Pertunjukkan Teater Sebagai Media Kampanye Human Traficcking Dan Tingkat Penerimaan Informasi

(1)

PERTUNJUKKAN TEATER SEBAGAI MEDIA KAMPANYE

HUMAN TRAFICCKING DAN TINGKAT PENERIMAAN

INFORMASI

(Studi korelasional pengaruh pertunjukkan teater “Anak perawan di sarang mucikari” terhadap penerimaan informasi human traficcking pada pelajar SMA di

kota Tebing Tinggi, Stabat, Binjai dan Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Departemen Ilmu Komunikasi

Diajukan Oleh

:

ANDINI NURBAHRI

080922066

PROGRAM DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.Latar Belakang Masalah... 1

2.Perumusan Masalah ... 4

3.Pembatasan Masalah ... 5

4.Tujuan & Manfaat Penelitian Penelitian ... 6

5.Kerangka Teori... 6

5.1 Teori S O R... 7

5.2 Komunikasi ... 8

5.3 Komunikasi Kelompok ... 9

5.4 Teater Sebagai Media Komunikasi ... 10

5.5 Teater ... 11

5.6 Human Trafficking di Indonesia ... 13

5.7.Tingkat Penerimaan Informasi... 14

6.Kerangka Konsep ... 14

7.Model Toeritis... 15

8.Operasional Variabel... 16

9.Definisi Operasional Variabel... 17

10 .Hipotesis ... 18

BAB II URAIAN TEORITIS ... 19

II.1.Teori Stimulus-Organisme-Response (S-O-R)... 19

II.2. Komunikasi ... 20

II.2.1 Pengertian Komunikasi ... 20


(3)

II.3 Komunikasi Kelompok... 23

II.3.1 Pengertian Komunikasi Kelompok ... 23

II.3.2 Proses-Proses Komunikasi Kelompok ... 25

II.3.3 Variabel Tingkah Laku dalam Komunikasi Kelompok .. 26

II.4 .Teater Sebagai Media Komunikasi ... 27

II.4.1 Komunikasi dalam Pertunjukan Teater... 27

II.4.2 Pesan dalam Pertunjukan Teater ... 29

II.4.3 Elemen Teater Sebagai Rangkaian Komunikasi... 30

II.4.4 Elemen Produksi Teater ... 31

II.5 Teater di Indonesia ... 32

II.5.1 Pengertian Teater ... 32

II.5.2 Teater Tradisional ... 33

II.5.3 Teater Modern ... 34

II.6 Human Trafficking di Indonesia ... 37

II.6.1 Pengertian Human Trafficking ... 37

II.6.2 Penyebab Human Trafficking... 39

II.6.3 Bentuk-Bentuk Human Trafficking... 41

II. 7 Tingkat Penerimaan Informasi ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 45

III.1.1 SMA Negeri 1 Tebing Tinggi... 45

III.1.2 SMK Negeri 3 Tebing Tinggi ... 46

III.1.3 SMA Yayasan Persiapan... 48

III.1.4 SMA Negeri 1 WAMPU... 48

III.2 Metodologi Penelitian ... 49

III.3 Lokasi Penelitian ... 49

III.4 Populasi dan Sampel... 50


(4)

III.6 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 54

III.7 Teknik Analisa Data... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...` 59

IV1 Analisis Tabel Tunggal ... 59

IV.1.1 Analisa Data Karakteristik Responden ... 62

IV.1.2 Pertunjukan Teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” 77 IV.1.3 Tingkat Penerimaan Informasi Human Trafficking... V.2 Uji Hipotesis... 92

V.3 Pembahasan ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

V.1 Kesimpulan ... 97


(5)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Pertunjukan Teater sebagai Media Kampanye Human Trfficking dan Tingkat Penerimaan Informasi ( Pengaruh Pertunjukan Teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” terhadap Tingkat Penerimaan Informasi Human Traffiking Pada Pelajar SMA di Kota Tebing Tinggi, Stabat, Binjai dan Medan). Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pertunjukan teater terhadap tingkat penerimaan informasi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk meneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pelajar SMA yang menonton pertunjukan teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” di kota Tebing Tinggi, Stabat, Binjai dan Medan sebanyak 71 orang. Menurut Arikunto apabila jumlah populasi dibawah 100, maka semua populasi dijadikan sampel. Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 71 orang. Variabel X dalam penelitian ini adalah Pertunjukan Teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” dan Variabel Y adalah Tingkat Penerimaan Informasi Human Trafficking pada pelajar.

Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian lapangan untuk memperoleh data dari kuesioner serta penelitian kepustakaan, dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari buku-buku serta sumber yang relevan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal dan tabel silang dengan menggunakan piranti lunak SPSS Versi 16.0

Hasil penelitian diperoleh bahwa pada umumnya responden mendapatkan banyak informasi tentang human trafficking seperti penyebab, proses, akibat dan pencegahannya. Sebagian besar responden jugamenyetujui bahwa teater merupakan media efektif untuk menyampaikan informasi human trafficking karena tidak membuat mereka jenuh.

Untuk menguji hipotesis menggunakan metod korelasi Rank Spearman. Dan berdasarkan analisa data diketahui bahwa ada pengaruh Pertunjukan Teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” sebesar rs= 0,375, berarti hubungan yang terjalin rendah namun pasti.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah Puji dan Syukur penulis ucapkan pada sang khalik Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, serta tidak lupa Shalawat beserta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Adapun judul skripsi ini adalah Pertunjukan Teater sebagai Media Kampanye Human Trafficking dan Tingkat Penerimaan Informasi Human Trafficking yang merupakan suatu studi korelasional tentang Pengaruh Pertunjukan Teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari terhadap Tingkat Penerimaan Informasi Human Trafficking pada Pelajar SMA di kota Tebing Tinggi, Stabat, Binjai dan Medan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dari segi penyampain isi, maupun pembahasan masalah. Untuk itu penulis mengharapkan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak dukungan, bantuan, bimbingan dan motivasi dari banyak pihak. Ucapan terima kasih yang terdalam penulis persembahkan kepada Mama tercinta, Nuraslinda yang telah banyak memberikan dukungan moril, materil dan doanya. Juga kepada orang tercinta yang selalu ada dan siap membantu baik waktu dan tenaga dengan kasih sayang dan doa , Izala Abdillah.


(7)

Tidak lupa pula pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof.Dr.H.M. Arif Nasution,MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Imu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Humaizi, MA, selaku Pembantu Dekan I.

4. Bapak Drs.Hendra Harahap,MSi selaku dosen pembimbing pembimbing penulis yang telah banyak membant, meluangkan waktu, memberikan masukan dan saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu Dra. Dewi Kurniawati selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi.

6. Ibu Emilia Ramadhani S.Sos, selaku dosen wali.

7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen dan staf Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu di dalam perkuliahan.

8. Bapak Kepala Sekolah SMA N 1, 2 ,SMK N 3 Tebing Tinggi, SMA N 1 Binjai, SMA N 1 Wampu, SMA Yayasan Persiapan, dan SMA N1 Stabat, beserta para siswa dan siswi yang telah mengisi kuesioner.


(8)

10.Sahabat-sahabat ekstensi 2008 ilmu Komunikasi Sarah,Bunga,Kak Rei, Kak Ida,Kak Fitri,Bg Toha,Una,Hanim,Yessy, Bg Azwar, Tata,Kak Tin,Ori,Rudi, Bg Jalih,Kak Ryanti, Bg Jo,Kak Melva. Terima kasih atas semua dukungan dan semangatnya.

11.Kakanda Awaluddin, terima kasih atas buku-bukun dan dukungannya, Bg Budi atas saran-sarannya. Siti, Rani, Ripai terima kasih atas waktu dan tenaga membantu penulis menyebarkan kuesioner. Bobi dan Daniel yang selalu siap membantu.

12.Ucapan terima kasih sebesarnya untuk seluruh pemain Teater O, atas inspirasinya dan Bg Yul Hasni, sutradara Pertunjukan “Anak Perawan di Sarang Mucikari’.

13.Sahabat-sahabatku sayang dari SMA ,Nurden, Gigik, Sampah, Item,Gendut, Vita,Kerebo,Mulfa, Sarah,Yolli atas canda tawanya yang mengusir kejenuhan penulis saat penulisan skripsi.

14.Sahabat-sahabat tersayang AIYEP, terima kasih atas doa dan semangatnya dari jauh.

15.Terima kasih untuk kantin mam Fakltas Sastra,dan orang-orang di dalamnya. Telah memberikan penulis tempat yang nyaman untuk penulisan skripsi.


(9)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Pertunjukan Teater sebagai Media Kampanye Human Trfficking dan Tingkat Penerimaan Informasi ( Pengaruh Pertunjukan Teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” terhadap Tingkat Penerimaan Informasi Human Traffiking Pada Pelajar SMA di Kota Tebing Tinggi, Stabat, Binjai dan Medan). Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pertunjukan teater terhadap tingkat penerimaan informasi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk meneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pelajar SMA yang menonton pertunjukan teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” di kota Tebing Tinggi, Stabat, Binjai dan Medan sebanyak 71 orang. Menurut Arikunto apabila jumlah populasi dibawah 100, maka semua populasi dijadikan sampel. Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 71 orang. Variabel X dalam penelitian ini adalah Pertunjukan Teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” dan Variabel Y adalah Tingkat Penerimaan Informasi Human Trafficking pada pelajar.

Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian lapangan untuk memperoleh data dari kuesioner serta penelitian kepustakaan, dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari buku-buku serta sumber yang relevan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal dan tabel silang dengan menggunakan piranti lunak SPSS Versi 16.0

Hasil penelitian diperoleh bahwa pada umumnya responden mendapatkan banyak informasi tentang human trafficking seperti penyebab, proses, akibat dan pencegahannya. Sebagian besar responden jugamenyetujui bahwa teater merupakan media efektif untuk menyampaikan informasi human trafficking karena tidak membuat mereka jenuh.

Untuk menguji hipotesis menggunakan metod korelasi Rank Spearman. Dan berdasarkan analisa data diketahui bahwa ada pengaruh Pertunjukan Teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” sebesar rs= 0,375, berarti hubungan yang terjalin rendah namun pasti.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.Latar Belakang Masalah

Pada era modern saat ini Indonesia masih terus berjuang untuk melawan kekerasan dan perampasan Hak Asasi Manusia ( HAM ). Perbudakan dan penjualan manusia adalah beberapa kasus yang masih terus bergulir. Himpitan ekonomi menjadikan masyarakat untuk mencari jalan keluar dengan melakukan segala daya upaya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Dalam pemenuhan itu, kadang kala mereka tidak memikirkan dampak dari apa yang mereka kerjakan. Yang penting bagi mereka, hidup harus terus berjalan.

Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) mendefenisikan human trafficking atau perdagangan manusia sebagai: Perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang, dengan ancaman, atau penggunaan kekerasan, atau bentuk-bentuk pemaksaan lain, penculikan, penipuan,kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, memberi atau menerima bayaran atau manfaat untuk memperoleh ijin dari orang yang mempunyai wewenang atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi. Rendahnya tingkat ekonomi, pendidikan dan situasi psikologis menjadi. salah satu penyebab yang tidak disadari sebagai peluang munculnya human trafficking atau perdagangan manusia.


(11)

Penanganan dan pencegahan penjualan manusia ini menuntut semua peran dan tanggung jawab semua lapisan masyarakat, dan generasi bangsa. Dan dalam penanganan kasus-kasus trafficking ini kepolisian juga dibantu oleh beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM ) yang focus terhadap perlindungan anak dan perempuan dan juga beberapa organisasi kemanusiaan lainnya dari dunia internasional.

Peran dan tanggung jawab tersebut yang tengah dilaksanakan oleh PKPA ( Pusat Kajian Perlindungan Anak) dan AusAID yang merupakan lembaga bantuan pemerintah Australia yang dikelola oleh Kementerian Luar Negeri. Kedua lembaga tersebut yang fokus terhadap perlindungan anak,akan mensosialisasikan pencegahan penjualan manusia dengan menyelenggarakan sebuah program “Kampanye Human Trafficking”.

Untuk mendukung keberhasilan program tersebut PKPA berinisiatif untuk mengupayakan suatu kreativitas agar lebih menarik minat khalayak dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang Human Trafficking, PKPA bekerja sama dengan Teater O fakultas Sastra USU untuk menampilkan pertunjukan teater yang berjudul Detektif Danga- Danga dalam episode “Anak Perawan di Sangkar Mucikari “.Diharapkan melalui sosialisasi ini penonton khususnya lebih berhati-hati terhadap human trafficiking atau penjualan manusia.

Teater merupakan suatu media komunikasi langsung yang djadikan wahana penting dalam menyebarkan kebudayaan dan pemikiran di


(12)

menyampaikan pesan yang ingin disampaikan pada masyarakat melalui setiap adegan sehingga pesan dapat diterima dan dipahami dengan mudah oleh audience.

Seni teater merupakan salah satu media komunikasi yang mempunyai pengaruh kuat dalam mengungkap realitas. Pengungkapan realitas dituangkan dalam naskah yang selanjutnya diterjemahkan dalam kesatuan unsur antara panggung, lighting, setting, musik, gesture dan vocal. Perpaduan masing-masing unsur mengandung makna dan pesan yang perlu diinterpretasikan lebih mendalam karena menggunakan simbol-simbol verbal maupun non verbal.

John Powers, (Littlejohn,1995: ) dalam usahanya untuk mengembangkan berbagai cabang disiplin komunikasi, menegaskan bahwa yang paling penting dalam komunikasi adalah pesan. Menurut Powers, pesan memiliki tiga unsure, yaitu tanda dan symbol, bahasa, dan wacana.

Di dalam setiap proses komunikasi, pesan dapat menimbulkan efek tertentu yaitu efek kognitif (pengetahuan), efek afektif ( sikap ), efek behavior ( tindakan ). Dalam hal ini Wilbur Schramm (Sunarjo: ) menggambarkan proses terjadinya efek itu sebagai berikut :dimulai dari sumber (komunikator) yang merasakan urgensinya suatu pesan untuk disamapaikan kepada khalayak (komunikan) sebagai sasaran, agar pesan itu dapat disampaikan maka terlebih dahulu harus diberi bentuk melalui bahasa yang menggunakan symbol atau lambing-lambang berarti, kemudian pernyataan itu dilontarkan langsung atau melalui alat bantu (


(13)

media ) . Seterusnya pernyataan itu diterima oleh khalayak dengan terlebih dahulu diartikan dan kemudian ditafsirkan. Terakhir timbullah efek yang bermacam-macam sesuai dengan pengaruh atau kekuatan pesan tersebut kepada khalayak. Perhatian masyarakat merupakan efek dari komunikasi dari tahap awal.

Binjai, Stabat, Tebing Tinggi dan Medan merupakan 4 kota besar yang ada di Sumatera Utara, tingkat perekonomian dan pendidikannya relative lebih tinggi dari kota-kota lainnya, selain itu penonton juga di dominasi oleh remaja dan pemuda yang duduk di bangku sekolah dan kuliah, oleh karena itu komunikasi melalui teater yang dilaksanakan harus diupayakan semenarik mungkin dan berkaitan dengan kepentingan ( interest ) yang mendorong kegairahan penonton.

Kampanye human trafficking yang menggunakan teater sebagai media komunikasi ini baru pertama kali di Indonesia, apakah mampu menyampaikan informasi tentang human trafficking, apalagi penonton hanya menonton pertunjukan ini satu kali. Apakah kondisi ini dapat terjawab oleh pertunjukan teater dalam mengkomunikasikan pesan yaitu informasi tentang human trafficking yang merupakan masalah utama dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik dengan masalah ini dan penulis merasa masalah ini perlu diteliti lebih lanjut lagi.


(14)

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti mencoba merumuskan masalah yang menjadi dasar penelitian dalam menyusun skripsi yaitu:

“Sejauhmanakah Pengaruh Pertunjukan Teater sebagai Media Kampanye Human Trafficking terhadap Tingkat Penerimaan Informasi Human Trafficking pada Pelajar SMA di kota Tebing Tinggi, Stabat, Binjai, dan Medan”

10.Pembatasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luasnya lingkup penelitian maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Penelitian ini bersifat korelasional yang mencari hubungan antara pengaruh pertunjukan teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” sebagai media kampanye human trafficking terhadap tingkat penerimaan informasi human trafficking pada pelajar SMA di Kota Binjai,Stabat dan Tebing Tinggi dan Medan.

2. Penelitian terbatas hanya pada pertunjukan teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” yang tampil pada tanggal 20 maret di Binjai, 27 maret di Stabat, dan 6 Maret di Tebing Tinggi, dan Medan tanggal 10 April.

3. Penelitian ini dilakukan di kota Stabat, Binjai, Tebing Tinggi dan Medan.


(15)

4. Sebagai objek penelitian adalah pelajar SMA yang merupakan audience pertunjukan Teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” baik pria dan wanita berumur 15-18 tahun.

11.Tujuan & Manfaat Penelitian Penelitian 4.1Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan menggambarkan sejauhmana pengaruh pertunjukan teater sebagai media komunikasi dalam program kampanye human trafficking

b. Untuk mengetahui dan menggambarkan keberhasilan serta tanggapan khalayak mengenai teater sebagai media komunikasi dalam Kampanye Anti Human Trafficking.

4.2Manfaat Penelitian

a. Secara akademik, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkayakhasanah penelitian dan sumber bacaan.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap penelitian.

c. Secara praktis, penelitian ini dapat menambah pemahaman mengenai saluran komunikasi melalui media teater.


(16)

12.Kerangka Teori

Fungsi teori dalam riset adalah membantu periset menerangkan fenomena social atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Menurut Nawawi ( 2001 : 39 ) suatu penelitian memerlukan kejelasan titik tolak landasan berfikir dalam memecahkan masalahnya. Untuk itu disusun kerangka teori yang memuat pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disorot.

Sedangkan menurut Kerlinger dalam Jalaluddin Rahmat ( 2002 : 6 ), teori adalah sekumpulan konstruk atau konsep, defenisi, dan dalil yang saling terkait yang menghadirkan suatu pandangan sistematis tentang gejala dengan menetapkan hubungan diantara beberapa vaiabel, dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan diantaranya adalah:

Teori S- O -R, komunikasi, komunikasi kelompok, teater sebagai media komunikasi, teater di Indonesia dan tingkat penerimaan informasi.

5.1 Teori S O R

Teori S O R sebagai singkatan dari Stimulus Organism Response ini semula bersal dari psikoklogi. Kalau kemudian menjadi teori komunikasi, tidak mengherankan karena objek material dari psikologi dalam komunikasi adalah sama,, yaitu manusia yang jiwanya meliputi


(17)

Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Unsur-unsur dalam model ini adalah: a. Pesan (Stimulus)

b. Komunikan (Organism) c. Efek(Response)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to

communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana

mengubah sikap komunikan.

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

Mar’at (1984:10) dalam bukunya “Sikap Manusia”, Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu:

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan


(18)

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.

Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap (Effendi, 2001:256)

5.2 Komunikasi

Menurut Wilbur Schramm ( dalam Sunarjo,1991 : 12 ) istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris “communication” berasal dari kata latin “Communicatio” dan bersumber dari kata “Communis” yang artinya sama. Sama disini adalah sama makna atau sama arti (Effendi,1994: 9 ). Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.

Menurut Effendy (1992: 5), komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seorang komunikator pada orang lain ( komunikan ) untuk memberitahukan atau mengubah pendapat atau perilaku baik secara langsung maupun melalui media. Sedangkan Carl Hovland mengatakan bahwa komunikasii adalah upaya-upaya sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azaz penyampaian informasi serta pembentukan sikap (Effendy, 1992: 10).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi pada dasarnya adalah suatu proses penyampaian pesan dari


(19)

seseorang kepada orang lain dengan tujuan agar orang lain tersebut dapat mengerti dan memahami pesan yang disampaikan sekaligus merubah sikap, pendapat,dan perilakunya.

5.3 Komunikasi Kelompok

Untuk mengetahui pengertian komunikasi kelompok, terlebih dahulu dijelaskan pengertian kelompok. Bila ditinjau dari segi komunikasi maka kelompok tersebut terbagi atas dua bagian yaitu:

a. Kelompok Besar

Kelompok besar dalam komunikasi dibagi atas dua bagian yaitu kelompok besar yang resmi dan tidak resmi. Yang resmi, misalnya kongres sebuah organisasi, sedangkan yang tidak resmi berupa kampanye di lapangan besar (Effendy, 1983 :31).

b.Kelompok Kecil

Menurut Robert F. Bales dalam bukunya Interaction Process Analysis yang dikutip oleh Effendy mengemukakan kelompok kecil adalah sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan dalam tatap muka, dimana setiap anggota mendapat pesan dari persepsi antara satu dengan lainnyayang cukup kentara sehingga baik pada saat timbul pertannyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan pada masing-masing sebagai perseorangan (Effendy,1983: 80)


(20)

mengadakan sekelompok orang(dua atau lebih) dalam bentuk seperti kuliah, seminar,rapat, konferensi, kampanye, penataran dan sejenisnya. Menurut Shaw Komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka.

5.4 Teater Sebagai Media Komunikasi

Media atau saluran komunikasi adalah jalan yang dilalui pesan dari si pengirim dengan si penerima. Channel yang biasa dalam komunikasi adalah gelombang cahaya dan suara yang dapat kita lihat dan dengar.

