dibebaskan dari oklusi. Karena sinus maksilaris cedera sampai batas tertentu, maka diberikan antibiotik spektrum luas dan dekongestan sistemik.
Ekstraksi gigi dilakukan setelah 6-8 minggu melalui pembedahan. Apabila tuberositas maksilaris terangkat pada waktu ekstraksi gigi, maka gigi diekstraksi
dengan pembedahan dan tulang dikembalikan pada daerah fraktur sebagai graft bebas. Kemudian dilakukan penjahitan mukoperiosteum karena sebagian besar dasar
sinus maksilaris harus diganti.
2,-5,15-18
4.1.4 Nervus
Untuk mencegah trauma pada nervus perlu diperhatikan anatomi nervus di daerah ekstraksi dan hindari melakukan insisi di daerah periosteum dimana terdapat
nervus. Trauma pada nervus jarang sekali diketahui pada waktu operasi. Trauma kecil menyebabkan parestesia selama beberapa minggu atau bulan. Trauma berat akan
menyebabkan N. mentalis tidak berfungsi. Rujukan segera sangat diperlukan, karena diperlukan perawatan sedini mungkin. Perawatan yang dilakukan adalah dengan
dekompresi, eksisi dan anastomosis ulangan atau cangkok.
2,4,7,10,13,15
4.2 Trauma pada gigi tetangga
Menggunakan elevator dengan tekanan terkontrol dan memperhatikan keadaan gigi tetangga dengan mengenali kemungkinan terjadi fraktur restorasi bila
terdapat restorasi besar pada gigi tetangga merupakan hal yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya trauma pada gigi tetangga. Jika restorasi terlepas maka
penting untuk membersihkan semua debris dari soket gigi yang telah diekstraksi dan
Universitas Sumatera Utara
gigi dilapisi dengan restorasi sementara hingga gigi tersebut dapat direstorasi secara permanen. Perawatan fraktur restorasi pada gigi tetangga dilakukan dengan
penambalan kembali restorasi yang patah, pembuatan restorasi sementara dan penyemenan kembali mahkota prostetik.
Gigi tetangga yang goyah dapat dilakukan perawatan dengan melakukan reposisi pada gigi tersebut kemudian dilakukan fiksasi. Pada keadaan salah
melakukan ekstraksi gigi, maka dilakukan replantasi gigi segera setelah diketahui.
2- 5,10,13,16
4.3 Penyembuhan yang lambat
Inflamasi dapat dihindari dengan melakukan teknik asepsis. Irigasi yang berlebihan dengan saline pada daerah di bawah flep dan dengan menggunakan kuret
untuk membersihkannya dari debris dapat mencegah terjadinya inflamasi. Perawatan yang dilakukan untuk mengatasi inflamasi adalah dengan pemberian antibiotika.
Perawatan dry soket dilakukan dengan anastesi lokal pada daerah yang terkena, kemudian alveolus yang kering dibersihkan dari jaringan nekrotis dan tulang
yang tajam dihaluskan. Setelah jaringan nekrotis dibuang, dilakukan perdarahan baru pada alveolus tersebut yaitu dengan melukai dinding alveolus dengan sonde.
Kemudian alveolus ditutup dengan kain kasa yang mengandung bahan antiseptik dan analgetik seperti : eugenol kasa, dan CHKM kasa. Pengisian dengan kasa ini hanya
pada sepertiga tepi gusi. Kemudian ditutup dengan tampon yang longgar. Dilakukan terapi panas agar pendarahan di daerah tersebut menjadi aktif. Pasien dapat diberikan
Universitas Sumatera Utara
kemoterapeutika, antibiotika, vitamin C dan B komp. Setelah dua hari dilihat apakah telah terjadi granulasi, bila belum maka diulangi tindakan di atas sekali lagi.
Untuk menghindari terjadinya luka terbuka dapat dilakukan dengan teknik asepsis, pembedahan atraumatik, penjahitan diatas tulang yang sehat dan dilakukan
tanpa tegangan. Pada luka terbuka, tulang yang muncul dapat dibiarkan saja sedangkan tulang yang tajam dapat dihaluskan dengan kikir tulang.
2,4,6-8,10,15,17,20,21
4.4 Proses penyembuhan jaringan lunak dan jaringan keras