Memahami dan Menafsirkan Pertuniukkan Teater a. Pengertian Dasar Semiologi Teater

banyak mencatat kekhasan pertunjukkan-pertunjukkan teater, baik tradisional maupun modern. Dengan demikian, ini adalah upaya awal dan masih harus terus diperbaiki.

1. Memahami dan Menafsirkan Pertuniukkan Teater a. Pengertian Dasar Semiologi Teater

Sebelum memaparkan konsep-konsep dasar semiologi teater, perlu kami jelaskan bahwa kami menggunakan istilah semiologi dengan alasan berikut. Pendekatan yang kami gunakan di sini berasal dari Saussure yang menyebutnya semioiogi sedangkan istilah semiotik lebih digunakan oleh Peirce dari Amerika. Mengenai perbedaan kedua istilah tersebut, Patrice Pavis menegaskan bahwa hal itu terletak pada dua model konsep tentang tanda . Saussure membatasi pengertian tanda pada hubungan antara signifiant signifier, petanda dan signifie signified, penanda, sedangkan Peirce menambahkan pengertian referen realita yang diacu olehh tanda pada kedua istilah di atas, yang ia sebut represetanem, dan interpretant Pavis, 1987:350. Dalam perkembangannya, Greimes beserta pengikut-pengikutnya justru menganggap istilah semiologi mengacu pada semiotics Peirce, sedangkan penelitian- penelitian Greimes sendiri yang menggunakan teori- teori Saussure dan Hjemlslev disebutnya semiotik. Di dalam batasan yang ia berikan pada semiotik, Greimes menolak memasukkan unsur-unsur di luar bahasa verbal ke dalam ruang lingkup penelitian semiotik, seperti teater. Dengan demikian, khusus untuk mendekati suatu pertunjukkan teater yang justru lebih banyak menampilkan tanda nonverbal, semiotik Greimes tidak siap. Di sinilah kita akan khusus memasuki suatu wilayah pembahasan yang menyentuh suatu semilogi khas teater. Mengenai istilah Pavis mengusulkan untuk kembali menggunakan semiologi teater, walau istilah itu sendiri bermasalah asumsi yang harus diambil, yaitu bahwa ada suatu bentuk seni yang khas yang disebut teater, dengan estetikanya sendiri. Pavis menganggap masalah asumsi itu tidak perlu diselesaikan dahulu; untuk sementara cukuplah kalau semiologi teater dianggap sebagai suatu upaya sinkretis, yaitu gabungan beberapa semiologi verbal dan nonverbal. Selain itu, Patrice Pavis 1987:35 mengatakan bahwa : La semiologie est preoccupee non par le reperage de la signification, cest-adire du rapport de Iceuvre au monde question qui revient a Ihermeneutiqque et a la critique Litteraire , mair par le mode de production du sans tout au long du proccessus theatral qui va de Ia lecture du texte dramatique par le metteur en scene jusquau travail interpretatif du specteteur Semiologi tidak memusatkan perhatiannya pada masalah pencarian makna, yaitu hubungan antara karya dengan duniasemesta yang menjadi ruang lingkup hermeneutik dan kritik sastra, melainkan dengan modus penciptaan makna sepanjang proses teater, yaitu sejak pembacaan naskah oleh sutradara hingga ke penafsiran oleh penonton. Maksud Pavis adalah bahwa hasil akhir suatu analisis semiologi teater terbatas pada upaya penafsiran penonton dan tidak sampai pada suatu kesimpulan interpretatif tentang hubungan antara tontonan dengan dunia nyata. Pada saat ini, setelah melampui kendala-kendala pada awal perkembangannya, semiologi teater lebih mengarah pada pembahasan yang bersifat pragmatis, yaitu fungsi e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 2 unsur-unsur pertunjukkan yang dianggapnya saling berkaitan: musik bersifat plastis, bahasa pemain yang meruang, dan gerak yang mengikuti ritme cerita. Oleh karena itu yang menjadi pusat perhatian para semiolog teater adalah menguraikan unsur-unsur panggung dan mencoba merumuskan beberapa code yang membantu kita membaca pertunjukkan teater. Batasan code kami kutip dari Keir Elam yaitu an esemble of correlational rules governing the formation of sign-relationship 1980:50. Anne Ubersfefd, seorang semiolog teater lainnya berpendapat bahwa pertunjukkan harus diangap sebagai gabungan beberapa teks dengan code masing- masing teks. Pemain misalnya, membangun sebuah teks tersendiri dengan code khusus, sedangkan ruang panggung membangun sebuah teks lagi, dan harus dibaca bersama. Hipotesa teks pertunjukkan yang terdiri dari beberapa teks memungkinkan kite untuk memahami teater modern yang kadang menolak prinsip kepaduan dalam pertunjukkan. Kenyataan di atas memang tidak memudahkan tugas semiolog namun harus diakui bahwa pertunjukkan teater memang sering menunjukkan adanya code khusus. Sementara itu, Anne Ubersfeld 1981 :24 mencoba memuat klasifikasi unsur-unsur panggung ke dalam liga katergori besar, yaitu: 1. suara - intonasi 2. mimik - tingkahan - gerak 3. rias wajah - rambut - kostum 4. properti - dekor 5. musik - bunyi-bunyian Ketiga kategori yang pertama berhubungan dengan pemain teater, unsur sentral pertunjukkan yang paling banyak menghasilkan tanda. Sedangkan dua yang terakhir berhubungan dengan ruang panggung. Selain itu, dibedakan dua kategori sesuai media komunikasi, yaitu yang berkaitan dengan pendengaran media akustik, dan yang berkaitan dengan penglihatan media visual. Keir Elam juga mengusulkan suatu klasifikasi lain, yaitu dua code besar, yang berkaitan dengan sistem pemanggungan dan yang berkaitan dengan sistem bahasa. Kedua code itu masih dibaginya lagi ke dalam 10 sub code. Namun, Elam tidak khusus memisahkan unsur panggung dari konteksnya. seperti yang berkaitan dengan sejarah genre atau ideologi penonton, sehingga ruang lingkupnya sangat luas. Untuk kepentingan tulisan ini, kami khusus memiliki klasifikasi Ubersfled, karena tujuan kami merupakan tahap awal suatu upaya pemahaman dan penafsiran pertunjukkan tester. Dengan sendirinya, pembahasan ini dimaksudkan untuk tidak terlalu luas, dan memang memerlukan upaya penafsiran lebih lanjut. b. Pemahaman dan Penafsiran Unsur-Unsur Panggung Dengan berpegang pada lima kelompok unsur panggung yang disebut di atas, di bawah ini satu per satu kami uraikan mekanisme pemahaman menurut code tertentu.

1. Suara - Intonasi