Seni teater merupakan salah satu media komunikasi yang mempunyai pengaruh kuat dalam mengungkap realitas. Pengungkapan realitas dituangkan dalam naskah yang selanjutny diterjemahkan dalam kesatuan unsur antara panggung, lighting, setting, musik, gesture dan vocal. Perpaduan masing-masing unsur mengandung makna dan pesan yang perlu diinterpretasikan lebih mendalam karena menggunakan simbol-simbol verbal maupun non verbal.

Dalam kehidupan tradisionalnya, masyarakat Indonesia sudah mengenal tiga jenis saluran komunikasi untuk menyampaikan aspirasi. Salah satunya dengan teater. Di Negara-negara berkembang, teater justru mendominasi penyebaran informasi. Beranjak dari pokok pikiran tersebut, pemerintah Indonesia melalui Departemen Penerangan pada waktu itu


(21)

meningkatkan komunikasinya dengan menggunakan beberapa bentuk teater daerah yang biasanya menggunakan lakon Ramayana, Panji dan cerita-cerita lainnya. Melalui suatu program yang disebut sosio-drama (teater daerah) pemerintahan Indonesia menyebarkan informasi mulai dari tingkat pusat hingga daerah dan pedesaan. Karena tradisi teater daerah sangat kuat dan sebagian penduduk ternyata masih hidup di pedesaan, teater menjadi alat yang ampuh untuk menyebarkan berbagai informasi.

5.5 Teater

Teater theater atau theatre,

théâtre berasal dari kata theatron dari

untuk menonton") adalah cabang dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), dan lain-lain. Bernard Beckerman, kepala departemen drama di Univesitas Hofstra, New York, dalam bukunya, Dynamics of Drama, mendefinisikan teater sebagai " yang terjadi ketika seorang manusia atau lebih, terisolasi dalam suatu waktu/atau ruang, menghadirkan diri mereka pada orang

,

serta


(22)

berkembang, dan diajarkan secara turun temurun seperti wayang kulit, wayang wong dan lain-lain.

Teater adalah suatu pementasan yang mengolah gaya gerak tubuh,vocal,dan juga emosi kita. Titik berat pementasan adalah unsur pemeranan yang mencakup; teknik pemeranan (olah tubuh, vokal, dan rasa), penjiwaan karakter, kerjasama antarpemain, interpretasi lakon, dan, penguasaan panggung. Untuk mendukung kualitas pementasan maka peserta diharapkan memperhatikan unsur penyutradaaran dan penataan artistik.

5.6 Human Trafficking di Indonesia

Human Trafficking atau Perdagangan manusia adalah segala tiga definisi aktivitas transaksi meliputi:

 perekrutan  pengiriman

 pemindah-tanganan


(23)

bentuk-bentuk pemaksaan lainya, seperti:

 penculikan

 muslihat atau tipu daya

 penyalahgunaan

 penyalahgunaan posisi rawan

 menggunakan pemberian atau penerimaan pembayaran (keuntungan) sehingga diperoleh persetujuan secara sadar (consent) dari orang yang memegang kontrol atas orang lainnya untuk tujuan eksploitasi.

Eksploitasi meliputi setidak-tidaknya; pelacuran (eksploitasi prostitusi) orang lain atau lainnya seperti kerja atau layanan paksa, pebudakan atau praktek-praktek serupa perbudakan, perhambaan atau pengambilan organ tubuh.

Dalam hal anak perdagangan anak yang dimaksud adalah setiap orang yang umurnya kurang dari 18 tahun.

5.7.Tingkat Penerimaan Informasi

Penerimaan terhadap suatu informasi dengan adanya suatu inovasi baru oleh suatu masyarakat tidak terjadi secara serempak. Ada anggota masyarakat yang memang sejak lama menanti datangnya inovasi ( karena sadar akan kebutuhannya). Ada anggota masyarakat yang melihat dulu kiri


(24)

bakal diperoleh, baru mau menerima inovasi dimaksud. Namun ada pula anggota masyarakat yang sampai akhir tetap tidak mau menerima suatu inovasi atau ide-ide baru( Nasution,1990 : 17 ).

13.Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.Variabel Bebas (independent variabel )

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pertunjukan Teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari”

b.Variabel Terikat dependent variabel )

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Tingkat Penerimaan Informasi Human Traficking pada Pelajar

c.Variabel Antara (Intervenning variabel)

Variabel antara pada penelitian ini adalah karateristik responde

14. Model Toeritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :


(25)

15.Operasional Variabel

Karakteristik Responden

Variabel Terikat ( Y ) Tingkat Penerimaan Informasi Human

Trafficking pada Pelajar Variabel Bebas ( X )

PertunjukanTeater “AnakPerawan di Sarang


(26)

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian sebagai berikut:

Variabel Teoritis Variabel Operasional 1.VariabeL(X)

Pertunukan Teater Anak Perawan di Sarang Mucikari

1.Frekuensi Menonton Teater 2.Materi/isi Cerita

3.Latar Belakang 4.Unsur-unsur teater 5. Pemain teater 2.Variabel Terikat (Y)

Tingkat Penerimaan Informasi Human Trafficking

pada pelajar

1. Perhatian 2. Efek Kognitif 3. Efek Afektif

1.Variabel Antara (Z) Karateristik Responden

1. Umur

2. Jenis Kelamin 3. Hobby


(27)

9.Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional dari variabel-variabel dibawah ini adalah: 1. Variabel Bebas terdiri dari:

a. Frekuensi menonton adalah seberapa sering pelajar menonton film.

b.Materi atau isi cerita yaitu alur dari teater “Anak Perawan di sarang Mucikari”

c.Latar belakang yaitu berupa alasan mengapa menonton teater, seperti hobby, rasa penasaran atau diajak teman

d.Unsur-unsur teater, merupakan gejala atau efek yang ditimbulkan setelah menonton

e. Pemain Teater, adalah orang –orang yang memerankan teater.

2. Variabel Terikat

a. Perhatian, jika kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera lain.

b. Efek kognitif, merupakan pengetahuan mahasiswa pada dunia sekitar setelah menonton teater

c. Efek Afektif, merupakan efek yang timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan


(28)

a. Umur: usia responden ketika tingkatan umur responden yang akan dijadikan sample 15-18 tahun

b. Jenis Kelamin: wanita/pria

c. Hobby: merupakan kesukaan atau hal yang paling disukai responden.

10 .Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu proposisi atau pernyataan tentang hubungan antara dua atau lebih variabel. Dalam suatu penelitian, hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara (tentative answer) bagi masalah atau pertanyaan penelitian, yang karenanya perlu diuji melalui prosedur pengujian hiotesis (Lubis, 1998:13).

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini :

Ho = Tidak terdapat hubungan antara Pertunjukan Teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” terhadap tingkat penerimaan pelajar terhadap Informasi human traficking.

Ha = terdapat hubungan anatar antara Pertunjukan Teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” terhadap tingkat penerimaan pelajar terhadap Informasi human trafficking.


(29)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1.Teori Stimulus-Organisme-Response (S-O-R)

Sebagai manusia kemampuan kita sangat terbatas untuk berhubungan dengan lingkungan kita serta dengan sesama kita. Secara fisiologis, setidak-tidaknya kita hanya memiliki lima alat indera. Fenomena lingkungan itu yang terkandung dalam banyak penjelasan psikologis, termasuk penjelasan teoritis di luar kecenderunagn behaviorisme, adalah konsep stimuli sebagai satuan masukan alat indera. Akan tetapi, apa yang membuat objek itu sebagai stimulus bukanlah karena ia ada dalam lingkungan manusia akan tetapi karena ia diterima sebagai satu satuan yang dapat diterima oleh alat indera manusia. Stimuli memberikan alat input kepada alat indera dan akibatnya memberikan data yang dipergunakan dalam penjelasan tentang perilaku manusia.

Hal ini memberikan gambaran bahwa manusia adalah makhluk yang peka terhadap rangsangan di lingkungannya, secara alamiah memang berlaku hokum ada aksi maka ada reaksi. Teoi S-O-R menjelaskan bagaimana suatu rangsangan mendapatkan respon. Tingkat interaksi yang paling sederhana terjadi apabila seseorang melakukan tindakan dan diberi respon oleh orang lain. Menurut Fisher


(30)

response sehingga dipakai istilah S-O-R (Stimulus-Organisme-Response). (Effendy,1991:200)

Teori S-O-R beranggapan bahwa organism menghasilkan perilaku jika ada kondisi stimulus tertentu pula. Jadi efek yang timbu adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah: 1.Pesan (Stimuli)

2.Komunikan( Organism) 3. Efek( Response)

Dalam proses perubahan sikap, sikap komunikan dapat berubah jika stimulus yang menerpanya benar-benar melebihi dari yang dialaminya. Mar’at (1984:10) mrengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelly yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu:

1.Perhatian 2.Pengertian 3.Penerimaan

II.2. Komunikasi

II.2.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama maksudnya adalah sama makna.


(31)

Menurut Carl I Hovland, ilmu komunikasi adalah: Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas—asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.

Laswell mengatakan bahwa bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What in Which Channel To whom With What Effect?

Pardigma Laswell menunjukkan bahwa komunikasi menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur sebagai jawaban dari pertannyaan yang diajukan itu, yakni:

-Komunikator: Orang yang menyampaikan pesan

-Pesan : pernyataan yang disertai lambing-lambang berarti -Media : sarana atau saluran pendukung proses komunikasi -Komunikan : pihak yang menerima pesan

-Efek : dampak dari pesan yang disampaikan

Komunikasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu verbal dan non verbal. Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang dilakukan dengan kata-kata melalui cara lisan (mulut) dan cara tulisan, sedangkan komunikasi nonverbal adalah perangkat pendukung dalam melakukan komunikasi non verbal. Seperti : bahasa tubuh, kontak mata, lambaian tangan dan sebagainya.


(32)

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

a.Proses Komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang(symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampumenerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.

b.Proses komunikasi secara sekunder

Proses kominikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai ambang sebagai media pertama.

Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relative jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telpon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televise, fim, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

Umpan balik dalam media massa dinamakn umpan balik tertunda (delayed feedback), karena sampainya tanggapan atau reaksi khalayak kepada komunikator memerlukan tenggang waktu .

Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam


(33)

menata lambing-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikastor harus memperhitungkan cirri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatife perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang dituju. Setiap media memiliki cirri atau sifat tertentu yang hanya efektif dan efisien untuk dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu pula.

