Jaringan Lunak Prosesus Alveolaris

BAB 3 KOMPLIKASI EKSTRAKSI GIGI

Walaupun sudah bekerja dengan hati-hati dan sebaik-baiknya, tidak selalu ekstraksi gigi berjalan dengan memuaskan. Sering sekali terjadi hal-hal yang tidak diduga dan menyulitkan pekerjaan operator selanjutnya. Hal-hal tersebut merupakan komplikasi dalam ekstraksi gigi.

3.1 Trauma Jaringan Sekitarnya

Pada saat melakukan ekstraksi gigi, jaringan sekitar gigi seperti jaringan lunak, prosesus alveolaris, tuberositas maksilaris dan nervus kadang-kadang mengalami trauma. Trauma ini pada umumnya di sebabkan oleh tekanan yang tidak terkontrol dari operator sewaktu ekstraksi gigi.

3.1.1 Jaringan Lunak

Cedera jaringan lunak terjadi hampir selalu karena kekurangpedulian operator terhadap sifat mukosa yang mudah robek, penggunaan tenaga yang berlebihan dan tidak terkontrol. Mukosa robek dan mukosa tertusuk elevator adalah cedera yang paling sering dijumpai pada saat ekstraksi gigi. Daerah yang paling sering mengalami cedera adalah gingiva, bibir, muko sa pipi, dasar mulut, lidah, palatum dan retromolar. Mukosa robek sering diakibatkan oleh retraksi yang berlebihan pada tepi flep. Sering sekali flep dibuat dengan ukuran yang inadekuat sehingga sulit untuk melakukan retraksi tepi flep dengan tekanan minimal. Akibatnya mukosa robek Universitas Sumatera Utara disertai perdarahan yang harus segera mendapat perhatian. Robeknya mukosa sering terjadi pada tepi tulang, atau pada tempat penyambungan tepi-tepi flep. Laserasi mukosa juga dapat disebabkan oleh karena mukosa atau gingiva terjepit oleh tang sewaktu ekstraksi gigi. Mukosa sudut mulut dapat luka karena terjepit oleh tang atau karena gesekan dari alat penarik pipi. Gerakan yang tiba-tiba dari pasien akibat berkurangnya pengaruh bahan anastesi sehingga pasien merasa kesakitan juga dapat menyebabkan laserasi mukosa. Mukosa tertusuk elevator disebabkan oleh terlepasnya elevator dari tangan operator sewaktu instrumentasi dengan gerakan yang tidak terkontrol sehingga dapat melukai jaringan lunak sekitarnya. Ini sering terjadi karena penggunaan tenaga yang tidak terkontrol dan sandaran jari yang kurang nyaman sewaktu instrumentasi. 2-5,10,13- 16 Gambar 1. Daerah sublingual yang tertusuk elevator sewaktu ekstraksi gigi. Fragiskos FD. Oral surgery. 2007 : 182 Universitas Sumatera Utara

3.1.2 Prosesus Alveolaris

Fraktur Prosesus alveolaris adalah terikutnya bagian tulang bukal bersama akar pada waktu ekstraksi gigi dengan menggunakan tang ekstraksi. Fraktur prosesus alveolaris ini dapat melekat pada gigi yang diekstraksi atau tetap tinggal di dalam luka. Bila fraktur melekat pada gigi yang diekstraksi maka tulang alveolar yang tinggal di dalam soket menjadi kasar dan tidak beraturan. Hal ini dapat terjadi karena ekstraksi gigi dengan tang ekstraksi menggunakan tenaga yang berlebihan pada prosesus alveolaris yang getas dan tipis. Kejadiannya sulit diperkirakan, bahkan walaupun kadang-kadang dapat diraba bila digunakan pinch grasp. Sering terjadi pada lempeng bukokortikal kaninus maksila dan molar pertama maksila, tulang dasar sinus maksilaris yang berhubungan dengan gigi molar, lempeng labial gigi insisivus mandibula, gigi yang hipersementosis dimana ujung akar lebih besar dari pada pangkalnya dan gigi ankilosis. 2-5,10 Gambar 2. Pengambilan sisa fraktur prosesus alveolaris pada ekstraksi gigi anterior maksila Fragiskos FD. Oral surgery. 2007 : 183 Universitas Sumatera Utara

3.1.3 Tuberositas Maksilaris