menyebabkan goyahnya gigi tetangga bahkan avulsi sebagian. Hal ini utamanya terjadi jika gigi yang bersebelahan digunakan sebagai fulkrum dari elevator bukannya
tulang interradikular dan elevator digunakan sebagai pengungkit gigi sebelahnya. Kesalahan ekstraksi gigi dianggap tidak akan pernah terjadi oleh sebagian
besar operator, tapi kenyataannya hal ini sering terjadi. Pada umumnya disebabkan oleh pemeriksaan preoperatif yang kurang memadai. Terutama pada ekstraksi gigi
yang karies dan terdapat banyak sekali gigi karies di dalam rongga mulut pasien. Gigi yang umumnya salah dalam ekstraksi adalah gigi kaninus maksila sebagai pengganti
dari gigi premolar pertama maksila, premolar permanen mandibula dengan molar sulung mandibula dan molar kedua maksila dengan molar ketiga maksila. Hal ini
khususnya mungkin dapat terjadi pada gigi molar ketiga maksila yang erupsi sebagian dan susah untuk dilihat. Situasi serupa terjadi ketika hanya satu dari dua gigi
yang tidak erupsi atau bersebelahan yang diekstraksi. Hal ini umumnya merupakan permintaan sebagai bagian dari rencana perawatan orthodonti dan bagaimanapun juga
hal ini harus dihindari.
2-5,10,13,16
3.3 Penyembuhan yang lambat
Penyembuhan yang lambat pasca ekstraksi gigi sering disebabkan oleh inflamasi dan luka yang terbuka. Inflamasi merupakan komplikasi yang jarang terjadi
pada ekstraksi gigi yang rutin dilakukan. Lebih sering terjadi pada ekstraksi gigi dengan flep yang disertai pengambilan tulang.
Apabila setelah ekstraksi gigi tidak terbentuk gumpalan darah di dalam soket yang berfungsi untuk mencegah masuknya bakteri di dalam rongga mulut ke dalam
Universitas Sumatera Utara
soket dan melindungi tulang yang ada di bawahnya, maka akan terjadi inflamasi yang akan menghambat penyembuhan luka ekstraksi gigi. Peradangan ini disebut dengan
dry socket. Gejala-gejala dry socket yakni, timbul 2 – 4 hari setelah ekstraksi gigi, rasa sakit terus-menerus dan dalam pada bekas pencabutan gigi, rasa sakit kadang-
kadang memancar, dan pasien dalam keadaan lemah oleh karena rasa sakit yang tidak dapat ditahankan. Secara objektif dry socket terlihat berupa adanya alveolus yang
kosong sesudah ekstraksi gigi dan hanya dilapisi oleh satu lapis jaringan nekrotis yang berwarna keabu-abuan dengan dikelilingi oleh gingiva yang berwarna merah
oedematous, bila diambil jaringan nekrotis tersebut dengan kapas maka tercium bau seperti bau gangren, dan kadang-kadang dapat terjadi pembengkakan. Rasa sakit
disebabkan oleh karena tidak terisinya alveolus dengan koagulum darah sehingga segala sisa makanan, kuman-kuman masuk ke dalam alveolus yang kosong dan
menimbulkan radang serta kematian sebagian dari dinding alveolus tersebut. Etiologi dari dry socket antara lain tidak terbentuknya koagulum darah karena
pemakaian bahan anastetikum yang terlalu keras dan banyak sehingga sesudah ekstraksi bahan yang konstriksi masih bekerja sehingga alveolus kering tidak terisi
koagulum darah, larutnya koagulum darah yang sudah terjadi disebabkan oleh karena pasien sering berkumur-kumur setelah ekstraksi gigi, trauma yang terlalu besar
misalnya ekstraksi gigi terpendam, keadaan pasien itu sendiri misalnya malnutrisi dan melakukan ekstraksi gigi dalam keadaan jaringan meradang.
Luka yang terbuka disebabkan oleh jahitan yang tidak didukung oleh tulang yang sehat dan jahitan yang terlalu tegang. Apabila jahitan tidak didukung oleh tulang
yang sehat, maka flep jaringan lunak seringkali mengendur dan terpisah sepanjang
Universitas Sumatera Utara
garis insisi. Sedangkan jahitan yang terlalu tegang menyebabkan iskemia dari tepi flep dengan jaringan nekrosis nantinya, yang mana jahitan memberikan tekanan
sampai ke tepi flep yang akan menyebabkan luka terbuka. Jahitan yang terlalu tegang
menyebabkan vaskularisasi darah di daerah tersebut tidak lancar sehingga menyebabkan penyembuhan lambat.
2,4,6-8,10,15,17,20,21
Gambar 5. Luka terbuka akibat lepasnya jahitan Fragiskos FD. Oral surgery. 2007 : 2
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 PERAWATAN
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan beberapa komplikasi yang dapat timbul pada ekstraksi gigi. Komplikasi-komplikasi tersebut harus mendapatkan perawatan
agar tidak terjadi komplikasi lanjutan yang lebih serius lagi bahkan berakibat fatal. Perawatan yang dilakukan sesuai dengan komplikasi ekstraksi gigi yang terjadi.
4.1 Trauma Jaringan sekitarnya
Perawatan yang dilakukan pada trauma jaringan sekitar gigi harus dilakukan sesuai dengan trauma yang ditiimbulkan. Pencegahan terjadinya trauma pada jaringan
lunak, prosesus alveolaris, tuberositas maksilaris dan nervus penting dilakukan agar tidak terjadi komplikasi serius.
4.1.1 Jaringan lunak
Hal yang paling utama dalam menanggulangi keadaan ini adalah dengan pemeriksaan daerah luka secara seksama untuk memastikan bahwa tidak ada benda
asing atau fragmen gigi yang tertinggal. Pada mukosa yang robek dapat dihindari dengan membuat flep dengan ukuran yang memadai dan menggunakan retraksi
minimal. Perawatan yang dilakukan adalah pembersihan luka dengan memakai larutan garam atau aquades, reposisi flep dan penjahitan.
Mukosa yang tertusuk elevator dapat dihindari dengan perhatian yang cermat dari operator dan asistennya. Perawatan yang dilakukan adalah pencegahan
Universitas Sumatera Utara