II.3 Komunikasi Kelompok

II.3.1 Pengertian Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian dan terapan yang tidak menitik beratkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil. Akan tetapi, kalau dinamika-dinamika kelompok merupakan suatu studi tentang berbagai aspek tingkah laku kelompok, maka komunikasi kelompok yang memusatkan perhatiannya pada proses komunikasi dalam kelompok-kelompok kecil (Goldberg,1985 : 7)

Komunikasi kelompok dapat dilihat sebagai proses dimana penilaian dibentuk dan diungkapkan. Hal ini tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa kelompok-kelompok hanya bertemu untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, atu merumuskan penilaian. Kelompo-kelompok dapat saja bertemu untuk bermacam tujuan, termasuk tujuan yang terutama termasuk berorientasi terhadap hal-hal yang lain selain selain dari perumusan maupun penyampaian penilaian. Meskipun demikian, terdapat juga suatu asumsi implicit di dalam


(34)

kelompok, sangat berkepentiingan terhadap tercapainya keputusan-keputusan, pemecahan masalah. Tidak setiap himpunan orang disebut kelompok. Orang-orang yang berkumpul di terminal bus, yang antri di depan loket bioskop, yang berbelanja di pasar disebut agregat, bukan kelompok.

Perhatian para ahli komunikasi kelompok terlebih dahulu terhadap teori sangatlah kecil. Walaupun sebagian besar dari mereka mengetahui bahwa teori yang mutlak diperlukan bagi suatu disiplin ilmu, pengajar komunikasi kelompok terlebih dahulu lebih mengutamakan segi penerapannya. Mereka hanya berusaha mencari atau menembangkan prinsip tentang suatu diskusi yang baik, prinsip-prinsip yang menjadi patokan atau petunjuk bagi pengajar, pelatih atau anggota-anggota kelompok diskusi dalam meningktkan keterampilan diskusi( Goldberg, 1985 :47-48)

Para psikologi social juga mengenal mode. Pada tahun 1960-an, tema utama mereka adalah persepsi social. Pada dasawarsa berikutnya, tema ini memudar. Studi tentang pembentukan dan perubahan sikap juga mengalami pasang surut. Pernah menjadi mode sampai tahun 1950-an, memudar pada dasawarsa berikutnya, dan popular lagi pada akhir 1970-an. Begitu pula studi kelompok. Pada tahun 1940-an, ketika dunia dilanda perang, kelompok menjadi pusat perhatian. Setelah perang, perhatian beralih pada individu dan ini bertahan sampai pertengahan 1970-an. Akhir 1970-an, minat yang tinggi tumbuh kembali pada studi kelompok, dan seperti diramalkan Steiner (1974) menjadi dominan pada pertengahan 1980-an.


(35)

Para pendidik melihat komunikasi kelompok sebagai metode pendidikan yang efektif. Para manajer menemukan komunikasi kelompok sebagai wadah yang tepat untuk melahirkan gagasan-gagasan kreatif. Para psikiater mendaopatkan komunikasi kelompok sebagai wahana untuk memperbaharui kesehatan mental. Para ideology juga menyaksikan komunikasi kelompok sebagai sarana untuk meningkatkan sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran politik-ideologis. Minat yang tinggi ini telah memperkaya pengetahuan kita tentang berbagai jenis kelompok dan pengaruh kelompok pada perilaku kita.

Para ahli psikologi juga ahli sosiologi telah mengembangkan berbagai cara untuk mengklasifikasikan kelompok. Disini kita akan menjelaskan empat dikotomi, yaitu:

1. Kelompok Primer dan Sekunder 2. Ingroup dan Outgroup

3. Kelompok Rujukan dan Keanggotaan

4. Kelompok Deskriptif dan KelompokPrespektif

II.3.2 Proses-Proses Komunikasi Kelompok

Apa yang akan terjadi bila individu-individu berinteraksi dalam kelompok kecil? Jawaban terhadap pertanyaan ini hamper tidak ada batasnya. Apabila sejumlah pengalaman yang kita miliki masih belum mampu menghasilkan beberapa jawaban bagi pertannyaan yang dikemukakan di atas, pastinya ada alasan-alasan yang masuk akal. Sebagai salah satu alasan, karena banyak kejadian


(36)

yang begitu cepat serta saling berkait dan tumpang tindih. Alasan lain adalah kemungkinan Anda belum dilengkapi dengan konsep-konsep untuk mengartikan setiap gejala yang ada, atau mungkin Anda melihat keseluruhan proses melalui sebagian komponen yang ada. Oleh karena itu, strategi kita dalam ini harus mencakup dua segi, yaitu:

1. Kita harus mencoba mengisolir beberapa prose yang sederhana dan mudah dimengerti dari sekian banyak proses-proses yang timbul secara simultan dalam komunikasi kelompok.

2. Kita harus menggunakan beberapa istilah yang akan memudahkan kita mengorganisir pengamatan.

Dalam suatu penyelidikan lain, Scheidel dan Crowell memberi perhatian khusus pada kejadian-kejadian umpan balik (feedback events) yang terjadi dalam diskusi kelompok kecil. Dengan mengartikan kejadian-kejadian umpan balik sebagai kejadian dimana komentar yang dilontarkan salah satu peserta (X) setelah diikuti komentar yang dilontarkan peserta lain (Y), keudian langsung diikuti lagi oleh komentar peserta pertama (X). Peneliti-peneliti ini mendapatkan bahwa lebih kurang sepertiga dari keseluruhan interaksi terdiri dari kegiatan umpan balik. Padas saat terjadinya umpan balik, prosesnya ditandai oleh komentar tetapi tanda persetujuan atau komentar yang diarahkan pada aspek yang tidak terlalu penting aka nisi diskusi. Proses umpan balik seolah-olah mendorong anggota untuk merubah tujuan atau memperbaiki cara berpikir maupun melahirkan ide-ide.


(37)

II.3.3 Variabel Tingkah Laku dalam Komunikasi Kelompok

Dari segi pandangan tingkah laku, variabel-variabel sentral di dalam komunikasi kelompok adalah variabel-variabel yang mengungkapkan pesan-pesan yang dikemukakan dan ditanggapi oleh anggota kelompok pada saat berinteraksi dengan anggota lain.

Variabel-variabel pesan dalam komunikasi kelompok selain terdiri dari kata-kata juga terdiri dari isyarat-isyarat nonvocal serta raut muka yang digunakan oleh anggota kelompok dalam berinteraksi satu sama lain. Pesan-pesan ini dapat diuraikan dan dianalisis pelbagai cara, dapat diklasifikasi sebagai verbal dan nonverbal, sengaja atau tidak sengaja . Pesan-pesan itu dapat digolongkan bedasarkan intensitas , panjangnya, sifat abstrak dan berbagai ukuran dimensi lain. Akan tetapi terlepas dari bagaimana pesan-pesan itu digolongkan atau dinilai, teori-teori kelompok mungkin akan memasukkan hal tersebut sebagai pertimbangan.

Teori-teori komunikasi kelompok cenderung membedakan antara pesan-pesan tugas dengan pesan-pesan-pesan-pesan proses tetapi hanya berlaku kalau perbedaan tersebut didukung oleh sejumlah besar penelitian empiris dan teori kelompok kecil. Pada tingkatan tugas pesan-pesan sering menjadi unsur penting dari teori yang berkaitan pengembangan ide dalam kelompok serta dalam pengambilan, keputusan dan pemecahan masalah.Pesan juga merupakan unsure teori-teori atau aspek-aspek dari teori yang mencoba menerangkan pengaruh proses-proses dalam kelompok dan perubahan sikap pada anggota kelompok.


(38)

II.4 .Teater Sebagai Media Komunikasi II.4.1 Komunikasi dalam Pertunjukan Teater

Teater merupakan kisah kehidupan manusia yang disusun untuk ditampilkan sebagai pertunjukan di atas pentas oleh para pelaku dengan dan ditonton oleh public (penonton). Tanda- tanda kehidupan, symbol-simbol norma, tanda- tanda kebahasaan, symbol- symbol kejahatan dan sebagainya dirangkai oleh penulis naskah dan dibawakan oleh actor di atas panggung tanpa ada motivasi yang diresepsi dari tanda dan symbol kehidupan tidak akan bermakna. Lebih tidak bermakna lagi jika lakuan actor tidak dapat diinterpretasi atau diterima penonton sebagai respon dalam sebuah proses komunikasi.

Teater sebagai sebuah seni pertunjukan tidak terlepas dari aspek tanda dan symbol kehidupan manusia. Kehidupan manusia yang merupakan bahan bakar bagi penciptaan bagi penulis maupun pekerja seni teater lainnya akan membangun karya seni pertunjukan penuh dengan tanda dan simbol-simbol kehidupan. Tanda dan symbol yang sifatnya universal tersebut oleh banyak ilmuwan diyakini sebagai dasar dari semua komunikasi.

Charles Morris, pakar semiotic dalm berbagai tulisannya menunjukkan bahwa seluruh tindakan manusia melibatkan tanda dan makna dalam berbagai macam cara yang menarik perhatian. Setiap ada tindakan orang akan menjadi sadar terhadap tanda, menginterpretasikan tanda dan kemudian memutuskan bagaiamana cara meresponnya.

Simbol-simbol dari penulis naskah yang dibawakan oleh actor melalui interpretasi sutradara berfungsi untuk mengkomunikasikan konsep, gagasan


(39)

umum, pola atau bentuk. Menurut Susane Langer konsep disebut makna yang dipegang bersama antara para komunikator, tetapi masing-masing komunikator juga akan memiliki kesan atau makna pribadi yang mengisi gagasan umum tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teater sebagai sebuah seni pertunjukan memiliki unsur penting, selain naskah, sutradara, dan actor berupa aspek tanda dan symbol sebagai pesan yang ingin disampaikan dalam proses komunikasi.

II.4.2 Pesan dalam Pertunjukan Teater

Teater sebagai sebagai sebuah karya seni pertunjukan akan mengangkat pesan tentang kehidupan, tentang norma, tentang kebaikan, keburukan, kejahatan, dan berbagai watak karakter manusia untuk ditampilkan di atas panggung

Pertunjukan teater bukan sekedar geliat tubuh dan ceracau para aktor yang tak mempunyai makna apa-apa. Pertunjukan teater tak jauh beda dengan besi konduktor yang menjadi media penghantar panas. Penonton mempunyai hak sama untuk bisa mendapatkan sesuatu dari sebuah pertunjukan, dan hal tersebut tidak boleh terlupakan oleh para kreator.


(40)

mereka untuk menggelar pertunjukan, yaitu menyampaikan sebuah pesan. Tidak jarang sebuah pementasan teater yang indah dari sisi artistik, dramaturgi, dan keaktoran, namun tidak berhasil dalam usaha pengiriman pesan. Dalam pertunjukan teater, keberadaan pesan seharusnya ditempatkan di atas elemen-elemen yang lain. Karena bagaimanapun, teater adalah sebuah media komunikasi. Dimana komunikator mengemban tugas menyampaikan sebuah pesan kepadakomuninikan.

