 2005 produksi diproyeksikan mencapai 6,583 juta ton. Satu jenis
kopi yang tidak biasa dan sangat mahal harganya adalah sejenis robusta di Indonesia dinamakan kopi luwak. Kopi ini dikumpulkan dari kotoran luwak, yang proses
pencernaanya memberikan rasa yang unik. Harga kopi pada beberapa tahun sebelumnya yang sangat rendah, diperkirakan meningkat lebih pesat sebagai akibat harga kopi yang
mulai membaik. Kenaikan harga tersebut diharapkan meningkatkan penggunaan input dan pemeliharaan tanaman serat yang merangsang adanya investasi.
Amerika Latin yang memproduksi sekitar 65 kopi dunia diproyeksikan meningkatkan produksinya dengan laju sekitar 0,9 per tahun pada tahun 2005. Brazil
sebagai produsen utama kopi dunia diproyeksikan mengalami peningkatan produksi sekitar 0,7 per tahun untuk tahun 2005. Laju penigkatan produksi yang relatif lamban
tersebut diduga disebabkan oleh harga kopi yang sangat rendah pada beberapa tahun sebelumnya. Penurunan harga tersebut direspon dengan penurunan penggunaan input
dan tenaga kerja serta konversi tanaman kopi dengan tanaman lainya untuk daerah- daerah yang marginal. Tingkat konsumsi kopi dunia antara negara produsen dan
konsumen sangat berbeda
, b
ahkan Columbia diperkirakan mengalami penurunan produksi sebagai akibat kenaikan upah buruh yang cukup tinggi Spillane, 1990.
Sebagai komoditas andalan perkebunan dimasa yang akan datang pengembangan kopi di Indonesia penting mengingat beberapa keunggulan yang masih ada. Kebijakan
agribisnis perkebunan di bidang perkopian adalah sebagai berikut: Peningkatan Produktifitas Dan Mutu Hasil Kopi
Rudi Anto Sinaga : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Kopi Sidikalang Kabupaten Dairi, 2009.
USU Repository © 2009
Kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan produktifitas tanaman serta mutu hasil kopi secara bertahap, baik yang dihasilkan oleh petani perkebunan
maupun perkebunan besar. Penerapan kebijakan peningkatan produktifitas dan mutu kopi di tempuh antara lain melalui :
a. Rehabilitasi kopi rakyat dengan klon unggul dan intensifikasi
yang didukung dengan pembinaan mutu di tingkat petani. b.
Konservasi tanaman kopi jenis robusta dengan arabika dan perluasan kopi arabika secara bertahap sehingga mencapai
perbandingan 80 : 20 a.
Sosialisasi tehnik budidaya kopi sesuai dengan anjuran balai penelitian kopi dan kakao kepada petani
b. Fasilitasi dalam pengadaan sarana produksi,
pengembangan pilot proyek kopi spesiality dan organik NAD, Sumut, Jatim, Sulsel, Bali, NTB, NTT dan Papua
c. Pengembangan perkebunan kopi Robusta pola konservasi
bekerjasama dengan dinas perkebunan daerah. d.
Pengembangan kopi berkelanjutan substainable didalamnya termasuk kopi organik
e. Gerakan peningkatan produksi 5 per tahun dan
pemerintah menyediakan bibit benih di setiap daerah f.
Akselerasi peningkatan produksi dan produktifitas kopi disertai dengan kegiatan evaluasi untuk existing area yang
Rudi Anto Sinaga : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Kopi Sidikalang Kabupaten Dairi, 2009.
USU Repository © 2009
secara kultur tknis tidak cocok untuk tanaman kopi terutama untuk tanah dengan kondisi S3.
2.5. Harga Ekspor