Sangat penting bagi seorang actor member muatan makna dialog agar dapat menumbuhkan pengertian bagi lawan bicara maupun penonton sebagai penerima pesan. Ketepatan actor member muatan pada kalimat-kalimat yang didialogkannya akan menciptakan komunikasi yang sempurna.

Dialog-dialog yang diucapkan actor harus selaras dalam lakuan di atas panggung. Perlu dilakukan analisis dialog oleh actor sebelum pemanggungan dimulaiagar memperoleh gambaran yang nyata tentang apa yang sebenarnya difokuskan dalam dialog tersebut.

Dalam sebuah pementasan, jika actor lepas dari cerita dalam naskah atau dialognya keluar dari naskah dan tidak mampu menerjemahkan dialog-dialog dan memperkuatnya dengan lakuan-lakuan di atas panggung maka akan terjadi kesalahpahaman atau tidak munculnya komunikasi antara actor sebagai pembawa pesan dengan penonton sebagai penerima pesan.


(41)

Unsur- unsur pembangun teater adalah lakuan, panggung, busana,rias, cahaya dan music. Keenam unsure tersebut tidak lepas dari sutradara sebagai seniman penafsir. Disamping itu, ada elemen-elemen lain yang tidak kalah penting yaitu acting, staging dan audience.

Tiga elemen tersebut merupakan unsure penting teater . Akting selalu berkaitan dengan pemeranan, yang sekaligus berkaitan dengan motivasi. Selain itu berhubungan pula dengan panggung ( staging) sebagai media lakuan. Panggung merupakan penggabungan semua unsure yang terkait dengan kebutuhan teater, panggung bukan daerah permainan atau lokasi saja, namun panggung dihadirkan secara lengkap dengan alat kelengkapan atau property yang diperlukan.

Audience, maupun pengkritisi merupakan bagian yang penting dalam teater, yang berfungsi sebgai pendukung pementasan. Kehadiran mereka sangat besar artinyameski hanya sebagai penonton yang tidak berbekal apa-apa atau penonton biasa. Penonton yang heterogen perlu mendapat perhatian sutradara, pemain dan yang lainnya untuk memperhitungkan penonton dari aspek dan dimensi budayanya agar kelancaran komunikasi pementasan berhasil.

Akting seorang actor atau bagaimana pemeranan yang diperankannya memerlukan motivasi yang masing-masing actor aka nada korelasinya. Ketergantungan seorang actor diikat bersama-sama dengan naskah, dialog atau pun alur cerita.


(42)

terletak pada dialog, melainkan banyak hal yang yang menjadikan dialog menjadi cirri khas teater , apalgi jika dikembalikan paa aspek-aspek kehidupan maka terjadinya komunikasi antara actor dan penonton menjadi signifikan.

II.4.4 Elemen Produksi Teater

Selain pemain (aktor) ada bagian penting dalam sebuah pertunjukan teater yaitu staf produksi. Staf produksi teater pada umumnya terdiri dari :

a. Produser

Memiliki tugas mengurus produksi secara keseluruhan dan menetapkan personal ( karyawan, petugas), anggaran biaya, program kerja, fasilitas dan sebagainya.

b. Director ( Sutradara )

Sebagai coordinator pelaksanaan tugas-tugas penggarapan teater, seperti menyiapkan actor dan mengkoordinasi pekerja teater.

c. Stage Manajer

Bertugas memimpin pertunjukan atau pementasan dalam artian pemimpin langsung di lapangan pada saat pertunjukan, membantu sutradara dalam mengkoordinasi dan persiapan pemain dan pekerja teater.

d. Designer


(43)

e. Pekerja Teater/ Crew

Para pekerja yang bertanggung jawab di bagian pentas, di bagian perlengkapan pentas atau dekorasi, tata lampu, tata busana dan tat arias, serta tata suara atau musi

II.5 Teater di Indonesia II.5.1 Pengertian Teater

Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti luas : Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Sedangkan dalam arti sempit : Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.

Teater di Indonesia terdiri atas dua bentuk. Pertama, teater tradisional, yang kedua teater modern. Modern dalam pengertian Indonesia tidak sama dengan modern dalam teater di Barat. Teater modern di Barat adalah dimaksudkan sebagai kurun setelah reinassance, sedangkan di Indonesia dimaksudkan sebagai bentuk teater yang menggunakan naskah.


(44)

Teater tradisional di Indonesia beraneka ragam, baik yang berkaitan dengan kebudayaan Hindu, maupun yang sama sekali tidak terpengaruh oleh kebudayaan Hindu.

Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki bentuk teater tradisionalnya. Namun, bentuk-bentuk teater tradisional di Jawa nampaknya lebih elas kedudukannya sebagai barang tontonan dibandingkan dengan teater-teater tradisional lainnnya di kepulauan Indonesia. Teater tradisional di Jawa digarap sungguh-sungguh oleh ahlinya, dijadikan pertunjukan parabangsawan atau pertunjukan rakyat jelata.

a. Tontonan bangsawan. Pada mulanya tontonan ini dilangsungkan di kraton, untuk menghibur sang raja dan para bangsawan. Misalnya wayang wong di Jawa Tengah.

b. Tontonan Jelata. Tontonan ini hidup di kalangan orang kebanyakan, dilangsungkan di lapangan, di lorong atau di jalan-jalan. Misalnya longer di Jawa Barat.

II.5.3 Teater Modern

Usia teater modern Indonesia masih muda sekali. Walaupun pada abad ke-19 telah kita kenal bentuk lakon yang ditulis di Manado lalu dirampungkan di Lebak yang isinya mengenai orang Indonesia, namun karya itu ditulis oleh Douwes Dekker, orang Belanda, dengan bahasa Belanda pula.


(45)

Janin teater modern Indonesia baru dimulai pada permulaan abad 20. Bentuknya masih bersifat gado-gado, ada music hiburan mengiringi penyanyi, ada tari-tariannya, deklamasi dan sulap. Orang menyebut etater Indonesia waktu itu: kemidi opera, kemidi bangsawan, sttambul, tonil dan belakangan sandiwara. Pemain tidak mengenal naskah. Pola ceritanya hanya didiskusikan oleh pemimpin teater kapda pemain-pemain, lalu pemain-pemain mengembangkan sendiri di panggung.

Berangsur-angsur terjadi pembaharuan. Bersamaan dengan lahirnya Sumpah Pemuda, maka meluaslah bahasa Indonesia ke seluruh nusantara. Alhasil, dari Sumpah itu timbul kepercayaan bangsa Indonesia mengarang karya sastra dengan bahasa Indonesia. Muncullah beberapa pengarang yang mengarang drama. Mereka adalah Saoesi Pane, Armijn Pane, Roestam Effendi, dan Muhammad Yamin.

Kemudian setelah Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan Indonesia jadi Negara merdeka berdaulat, baru lah pertumbuhan teater makin deras maju. Jika tadinya teater dibentuk oleh orang-orang tidak akrab dengan sastra, maka pada giliran berikut, teater justru dibangun olehpara sastrawan. Sebelum tahun 50-an, kita kenal nama Usmar Ismail, Asrul Sani, Idrus, dan Trisno Sumardjo.


(46)

pengarang itu termasuk Slamet Mulyana, Aoh Karta Hadimadja, Rustandi Kartakusuma, Utty Tatang Sontani, dan Sitor Situmorang.

Menjelang tahun 1960, karya –karya Indonesia sering dimainkan di beberapa kota besar seperti Yogya, Solo, Jakarta dan Bandung. Diantara pengarang-pengarang muda menjelang tahun 1960 ini, yang paling produktif adalah Kirdjomuljo, kemudian Motinggo Busye. Lalu ada beberapa nama yang muncul yang kemudian menjadi penting dalam perkembangan teater selanjutnya. Mereka adalah W. S Rendra, Subagio Sastrowardojo, Iwan Simatupang.

Berdasarkan perkembangan tersebut , pertumbuhan teater modern Indonesia dalam tiga angkatan.

a.Angkatan Permulaan ( sekita tahun 1920-an sampai 1930-an ). Teater pada masa ini berbentuk tontonan spektakuler, hanya bersifat hiburan. Dua kelompok yang penting adalah: Oreon, dipimpin oleh T.D. Tio Jr dan Dardanella, dipimpin oleh A.Piedro.

b.Angkatan Pertumbuhan ( sekitar tahun 1940-1960 ). Sastra telah telah berkaki dalam teater Indonesia. Mula-mula naskah biasa, lama-lama meningkat ke naskah-naskah serius. Beberapa kelompoknya adalah: Bintang Surabaja, dipim[in oleh Njoo Tjeong Sen, Terang Bulan, dipimpin oleh The Teng Tjoen, Maya, diimpin oleh Usmar Ismail, dan ATNI, sebuah akademi, dibina oleh Asrul Sani, Usmar Ismail, Sitor Situmorang dan Wiratmo Soekito.


(47)

c.Angkatan Penalaran 9 sekitar tahun 1960 sampai sekarang). Arti Gaung teater kontemporer di Barat membaur dengan teater tradisional Indonesia. Angkatan ini ada hubungannya dengan pergantian politik dari Orde Lama yang pesimistis ke Orde Baru yang optimistis. Bangkit rasa percaya diri bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa besar, oleh sebab itu, kesenian Indonesia perlu membentuk satu identitas nasional yang kuat. Identitas ini dipercaya dapat lahir dari hasil penggalian nilai-nilai tradisional. Dengan begitu teater dalam angkatan ini menjadi teater eksperimental.

Beberapa kelompok yang mempengaruhi teater-teater sesudahnya adalah:

1. Studiklub Teater Bandung, dipimpin oleh Jim Adhi Limas dengan beberapa teman diantaranyaSuyatna Ainun, Fred Wetik, dan Saini KM. 2. Federasi Kota Bogor, dipimpin oleh Taufik Ismail, merupakan gabungan 5

teater yang bergiat sendiri-sendiri.

3. Teater Populer, dipimpin oleh Teguh Karya dengan beberapa pemain yang kuat, antaranya Slamet Rahardjo,Tuty Indra Malaon

4. Bengkel Teater Rendra, dipimpin oleh W.S Rendra dengan istri-istrinya. Mulanya diperkuat Jasso Winarto,Arifin C.Noer, kemudian Putu Wijaya, Syubah Asa, Azwar AN.5.Teater Mandiri, dipimpin oleh Putu Wijaya, hanya memainkan drama-drama sendiri.

5. Teater Kecil, dipimpin oleh Arifin C.Noer, dibantu oleh Ikanagara, banyak memainkan cerota sendiri.


(48)

6. Teater Sardono, dipimpin oleh Sardono WK,dibantu oleh Sentot, Franki Raden.

7. Teater Saja, dipimpin oleh Ikanagara, umumnya hanya memainkan naskah-naskah sendiri.

8. Teater Danarto, dipimpin oleh Danarto

9. Dapur Teater 23761, dipimpin oleh Remy Sylado, hanya memainkan karya-karya sendiri, diperkuat oleh Jeihan, Harjadi Suadi, Abdul Hadi wm. 10.Teater-Teater Kampus, yang terkenal antara lain DarmantoJt. Di Undip,

Sanento Juliman, dan T. Sutanto di ITB.

11.Teater-teater Remaja, terutama di Jakarta, Ypgyakarta, Surabaya, Ujung Pandang Medan, Padang dan Bandung.

II.6 Human Trafficking di Indonesia II.6.1 Pengertian Human Trafficking

Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mendefinisikan trafiking sebagai: Perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang, dengan ancaman, atau penggunaan kekerasan, atau bentuk-bentuk pemaksaan lain, penculikan, penipuan, kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, atau memberi atau menerima bayaran atau manfaat untuk memperoleh ijin dari orang yang mempunyai wewenang atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi. (Protokol PBB tahun 2000 untuk Mencegah, Menanggulangi dan Menghukum Trafiking terhadap Manusia, khususnya perempuan dan anak-anak; Suplemen Konvensi PBB mengenai Kejahatan Lintas BatasNegara).


(49)

Tabel dibawah ini, yang disarikan dari Definisi PBB diatas, adalah alat yang berguna untuk menganalisa masing-masing kasus untuk menentukan apakah kasus tersebut termasuk trafiking atau tidak. Agar suatu kejadian dapat dikatakan sebagai trafiking, kejadian tersebut harus memenuhi paling tidak satu unsur dari ketiga kriteria yang terdiri dari proses, jalan/cara dan tujuan.

Proses Cara/Jalan Tujuan

Perekrutan Ancaman Prostitusi

Pengiriman Pemaksaan Pornografi

Pemindahan Penculikan Kekerasan/ Eksploitasi

Seksual

Penampungan Penipuan Kerja Paksa dengan upah yang tidak layak

Penerimaan Kebohongan Perbudakan/

Praktek-praktek lain serupa perbudakan Kecurangan


(50)

Tidak ada satupun yang merupakan sebab khusus terjadinya trafiking manusia di afiking disebabkan oleh keseluruhan hal yang terdiri dari bermacam-macam kondisi serta persoalan yang berbeda-beda. Termasuk kedalamnya adalah:

a. Kurangnya Kesadaran: Banyak orang yang bermigrasi untuk mencari kerja baik di Indonesia ataupun di luar negeri tidak mengetahui adanya bahaya trafiking dan tidak mengetahui cara-cara yang dipakai untuk menipu atau menjebak mereka dalam pekerjaan yang disewenang-wenangkan atau pekerjaan yang mirip perbudakan.

b. Kemiskinan: Kemiskinan telah memaksa banyak keluarga untuk merencakanan strategi penopang kehidupan mereka termasuk bermigrasi untuk bekerja dan bekerja karena jeratan hutang, yaitu pekerjaan yang dilakukan seseorang guna membayar hutang atau pinjaman.

c. Keinginan Cepat Kaya: Keinginan untuk memiliki materi dan standar hidup yang lebih tinggi memicu terjadinya migrasi dan membuat orang-orang yang bermigrasi rentan terhadap trafiking.

d. Faktor Budaya: Faktor-faktor budaya berikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya trafiking:

 Peran Perempuan dalam Keluarga: Meskipun norma-norma budaya menekankan bahwa tempat perempuan adalah di rumah sebagai istri dan ibu, juga diakui bahwa perempuan seringkali menjadi pencari nafkah tambahan/pelengkap buat kebutuhan keluarga. Rasa tanggung jawab dan


(51)

kewajiban membuat banyak wanita bermigrasi untuk bekerja agar dapat membantu keluarga mereka.

 Peran Anak dalam Keluarga: Kepatuhan terhadap orang tua dan kewajiban untuk membantu keluarga membuat anak-anak rentan terhadap trafiking. Buruh/pekerja anak, anak bermigrasi untuk bekerja, dan buruh anak karena jeratan hutang dianggap sebagai strategi-strategi keuangan keluarga yang dapat diterima untuk dapat menopang kehidupan keuangan keluarga.

 Perkawinan Dini: Perkawinan dini mempunyai implikasi yang serius bagi para anak perempuan termasuk bahaya kesehatan, putus sekolah, kesempatan ekonomi yang terbatas, gangguan perkembangan pribadi, dan seringkali, juga perceraian dini. Anak-anak perempuan yang sudah bercerai secara sah dianggap sebagai orang dewasa dan rentan terhadap trafiking disebabkan oleh kerapuhan ekonomi mereka.

 Sejarah Pekerjaan karena Jeratan Hutang: Praktek menyewakan tenaga anggota keluarga untuk melunasi pinjaman merupakan strategi penopang kehidupan keluarga yang dapat diterima oleh masyarakat. Orang yang ditempatkan sebagai buruh karena jeratan hutang khususnya, rentan terhadap kondisi-kondisi yang sewenang-wenang dan kondisi yang mirip dengan perbudakan.


(52)

ditrafik, misalnya, lebih mudah diwalikan ke orang dewasa manapun yang memintanya.

6. Kurangnya Pendidikan: Orang dengan pendidikan yang terbatas memiliki lebih sedikit keahlian/skill dan kesempatan kerja dan mereka lebih mudah ditrafik karena mereka bermigrasi mencari pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian.

7. Korupsi & Lemahnya Penegakan Hukum: Pejabat penegak hukum dan imigrasi yang korup dapat disuap oleh pelaku trafiking untuk tidak mempedulikan kegiatan-kegiatan yang bersifat kriminal. Para pejabat pemerintah dapat juga disuap agar memberikan informasi yang tidak benar pada kartu tanda pengenal (KTP), akte kelahiran, dan paspor yang membuat buruh migran lebih rentan terhadap trafiking karena migrasi ilegal. Kurangnya budget/anggaran dana negara untuk menanggulangi usaha-usaha trafiking menghalangi kemampuan para penegak hukum untuk secara efektif menjerakan dan menuntut pelaku trafiking.

II.6.3 Bentuk-Bentuk Human Trafficking

Ada beberapa bentuk trafiking manusia yang terjadi pada perempuan dan anak-anak:

1. Kerja Paksa Seks & Eksploitasi seks – baik di luar negeri maupun di wilayah Indonesia. Dalam banyak kasus, perempuan dan anak-anak


(53)

toko, atau pekerjaan-pekerjaan tanpa keahlian tetapi kemudian dipaksa bekerja pada industri seks saat mereka tiba di daerah tujuan. Dalam kasus lain, berapa perempuan tahu bahwa mereka akan memasuki industri seks tetapi mereka ditipu dengan kondisi-kondisi kerja dan mereka dikekang di bawah paksaan dan tidak diperbolehkan menolak bekerja.

2. Pembantu Rumah Tangga (PRT) – baik di luar ataupun di wilayah Indonesia. PRT baik yang di luar negeri maupun yang di Indonesia di trafik ke dalam kondisi kerja yang sewenang-wenang termasuk: jam kerja wajib yang sangat panjang, penyekapan ilegal, upah yang tidak dibayar atau yang dikurangi, kerja karena jeratan hutang, penyiksaan fisik ataupun psikologis, penyerangan seksual, tidak diberi makan atau kurang makanan, dan tidak boleh menjalankan agamanya atau diperintah untuk melanggar agamanya. Beberapa majikan dan agen menyita paspor dan dokumen lain untuk memastikan para pembantu tersebut tidak mencoba melarikan diri.

3. Bentuk Lain dari Kerja Migran – baik di luar ataupun di wilayah Indonesia. Meskipun banyak orang Indonesia yang bermigrasi sebagai PRT, yang lainnnya dijanjikan mendapatkan pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian di pabrik, restoran, industri cottage, atau toko kecil. Beberapa dari buruh migran ini ditrafik ke dalam kondisi kerja yang sewenang-wenang dan berbahaya dengan bayaran sedikit atau bahkan tidak dibayar sama sekali. Banyak juga yang dijebak di tempat kerja seperti itu melalui jeratan hutang, paksaan, atau kekerasan.


(54)

4. Penari, Penghibur & Pertukaran Budaya – terutama di luar negeri. Perempuan dan anak perempuan dijanjikan bekerja sebagai penari duta budaya, penyanyi, atau penghibur di negara asing. Pada saat kedatangannya, banyak dari perempuan ini dipaksa untuk bekerja di industri seks atau pada pekerjaan dengan kondisi mirip perbudakan.

5. Pengantin Pesanan – terutama di luar negeri. Beberapa perempuan dan anak perempuan yang bermigrasi sebagai istri dari orang berkebangsaan asing, telah ditipu dengan perkawinan. Dalam kasus semacam itu, para suami mereka memaksa istri-istri baru ini untuk bekerja untuk keluarga mereka dengan kondisi mirip perbudakan atau menjual mereka ke industri seks. 6. Beberapa Bentuk Buruh/Pekerja Anak – terutama di Indonesia. Beberapa

(tidak semua) anak yang berada di jalanan untuk mengemis, mencari ikan di lepas pantai seperti jermal, dan bekerja di perkebunan telah ditrafik ke dalam situasi yang mereka hadapi saat ini.

7. Trafiking/penjualan Bayi – baik di luar negeri ataupun di Indonesia. Beberapa buruh migran Indonesia (TKI) ditipu dengan perkawinan palsu saat di luar negeri dan kemudian mereka dipaksa untuk menyerahkan bayinya untuk diadopsi ilegal. Dalam kasus yang lain, ibu rumah tangga Indonesia ditipu oleh PRT kepercayaannya yang melarikan bayi ibu tersebut dan kemudian menjual bayi tersebut ke pasar gelap.


(55)

Penerimaan terhadap suatu informasi dengan adanya suatu inovasi baru oleh suatu masyarakat tidak terjadi secara serempak. Ada anggota masyarakat yang memang sejak lama menanti datangnya inovasi ( karena sadar akan kebutuhannya). Ada anggota masyarakat yang melihat dulu kiri kanannya dan telah yayakin benar akan keuntungan-keuntungan tertentu yang bakal diperoleh, baru mau menerima inovasi dimaksud. Namun ada pula anggota masyarakat yang sampai akhir tetap tidak mau menerima suatu inovasi atau ide-ide baru( Nasution,1990 : 17 ).

Rogers dan Shoemaker (1971 ) mengelompokkan masyarakat penerima menjadi 5 lapisan:

1. Innovator: Yaitu mereka yang sudah pada dasarnya gandrung akan hal-hal baru, dan rajin melakukan percobaan-percobaan.

2. Penerima dini (early adaptor). Lapisan ini merupakan orang –orang yang berpengaruh, tempat teman-temannya bertanya dan mendapatkan keterangan, serta merupakan orang-orang yang lebih maju dibanding orang sekelilingnya. 3. Mayoritas dini (early mayority). Yaitu orang-orang yang menerima suatu

inovasi selangkah lebih dahulu dari rata-rata kebanyakan orang lainnya.

4. Mayoritas belakangan (late mayority). Yakni orang-orang yang baru bersedia menerima suatu inovasi apabila menurut penilaiannya semua orang sekelilingnya salah menerima.


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian III.1.1 SMA Negeri 1 Tebing Tinggi

Berdiri sejak tahun 1959, SMA Negeri 1 Tebing Tinggimerupakan salah satu Sekolah Menengah Atas yang terbaik di kota Tebing Tinggi. Prestasi itu antara lain dapat dilihat dari tingginya persentase siswa SMAN 1 Tebing Tinggi yang masuk ke perguruan tinggi negeri. Sejak tahun 2000 lebih 60 % lulusan SMAN 1Tebing Tinggi berhasil menembus Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB ) di berbagai universitas negeri.

Visi

Terwujudnya SMA Negeri 1 Tebing Tinggi yang cerdas dan kompetitif secara internasioal

Misi:

a. 1.Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan guna menanamkan wawasn keilmuan secara berdaya guna dan berhasil guna.

b. Meningkatkan proses belajar mengajar secara optimal guna membangkitkan seluruh potensi kecerdasan siswa.

c. Memberikan kemampuan yang memiliki daya saing secara global di segala bidang.


(57)

1. 1.Menghasilkan siswa yang memiliki wawasan keilmuan secara berdaya guna dan berhasil guna.

2. Dapat membangkitkan seluruh potensi kecerdasan siswa baik akademik maupun non akademik.

3. Menghasilkan siswa yang mampu bersaing di tingkat internasional sesuai dengan potensi yang dimiliki.

III.1.2 SMK Negeri 3 Tebing Tinggi

SMK Negeri 3 mempunyai tiga bidang keahlian yaitu, seni, kerajinan, dan pariwisata. Sedangkan program studi terdiri dari tata busana, tata boga, akomodasi perhotelan, dan tata kecantikan.

A.Program Keahlian Tata Busana

Siswa mempelajari seluruh pelajaran normative dan adaptif yang ada di SMA ditambah dengan pelajaran produktif Tata Busana yang meliputi:

a.Mendesain busana b.Membuat pola

c.Menjahit berbagai jenis pakaian d.Menyulam dan kerajinan tangan lain e.Membordir

f.Berwira usaha di bidang busana


(58)

Program ini melatih siswa agar kelak mampu menyiapkan, mengolah, menata sampai memasarkan berbagai jenis makanan Europe food, Indonesian food, pastry ( kue) dan lain – lain, baik dalam jumlah kecil maupun besar.

C.Program Keahlian Akomodasi Perhotelan

Program keahlian ini menggeluti Ilmu Perhotelan, dengan berbagai kompetensi meliputi:

a.Public Area b. Front Office c.Reservasi d.Make up Room e.Bell boy

f.Laundry

D.Program Keahlian Tata Kecantikan

Program keahlian Tata Kecantikan yang meliputi pembelajaran mengenai: a.Tata Rias Rambut

b. Perawatan Kulit dan Wajah c.Merangkai Bunga


(59)

Visi:

Menjadi SMK berstandar nasional yang mampu membentuk sumber daya manusia yang  bertaqwa dan kompeten di bidangnya serta dapat mengembangkan kecakapan hidup  dan membangun daerah di ere globalisasi.

III.1.3 SMA Yayasan Persiapan

Sma Yayasan Persiapan didirikan pada tahun 1978. SMA ini terdiri dari 24 kelas, yaitu 8 kelas SMA kelas I, yang terdiri dari 335 orang, 8 kelas II, yang terdiri dari 355 orang dan kelas III 324 orag. Total seluruh siswa adalah 1014 orang. Dan jumlah guru adalah 78 orang. Namun sekolah ini dibagi kelas pagi dan siang. Semua siswa kelas I masuk pagi, sedangkan siswa kelas II dan III masuk siang.

Visi:

Mulia dalam perbuatan,unggul dalam pengetahuan yang dilandasi keimanan dan ketakwaan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Misi:

a. Meningkatkan system belajar yang efektif

b. Meningkatkan keimanan ketakwaan dan ilmu pengetahuan c. Mengembangkan bakat dan kreativitas siswa


(60)

III.1.4 SMA Negeri 1 WAMPU

Sekolah ini baru berdiri pada tahun 2007. SMA 1Wampu hanya memiliki 6 kelas yang terdiri dari ruangan kelas I. II, dan III masing –masing 2 kelas. Kelas II dan III terdiri atas 2 jurusan yaitu IPA dan IPS, dan total seluruh siswa SMA 1 Wampu adalah 239 orang.

Visi:

Menuju peserta didik berprestasi yang berwawasab lingkungan dengan dilandasi iman dan taqwa.

Misi:

1. Meningkatkan prestasi akademik sekolah

2. Membentuk peserta didik yang berakhlak dan berbudi pekerti luhur 3. Meningkatkan prestasi dalam kegiatan ekstrakurikuler

4. Mengembangkan kemampuan yang berwawasan agronomis

5. Menumbuhkan semangat belajar yang tinggi dan disiplin siswa yang terpuji 6. Memberdayakan partisipasi masyarakat/ komite sekolah

III.2 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu metode yang menjelaskan hubungan antara dua variabel. Penelitian korelasional bertujuan meneliti sejauhmana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi variabel yang lain. (Rakhmat, 2004:27)


(61)

III.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di lakukan di kota Binjai, Stabat dan Tebing Tinggi dan Medan.

Tepatnya di sekolah - sekolah menengah atas negeri maupun swasta. Berikut penjelasan lokasi sekolah-sekolah tersebut:

1. SMA Negeri 1 Tebing Tinggi

Jl.Kom.Laut Yos Sudarso,Tebing Tinggi.

2. SMK Negeri 3 Tebing Tinggi Jl.Nangka,Tebing Tinggi

3. SMA Negeri 2 Tebing Tinggi

Jl.Kom.Laut Yos Sudarso km 5 tebing tinggi

4. SMA Negeri 1 Stabat Jl.Proklamasi Stabat

5. SMA Negeri 1 Wampu

Jl.Tengku Muhammad Daud Kelurahan Bingai kecamatan Wampu

6. SMA Yayasan Persiapan


(62)

7. SMA Negeri 1 Binjai

8. Taman Budaya Medan

III.4 Populasi dan Sampel

III.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa sikap hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian ( Bungin, 2009 : 99 )

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri dan Swasta di Binjai, Tebing Tinggi, Stabat & Medan yang menonton pertunjukan teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari.

Tabel 1 (SMA di Binjai)

Nama Sekolah Jumlah

SMA 1 Binjai 12

Total 15

Tabel 2

(SMA di Stabat)


(63)

SMA Negeri 1 Stabat 13

SMA Negeri 1 Wampu 5

SMA Yayasan Persiapan 4

Total 22

Tabel 3

(SMA di Tebing Tinggi)

Nama Sekolah Jumlah

SMA Negeri 1 Tebing Tinggi 16

SMA Negeri 2 Tebing Tinggi 4

SMK Negeri 3 Tebing Tinggi 6

Total 26

Tabel 4 (SMA di Medan )

Nama Sekolah Jumlah

SMA Muhamaddiyah 1 6

SMA Dharma Pancasila 1

SMA 2 Medan 1


(64)

Tabel 5

( Jumlah Total Populasi )

Kota Jumlah

Binjai 16 Stabat 22

Tebing Tinggi 26

Medan 7 Total 71

(Sumber : Daftar hadir penonton teater APDM dari Pusat Kajian Penelitian Anak)

III.4.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 2001 : 144). Jika populasi tidak trlalu banyak, maka digunakan total sampling (Prasetyo, 2005 : 121), artinya keseluruhan jumlah populasi dijadikan dari sampel. Menurut Arikunto (2002 : 12), jika populasi kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sampel dari penelitian ini adalah ssiswa SMA di Binjai, Stabat dan Tebing Tinggi yang menonton pertunjukan teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” yang berjumlah 71 orang dengan menggunakan total sampling.


(65)

III.5 Teknik Pengumpulan Data

1. Penelitian kepustakaan

Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian seperti buku-buku. jurnal, internet dan sebagainya

2. Penelitian Lapangan

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulan data yang meliputi kegiatan survey di lokasi penelitian, pengumpulan data dari responden melalui kuesioner.

III.6 Pelaksanaan Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan data penelitian dari berbagai bahan bacaan, seperti buku dan dan bahan –bahan lainnya yang diperoleh peneliti dari berbagai situs internet. Kemudian peneliti mempelajari bahan bacaan tersebut , sehingga diperoleh data- data yang relevan dan dapat mendukung penelitian ini.

Untuk memperoleh data jumlah pelajar SMA yang telah menonton teater “Anak Perawan di Sarang Muucikari”, peneliti meminjam daftar hadir penonton dengan LSM Pusat Kajian Penelitian Anak Medan yang menyelenggarakan pertunjukan teaer tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah pelajar SMA yang hadir dari seluruh pertunjukan teater di kota Binjai, Stabat, Tebing Tinngi


(66)

sekolah yang berbeda, yaitu SMA Negeri 1 Binjai, SMA Negeri 1 Stabat, SMA Negeri 1 Wampu, SMA Yayasan Persiapan, SMA Negeri 1 Tebing Tinggi, Sma Negeri 2 Tebing Tinggi dan SMK Negeri 3 Tebing Tinggi, SMA Muhamaddiya 1 Medan dan Dharma Pancasila Medan. Selanjutnya peneliti mengajukan surat penelitian dari bagian pendidikan FISIP USU, untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. Namun peneliti tidak melakukan penelitian di sekolah-sekolah Medan karena peneliti melakukan penelitian langsung di lokasi pertunjukan di Taman Budaya Medan, yaitu dengan cara memberikan kuesioner.

Peneliti menyebarkan kuesioner selama kurang lebih satu minggu yakni mulai tanggal 21 April – 1 Mei 2010. Pada saat pengisian kuesioner, peneliti membimbing responden dalam menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan, terutama untuk pertanyaan-pertanyaan yang tidak dimengerti oleh responden untuk mendapatkan data yang lebih akurat.

Setelah kuesioner disebarkan, maka peneliti menganalisa data, dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan penganalisaan tabel tunggal dan tabel silang yang berisikan frekuensi dan persentase.

III.7 Teknik Analisa Data

1. Analisis Tabel Tunggal

Yaitu suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 2006:266).


(67)

2. Analisis Tabel Silang

Yaitu suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel yang lainnya. Sehingga dapat diketahui apakah bersifat positif atau negatif (Singarimbun, 2006:273).

3. Uji Hipotesis

Yaitu pengujian data statistik untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji tingkat hubungan diantara kedua variabel yang dikorelasikan, maka peneliti menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Spearman (Spearman’s Rho Rank-Order correlations). Dalam teknik ini setiap data dari variabel-variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai terbesar (diranking).

Rumus koefisien korelasinya (Kriyantono, 2008:176) adalah:

Keterangan:

Rs (rho) = koefisien korelasi rank-order

Angka 1 = bilangan konstan 6 = bilangan konstan

d = perbedaan antara pasangan jenjang

 = sigma atau jumlah


(68)

Spearman Rho Koefisien adalah metode untuk menganalisis data dan untuk melihat hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala ordinal.

Jika rs < 0, maka hipotesa ditolak. Jika rs > 0, maka hipotesa diterima.

Selanjutnya untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan skala Guilford (Rakhmat, 2004:29):

< 0,20 = Hubungan rendah sekali; lemas sekali 0,20 – 0,40 = Hubungan rendah tetapi pasti

0,41  0,70 = Hubungan yang cukup berarti 0,71  0,90 = Hubungan yang tinggi; kuat

 0,90 = Hubungan sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan

Untuk menguji tingkat signifikasi korelasi, jika n > 10, digunakan rumus ttest pada tingkat signifikansi 0,05 (Kriyantono, 2008:177) sebagai berikut:

Keterangan:

t = nilai thitung

r = nilai koefisien korelasi

n = jumlah sampel


(69)

jika thitung < ttabel , maka hubungannya tidak signifikan

4.Teknik Pengolahan Data

Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data dari 71 orang responden, kemudian dilakukan pengolahan data dengan tahap-tahap berikut:

1. Penomoran kuesioner

Penomoran kuesioner yaitu memberikan nomor urut kuesioner sebagai pengenal, yakni mulai dari 1-71.

2. Editing

Editing yaitu proses pengeditan jawaban responden untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesilapan pengisian kotak kode yang disediakan.

3. Coding

Coding yaitu proses pemindahan jawaban-jawaban responden ke kotak

kode yang telah disediakan di kuesioner dalam bentuk angka (score).

4. Inventarisasi variabel

Inventarisasi variabel yaitu data mentah yang diperoleh dan dimasukkan kedalam lembar Foltron Cobol (FC) sehingga data dalam satu kesatuan.


(70)

5. Menyediakan kerangka tabel

Banyaknya kerangka tabel minimal sejumlah pertanyaan dalam bentuk kuesioner, maksimal sesuai dengan kebutuhan analisis kerangka tabel ini dilengkapi dengan nomor tabel, judul tabel, kolom vertikal, dan horizontal, kategori dan indikator, frekuensi, persen dan jumlah. Fungsi kerangka tabel ini untuk mewadahi sebaran data dalam penelitian.

6. Tabulasi data

Tabulasi data yaitu memindahkan variabel responden dari lembar Foltron Cobol (FC) kedalam kerangka tabel. Adapun tabel yang disajikan berbentuk tabel tunggal. Penyebaran data dalam tabel secara pasti melalui kategori, frekuensi, persentase, dan selanjutnya analisis.


(71)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. Analisis Tabel Tunggal

Analisis Tabel Tunggal dilakukan dengan membagi penelitian ke dalam kategori yang ditentukan atas dasar tabel frekuen si dan persentase. Analisa ini dimaksudkan untuk melihat distribusi jawaban responden dari setiap variabel penelitian. Analisa tabel tunggal dalam penelitian ini meliputi keseluruhan variabel penelitian, yaitu karakteristik responden, variabel bebas ( pertunjukan teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari “) dan variabel terikat ( Tingkat penerimaan informasi human trafficking ). Tabel dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0

IV.1.1 Analisa Data Karakteristik Responden

Karateristik responden diperlukan untuk menegetahui latar belakang responden yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Berikut ini akan disajikan data-data hasil penelitian berupa karakteristik responden dan penganalisanya yang meliput jenis kelamin, usia dan hobi responden yang menonton pertunjukan teater Anak Perawan di Sarang Mucikari. Berikut dijelaskan satu persatu pada tabel dibawah ini.


(72)

Tabel IV.1

Usia Responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

15 tahun 14 19.7 19.7 19.7

16 tahun 36 42.3 42.3 62.0

17 tahun 18 25.4 25.4 87.3

18 tahun 9 12.7 12.7 100.0

Valid

Total 71 100.0 100.0

Dari tabel di atas dapat dilihat bbahwa sebagian besar responden berusia 16 tahun, yaitu sebanyak 36 orang (42.3%), 18 orang berusia 17 tahun ( 25.4%), 14 orang berusia 15 tahun ( 19.7%) dan 9 orang berusia 18 tahun ( 12.7 %).

Tabel 1V.2

Jenis Kelamin Responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Laki-laki 38 53.5 53.5 53.5

Perempuan 33 46.5 46.5 100.0

Valid

Total 71 100.0 100.0


(73)

Tabel IV.2 menunjukkan bahwa responden laki-laki lebih banyak daripada responden perempuan. Walaupun beda persentasenya tidak begitu besar. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang lebih banyak menonton teater Anak Perawan di Sarang Mucikari adalah laki-laki.

Tabel IV.3 Hobi Responden

Sumber : P.3/FC.3

Tabel 1V.3 menunjukkan bahwa hobi responden yang paling banyak adalah olah raga sebanyak 27 orang (38%). Kemudian diikuti menonton sebanyak 18 orang ( 25.4%) dan membaca sebanyak 15 orang ( 21.1%). Sedangkan responden yang memilih hobi lainnya berjumlah 11 orang (15.5%). Hobi tersebut dituliskan responden antara lain menyanyi, melukis dan lain-lain.

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Membaca 15 21.1 21.1 21.1

Olah Raga 27 38.0 38.0 59.2

Menonton 18 25.4 25.4 84.5

Lainnya 11 15.5 15.5 100.0

Valid


(74)

IV.1.2 Pertunjukan Teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari”

Tabel 1V.4

Mendengar istilah Human Trafficking sebelum menonton teater “APDM”

F %

Valid Percent

Cumulative Percent

Sangat Sering 1 1.4 1.4 1.4

Sering 3 4.2 4.2 5.6

Jarang 43 60.6 60.6 66.2

Tidak Pernah 24 33.8 33.8 100.0

Total 71 100.0 100.0

Sumber: P.4/FC.4

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden jarang mendengar istilah human trafficking yaitu sebanyak 43 orang (60.6%), kemudian diikuti dengan responden yang tidak pernah mendengar istilah human trafficking sebanyak 24 orang (33.8%) dan responden yang sering mendengar adalah 3 orang ( 4.2%), sedangkan responden yang sangat sering mendengar hanya 1 orang (1.4%).


(75)

Tabel 1V.5

Sumber: P.5/FC 5

Pengetahuan reponden terhadap pengertian human trafficking sebelum menonton teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari”dapat dilihat pada tabel 5 di atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa separuh responden yang tahu pengertian human trafficking yaitu berjumlah 31 orang (43.7%). Selebihnya menjawab kurang tahu 24 orang ( 31.5%), tidak tahu berjumlah 13 orang ( 18.3%) dan sangat tahu hanya 3 orang (4.2%).

Pengertian Human Trafficking sebelum menonton teater "APDM"

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Sangat Tahu 3 4.2 4.3 4.3

Tahu 31 43.7 44.3 48.6

Kurang Tahu 24 31.5 32.9 81.4

Tidak Tahu 13 18.3 18.6 100.0

Valid


(1)

mengandung informasi tentang akibat human trafficking

12 Isi cerita teater “APDM” mengandung informasi tentang manipulasi terhadap korban human trafficking

21

13 Isi cerita teater “APDM” mengandung informasi tentang pencegahan human trafficking

22

12.Media apakah yang Anda gunakan untuk mendapatkan informasi tentang human trafficking?

No Keterangan Jawaban

Sangat

Sering

Sering Jarang Tidak Pernah

FC

1. Televisi 23

2. Surat Kabar 24

3. Radio 25

4. Flyer dari Pusat Kajian

Penelitian Anak


(2)

5. Diskusi dengan Pusat Kajian Penelitian Anak

27

6. Buku Saku dari Pusat Kajian Penelitian Anak

28

13.Pengetahuan Tentang Human Traficking

Penilaian No PERNYATAAN

Sangat Setuju

Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju FC

1. Human Traficking disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah

29

2. Human Traficking disebabkan oleh himpitan ekonomi korban

30

3. Human trafficking disebabkan oleh latar belakang keluarga korban yang berantakan

31

4. Human trafficking disebabkan oleh korban sangat mudah percaya dengan orang lain


(3)

5. Proses human trafficking diawali dengan pelaku melihat kelemahan calon korban dalam masalah ekonomi

33

6. Pelaku menawarkan bantuan berupa uang cuma-cuma dan mengiming-imingi korban pekerjaan yang bagus

34

7. Korban dengan mudah mempercayai pelaku dan menerima tawaran dan bantuan berupa uang

35

8. Akibat dari human trafficking korban tidak mendapatkan apapun yang dijanjikan pelaku

36

9. Akibat human trafficking korban dijadikan pekerja seks komersial

37

10. Cara pelaku memanipulasi korban adalah menjanjikan beasiswa

38


(4)

memanipulasi korban adalah dengan

menawarkan pekerjaan 12. Pencegahan human

trafficking adalah dengan tidak mudah

mempercayai orang lain.

40

13. Pencegahan human trafficking adalah dengan tidak mudah terbujuk dengan pemberian uang untuk suatu hal yang kurang pasti

41

14. Pencegahan human trafficking dapat dilakukan dengan menghindar dari orang lain apabila merasakan kecurigaan

42

15. Pencegahan human trafficking dapat dilakukan dengan mendengarkan saran orang terdekat sebelum mengambil keputusan menerima suatu hal yang cuma-cuma dari orang lain.


(5)

14.Sikap Terhadap adanya kemungkinan Human Traficking di lingkungan sekitar Anda

Jawaban No

.

PERNYATAAN

Sangat Setuju

Setuju Kurang

Setuju

Tidak Setuju

FC

. a.Apabila saya mengetahui ada kasus human trficking saya akan menceritakan kepada orang terdekat saya seperti teman dan keluarga

44

. b.Saya akan menceritakan kepada orang-orang yang

saya anggap faham tentang kasus Human Traficking seperti guru atau kerabat

45

c.Saya akan langsung melapor ke polisi terdekat

46

2. Saya memperhatikan masalah human trafficking tersebut

47

3. Saya ingin tahu dan peduli terhadap human trafficking

48

4. Saya sangat tertarik dengan informasi human


(6)

trafficking

5. Saya akan mencari informasi tentang human trafficking

50

6. Saya akan mempelajari lebih banyak lagi tentang human trafficking

51

15.Apa yang terpikir oleh Anda ketika Anda mendengar istilah Human Traficking??